Perilaku Suami Suku Batak Toba Dalam Perawatan Ibu Nifas Di Kelurahan Kenangan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

(1)

IBU NIFAS DI KELURAHAN KENANGAN

KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2011

RIRIS SITORUS

NIM. 105102046

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Imiah, Juni 2011 Riris Sitorus

NIM. 105102046

Perilaku Suami Suku Batak Toba dalam Perawatan Ibu Nifas di Kelurahan Kenangan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

Abstrak

viii + 44 halaman + 7 tabel + 12 lampiran

Angka kematian ibu dan bayi merupakan barometer pelayanan kesehatan. Di Indonesia angka kematian ibu sebesar 307/100.000 kelahiran hidup. Tingginya angka kematin ibu sebagai akibat dari komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Di Sumatera Utara angka kematian ibu nifas sebesar 59 orang (Profil Kesehatan Sumut, 2010) perawatan ibu nifas sangat penting diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi masa nifas. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perilaku suami suku batak toba dalam perawatan ibu nifas di Kelurahan kenangan Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, dengan populasi semua suami suku batak toba yang mempunyai istri sedang masa nifas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental sampling melalui wawancara dengan kuesioner dan hasil penelitian dianalisis dengan analisis univariat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari responden sebagian besar dengan umur 26-30 tahun sebanyak 16 orang (43.2%), sebagian besar berpendididkan SMA/STM sebanyak 21 orang (56,8%), sebagian besar mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 18 orang (48.6%) dengan pengetahuan baik sebanyak 36 orang (97.3) dan sikap

responden baik sebanyak 19 orang (51.4%), dan tindakan suami baik sebanyak 37 orang (100%).

Maka dapat disimpulkan bahwa perilaku suami suku batak toba dalam merawat ibu nifas baik

Kata kunci : pengetahuan, sikap, dan tindakan, suami suku Batak Toba dalam perawatan ibu nifas


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Perilaku Suami Suku Batak Toba dalam Perawatan Ibu Nifas di Kelurahan Kenangan, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011”.

Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari isi maupun tulisan, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun sehingga dapat menjadi perbaikan dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata M.Kes, selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua program studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Juliandi Harahap, MA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. dr.Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc (CM-FM), selaku dosen pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyalesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah ini

5. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(5)

membantu baik moril maupun materil, memberikan dorongan dan semangat serta doa sehingga proposal ini dapat diselesaikan.

7. Teman-teman program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara T.A. 2010/2011 yang telah banyak memberi dukungan dalam penulisan proposal ini. Penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Akhirnya kepada Tuhan Yang Maha Esa sajalah penulis berserah diri. Semoga bantuan yang telah diberikan mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Semoga karya tulis ilmiah ini bermamfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Medan, 2011 Peneliti


(6)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR SKEMA ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan umum ... 4

2 Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Masa Nifas ... 6

1. Pengertian ... 6

2. Perawatan Masa Nifas ... 6

3. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas ... 10

B. Bayi Baru Lahir/Neonatus ... 11

1. Perawatan harian bayi baru lahir ... 11

2. Tanda-tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir ... 12

C. Partisipasi Suami dalam Asuhan Masa Nifas ... 13

D. Perilaku Suami Suku Batak Toba dalam Merawat Ibu Nifas... 14

E. Perilaku ... 16

1. Pengertian Perilaku ... 16

2. Alasan Seseorang Berperilaku ... 17

3. Teori Determinan Perilaku ... 18


(7)

A. Kerangka Konsep ... 24

B. Defenisi Operasional ... 25

BAB IV : METODE PENELITIAN ... 27

A. Desain Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel ... 27

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 28

D. Etika Penelitian ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 28

F. Validitas dan Reliabilitas ... 29

G. Aspek Penelitian ... 30

H. Pengumpulan Data ... 30

I. Pengolahan Data ... 31

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Hasil Penelitian ... 32

B. Pembahasan ... 37

C. Keterbatasan Penelitian ... 41

BAB VI : SIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 43 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 : Kerangka Konsep Penelitian Perilaku Suami Suku Batak Toba


(9)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden dari Suami Suku Batak Toba Dalam Perawatan Ibu Nifas ... 32 Tabel 5.2 Distribusi Responden Pertanyaan Pengetahuan Suami Suku Batak

Toba dalam Perawatan Ibu Nifas ... 33 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Suami Suku Batak

Toba DalamPerawatan Ibu Nifas ... 33 Tabel 5.4 Distribusi Responden Pernyataan Sikap Suami Suku Batak Toba

Dalam Perawatan Ibu Nifas ... 34 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sikap Suami Suku Batak Toba Dalam

Perawatan Ibu Nifas ... 35 Tabel 5.6 Distribusi Responden Pertanyaan Tindakan Suami Suku Batak

Toba Dalam Perawatan Ibu Nifas ... 36 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tindakan Suami Suku Batak Toba Dalam


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Pernyataan Editor Bahasa Indonesia Lembar Lampiran 2 : Surat Pernyataan Content Validity

Lampiran 3 : Format Persetujuan Penelitian Kepada Responden Lampiran 4 : Format Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian Lampiran 6 : Lembar Konsultasi

Lampiran 7 : Lembar Master Tabel Pengetahuan Lampiran 8 : Lembar Master Tabel Sikap

Lampiran 9 : Lembar Master Tabel Tindakan Lampiran 10 : Hasil Output dan Penelitian

Lampiran 11 : Surat Izin Pengambilan Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

Lampiran 12 : Surat Balasan Penelitian dari Kelurahan Kenangan Kabupaten Deli Serdang


(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Imiah, Juni 2011 Riris Sitorus

NIM. 105102046

Perilaku Suami Suku Batak Toba dalam Perawatan Ibu Nifas di Kelurahan Kenangan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

Abstrak

viii + 44 halaman + 7 tabel + 12 lampiran

Angka kematian ibu dan bayi merupakan barometer pelayanan kesehatan. Di Indonesia angka kematian ibu sebesar 307/100.000 kelahiran hidup. Tingginya angka kematin ibu sebagai akibat dari komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Di Sumatera Utara angka kematian ibu nifas sebesar 59 orang (Profil Kesehatan Sumut, 2010) perawatan ibu nifas sangat penting diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi masa nifas. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perilaku suami suku batak toba dalam perawatan ibu nifas di Kelurahan kenangan Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, dengan populasi semua suami suku batak toba yang mempunyai istri sedang masa nifas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental sampling melalui wawancara dengan kuesioner dan hasil penelitian dianalisis dengan analisis univariat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari responden sebagian besar dengan umur 26-30 tahun sebanyak 16 orang (43.2%), sebagian besar berpendididkan SMA/STM sebanyak 21 orang (56,8%), sebagian besar mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 18 orang (48.6%) dengan pengetahuan baik sebanyak 36 orang (97.3) dan sikap

responden baik sebanyak 19 orang (51.4%), dan tindakan suami baik sebanyak 37 orang (100%).

Maka dapat disimpulkan bahwa perilaku suami suku batak toba dalam merawat ibu nifas baik

Kata kunci : pengetahuan, sikap, dan tindakan, suami suku Batak Toba dalam perawatan ibu nifas


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mortalitas dan morbilitas pada pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25-50% kematian wanita subur disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan masa nifas. (Saifuddin, 2009)

Berdasarkan penelitian WHO (World Health Organization) diseluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa per tahun.

Di Indonesia angka kematian ibu sebesar 307/100.000 kelahiran hidup (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2002 – 2003). Kematian ibu sebagai akibat dari komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Di Sumatera Utara angka kematian ibu nifas sebanyak 59 orang sedangkan di Deli Serdang angka kematian ibu nifas sebanyak 5 orang (Profil kesehatan Sumut, 2008).

