2.3. Fisiologi Jantung
13
2.3.1. Proses Memompa Darah
Proses pemompaan darah sehingga darah dapat bersirkulasi ke tubuh dan paru-paru mengikuti urutan sebagai berikut :
a. Pada saat jantung sedang relaks diastol, darah kurang oksigen dari vena tubuh
mengalir ke serambi kanan. Pada saat yang sama, serambi kiri terisi dengan darah yang kaya oksigen dari paru-paru.
b. Pusat listrik SA node yang ada diserambi kanan menembakkan impuls listrik
yang menyebabkan kedua serambi mengkerut secara serempak. Pada saat yang sama, katup-katup diantara serambi dan bilik terbuka, memungkinkan darah
mengalir kedalam bilik.
c. Tahap berikutnya adalah pemompaan dari bilik. Pada tahap ini sinyal listrik dari
node yang lain menyebabkan kedua bilik berkerut secara serempak. Ini mendorong darah yang kurang oksigen dari bilik kanan kedalam paru-paru. Darah
yang kaya oksigen dari bilik kiri didesak kedalam arteri utama yang disebut ”aorta” dan dari sini darah disebarkan keseluruh bagian tubuh. Klep-klep tertutup
untuk menjamin agar tidak ada aliran balik kedalam serambi.
d. Setelah pengerutan bilik, jantung mengendur, dan memungkinkan serambi terisi
darah, sehingga proses sirkulasi dimulai kembali. Urutan kejadian ini berlangsung kira-kira 60-70 kali per menit bila tubuh
sedang istirahat.
Sri Damai Yanti : Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2009. USU Repository © 2009
2.3.2. Sistem Peredaran Darah Tubuh Manusia
13
Sistem pembuluh dan peredaran darah tubuh manusia merupakan suatu jaringan pembuluh nadi arteri serta pembuluh balik vena, yang secara garis besar
terdiri dari tiga sistem aliran darah, yaitu : a.
Sistem Peredaran Darah Kecil Dari bilik jantung ventrikel darah mengalir ke paru-paru melalui klep
pulmonik untuk mengambil oksigen O
2
dan melepaskan CO
2
kemudian masuk ke serambi kiri. Sistem peredaran darah kecil ini berfungsi membersihkan darah yang
setelah beredar keseluruh tubuh memasuki serambi jantung kanan dengan kadar oksigen yang rendah antara 60-70, dan kadar CO
2
yang tinggi antara 40-45. Setelah beredar melalui kedua paru-paru, kadar zat oksigen meningkat menjadi kira-
kira 96 serta CO
2
menurun. Proses pembersihan gas dalam jaringan paru-paru berlangsung khususnya
dalam gelembung-gelembung paru-paru yang halus dan berdinding sangat tipis dimana gas oksigen dari udara disadap oleh komponen sel darah merah. Adapun gas
CO
2
dikeluarkan sebagian melalui udara pernafasan. Dengan demikian darah yang memasuki serambi kanan dikatakan ”darah
kotor”, karena kurang oksigen, sedangkan darah yang memasuki serambi kiri disebut sebagai ”darah bersih” yang kaya oksigen.
b. Sistem Peredaran Darah Besar Darah kaya oksigen dari serambi kiri memasuki bilik kiri melalui klep mitral,
untuk kemudian dipompakan keseluruh tubuh dan membawa zat oksigen serta bahan makanan yang diperlukan oleh segenap sel-sel dari alat-alat tubuh kita. Darah ini
Sri Damai Yanti : Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2009. USU Repository © 2009
dipompakan keluar dari bilik kiri melewati klep aorta serta memasuki pembuluh nadi utama, dan selanjutnya melaui cabang-cabang pembuluh ini disalurkan kesegenap
bagian tubuh. c. Sistem Peredaran Darah Koroner
Pembuluh koroner utama dibagi menjadi right coronary artery RCA, left coronary artery LCA, left arterior descending artery dan circum flex artery. Sistem
sirkulasi darah koroner terpisah dari sistem aliran darah kecil maupun sistem aliran darah besar. Artinya khusus untuk menyuplai darah ke otot jantung, yaitu melalui
pembuluh koroner dan kembali melalui pembuluh balik yang kemudian menyatu serta bermuara langsung kedalam bilik kanan. Melalui sistem peredaran darah
koroner ini, jantung mendapatkan oksigen, zat makanan, serta zat-zat lain agar dapat menggerakkan jantung sesuai dengan fungsinya.
