Hubungan Perilaku Martarombo dengan Kepedulian Suku Batak Toba Terhadap Sesama Batak Toba

(1)

HUBUNGAN PERILAKU

MARTAROMBO

DENGAN

KEPEDULIAN SUKU BATAK TOBA TERHADAP SESAMA

SUKU BATAK TOBA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

ERIKA GRESIA SEREPMA SIHOMBING

081301098

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GANJIL, 2014/2015


(2)

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU

MARTAROMBO

DENGAN

KEPEDULIAN SUKU BATAK TOBA TERHADAP SESAMA

SUKU BATAK TOBA

Dipersiapkan dan disusun oleh:

ERIKA GRESIA SEREPMA SIHOMBING 081301098

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 26 Augustus 2014

Mengesahkan Dekan Fakultas Psikologi

Prof. Dr. Irmawati, M.Si, psikolog NIP. 19530131 198003 2 001

Tim Penguji 1. Rodiatul Hasanah S, M.Si., psikolog Penguji I

NIP. 197812192003122004 Merangkap Pembimbing 2. Rahma Fauzia, M.Psi Penguji II

NIP. 197905152010122002

3. Etty Rahmawati, M. Si Penguji III NIP. 198107252008012013


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Hubungan Perilaku Martarombo dengan Kepedulian Suku Batak Toba Terhadap Sesama Batak Toba

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, November 2014

Erika Gresia S. Sihombing NIM 081301098


(4)

Hubungan Perilaku Martarombo dengan Kepedulian Suku Batak Toba Terhadap Sesama Suku Batak Toba

Erika Gresia S. Sihombing dan Rodiatul Hasanah Siregar

ABSTRAK

Suku Batak Toba dikenal sangat melestarikan budaya dan identitas diri mereka. Adat istiadat, bahasa, pakaian tradisional, bahkan kepribadian terus dipertahankan oleh orang Batak Toba dimanapun mereka berada. Solidaritas kelompok orang Batak Toba ditunjukkan dengan keikutsertaan dalam mempersiapkan acara adat baik acara suka maupun duka. Orang Batak Toba memiliki kepedulian dan saling tolong menolong dalam berbagai situasi. Kepedulian adalah cara memelihara hubungan dengan orang lain yang disertai dengan komitmen dan tanggungjawab (Swanson,1991). Kepedulian ini terdorong oleh ikatan Dalihan Na Tolu yang mendasari setiap hubungan kekerabatan diantara orang Batak Toba sehingga dapat menanamkan persekutuan antar masyarakat Batak Toba. Salah satu hal penting yang dilakukan untuk mempertahankan persekutuan adalah martarombo. Martarombo adalah mencari titik pertalian darah terdekat untuk menentukan hubungan kekerabatan (Vergouwen, 2004).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku martarombo dengan kepedulian suku Batak Toba terhadap sesame suku Batak Toba. Jumlah sampel penelitian ini adalah 100 orang Batak Toba yang diperoleh dengan teknik incidental sampling. Alat ukur berupa skala kepedulian terdiri dari 43 aitem dan skala martarombo terdiri dari 10 aitem yang disusun sendiri oleh peneliti. Metode analisis data dalam pengujian hipotesis menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara perilaku martarombo dengan kepedulian suku Batak Toba terhadap sesame suku Batak Toba dengan nilai r sebesar 0,426 dan p sebesar 0,000.


(5)

The Relationship Between Martarombo Behavior with Caring of Batak Toba for other Batak Toba

Erika Gresia S Sihombing and Rodiatul Hasanah Siregar

ABSTRACT

Toba Batak people are known to be preserving their culture and identity. Customs, language, traditional clothing, and even personalitymaintained by the Batak Toba wherever they are. Solidarity of Batak Toba demonstrated by participation in preparing custom event joy and sorrow events.Batak Toba people do caring and help each other in a variety of situations.Caring is how to maintain a relationship with another person who is accompanied by a commitment and responsibility (Swanson, 1991).Caring is driven by bond Dalihan Na Tolu underlying each of kindship among Batak Toba so can embed alliance between society of Batak Toba. One important thing to do to maintain alliance is martarombo.Martarombo is questioning for consanguinity point nearest to determine kinship (Vergouwen, 2004).

This research aimed to determine the relationship martarombo behavior with caring ofBatak Toba for others Toba Batak. The number of samples of thisresearch were 100 Batak Toba people which obtained with incidental sampling technique.Measuring instrument consists of a 43-itemkepedulian scaleand a 10-item martarombo scale compiled by researcher based on dimensions of caring by Swanson (2000) and martarombo scale based on things that are done when doing martarombo. Methods of data analysis in hypothesis testing using Pearson Product Moment correlation techniques.