Kebanyakan kematian maternal dan neonatal tersebut dapat dicegah jika mereka mendapat pertolongan dari tenaga kesehatan, namun mereka sering terlambat memperoleh pertolongan karena tidak mengenali tanda-tanda komplikasi yang mengancam jiwa, lamban mengambil keputusan mencari pertolongan, sangat jauh untuk mendapatkan perawatan yang memadai. Ketidaktahuan bahaya itu hingga kini masih


(13)

6

dalam mendapatkan pelayanan sesegera mungkin. Kematian ibu dapat dicegah bila suami dapat mengidentifikasi komplikasi-komplikasi potensial kehamilan, persalinan, dan nifas dan selalu siaga mencari pertolongan jika hal itu terjadi (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2007).

Perawatan ibu nifas untuk delapan jam pertama setelah persalinan dianjurkan berada dalam pengawasan tenaga kesehatan (Winjoksatro, 1999) dan selanjutnya diserahkan kepada keluarga untuk melaksanakan perawatan ibu nifas di rumah secara mandiri. Hal ini berpengaruh kepada usaha peningkatan sistem kesehatan nasional yang tercantum dalam Panca Karsa Husada yang merupakan salah satu gagasan WHO dan UNICEF (United Nations International of Children Emergency Fund) yang berisikan bagaimana upaya masyarakat menolong diri sendiri dalam kesehatan (Manuaba, 2000, hal. 49-51).

Bidan memberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan ibu nifas dirumah dan juga bayinya dengan memberitahu tanda-tanda bahaya yang mungkin akan terjadi sehingga ibu dan bayi cepat mendapat pertolongan apabila terjadi sesuatu.

Perawatan ibu nifas di rumah sangat penting apabila pada minggu-minggu pertama post partum. Bila suami membantu melakukan perawatannya, maka sang ibu akan merasa lebih nyaman karena pada saat ini ibu merasa sangat lelah dan butuh banyak istirahat. Dalam hal ini suami bisa memberikan kenyamanan pada ibu dengan mengerjakan pekerjaan ibu sehari-hari di rumah,

Selama ibu dalam masa nifas suami hendaknya menunjukkan rasa sayang kepada istri hal ini bisa sangat membantu pemulihan fisik dan moral ibu (A. August, 2000). Perawatan bayi di rumah mencakup perawatan tali pusat, kebersihan, dan nutrisi.


(14)

7 Sang ayah dapat melakukan perawatan tali pusat pada bayi dengan mengganti popok bayi dan mengganti kasa steril pembungkus tali pusat apabila basah. Hal ini sudah merupakan pencegahan infeksi tali pusat. Karena angka kematian bayi 40% pada usia di bawah satu bulan dan paling banyak disebabkan oleh asfiksia dan infeksi (IBI, 2000).

Kebiasaan perawatan pada ibu postpartum, pemakaian arang masih banyak dilakukan oleh suami suku Batak Toba dengan menggunakan arang di bawah tempat tidur atau di samping ibu postpartum, yang anggapan mereka arang tersebut dapat menghangatkan tubuh ibu dan bayi, sementara dari segi kesehatan asap dari arang tersebut dapat mengganggu pernafasan ibu dan bayinya (John Bastin, hal : 160-161). Sedangkan Batak Karo mengenal tradisi mandi ukup bagi wanita sehabis bersalin. Mandi ini berguna untuk melancarkan peredaran darah, mengeluarkan keringat, menghilangkan bau badan serta lemak di dalam tubuh. Pada suku Jawa biasanya wanita habis bersalin menggunakan pilis, yaitu ramuan yang ditempelkan dikening agar mata tidak sembab dan terlihat jernih kembali. Pada masyarakat papua percaya ramuan daun pepaya yang dimakan dan diminum berkhasiat menghilangkan nyeri dan mengeringkan luka. Dan pada suku China juga memiliki ramuan khusus ibu pascapersalinan yaitu : Sen hoa tang untuk membersihkan darah setelah persalinan, anggur serraoallo untuk menambah darah, suhap paolung campur jahe seduhan untuk diminum agar ibu tidak mudah masuk angin, ayam campur minyak wijen dan jahe dimasak tim sebagai santapan ibu agar cepat pulih dan bertenaga, bagi ibu yang menjalani operasi caesar, dikenal ramuan pien che huang untuk mempercepat menghilangkan nyeri dan mengeringkan bekas jahitan. (Danuatmaja, 2003, hal. 97-99)


(15)

Dengan alasan tersebut penulis tertarik untuk mengajukan Karya Tulis Ilmiah tentang Perilaku suami suku Batak Toba dalam merawat ibu nifas di Kecamatan Percut Sei Tuan Kelurahan Kenangan Kabupaten Deli Serdang.

B. Perumusan Masalah

Bagaimanakah perilaku suami suku Batak Toba dalam merawat ibu nifas di Kelurahan Kenangan Kabupaten Deli Serdang ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku suami suku Batak Toba dalam merawat ibu nifas. 2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan suami suku Batak Toba dalam merawat ibu nifas.

b. Untuk mengetahui sikap suami suku Batak Toba dalam merawat ibu nifas. c. Untuk mengetahui tindakan suami suku Batak Toba dalam merawat ibu nifas.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Petugas Kesehatan

Agar mampu memberikan pelayanan yang baik dan benar di masyarakat b. Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi untuk mengetahui bagaimana cara merawat ibu nifas yang baik dan benar sehingga terciptanya kesejahteraan ibu dan anak


(16)

9 c. Bagi para Suami

Dengan adanya penelitian ini para suami yang mempunyai istri dalam masa nifas dapat lebih memahami tentang pentingnya berpartisipasi dalam merawat ibu nifas untuk mendukung kesehatan ibu.


(17)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Masa Nifas 1. Pengertian

Masa nifas adalah masa setelah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan dan pengembalian alat-alat kandungan ke keadaan semula. Proses nifas berlangsung selama enam minggu atau empat puluh hari (Saleha, 2009).

Masa nifas dibagi menjadi tiga periode yaitu :

a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang

lamanya 6-8 minggu.

c. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sempurna bisa berminggu-minggu, bulan, atau tahun (Suherni, 2008).

2. Perawatan Masa Nifas a. Mobilisasi dini

Dengan melakukan mobilisasi dini diharapkan keadaan pemulihan kesehatan akan lebih cepat. Selain itu mempercepat involusio alat kandungan, memperlancar fungsi gastrointestinal, perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga


(18)

24

mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme (Manuaba, 2000, hal. 193).

b. Berkemih

Suami dapat membantu ibu bila ingin buang air kecil. Kadang-kadang ibu sulit waktu buang air kecil karena pada persalinan mengalami tekanan oleh kepala janin. Juga karena adanya oedema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.

c. Defekasi

Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari setelah melahirkan. Bila timbul obstipasi dan susah buang air besar, dapat diberikan obat pencahar.

d. Perawatan Perineum

Perineum adalah area antara jalan lahir (vagina) dengan dubur (rectum). Pada ibu bersalin kadang dilakukan episiotomi untuk memperlebar jalan lahir, terutama pada ibu primipara atau yang baru pertama melahirkan sehingga memberikan luka dan perlu dilakukan penjahitan (heacting). Agar tidak terjadi infeksi maka harus diperhatikan perawatan luka perineum.

Ada beberapa cara dalam merawat perineum yaitu :

a. Ganti pembalut wanita yang bersih setiap 4-6 jam. Letakkan dengan baik sehingga tidak bergeser.

b. Lepaskan pembalut dari muka ke belakang untuk menghindari penyebaran bakteri dari anus ke vagina.

c. Alirkan atau bilas dengan air hangat atau cairan antiseptik area perineum setelah buang air kecil atau besar. Keringkan dengan kain pembalut atau handuk dengan cara ditepuk-tepuk, selalu dari arah muka ke belakang.