2.4. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner
1
Jantung dialiri oleh arteri coronaria yang mensuplai darah kebutuhan jantung sendiri. Gangguan pada arteri inilah yang menyebabkan terjadinya Penyakit Jantung
Koroner PJK . Penyakit ini berkaitan dengan gangguan suplai darah pada otot jantung sehingga jantung akan mengalami kekurangan darah dengan segala
menifestasinya. Timbulnya PJK walaupun tampak mendadak, sebenarnya melalui
perangsangan lama kronik. Terjadinya PJK berkaitan dengan suatu gangguan yang mengenai pembuluh darah yang disebut arteriosklerosis. Hal ini berarti terjadi
kekakuan dan penyempitan lubang pembuluh darah yang akan menyebabkan
Sri Damai Yanti : Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2009. USU Repository © 2009
gangguan atau kekurangan suplai darah untuk otot jantung. Keadaan ini akan menimbulkan apa yang disebut iskemia miokard.
Terjadinya dan percepatan kejadian arteriosklerosis ini berkaitan dengan berbagai faktor yang lebih lanjut akan menjadi risiko terjadinya PJK. Faktor-faktor
itu adalah seperti kebiasaan merokok, kegemukan, dan tegangan psikososial. Gambaran klinik adanya PJK dapat berupa angina pektoris, miokard infark,
payah jantung ataupun mati mendadak. Ataupun mungkin tanpa gangguan atau gejala. Pada umumnya gangguan suplai darah arteri koronaria dianggap berbahaya
bila terjadi penyempitan sebesar 70, atau lebih pada pangkal atau cabang utama coronaria. Penyempitan yang kurang dari 50 kemungkinan belum menampakkan
gangguan yang berarti. Keadaan ini tergantung kepada beratnya arteriosklerosis dan luasnya gangguan jantung dan apakah serangan itu lama atau masih baru.
2.4.1. Angina Pectoris
14
Angina Pectoris adalah ”jeritan ” otot jantung yang merupakan sakit dada oleh karena kekurangan oksigen. Ini adalah akibat dari tidak adanya keseimbangan antara
kebutuhan oksigen miokard dan kemampuan pembuluh darah koroner menyediakan oksigen secukupnya untuk kontraksi miokard.
Adanya Angina Pectoris dapat dikenal secara : 1.
Kualitas nyeri dada yang khas yaitu perasaan dada yang tertekan, merasa terbakar atau susah bernafas.
2. Lokasi nyeri yaitu sentral dada yang menjalar ke leher, rahang dan turun lengan
kiri.
Sri Damai Yanti : Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2009. USU Repository © 2009
3. Faktor pencetus seperti sedang emosi, bekerja, sesudah makan, atau dalam udara
dingin. 4.
Perasaan nyeri hilang segera setelah istirahat ataupun dengan memakai nitrogliserin sublingual.
2.4.2. Infark Miokard.
15
Infark Miokard adalah suatu keadaan yang berat disebabkan oleh oklusi penutupan mendadak pembuluh koroner atau cabangnya yang mengalami sklerosis
pengerasan . Biasanya cara penutupan disebabkan adanya trombus dan pendarahan dalam intima. Terjadinya trombus disebabkan oleh ruptur plak yang kemudian diikuti
oleh pembentukan trombus oleh trombosit. Lokasi dan luasnya miokard infark tergantung pada arteri yang oklusi.
Faktor pencetus disebabkan oleh 2 keadaan : 1. Berkurangnya aliran darah koroner.
2. Kerja Jantung yang meningkat oleh karena kerja fisik yang berlebihan dan tegangan jiwa stress.
Gejala klinik infark miokard antara lain : 1.
