Latar Belakang Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Transisi diet dan kesehatan di Indonesia sudah mengikuti negara maju. Banyak kebiasaan makan yang telah di adopsi oleh orang Indonesia yang malah memperburuk keadaan status gizi. Perubahan pola makan sebagai gaya hidup modern dewasa ini menjurus ke sajian siap santap yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit seperti hipertensi. Basha,2004 Di negara maju , seperti di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 50 juta penduduk Amerika memiliki tekanan darah yang tinggi. Angka kejadian klien hipertensi ini terus meningkat seiring dengan pertambahan usia dan biasanya penyakit hipertensi ini lebih sering menyerang usia 65 tahun daripada usia muda Mayo,2005. Di negara – negara berkembang seperti Asia Tenggara, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang dialami dengan prevalensi menunjukkan angka 6,3 persen sampai 9,17 persen. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi. Hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke, dan ginjal Depkes 2007 . Di samping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang, juga karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa kecacatan permanen Universitas Sumatera Utara dan kematian mendadak. Kehadiran hipertensi pada kelompok dewasa muda, akan sangat membebani perekonomian keluarga, karena biaya pengobatan yang mahal dan membutuhkan waktu yang panjang, bahkan seumur hidup.. Depkes,2007 Dari Survei Kesehatah Rumah Tangga SKRT 1995, Prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8,3.Menurut WHO prevalensi hipertensi di Jakarta dengan tekanan darah 16090 mmHg pada tahun 1988 masing – masing pada pria mencapai 13,6, sedangkan pada wanita mencapai 16, pada tahun 1993 pada pria mencapai 16,5,sedankan wanita mencapai 17, dan pada tahun 2000 pada pria mencapai 12,sedangkan pada wanita mencapai 12,2 WHO,1988;1993;2000. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria. Dimana, Prevalensinya di daerah luar Jawa lebih besar dibandingkan di pulau jawa. Hal tersebut terkait erat dengan pola makan, terutama konsumsi garam, yang umumnya lebih tinggi di luar Pulau Jawa , misalnya suku Batak yang cenderung terkena hipertensi karena pola makan dan pada suku Jawa lebih cenderung karena masalah Psikis termasuk tekanan batin atau stress. Karena itulah, kepedulian masyarakat terhadap perawatan hipertensi perlu ditingkatkanDepkes,2007 . Di Kabanjahe, kelurahan Lau Cimba ditemukan penderita hipertensi sebanyak 50 dari total populasi. Menurut pengamatan, masyarakat Kelurahan Lau Cimba ditemukan penderita hipertensi yang tidak berperilaku hidup sehat seperti merokok,tidak pernah berolah raga,mengkonsumsi makanan sodium dan natrium misalnya MSG, dan tidak mengontrol tekanan darah. Perawatan yang dilakukan oleh setiap keluarga berbeda – beda tergantung pada suku bangsanya masing – masing WHO,1988;1993;2000. Universitas Sumatera Utara Suku Batak pada umumnya lebih cenderung terkena hipertensi karena mengkonsumsi garam yang banyak dalam kehidupan sehari – hari. Setiap makanan yang dikonsumsi mengandung banyak garam dan setiap resepsi adat selalu menggunakan makanan yang tinggi kolesrol khususnya daging babi, dan dalam suku batak memotong daging babi ketika ada resepsi adat adalah pertanda suatu kehormatan. Disamping itu,suku batak punya satu kebiasaan ketika berkumpul dengan sesama khususnya pria selalu mengkonsumsi alkohol seperti minuman – minuman keras dan tuak. Sementara Suku jawa pada umumnya lebih cenderung terkena hipertensi karena psikis yang stres akibat pekerjaan yang berat maupun stress karena perekonomian dalam kehidupan. Suku jawa juga biasa terkena hipertensi akibat gaya hidup yang sudah berubah terkhusus jawa yang tinggal di komunitas suku batak. Mereka akan mengikuti pola hidup dilingkungan mereka tinggal Depkes,2007 Di Kelurahan Lau Cimba penduduk yang terbanyak adalah 550 kepala keluarga suku batak dan 450 kepala keluarga suku jawa serta 200 kepala keluarga suku karo yang tinggal dalam satu kelurahan. Namun penelitian tentang perawatan penderita hipertensi oleh keluarga pada suku batak dan suku jawa pada klien hipertensi di Kabanjahe belum ada ditemukan laporannya melalui penelusuran tinjauan pustaka. Atas dasar inilah maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang perawatan hipertensi oleh suku batak dan suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe.

2. Pertanyaan penelitian