(19)

d. Jangan dipegang sampai area tersebut pulih.

e. Rasa gatal pada area sekitar jahitan normal dan merupakan tanda penyembuhan. Namun, untuk meredakan rasa tidak enak, atasi dengan mandi berendam air hangat atau kompres dingin dengan kain pembalut yang telah didinginkan.

f. Berbaring pada sisi tubuh, hindari berdiri atau duduk lama untuk mengurangi tekanan pada daerah tersebut.

g. Lakukan latihan kegel sesering mungkin guna merangsang peredaran darah di sekitar perineum. Dengan demikian, akan mempercepat penyembuhan dan

memperbaiki otot-otot. Jangan terkejut jika Anda tidak merasakan apa-apa saat pertama kali berlatih karena area tersebut akan kebal setelah persalinan dan pulih secara bertahap dalam beberapa minggu (Danuatmaja, 2003, hal. 62)

e. Kebersihan vagina

Pada masa nifas terjadi perdarahan sampai 40 hari. Disinilah pentingnya menjaga kebersihan di daerah sekitar vagina dengan seksama.

Cara menjaga kebersihan vagina yaitu :

1) Bersihkan vagina setiap kali buang air kecil atau besar

2) Cara membilas yang benar adalah dari depan ke belakang. Bukan sebaliknya karena proses membersihkan dari belakang ke depan dapat mengakibatkan bakteri dan kuman yang ada di anus masuk ke vagina sehingga memungkinkan terjadinya infeksi.

3) Keringkan vagina dengan handuk lembut, lalu gantilah pembalut. Pembalut harus diganti setiap habis buang air besar dan buang air kecil minimal 3 jam sekali atau bila ibu merasa tidak nyaman. Bila tidak sering diganti daerah sekitar vagina akan lembab dan dapat menyebabkan infeksi.


(20)

26 f. Diet/Nutrisi/Gizi

Masalah diet perlu mendapat perhatian pada masa nifas untuk dapat meningkatkan kesehatan dan pemberian ASI. Gizi selama menyusui tidak saja akan berpengaruh terhadap kesehatan ibu yang baru melahirkan, tetapi juga pada bayinya. Ibu yang menyusui perlu mendapatkan gizi untuk memproduksi ASI. Oleh karena itu bila asupan gizi ibu kurang, maka kebutuhan gizi yang diperlukan untuk memproduksi

ASI akan diambil dari tubuh ibu. Dalam sehari ibu menyusui memerlukan 2700-2900 kalori dalam bentuk asupan makanannya. Ibu menyusui membutuhkan

tambahan protein sebanyak 20-25%, kalsium sampai 45%, zat besi sebanyak 4%. Ibu menyusui membutuhkan gizi seimbang untuk kesehatan ibu dan peningkatan kualitas dan kuantiats ASI (Kasdu, 2004).

g. Istirahat

Setelah proses persalinan yang melelahkan ibu butuh cukup istirahat. Sarankan pada ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, kurang istirahat mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :

a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

b. Memperlambat proses involusio uterus dan memperbanyak perdarahan.

c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi dan dirinya sendiri (Pusdiknakes, 2003).

h. Pakaian

Pakaian longgar terutama daerah dada sehingga payudara tidak tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat dengan kencang karena tidak akan mempengaruhi involusio. Pakaian dalam sebaiknya dipakai yang menyerap, sehingga lokea tidak memberikan iritasi pada sekitarnya. Pembalut sebaiknya diganti dua sampai tiga kali sehari atau setiap saat terasa penuh lokea (Manuaba, 2005).


(21)

i. ASI dan Perawatan Payudara

Pemberian ASI harus merata pada kedua payudara. Kedua payudara harus disokong pada saat pemberian ASI sehingga kelancaran pemberian ASI berjalan dengan baaik. Puting susu perlu diperhatikan dan dibersihkan sebelum memberikan ASI.

Cara merawat puting susu yaitu :

Mengompres puting susu dengan kapas yang berminyak selama 5 menit agar kotoran terangkat, kemudian mengolesi minyak pada ibu jari dan mengoles kedua payudara. j. Senggama

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk mulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap (Pusdiknakes, 2003).

3. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas

a. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak. b. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk.

c. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung.

d. Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri ulu hati atau masalah pengelihatan. e. Pembengkakan di wajah atau di tangan

f. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil.

g. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, atau terasa sakit. h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.

i. Rasa sakit, merah, lunak, atau pembengkakan di kaki.

j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau dirinya sendiri. k. Merasa sangat letih.


(22)

28 B. Bayi Baru Lahir/Neonatus

1. Perawatan Harian Bayi Baru Lahir a. Pemberian makan

1) Berikan ASI sesering keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara penuh).

2) Biasanya bayi baru lahir minta makan setiap 2-3 jam.

3) Pastikan bahwa bayi mendapat cukup kolostrum selama 24 jam pertama. 4) Pastikan bahwa bayi menyusu paling tidak setiap 4 jam.

5) Berikan ASI saja, susu formula, air gula, atau makanan lain akan membuat hisapan bayi melemah yang akan menyebabkan produksi ASI berkurang.

b. Mempertahankan kehangatan tubuh bayi

1) Bayi memerlukan selimut penutup melebihi orang dewasa. Suhu ruangan sedikitnya 18-21 derajat celcius.

2) Jika bayi kedinginan, ia harus didekap erat ke tubuh Anda, dan kemudian keduanya diselimuti.

3) Jangan gunakan alat penghangat buatan di tempat tidur seperti botol berisi air panas. Benda ini bisa membakar bayi.

c. Mencegah kecelakaan

1) Jangan sekali-kali meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu.

2) Jangan sekali-kali meninggalkan bayi dalam air sendirian atau di tempat tidur, kursi, atau meja. Bayi dapat tenggelam atau jatuh dan kepalanya terluka.


(23)

3) Hindari pemberian apapun melalui mulut bayi selain ASI. Bayi bisa tersedak

4) Baringkan bayi pada alas keras pada punggungnya atau pada sisi badannya.

5) Hindari penggunaan bantal pada kepala bayi dan tempat tidurnya. d. Mencegah infeksi

1) Cuci tangan selalu sebelum memegang bayi.

2) Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih selalu dan letakkan popok dibawah tali pusat. Jika pusat kotor, cuci basuh dengan air bersih yang telah dimasak. Jangan memberi apapun pada pusat bayi.

3) Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan dengan air bersih dan hangat dengan sabun setiap hari.

4) Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan siapapun yang memegaang bayi mencuci tangannya terlebih dahulu.

2. Tanda-tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir

1. Pernafasan : sulit atau lebih dari 60 kali per menit

2. Kehangatan : terlalu panas (> 38 0C) atau terlalu dingin (<36 0

6. Tinja/kemih : tidak berkemih dalam tiga hari, atau tidak berkemih dalam 24 jam.

C). 3. Warna : kuning (terutama pada 24 jam pertama). Biru atau

pucat.

4. Pemberian makan : hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel, banyak muntah, tinja lembek, ada lendir atau darah pada tinja. 5. Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk.


(24)

30 7. Aktifitas : menggigil atau tangis yang tidak biasa, rewel, lemas,

terlalu mengantuk, kejang.

Hal yang harus dilakukan apabila terjadi tanda bahaya pada ibu dan bayi baru lahir adalah segera melaporkan pada petugas kesehatan atau membawa ke petugas kesehatan agar segera mendapat pertolongan (Pusdiknakes, 2003).