Nyeri yang hebat terutama ditengah-tengah dada, yang menjalar kepunggung, bahu,leher dan lengan kiri.
2. Gelisah, takut mati.
3. Pusing dan keringat dingin.
4. Gangguan Gastrointestinal mual,muntah,diare
5. Lemah dan Lemas
Sri Damai Yanti : Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2009. USU Repository © 2009
2.4.3. Payah Jantung
16
Perasaan sakit akan bertahan hingga berjam-jam dan dengan nitrogliserin tidak akan berkurang, penderita gelisah,takut mati, pusing pening, dan keringat
dingin, gangguan gastrointestinal mual, muntah, diare,, syok dimana tekanan darah rendah, nadi cepat dan kecil pada auskultasi suara jantung yang lemah dan kadang
terdengar suara gallop, sebagai tanda telah terjadi gagal jantung kiri.
2.4.4. Mati Mendadak Sudden Cardiac Death
1
Sudden Cardiac Death SCD adalah kematian mendadak pada penderita PJK dimana 50 diantaranya tidak disertai keluhan. Sedangkan yang mengalami keluhan
akan mati 6jam setelah keluhan. Proses ini dimulai dengan trombosis pembuluh darah yang disusul dengan nekrosis yang disertai aritmia ventrikel.
2.5 Epidemilogi Penyakit Jantung Koroner. 2.5.1. Distribusi dan Frekuensi Penyakit Jantung Koroner
Epidemi PJK di mulai di Amerika Utara, Eropa, dan Australia di awal abad 17. Di beberapa negara industri, jumlah kematian akibat penyakit ini mencapai
puncaknya di tahun 60 hingga awal 70-an dan sejak saat ini perkembangannya meningkat sangat drastis hingga mencapai 50 di beberapa negara.
17
Ada variasi yang besar dalam prevalensi penyakit jantung koroner di seluruh dunia. Sebagian besar perbedaan yang ada dapat dijelaskan dengan adanya insidens
faktor risiko. Negara-negara yang belum berkembang hanya mempunyai sedikit kasus penyakit jantung koroner.
18
Di negara maju, penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan pembunuh nomor satu, terutama di Eropa. Di Wales, satu dari empat orang Wales mengalami
Sri Damai Yanti : Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2009. USU Repository © 2009
serangan penyakit jantung koroner Prevalens Rate sebelum ulang tahunnya yang ke-75. Kondisi ini dikaitkan dengan pola hidup sehari-hari yang tidak sehat.
19
Di Inggris, satu dari empat laki-laki dan satu dari lima perempuan meninggal pertahunnya akibat penyakit jantung koroner Sex Spesific Death Rate, yang
mempresentasikan sekitar setengah kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Di Inggris, terdapat perbedaan regional sosio ekonomi dan etnik yang bermakna dalam
prevalensi penyakit jantung koroner. Prevalensi tertinggi terdapat di utara Inggris dan Skotlandia. The Health Survey For England 2005 mengatakan bahwa 3 penduduk
dewasa menderita angina dan 0,5 penduduk dewasa telah mengalami infark miocard Prevalens Rate.
20
Di Indonesia, penyakit jantung dan pembuluh darah yang banyak adalah penyakit jantung koroner, penyakit jantung reumatik, dan penyakit darah tinggi
hipertensi. Penyakit jantung koroner umumnya banyak terdapat pada kelompok usia diatas 40 tahun dengan Prevalens Rate sebesar 13.
14
Di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2000-2004 dari seluruh penderita PJK yang dirawat inap, penderita terbanyak pada kelompok umur 60-69 tahun sebesar
28,7, dan terbanyak pada jenis kelamin laki-laki sebesar 62,6.
10 .
2.5.2. Determinan Penyakit Jantung Koroner
1
Secara garis besar faktor resiko PJK dapat dibagi dua. Yang pertama adalah faktor resiko yang dapat diubah modifiable yaitu : hipertensi, kolesterol, rokok,
obesitas, diabetes mellitus, ketidakaktifan fisik, stress. Dan yang kedua adalah factor resiko yang tidak dapat diubah non- modifiable yaitu : umur, jenis kelamin, dan
genetik.
