Latar Belakang Keaktifan Ibu Ke Posyandu Dan Pola Pertumbuhan Balita Di Kelurahan Perdagangan I Kabupaten Simalungun Tahun 2008

Lamiati Manurung : Keaktifan Ibu Ke Posyandu Dan Pola Pertumbuhan Balita Di Kelurahan Perdagangan I Kabupaten Simalungun Tahun 2008, 2009. USU Repository ©2009 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal Depkes RI. 2004. Keberhasilan pembangunan kesehatan Indonesia tidak terlepas dari partisipasi aktif masyarakat. Salah satu peran aktif masyarakat dan swasta dalam penyelenggaran upaya kesehatan masyarakat strata pertama diwujudkan melalui berbagai upaya yang dimulai dari diri sendiri, keluarga sampai dengan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat UKBM. Upaya kesehatan yang bersumber masyarakat ini telah dikembangkan, salah satunya adalah Posyandu Depkes RI, 2004. Posyandu merupakan keterpaduan dari lima program yang meliputi kegiatan program Keluarga Berencana, kesehatan Ibu dan Anak, perbaikan gizi dan penanggulangan diare. Pelayanan gizi di Posyandu meliputi : Penimbangan balita, Pemberian kapsul Vitamin A, Tablet tambah darah Fe, Pemberian Makanan Tambahan PMT dan penyuluhan gizi. Sasaran dari program tersebut adalah balita 0-59 bulan, ibu hamil, ibu menyusui dan Pasangan Usia Subur PUS. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat, oleh sebab itu masyarakat diharapkan aktif membentuk, menyelenggarakan dan memanfaatkan dengan sebaik- baiknya yaitu dalam bentuk peran serta atau partisipasi di dalam posyandu setiap bulan yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi balita Depkes RI, 1989. Lamiati Manurung : Keaktifan Ibu Ke Posyandu Dan Pola Pertumbuhan Balita Di Kelurahan Perdagangan I Kabupaten Simalungun Tahun 2008, 2009. USU Repository ©2009 Posyandu merupakan wadah untuk membangkitkan kembali peran serta masyarakat dalam kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita, yang sangat penting untuk deteksi awal masalah gizi buruk yang tengah melanda kalangan masyarakat. Pemantauan tumbuh kembang balita, merupakan rangkaian kegiatan rutin di posyandu, yang dilaksanakan setiap bulan dan berkesinambungan. Tumbuh kembang balita dapat diketahui dari pencatatan hasil penimbangan berat badan balita pada Kartu Menuju Sehat KMS yang akan menggambarkan status gizi balita tersebut. Rangkaian kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita di posyandu meliputi pendaftaran, penimbangan, pencatatan KMS dan penyuluhan sederhana Depkes RI, 2002. Pemantauan tumbuh kembang balita selama ini belum berjalan seperti yang diharapkan, karena kesadaran masyarakat akan peran dan keberadaan posyandu masih jauh dari harapan. Masyarakat belum menyadari sepenuhnya bahwa posyandu milik masyarakat yang harus dikembangkan, dan pemberdayaannya adalah dari dan untuk masyarakat. Untuk pengembangan posyandu, petugas kesehatan atau pihak Puskesmas diharapkan merupakan pendamping yang akan memotivasi masyarakat untuk pelaksana kegiatan posyandu Depkes RI, 2002. Menurut Departemen Kesehatan RI 2006, diketahui beberapa masalah yang dihadapi berkenaan dengan kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita, antara lain hanya 4 dari 240.000 posyandu pada tahun 2001, yang dikategorikan sebagai posyandu mandiri, dan sekitar 46,7 jadwal buka posyandu tidak sesuai dengan Lamiati Manurung : Keaktifan Ibu Ke Posyandu Dan Pola Pertumbuhan Balita Di Kelurahan Perdagangan I Kabupaten Simalungun Tahun 2008, 2009. USU Repository ©2009 keinginan masyarakat, serta 69,0 jadwal ditentukan oleh Puskesmas. Jumlah kader aktif hanya 43,3 , dan setiap posyandu dikelola oleh 1-3 kader saja. Selain itu pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama posyandu dalam bentuk program perbaikan gizi, yang menitikberatkan pada upaya pencegahan dan peningkatan gizi balita. Kemiskinan dan kurang gizi yang saling berkaitan, akan mempengaruhi tumbuh kembang balita, oleh karena itu pemantauan tumbuh kembang balita, disertai perbaikan gizi masyarakat