C. Partisipasi Suami dalam Asuhan Masa Nifas

Pengertian partisipasi dalam kesehatan reproduksi adalah bentuk nyata dari kepedulian dan keikutsertaan suami dalam pelaksanaan upaya-upaya kesehatan reproduksi. Asuhan masa nifas merupakan salah satu bentuk dari upaya pemeliharaan reproduksi (BKKBN, 2000). Kesehatan reproduksi merupakan suatu kesehatan dalam keadaan sempurna baik fisik, mental, sosial dan lingkungan serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (BKKBN, 2001). Pandangan baru yang perlu diperkenalkan dan lebih disosialisasikan kembali untuk memberdayakan kaum suami mendasarkan pada pengertian bahwa : Suami memainkan peranan yang sangat penting terutama dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan kesehatan reproduksi pasangannya, suami sangat berkepentingan terhadap kesehatan reproduksi pasangannya, saling pengertian serta kesetimbangan peranan antara kedua pasangan dapat membantu meningkatkan perilaku yang kondusif terhadap peningkatan kesehatan reproduksi. Pasangan yang selalu berkomunikasi tentang rencana keluarga maupun kesehatan reproduksi antara satu dengan yang lainnya akan mendapatkan keputusan yang lebih efektif dan lebih baik. Begitu pentingnya partisipasi suami dalam asuhan mulai dari kehamilan sampai masa nifas, namun ini keadaan masih merupakan bagian kecil dalam


(25)

masyarakat Indonesia. Dari hasil penelitian diketahui partisipasi suami dalam kesehatan

reproduksi masih sangat rendah (BKKBN, 2000). Beberapa pandangan yang salah di atas harus diluruskan. Kesadaran, pengetahuan, sikap, dan perilaku suami dalam

kesehatan reproduksi umumnya dan asuhan masa nifas khususnya perlu ditingkatkan. Partisipasi suami dalam asuhan mulai dari kehamilan sampai masa nifas merupakan salah satu perwujudan kesetaraan dan keadilan gender dalam menunaikan tanggung jawabnya untuk membina keluarga yang berkualitas (BKKBN, 2001). Perlunya peningkatan partisipasi suami dalam asuhan mulai dari kehamilan sampai masa nifas karena suami merupakan pasangan atau patner dalam proses reproduksi, sehingga beralasan apabila suami isteri berbagi tanggung jawab dan peranan secara seimbang untuk mencapai kesehatan reproduksi dan berbagai beban untuk mencegah penyakit serta komplikasi kesehatan reproduksi dan kehamilan, suami juga bertanggung jawab secara sosial, moral, dan ekonomi dalam membangun keluarga. Suami secara nyata terlibat dalam fertilitas dan mereka mempunyai peran yang penting dalam mengambil keputusan. Partisipasi dan tanggung jawab suami baik secara langsung maupun tidak langsung dalam asuhan kehamilan saat ini masih rendah. Partisipasi suami sangat dibutuhkan untuk dukungan psikis, fisik, sosial, dan spiritual. Partisipasi dalam asuhan masa nifas ini merupakan refleksi dari peran suami dalam keluarga (BKKBN, 2001).

D. Perilaku Suami Suku Batak Toba dalam Merawat Ibu Nifas

1. Suami dapat melakukan pekerjaan ibu sehari-hari seperti memasak, mencuci pakaian dan merapikan rumah.

2. Suami membuat arang di bawah atau di samping ibu, supaya ibu dan bayi merasa hangat dan bayi tidak hipotermi.


(26)

32 3. Suami memberi air nira (tuak) dan juga bir hitam kepada ibu dengan anggapan supaya ibu cepat sehat dan bisa kuat kembali bekerja ke sawah apabila sudah sehat total, karena kebanyakan mata pencaharian mereka adalah bertani.

4. Suami juga memberi makanan yaitu bangun-bangun dan ayam napinadar, supaya sisa darah yang ada di rahim ibu cepat keluar dan ibu cepat sehat dan memperlancar ASI.

5. Membantu ibu untuk berkemih, mandi, dan mengganti pakaian jika ibu menginginkannya.

6. Membantu merawat bayi

Jika suami bekerja pada siang hari, tugas merawat bayi dapat digantikan ayah pada malam harinya. Misalnya dengan membagi waktu malam menjadi dua paruh waktu pertama (pukul 21.00 – 24.00) untuk istri, paruh waktu berikutnya (24.00 – 04.00) untuk suami. Pada malam hari itu suami bisa mengambil tugas mengganti popok bayi, mengganti baju, atau mengayun bayi sementara istri hanya menyusui.

7. Ayah menyusui

Yaitu ayah yang mendukung dan berpartisipasi dalam proses pemberian ASI agar ASI keluar lebih lancar.

a. Suami melihat kepada istri saat menyusui bayi, mendekap bayi dalam pelukan, dan suami bisa membantu menyediakan makanan dan minuman bagi istri yang menyusui, misalnya membuatkan segelas susu hangat saat istri menyusui.

b. Jangan tidur sepanjang malam tapi tunjukkan solidaritas dalam kegiatan menyusui di malam hari, misalnya mengangkat bayi dari ranjang untuk


(27)

diserahkan kepada istri, lalu mengembalikan bayi ke ranjangnya usai menyusui.

c. Suami dapat mengurangi keletihan istri akibat menyusui dengan memijat bahunya.

d. Terhadap bayi, usapan lengan ayahnya saat ia tengah menyusu umumnya menyenangkan, meskipun ada juga bayi yang sangat sensitif sehingga tidak ingin diganggu saat tengah menyusu.

e. Suami bisa membantu memberikan ASI perahan pada bayi saat istri tidak bisa memberikan ASI secara langsung suami bisa berada di samping istri yang tengah menyusui sambil memberikan semangat pada istri untuk terus memberikan ASI-nya, juga kekaguman dan penghargaan.

E. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau makhluk hidup yang mempunyai aktifitas masing-masing disepanjang kegiatan yang dilakukannya seperti : berjalan, berfikir, berbicara, berpendapat, bereaksi dan lain sebagainya. Bloom membedakan perilaku dalam tiga bentuk komponen yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : perilaku dalam bentuk pengetahuan yang artinya mengetahui situasi atau rangsangan dari luar, perilaku dalam bentuk sikap artinya tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar subjek, dan perilaku dalam bentuk tindakan artinya sudah kongkrit yang berupa perbuatan terhadap situasi atau rangsangan dari luar.


(28)

34

Penelitian Rongers (1974) mengungkapkan bahwa seseorang mengadopsi perilaku di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu :

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus.

b. Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut bagi dirinya, hal ini berarti responden sudah lebih baik lagi.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus bagi dirinya hal ini berarti sikap responden sudah mulai baik lagi.

d. Trial (percobaan) dimana orang mulai mencoba berprilaku baru.

e. Adoption (adopsi) dimana subjek sudah berperilaku sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Skiner (1938) adalah seorang ahli perilaku mengungkapkan bahwa perilaku adalah hasil hubungan antara perangsang atau stimulus dan respon.

Skiner membedakan perilaku menjadi 2 respon yaitu :

a. Respon atau refleksif adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan yang disebut electing stimuli karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. b. Operant respon atau instrumental respon adalah respon yang timbul dan

berkembang diikuti oleh perangsang ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer karena rangsangan tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan organisme (Notoatmodjo, 2007).

2. Alasan Seseorang Berperilaku

Menurut para tim kerja World Health Organization (WHO) bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku atau tidak berperilaku ada empat alasan yaitu : a. Pemikiran atau perasaan yaitu : dalam bentuk pengalaman diri atau orang lain.


(29)

b. Referensi atau acuan yaitu apabila seseorang itu penting untuknya maka apa yang dikatakan atau perbuat cenderung untuk ditiru.

c. Sumber daya (resources) mencakup sarana dan prasarana atau fasilitas uang pelayanan dan juga keterampilan.

d. Sosial budaya (culture) kebudayaan perilaku normal apabila kebiasaan nilai bersumber dan selanjutnya kebudayaan berpengaruh terhadap perilaku (Notoatmodjo, 2007).

3. Teori Determinan Perilaku

a. Teori Lawrence Green (1980) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku adalah sebagai berikut :

1) Faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2) Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya Puskesmas, obat-obatan dan lain-lain.

3) Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

b. Teori WHO (1948)

Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan orang berperilaku adalah karena adanya beberapa alasan yaitu :

1) Pengetahuan


(30)

36 2) Kepercayaan

Kepercayaan sering kita peroleh dari orang tua, kakek atau nenek, seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

3) Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.

4) Orang penting sebagai referensi

Perilaku lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting, apabila seseorang itu penting baginya maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

5) Sumber-sumber daya

Sumber daya mencakup uang, waktu, tenaga dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang.

6) Perilaku normal

Kebiasaan, nilai, dan penggunaan sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan.

4. Bentuk Perilaku

a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan ini terjadi melalui panca indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan


(31)

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominant yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Pengetahuan yang mencakup dominant kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :

1) Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintrospeksikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi dapat juga diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode dan prinsip dalam konteks atau situasi lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.


(32)

38 5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam sesuatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis berarti suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang sudah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap sesuatu materi atau objek. Penilaian didasarkan kepada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus social. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.

1) Ciri-ciri Sikap

a) Sikap dibentuk dan diperoleh sepanjang perkembangan seseorang dalam hubungan objek tertentu.

b) Sikap dapat berubah sesuai dengan keadaan dan syarat-syarat tertentu terhadap suatu kelompok.

c) Sikap dapat berupa suatu hal tertentu tetapi dapat juga berupa kumpulan dari hal-hal tersebut.

Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi perasaan (Heri Purwanto, 1994) dalam bagian lain Allport (1945) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen yaitu :


(33)

1) Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek. 2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3) Kecenderungan untuk bertindak (tren to behave) seperti halnya dengan pengetahuan.

2) Tingkatan Sikap

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau objek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

b. Merespon (responding)

Memberi jawaban bila ditanya, dan menyelesaikan tugas yang diberikan ini adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala yang telah dipilihnya merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap ini dapat dilakukan secara langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat responden terhadap suatu objek (Notoadmodjo, 2007).

c. Tindakan

Tindakan adalah sikap yang belum otomatis dalam suatu tindakan, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata maka diperlukan faktor pendukung lain. Tindakan merupakan aturan yang mengadakan adanya hubungan erat antara sikap dan tindakan yang didukung oleh sikap yang mengatakan bahwa sikap


(34)

40 merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak (Heri Purwanto, 1999).

1. Tingkatan tindakan a) Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b) Respon Terpimpin (quided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

c) Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan, maka ini sudah mencapai praktek tingkat tiga. d) Adopsi (Adoption)

Adopsi adalah tindakan yang sudah berkembang dengan baik yang berarti bahwa tindakan sudah dimodifikasi dengan baik tanpa mengurangi kebenaran tindakan lanjut (Notoadmodjo, 2007).


(35)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah tentang perilaku suami suku Batak Toba dalam merawat ibu masa nifas dan bayi baru lahir di Kecamatan Percut Sei Tuan Kelurahan Kenangan Kabupaten Deli Serdang.

Hal ini dapat dilihat dari kerangka konsep peneliti dibawah ini :

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Suami suku Batak Toba dalam merawat ibu nifas Perilaku

- Pengetahuan - Sikap


(36)

27 B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala 1. Pengetahuan Hasil dari tahu

suami dalam merawat ibu masa nifas yang meliputi :

- Pengertian masa nifas

- Manfaat melakukan mobilisasi dini - Perawatan ibu

selama masa nifas

- Perawatan bayi - Tanda bahaya

pada ibu nifas - Tanda bahaya

pada bayi

Kuesioner Dengan menghitung jawaban dengan menggunakan item :

Benar = nilai 1 Salah = nilai 0

a. Baik : bila

benar 76-100%

b. Cukup baik : bila benar

56-75%

c. Kurang baik: bila benar <56%

Ordinal

2. Sikap Respon/reaksi suami tentang perawatan ibu nifas yang meliputi suami setuju atau tidak setuju - Sikap suami

untuk merawat

Kuesioner Dengan menghitung jawaban dengan menggunakan item :

3 = Sangat setuju 2 = Setuju

a. Baik : bila benar 76-100% b. Cukup baik :

bila benar

56-75%

c. Kurang baik: bila benar <56%


(37)

ibu masa nifas - Sikap suami

untuk merawat bayi

1 = Tidak setuju

3 Tindakan Perbuatan nyata yang dilakukan secara langsung oleh suami dalam merawat ibu nifas yang meliputi : dilakukan atau tidak dilakukan - Tindakan suami

dalam melakukan perawatan ibu nifas

- Tindakan suami dalam

melakukan perawatan pada bayi

Kuesioner Dengan menghitung jawaban dengan menggunakan item :

3 = Selalu 2 = Kadang 1 = Tidak pernah

a. Baik : bila benar 76-100% b. Cukup baik :

bila benar

56-75%

c. Kurang baik: bila benar <56%


(38)

29 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku suami suku Batak Toba dalam merawat ibu masa nifas di Kelurahan Kenangan Kabupaten Deli Serdang.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua suku Batak Toba yang mempunyai istri sedang dalam masa nifas sebanyak 53 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 37 orang dengan menggunakan accidental sampling yaitu dengan menggunakan kriteria

Adapun kriteria dalam sampel ini adalah : 1.Suami dari istri yang sedang nifas 2.Bersedia menjadi responden 3.Agama Kristen Protestan


(39)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Percut Sei Tuan Kelurahan Kenangan Kabupaten Deli Serdang tahun 2010.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari sampai April 2011.

D. Pertimbangan Etik

Sebelum mengadakan penelitian, peneliti menunjukkan surat permohonan penelitian kepada Ketua Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU guna mendapatkan surat permohonan persetujuan penelitian. Setelah mendapat surat ijin penelitian dari pendidikan peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Lurah tempat penelitian akan diadakan. Dan untuk dapat izin penelitian, peneliti mengambil surat pengantar dari Lurah yang ditujukan kepada Kepala Lingkungan, setelah itu peneliti langsung melakukan penelitian. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu memberikan surat persetujuan untuk menjadi responden. Jika responden setuju maka dia bisa menjadi sampel dan penelitian akan menjaga kerahasiaan responden dengan tidak mencantumkan identitas pada lembar kuesioner. E. Instrumen Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan instrumen berupa kuesioner yang dibuat oleh peneliti. Kuesioner tentang data demografi responden meliputi umur, pendidikan, pekerjaan. Pertanyaan untuk pengetahuan sebanyak 10 soal dengan bentuk pertanyaan tertutup yang terdiri dari pilihan jawaban : a, b, atau c jika


(40)

menjawab benar maka diberi nilai satu (skor = 1), sedangkan jika menjawab salah diberi nilai nol (skor = 0).

Pertanyaan untuk sikap sebanyak 10 pertanyaan dengan bentuk pertanyaan tertutup yang terdiri dari pilihan jawab : sangat setuju, setuju, tidak setuju.skor Sangat Setuju (SS) = 3, Setuju (S) = 2, Tidak Setuju (TS) = 1. Total skor diperoleh nilai terendah 10 dan nilai tertinggi 30. Jadi semakin tinggi skor semakin baik sikap suami dalam merawat ibu masa nifas.

Pertanyaan untuk tindakan sebanyak 10 soal dengan bentuk pertanyaan tertutup yang terdiri dari pilihan jawaban : dilakukan, dan tidak pernah. Jika menjawab selalu maka skor 3, jika menjawab kadang-kadang maka skor 2, dan jika menjawab tidak pernah maka skor 1. Total skor terendah 10 dan total skor tertinggi 30. Jadi semakin tinggi jumlah skor maka semakin baik tindakan suami dalam merawat ibu masa nifas. F. Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah menunjukkan bahwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang akan diukur, yang sudah dirumuskan dalam definisi operasional. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian dengan validitas isi (content validity) yang dibuat dengan berlandaskan teori dan dikonsulkan pada ahlinya.