Sri Damai Yanti : Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2009. USU Repository © 2009
a. Hipertensi
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat. ialah kenaikan tekanan darah
sistolik melebihi 140mmHg dan diastolik melebihi 90 mmHg.
2
Meningkatnya tekanan darah dapat mengakibatkan penyakit jantung koroner. Menurut Joint National Committe on Detection Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure JNC VII tahun 2003, hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah penderita,batasan hipertensi sebagai berikut:
Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Derajat Tekanan Darah No
TDSTDD Derajat Tekanan Darah
1 12080
Normal 2
120-129 80-84 Prehipertensi
3 130-13985-89 4
≥140-15990-99 Hipertensi derajat 1
5 160-179100-109
Hipertensi derajat 2 6
≥180110 Sumber : National Committe on Detection Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure JNC VII tahun 2003.
b. Hiperkolesterolemia
13
Terdapat hubungan langsung antara risiko PJK dan kadar kolesterol darah. Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang dimakan meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah. Kolesterol dalam darah dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu LDL Low Density Lipoprotein , VLDL Very Low Density Lipoprotein,
dan HDL High Density Lippoprotein.
Sri Damai Yanti : Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2009. USU Repository © 2009
Beberapa parameter yang dipakai untuk menegtahui adanya resiko PJK dan hubungannya dengan kadar kolesterol darah :
21
a. Kadar Kolesterol total Kadar kolesterol total dalam darah dikategorikan atas :
1. Normal : 200 mgdl
2. Sedang : 200-239 mgdl
3. Tinggi :
≥ 240 mgdl Makin tinggi kadar kolesterol total dalam darah maka resiko terjadinya PJK
semakin meningkat. b. Low Density Lipoprotein LDL Kolesterol
LDL kolesterol merupakan jenis kolesterol yang bersifat buruk atau merugikan bad cholesterol karena kadar LDL yang meninggi akan menyebabkan
penebalan dinding pembuluh darah. Kadar LDL kolesterol lebih tepat sebagai penunjuk untuk mengetahui resiko PJK dari pada kolesterol total. Kadar kolesterol
LDL dalam darah dikategorikan atas: 1. Normal
: 130 mgdl 2. Sedang
:130-159 mgdl 3. Tinggi
: ≥ 160 mgdl
Makin tinggi kadar kolestreol LDL dalam darah maka resiko untuk terjadinya PJK akan semakin meningkat.
c. High Density Lippoprotein HDL kolesterol HDL kolesterol merupakan jenis kolesterol yang bersifat baik atau
menguntungkan good cholesterol karena mengangkut kolesterol dari pembuluh
Sri Damai Yanti : Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2009. USU Repository © 2009
darah kembali kehati untuk dibuang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses arterosklerosis. Kadar kolesterol HDL dalam
darah dikategorikan atas : 1. Normal
: 45 mgdl 2. Sedang
: 35-45 mgdl 3. Rendah
: 35mgdl Makin rendah kadar kolesterol HDL dalam darah maka resiko terjadinya PJK
akan semakin meningkat. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan mengurangi berat badan, menambah exercise dan berhenti merokok.
d. Rasio Kolesterol Rasio kolesterol adalah rasio antara kadar kolesterol total dengan kadar
kolestreol HDL. Rasio kolesterol dalam darah sebaiknya 4,5 pada laki-laki dan 4,0 pada perempuan. Makin tinggi rasio kolesterol total dalam darah maka resiko
terjadinya PJK akan semakin meningkat. e. Kadar Trigliserida
Trigliserida di dalam tubuh terdiri dari 3 jenis lemak yaitu lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda. Kadar trigliserida dalam darah
dikategorikan atas: 1. Normal
: 150 mgdl 2. Sedang
: 150-249 mgdl 3. Tinggi
: 250-500 mgdl 4. Sangat tinggi
: 500 mgdl
Sri Damai Yanti : Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2009. USU Repository © 2009
Makin tinggi kadar trigliserida dalam darah maka resiko terjadinya PJK akan semakin meningkat.
c. Merokok