The results showed there is relationship between martarombo behavior with caringof Toba Batak for other Toba Batak with ris of 0.426 and pis 0,000.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa di surge untuk semua berkat dan penyertaanNya.Karena hanya karena Kasih Karunia-Nya saya mampu menyelesaikan penelitian ini, yang berjudul “Hubungan Perilaku Martarombo Dengan Kepedulian Suku Batak Toba Terhadap Sesama Suku Batak Toba”. Penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat mencapai Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Pembuatan skripsi ini merupakan pengalaman pertama penulis, sehingga penulis mohon maaf jika sekiranya dalam skripsi ini terdapat kejanggalan-kejanggalan, baik isi maupun cara penulisannya, yang masih banyak kesalahan.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta, L.S Sihombing dan M.R Hutabarat. Terima kasih atas kasih sayang, doa, jerih lelah bekerja dan dukungan baik moril maupun materil yang telah diberikan seumur hidup saya. Terima kasih juga kepada kakakku Ester Sihombing, kakakku Elfrida Sihombing dan abang ipar kami Bang Gabe Manurung, adekku Esty Sihombing dan adek bungsu kami Sintongdo Sihombing. Suka dan duka yang dirasakans elama hidup bersama keluarga sampai saat ini merupakan proses pembentukan pribadi yang lua biasa yang Tuhan berikan. Terima kasih juga untuk keluarga besar Sihombing dan Hutabarat, sanak saudara yang memberikan doa dan dukungan kepada kami sekeluarga.


(7)

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari banyak pihak, sangatlah sulit menyelesaikan penelitian ini. Untuk itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Irmawati, M.Si, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, beserta Pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Liza Marini, M.Psi, psikolog selaku dosen pembimbing akademik selama empat tahun lebih. Terima kasih kepada Ibu atas bimbingan dan arahannya selama menjadi mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

3. Rodiatul HasanahSiregar, M.Psi, pembimbing seminar dan skripsi. Terima kasih atas segala bimbingan, saran, arahan dan waktu yang selalu diluangkan hingga penyelesaian skripsi ini. Sangat berterimakasih kepada Ibu atas pengorbanan waktu dan tenaga yang luar biasa.

4. Kedua dosen penguji Ibu RahmaFauzia M.Psi dan Ibu Etti Rahmawati M.Si yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji serta memberikan masukan dan saran yang sangat berarti bagi penulis. 5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara. Terimakasih atas pengabdian, bantuan dan dukungan yang diberikan.

6. Teman-teman KTB Solideo Gloria kak Rani Putri, AlfinePinem dan Susi Tambunan, juga AKKku Regina, Mega, Ecadan Nova. Terima kasih atas


(8)

7. Terimakasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang sering menghabiskan waktu bersama baik semasa kuliah, sharing, jalan, tugas kelompok, bahkan teman-teman yang membantu menyebarkan skala dsb yaitu Debby, Satri, Erika Sinaga, Rentika, Asda, Christine, Susi, Alfine, Laura, kakDewi, Siti, Friska, Hitler, Nisha, Ajeng, Rahma, Fatma, Dina, Rusli, Egi, Tasya, Nana Annisa, Sari, dan seluruh teman-teman seangkatan 2008 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang selalu mendoakan dan mendukung saya. Terima kasih teman-teman untuk dukungan, perjuangan bersama dan kenangan manisnya. Juga kepada kak Erni, kakVivin dan Desy 09, sudah ikut membantu menyebarkan skala.

8. Teman-teman di Pelayanan UKM KMK USU UP Psikologi, adek-adek yang baik Lia, Rani, Tina, Grace, Irvine, Friska, Rahel, Kristin, Ester dan Susi Bancin. Terima kasih atas doa dan dukungannya selamaini.

9. Seluruh orang Batak Toba di kota Medan yang telah bersedia mengisi skala penelitian ini. Terima kasih atas kesedian dan waktunya.

10.Semua pihak dan teman-teman yang mendukung proses penyelesaian penelitian ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Peneliti percaya Tuhan Yesus Kristus akan membalas segala kebaikan saudara semua.


(9)

Seluruh isi penelitian ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab peneliti. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan. Karena itu , peneliti mengharapkan masukan dan kritik yang membangun guna pengembangan penelitian ini. Semoga penelitian ini membawa manfaat bagi rekan-rekan semua.

Medan, November 2014


(10)

DAFTAR ISI

Surat Pernyataan Keaslian Penelitian i

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah `` 7

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Penelitian 7

E. Sistematika Penulisan 8

BAB IILANDASAN TEORI 10

A. Kepedulian 10

1. Definisi Kepedulian 10

2. DimensiKepedulian 13

3. TujuanKepedulian 14

4. Faktor yang Mempengaruhi Kepedulian 15 B. Martarombo 17 C. SukuBatak Toba 20 D. Dimanika Hubungan Perilaku Martarombo dengan kepedulian suku


(11)

E. Hipotesis Penelitian 23

BAB III METODE PENELITIAN 24

A. Identifikasi Variabel Penelitian 24 B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 25 C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel 26 D. Metode dan Alat Pengumpulan Data 28 E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 32

1. Validitas Alat Ukur 32

2. Reliabilitas Alat Ukur 32

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur 34

G. ProsedurPenelitian 37

1. Tahap Persiapan Penelitian 37

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian 38

3. Tahap Pengolahan Data 38

H. MetodeAnalisa Data 38

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 40

A. Karakteristik Subjek Penelitian 40

B. UjiAsumsi Penelitian 41

C.Hasil Analisis Data 43

D.Pembahasan 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51

A. Kesimpulan 51


(12)