Uji reliabilitas adalah ketepatan suatu alat ukur, uji reliabilitas dilakukan untuk melihat alat dapat dipercaya atau dapat diandalkan untuk digunakan sebagai alat ukur (Arikunto, 2006). Uji reliabilitas dalam penelitian mengukur tingkat kestabilan jawaban yang diberikan responden atas pertanyaan dari kuesioner. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur dimensi variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya 0,6 atau lebih dari 0,6 sudah memenuhi syarat reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan pada 10 orang


(41)

suami suku Batak Toba yang mempunyai kriteria yang sama dengan sampel di Kec Huta Bayu Raja pada awal bulan Februari. Kemudian dapat diolah untuk mencari koefisien reliabilitas Alpha Cronbach.

G. Pengumpulan Data

Peneliti melakukan penelitian di Kelurahan Kenangan Kab Deli Serdang. Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan surat survei pendahuluan kepada kepala Lurah kenangan untuk melihat apakah ada warga Batak Toba/sampel yang sesuai dengan kriteria. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendatangi rumah responden masing-masing kemudian diberi penjelasan singkat tentang cara mengisi kuesioner dan menjelaskan tujuan penelitian ini. Kemudian berikan kuesioner pada responden untuk diisi. Kode responden diisi oleh peneliti, setelah responden menjawab pertanyaan pada kuesioner. Peneliti mengumpulkan kuesioner untuk diolah.

H. Pengolahan Data a. Editing

Melakukan pengecekan terhadap item isian kuesioner, apakah jawaban sudah lengkap, bila terdapat kesalahan atau kekurangan maka dilakukan perbaikan.

b. Coding

Data yang telah di edit diubah kedalam bentuk angka (kode) c. Tabulating

Untuk memperoleh analisis data, pengolahan data serta pengambilan kesimpulan, data dimasukkan ke dalam bentuk distribusi frekuensi.


(42)

I. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat, semua variabel dianalisis secara deskriptif dengan menghitung frekuensinya.

Dari pengolahan data deskriptif, data demografi disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat pengetahuan, sikap dan tindakan suami suku Batak Toba dalam merawat ibu nifas.


(43)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dikemukakan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Perilaku Suami Suku Batak Toba dalam Perawatan Ibu Nifas pada 37 responden tahun 2011.

A. Hasil penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 37 suami suku Batak Toba mengenai “Perilaku Suami Suku Batak Toba dalam Perawatan Ibu Nifas Tahun 2011” diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Karakteristik Demografi

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden dari Suami Suku Batak Toba dalam Perawatan Ibu Nifas

Karekteristik Frekuensi Persentase Umur

 20-25 tahun  26-30 tahun  31-35 tahun  36-40 tahun

4 16 11 6 10,8 43,2 29,7 19,2 Pendidikan  SD  SMP  SMA

 D III

 S 1

3 5 21 5 3 8,1 13,5 56,8 13,5 8,1 Pekerjaan  PNS

 Pegawai Swasta  Wiraswasta  Petani 3 8 18 8 8,1 21,6 48,6 21,6


(44)

47

Dari tabel diatas menunjukkan karekteristik responden berdasarkan umur adalah berumur antara 20-25 tahun sebanyak 4 orang (10,8), berumur antara 26-30 tahun sebanyak 16 orang (43,2), berumur antara 31-35 tahun sebanyak 11 orang (29,7). Hal ini berarti mayoritas umur responden 26-30 tahun sebanyak 16 orang (43,2).

Dari tabel diatas menunjukkan karekteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan adalah SD sebanyak 3 orang (8,1), SMP sebanyak 5 orang (13,3), SMA/STM sebanyak 21 orang (56,8), D III sebanyak 5 orang (13,5), dan S1 sebanyak 3 orang (8,1). Hal ini berarti bahwa mayoritas pendidikan responden SMA/STM sebanyak 21 orang (56,8).

Dari tabel diatas menunjukkan karakteristik responden berdasarkan pekerjaan adalah PNS sebanyak 3 orang (8,1), Pegawai swasta sebanyak 8 orang (21,6), wiraswasta sebanyak 18 orang (48,6), dan petani sebanyak 8 orang (21,6). Hal ini berarti bahwa mayoritas pekerjaan responden wiraswasta sebanyak 18 orang (48,6).

2. Tingkat Pengetahuan Suami Suku Batak Toba dalam Perawatan Ibu Nifas Berdasarkan hasil penelitian, distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuesioner pengetahuan suami suku Batak Toba dalam perawatan ibu nifas di Kelurahan Kenangan dari 37 responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(45)

Tabel 5.2

Distribusi responden Pertanyaan Pengetahuan berdasarkan Suami Suku Batak Toba dalam Perawatan Ibu Nifas

No Pertanyaan

Pilihan Jawaban

Benar Salah

F % F %

1 Pengertian masa nifas 23 62.1 14 37.8

2 Pengertian mobilisasi (pergerakan)dini 29 70.2 8 21.6

3 Manfaat penggunaan arang 31 83.3 6 16.2

4 Manfaat mobilisasi (pergerakan)dini 36 97.2 1 2.7 5 Manfaat pemberian air nira(tuak) 34 91.8 3 8.1 6 Masalah bila ibu nifas kurang istirahat 35 94.5 2 5.4 7 Manfaat makan bangun-bangun 31 83.7 6 16.2 8 Kapan baiknya melakukan hubungan seksual 37 100 - -

9 Manfaat makan napinadar 37 100 - -

10 Makanan pada bayi baru lahir 24 64.8 13 35.1

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang pengetahuan suami suku Batak Toba dalam perawatan ibu nifas sebagian besar menjawab ’benar’ adalah pertanyaan tentang berhubungan seksual dan pertanyaan tentang manfaat makan napinadar , yaitu 37 orang (100%), sedangkan sebagian besar menjawab ‘Salah’ adalah pertanyaan tentang pengertian masa nifas yaitu 14 orang (37.8%).

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, pengetahuan responden dalam perawatan ibu nifas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Suami Suku Batak Toba DalamPerawatan Ibu Nifas

Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 36 97,3

Cukup 1 2,7

Total 37 100


(46)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan suami suku batak toba berpengetahuan baik sebanyak 36 orang (97,3%), berpengetahuan cukup sebanyak 1 orang (2,7%), dan tidak ada yang berpengetahuan kurang.

3. Sikap Suami Suku Batak Toba Dalam Perawatan Ibu Nifas

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuesioner sikap suami suku Batak Toba dalam perawatan ibu nifas di Kelurahan Kenangan dari 37 responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.4

Distribusi Responden Pernyataan Sikap Suami Suku Batak Toba Dalam Perawatan Ibu Nifas

No Pernyataan

Pilihan Jawaban Sangat

Setuju Setuju

Tidak Setuju

F % F % F %

1. Suami membantu ibu melakukan mobilisasi

30 81.0 7 18.9 - - 2. Suami memberikan air nira (tuak) 22 59.4 15 40.5 - - 3. Suami dapat mengantikan pekerjaan ibu

selama masa nifas

19 51.3 17 49.9 1 2.7 4. Suami memasak dan memberikan

napinadar

14 37.8 19 51.3 4 10.8 5. Suami segera menangkan bayi bila

nangis/rewel

21 56.7 13 35.1 3 8.1 6. Suami memasak bangun-bangun 24 64.8 11 29.7 2 5.4 7. Suami membuatkan arang disamping ibu 20 54 14 37.8 3 8.1 8. Suami mengganti popok bila bayi

mengompol

9 24.3 21 56.7 7 18.9 9. Ibu istirahat selama 2 bulan 12 32.4 16 43.2 9 24.3 10. Kurang istirahat mengganggu pemulihan

kesehatan ibu

8 21.6 11 29.7 18 48.6

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuesioner sikap dalam perawatan ibu nifas dari 37 responden sebagian besar responden menjawab sangat setuju adalah pernyataan tentang mobilisasi/pergerakan yaitu 30 orang (81.0%), dan menjawab setuju pada pernyataan tentang suami menunggu ibu