akan memberikan dampak positif terhadap tumbuh kembang balita dan juga pada peningkatan produktivitas, yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan per kapita Baliwati dkk, 2002. Indeks Pembangunan Manusia IPM tahun 2003 bahwa Indonesia menduduki urutan ke 112 dan 174 negara dan hal ini tentunya erat hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Jumlah penduduk menurut SUSENAS 2001 adalah 202.707.418 jiwa. Anak usia 0-1 tahun 5,8 atau 11.757.030 jiwa, anak usia sekolah 5-14 tahun 20,76 atau 42.082.059 jiwa. Masa bayi dan balita bahkan sejak dalam kandungan merupakan ”periode emas” karena jika pada masa tersebut pertumbuhan dan perkembangannya tidak dipantau dengan baik dan terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan maka tidak akan dapat diperbaiki pada periode selanjutnya sampai dewasa Depkes RI, 2001. Profil Kesehatan Kabupaten Simalungun 2006, dari hasil pengumpulan data Indikator Kesehatan Tingkat Kabupaten yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Simalungun diperoleh presentase bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah BBLR sebesar 0,12, sedangkan dari 72.024 jumlah balita masih ada Lamiati Manurung : Keaktifan Ibu Ke Posyandu Dan Pola Pertumbuhan Balita Di Kelurahan Perdagangan I Kabupaten Simalungun Tahun 2008, 2009. USU Repository ©2009 203 0,32 balita yang masih berada dibawah garis merah BGM Dinkes Kab. Simalungun, 2006. Berdasarkan survai awal yang penulis lakukan di Kecamatan Bandar diketahui jumlah posyandu di wilayah Kecamatan Bandar sebanyak 85 posyandu yang terdiri dari posyandu pratama 37 buah 43,53, posyandu madya 30 buah 35,29 dan posyandu purnama 18 buah 21,18. Kelurahan Perdagangan merupakan salah satu wilayah Kecamatan Bandar dengan jumlah posyandu sebanyak 14 buah pada bulan Desember 2006. Di Kecamatan Bandar terdapat posyandu yang memiliki tingkat keaktifan rendah, sedangkan untuk memantau pertambahan berat badan balita peran serta dari posyandu sangat diharapkan, karena masih banyak ibu-ibu yang tidak membawa anaknya ke posyandu untuk ditimbang berat badannya. Asumsi-asumsi keaktifan ibu dan pola pertambahan berat badan balita yaitu : 1. Ibu yang aktif ke Posyandu akan mengetahui pola pertumbuhan balita anak akan lebih baik. 2. Ibu yang aktif ke Posyandu akan mendapat penyuluhan tentang pola pertumbuhan balita akan lebih baik. 3. Ibu yang aktif ke Posyandu akan memberikan ASI dengan baik dan pola pertumbuhan balita akan lebih baik. 4. Ibu yang aktif ke Posyandu akan memberikan makan yang lebih bergizi kepada anaknya dan pola pertumbuhan balita akan lebih baik. Lamiati Manurung : Keaktifan Ibu Ke Posyandu Dan Pola Pertumbuhan Balita Di Kelurahan Perdagangan I Kabupaten Simalungun Tahun 2008, 2009. USU Repository ©2009 Menurut data dari Kantor Kelurahan Perdagangan pada akhir Desember tahun 2006 jumlah balita sebanyak 9615 orang, jumlah balita ditimbang D sebanyak 7272 orang, K = 8368, N = 6231. Untuk mengetahui tingkat keikutsertaan masyarakat pada pelaksanaan kegiatan posyandu dan pencapaian program pada bulan Desember tahun 2006 peran serta masyarakat ke Posyandu berdasarkan angka DS ditimbang sebesar 75,6, keberhasilan program ND 85, liputan program KS 87, dan pencapaian program NS 65. Untuk laporan jumlah balita S pada bulan Desember tahun 2007 yaitu 6340 orang, D = 3832, K = 5115 dan N = 3247, sedangkan tingkat keikutsertaan masyarakat pada pelaksanaan kegiatan posyandu dan pencapaian program pada bulan Desember tahun 2007, peran serta masyarakat ke Posyandu DS 60,4, keberhasilan program ND 84,7, liputan program KS 80,6, dan pencapaian program NS 51,2. Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa di Kelurahan Perdagangan peran serta masyarakat khususnya ibu-ibu dan tingkat pencapaian program terjadi penurunan, oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui keaktifan ibu ke posyandu dan pola pertumbuhan balita di wilayah kerja Posyandu Kelurahan Perdagangan I.

1.2. Perumusan masalah