(47)

menggantikan popok bayi yaitu sebanyak 21 oarang (56.7%) sedangkan sebagian besar menjawab tidak setuju adalah pernyataan tentang kurang istirahat tidak akan mengganggu pemulihan kesehatan ibu yaitu sebanyak 18 orang (46.6%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Berdasarkan perhitungan kategori yang ditetapkan, sikap responden dalam perawatan ibu nifas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Sikap Suami Suku Batak Toba Dalam Perawatan Ibu Nifas

Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 19 51,4

Cukup 18 48,6

Total 37 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap suami suku batak toba dalam merawat ibu nifas memiliki sikap baik sebanyak 19 orang (51,4%), cukup sebanyak 18 orang (48,6%)

4. Tindakan Suami Suku Batak Toba Dalam Perawatan Ibu Nifas

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuesioner tindakan suami suku Batak Toba dalam perawatan ibu nifas di Kelurahan Kenangan dari 37 responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(48)

Tabel 5.6

Distribusi Responden Pertanyaan Tindakan Suami Suku Batak Toba Dalam Perawatan Ibu Nifas

No Pertanyaan

Pilihan Jawaban

Ya Tidak

F % F %

1 Selesai persalinan suami membuat arang disamping ibu

37 100 - - 2 Suami membantu ibu buang air kecil? 36 97.2 1 2.7 3 Suami memberikan air nira (tuak) ? 37 100 - - 4 Suami berada disamping ibu bila ibu sedang

memandikan bayi

16 21 2.7

5 Suami memberikan makanan bangun-bangun dan napinadar kepada ibu

37 100 - - 6 Suami ikut terjaga bila ibu sedang menyusui di

malam hari

37 100 - - 7 Suami mengganti popok bayi bila basah 37 100 - - 8 Suami memberi ibu minum bir hitam 37 100 - - 9 Suami memijat bahu ibu bila letih 37 100 - - 10 Suami memberikan makanan bergizi kepada ibu 26 70.2 11 29.7

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuesioner tindakan dalam perawatan ibu nifas dari 37 responden (100%) menjawab melakukan tindakan yaitu tentang memberikan minuman tuak (nira) kepada ibu dan 37 responden (100%) menjawab melakukan tindakan yaitu tentang pemberian makanan bangun-bangun dan napinadar kepada ibu.

Sedangkan sebagian kecil yaitu 21 orang (2.7%) menjawab tidak melakukan tindakan adalah pernyataan tentang suami mendampingi ibu saat memandikan bayi.


(49)

Berdasarkan perhitungan kategori yang ditetapkan, tindakan responden dalam perawatan ibu nifas dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Tindakan Suami Suku Batak Toba Dalam Perawatan Ibu Nifas

Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 37 100

Total 37 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan suami suku batak toba dalam merawat ibu nifas memiliki tindakan baik sebanyak 37 orang (100%).

B. Pembahasan

Dalam pembahasan ini, peneliti akan menjawab pertanyaan peneliti yaitu bagaimanakah perilaku suami suku batak toba dalam perawatan ibu nifas ?

1. Pengetahuan responden suku batak toba dalam perawatan ibu nifas

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan suami suku Batak Toba dalam perawatan ibu nifas di Kelurahan Kenangan Kabupaten Deli Serdang tahun 2011 telah ditemukan bahwa suami berpengetahuan baik sebanyak 36 responden (97.3%) dan rata-rata umur responden antara 26-30 tahun sebanyak 16 responden (43.2%) dan pengetahuan suami baik ini berhubungan dengan tingkat pendidikan yang mayoritas SMA/STM sebanyak 21 responden (56.8%) dan pekerjaan suami yang mayoritas wiraswasta sebanyak 18 responden (48.6%) Sehingga membentuk pengetahuan yang baik. Pembahasan yang diangkat peneliti yaitu berdasarkan pengetahuan suami :


(50)

a. Pengetahuan Suami memberikan makanan pada ibu nifas berdasarkan suku Batak Toba

Adapun pengetahuan tentang perawatan ibu nifas tersebut yang berhubungan dengan budaya/kebiasaan yang berlaku pada suku batak tersebut adalah pertanya mengenai pemberian makanan napinadar. 37 respoden (100%) suami suku batak toba memberikan makanan tersebut kepada ibu yang anggapan mereka makanan tersebut dapat membantu mengeluarkan sisa darah dari kandungan ibu sehabis melahirkan .

b. Pengetahuan Suami memberikan minuman pada ibu nifas berdasarkan suku Batak Toba

Pengetahuan suami suku batak toba pada pertanyaan tentang pemberian minuman seperti tuak (nira) ini dianggap sangat penting untuk ibu sehabis melahirkan yang anggapan mereka tuak (nira) dapat membantu menghangatkan tubuh ibu dari dalam dan juga dapat membantu memperlancar ASI ibu. Sehingga peneliti mendapatkan hasil bahwa hampir semua suami melakukannya yaitu sekitar 34 responden (91.8%)

Menurut Notoadmodjo 2007 sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

.

2. Sikap responden suami suku batak toba dalam perawatan ibu nifas

Berdasarkan hasil penelitian, sikap suami suku Batak Toba dalam perawatan ibu nifas di Kelurahan Kenangan Kabupaten Deli Serdang tahun 2011 telah ditemukan bahwa suami yang bersikap baik sebanyak 19 responden (51.4%) hal sesuai dengan tingkat pendidikan suami yang mayoritas SMA/STM sebanyak 21 responden (56.8%) dan pekerjaan suami mayoritas wiraswasta sebanyak 18 responden (48.6%). Ini


(51)

didukung karna pengetahuan suami yang baik sehingga sikap suami cenderung baik. Pembahasan yang diangkat penelitian yaitu berdasarkan sikap suami :

a. Sikap suami memberikan makanan pada ibu nifas berdasarkan suku Batak Toba

Pada pertanyaan sikap mengenai tentang pemberian makanan bangun-bangun kepada ibu masa nifas responden menjawab sangat setuju atau sekitar 24 responden (64.8%) yang anggapan mereka bahwa makanan bangun-bangun tersebut dapat memperlancar ASI ibu

b. Sikap suami memberikan minuman pada ibu nifas berdasarkan suku Batak Toba

Pada pertanyaan sikap mengenai pemberian air tuak (nira) pada ibu masa nifas responden menjawab sangat setuju atau sekitar 22 orang responden (59,2%) yang anggapan meraka bahwa air nira tersebut dapat menghangatkan tubuh ibu dari dalam dan juga dapat memperlancar ASI ibu. Sikap tersebut sesuai dengan pengetahuan responden

c. Sikap suami terhadap penggunaan arang pada ibu nifas berdasarkan suku Batak Toba

Pada pertanyaan sikap mengenai tentang pembuatan arang disamping ibu sehabis melahirkan, responden menjawab sangat setuju yaitu sekitar 20 orang responden (54%) yang anggapan meraka bahwa arang tersebut dapat membuat ibu nyaman dan dapat menghangatkan tubuh ibu dari luar.

Maka dari hasil penelitian di atas bahwa budaya suku Batak Toba mengenai perawatan ibu pada masa nifas masih berlangsung dari dulu hingga sekarang.

Sikap suami dalam merawat ibu masa nifas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain karena adanya pengetahuan suami mengenai perawatan ibu nifas, cara


(52)

memperoleh informasi, adanya kepercayaan yang diperoleh dari orang tua sumber-sumber yang mencakup uang, waktu dan tenaga dan dapat dipengaruhi oleh kebudayaan di masyarakat setempat.

3. Tindakan responden suami suku batak toba dalam perawatan ibu nifas

Tindakan adalah suatu perbuatan nyata dari sesuatu yang telah disikapi. Untuk mewujudkan suatu sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata maka diperlukan faktor pendukung lain.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh tindakan responden dengan kategori baik sekitar 37 responden (100%). Dan bila kita lihat rincian hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap 37 responden maka :

a. Tindakan suami menggunakan arang pada ibu nifas berdasarkan suku Batak Toba

Pada pertanyaan tindakan mengenai pembuatan arang sehabis melahirkan disamping ibu sebanyak 37 responden (100%) hal ini didukung karna pengetahuan dan sikap suami terhadap perawatan ibu nifas pada suku Batak Toba termasuk dalam kategori baik sehingga terwujud tindakan suami yang baik pula

b. Tindakan suami memberikan minuman pada ibu nifas berdasarkan suku Batak Toba

Pada pertanyaan tindakan mengenai pemberian minuman tuak (air nira) pada ibu nifas sebanyak 37 responden (100%). Hal ini didukung karena pengetahuan suami dan sikap suami termasuk dalam kategori baik sehingga terwujud tindakan suami yang baik pula dalam merawat istri sedang nifas


(53)

c. Tindakan suami memberi makanan pada ibu nifas berdasarkan suku Batak Toba

Pada pertanyaan tindakan mengenai pemberian makanan bangun-bangun dan napinadar sebanyak 37 responden (100%). Hal ini di dukung karena pengetahuan suami dan sikap suami termasuk dalam kategori baik sehingga terwujud tindakan suami yang baik juga.

Dari hasil di atas maka sikap suami suku batak toba sesuai dengan aplikasinya dalam tindakan nya merawat ibu masa nifas. Maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang baik dan sikap yang baik dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan yang lebih baik.

Menurut Notoadmodjo, 2007 pengetahuan dan sikap sangat erat kaitannya terhadap tindakan/perilaku. Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa pengetahuan responden suami suku batak toba tentang perawatan ibu nifas sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik dan sikap yang baik, sehingga suami suku Batak Toba juga melakukan tindakan yang baik dalam perawatan ibu masa nifas karna tindakan dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti telah berupaya semaksimal mungkin untuk memperoleh data yang sebenarnya dan mengontrol kondisi yang berkaitan dengan proses dan hasil penelitian secara optimal, namun berbagai kendala tidak jarang muncul sehingga berbagai kelemahan dan keterbatasan pada saat melaksanakan penelitian ini antara lain yaitu, dalam melaksanakan penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden. Sehingga timbul keengganan responden dalam mengungkapkan keadaan yang sebenarnya. Sehingga perlu dijelaskan kepada responden


(54)

bahwa penelitian dilakukan untuk pengembangan ilmu, segala rahasia tentang diri responden dijaga.


(55)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perilaku suami suku batak toba dalam perawatan ibu nifas di Kelurahan Kenangan Kabupaten Deli Serdang tahun 2011, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil distribusi pengetahuan yang dilakukan terhadap 37 responden tentang perilaku suami suku Batak Toba dalam perawatan ibu nifas di Kel. Kenangan Kab. Deli Serdang Tahun 2011 sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik yaitu 36 sebanyak orang (97.3%).

2. Dari hasil distribusi sikap yang dilakukan terhadap 37 responden tentang perilaku suami suku Batak Toba dalam perawatan ibu nifas di Kel. Kenangan Kab. Deli Serdang Tahun 2011 sebagian besar responden mempunyai sikap baik yaitu sebanyak 19 orang (51,4%).

3. Dari hasil distribusi tindakan yang dilakukan terhadap 37 responden tentang perilaku suami suku Batak Toba dalam perawatan ibu nifas di Kel. Kenangan Kab. Deli Serdang Tahun 2011 sebagian besar responden mempunyai tindakan baik yaitu sebanyak 37 orang (100%).


(56)

Saran

1. Bagi Petugas Kesehatan

Dari hasil yang diperoleh oleh peneliti bahwa 100% suami suku batak toba membuat arang disamping ibu sehabis melahirkan, dan bila dikaitkan dari segi kesehatan bahwa asap arang tersebut dapat mengaanggu pernafasan ibu dan terutama pada bayi. Maka untuk mengantisipasi masalah tersebut hendaknya kita sebagai pelayan/petugas kesehatan dapat menginformasikan atau dapat merubah pandangan budaya atau kebiasaan suku tersebut secara perlahan tanpa harus membuat mereka tersinggung dan sakit hati. Karna sasaran utama oleh seorang bidan adalah mensejahterakan keluarga terutama ibu dan anak.

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan bagi masyarakat yang tinggal di Kelurahan Kenangan Kabupaten Deli Serdang mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh tim petugas kesehatan mengenai perawatan ibu nifas.

3. Bagi Responden

Dari hasil penelitian bahwa pengetahuan sikap dan tindakan suami termasuk dalam kategori baik, oleh karena itu diharapkan suami tetap memberikan tindakan yang lebih baik lagi dalam merawat ibu nifas sesuai dengan penyuluhan kesehatan yang telah diberikan petugas kesehatan.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, (2002). Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka Arikunto, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Burn, A.A. (2000). Pemberdayaan Wanita Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta :

Andi

BKKBN, (2003). Bahan Pembelajaran Peningkatan Partisipasi Pria Dalam KB Dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : BKKBN

Danuatmadja, B. (2005). 40 Hari Pasca Persalinan. Jakarta : Puspa Swara

Danuatmaja, B., Meiliasari, M. (2003). 40 Hari Pasca Persalinan. Jakarta : Puspa Swara Hidayat, (2007). Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data. Ed. Ke-1.

Jakarta : Salemba Medika

Hurlock, (1998). Psikologi Perkembangan. Ed. Ke-5. Jakarta : Erlangga Jones, D. L (2005). Setiap Wanita. Jakarta

Kasdu, (2003). Operasi Caesar. Ed. Ke-2. Jakarta : Puspa Swara

Machfoedz. (2005). Metodelogi Penelitian Untuk Mahasiswa Institusi Kesehatan Keperawatan Dan Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya

Mochtar. (1998). Sinopsis Obstetri. Ed. Ke-2. Jakarta : EGC

Notoatmodjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta __________. (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta __________. (2007). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Ed-1. Jakarta : Salemba Medika

_________. (2009). Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Ed-2. Jakarta : Salemba Medika


(58)

Saleha, Sitti. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika Suhermi., Widyasih., Rahmawati. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitra

Maya

Saefuddin, (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Tim Penyusun, (2010). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Medan : Program D-IV Bidan Pendidik


(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : RIRIS SITORUS

Tempat/ Tanggal Lahir : Raja Maligas, 09 Januari 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan Nama Ayah : Mula Sitorus Nama Ibu : Minaria Manurung Anak : 5 dari 5 bersaudara

Alamat : Jalan. Besar Raja Maligas I RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1993 – 1999 : SD Negri 091552

Tahun 1999 - 2002 : SMPN 2 HutaBayu Raja

Tahun 2002 – 2005 : SMA Kampus FKIP Nomensen Pematang Siantar Tahun 2005 -2008 : Poltekkes Depkes RI Medan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : RIRIS SITORUS

Tempat/ Tanggal Lahir : Raja Maligas, 09 Januari 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan Nama Ayah : Mula Sitorus Nama Ibu : Minaria Manurung Anak : 5 dari 5 bersaudara

Alamat : Jalan. Besar Raja Maligas I RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1993 – 1999 : SD Negri 091552

Tahun 1999 - 2002 : SMPN 2 HutaBayu Raja

Tahun 2002 – 2005 : SMA Kampus FKIP Nomensen Pematang Siantar Tahun 2005 -2008 : Poltekkes Depkes RI Medan