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Blue Print Skala Kepedulian Sebelum Uji Coba 30

Tabel 2 : Blue Print Skala Martarombo Sebelum Uji Coba 31

Tabel 3 : Distribusi Aitem-Aitem Setelah Uji Coba Skala Kepedulian 34

Tabel 4 : Distribusi Aitem-Aitem Setelah Uji Coba Skala Martarombo 36

Tabel 5 : Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian 40

Tabel 6 : UjiNormalitas 41

Tabel 7 : UjiLinearitas 42

Tabel 8 : Korelasi antara Perilaku Martarombo dengan Kepedulian 42

Tabel 9 : Deskripsi skor hipotetik data Kepedulian 43

Tabel 10 :Kategorisasi Data hipotetik Kepedulian 44

Tabel 11 : Deskripsi Skor Hipotetik Data Perilaku Martarombo 44

Tabel 12 : Kategorisasi Data Hipotetik Kepedulian 45

Tabel13 : MatriksKategorisasi Variabel Perilaku Martarombo Dengan Kepedulian 46


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Uji daya beda aitem dan reliabilitas Skala PerilakuMartarombo 56 Lampiran 2.Uji daya beda aitem dan reliabilitas Skala Kepedulian 58 Lampiran 3 :SkalaT ry Out dan Penelitian Skala Martarombo dan Skala

Kepedulian 60 Lampiran 4. Data Mentah Skala Martarombo dan Kepedulian 61 Lampiran 5. Hasil Utama Penelitian 68


(15)

Hubungan Perilaku Martarombo dengan Kepedulian Suku Batak Toba Terhadap Sesama Suku Batak Toba

Erika Gresia S. Sihombing dan Rodiatul Hasanah Siregar

ABSTRAK

Suku Batak Toba dikenal sangat melestarikan budaya dan identitas diri mereka. Adat istiadat, bahasa, pakaian tradisional, bahkan kepribadian terus dipertahankan oleh orang Batak Toba dimanapun mereka berada. Solidaritas kelompok orang Batak Toba ditunjukkan dengan keikutsertaan dalam mempersiapkan acara adat baik acara suka maupun duka. Orang Batak Toba memiliki kepedulian dan saling tolong menolong dalam berbagai situasi. Kepedulian adalah cara memelihara hubungan dengan orang lain yang disertai dengan komitmen dan tanggungjawab (Swanson,1991). Kepedulian ini terdorong oleh ikatan Dalihan Na Tolu yang mendasari setiap hubungan kekerabatan diantara orang Batak Toba sehingga dapat menanamkan persekutuan antar masyarakat Batak Toba. Salah satu hal penting yang dilakukan untuk mempertahankan persekutuan adalah martarombo. Martarombo adalah mencari titik pertalian darah terdekat untuk menentukan hubungan kekerabatan (Vergouwen, 2004).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku martarombo dengan kepedulian suku Batak Toba terhadap sesame suku Batak Toba. Jumlah sampel penelitian ini adalah 100 orang Batak Toba yang diperoleh dengan teknik incidental sampling. Alat ukur berupa skala kepedulian terdiri dari 43 aitem dan skala martarombo terdiri dari 10 aitem yang disusun sendiri oleh peneliti. Metode analisis data dalam pengujian hipotesis menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara perilaku martarombo dengan kepedulian suku Batak Toba terhadap sesame suku Batak Toba dengan nilai r sebesar 0,426 dan p sebesar 0,000.


(16)

The Relationship Between Martarombo Behavior with Caring of Batak Toba for other Batak Toba

Erika Gresia S Sihombing and Rodiatul Hasanah Siregar

ABSTRACT

Toba Batak people are known to be preserving their culture and identity. Customs, language, traditional clothing, and even personalitymaintained by the Batak Toba wherever they are. Solidarity of Batak Toba demonstrated by participation in preparing custom event joy and sorrow events.Batak Toba people do caring and help each other in a variety of situations.Caring is how to maintain a relationship with another person who is accompanied by a commitment and responsibility (Swanson, 1991).Caring is driven by bond Dalihan Na Tolu underlying each of kindship among Batak Toba so can embed alliance between society of Batak Toba. One important thing to do to maintain alliance is martarombo.Martarombo is questioning for consanguinity point nearest to determine kinship (Vergouwen, 2004).

This research aimed to determine the relationship martarombo behavior with caring ofBatak Toba for others Toba Batak. The number of samples of thisresearch were 100 Batak Toba people which obtained with incidental sampling technique.Measuring instrument consists of a 43-itemkepedulian scaleand a 10-item martarombo scale compiled by researcher based on dimensions of caring by Swanson (2000) and martarombo scale based on things that are done when doing martarombo. Methods of data analysis in hypothesis testing using Pearson Product Moment correlation techniques.

The results showed there is relationship between martarombo behavior with caringof Toba Batak for other Toba Batak with ris of 0.426 and pis 0,000.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku dan budaya. Hingga kini tercatat Indonesia mempunyai 1.123 suku bangsa (Pujiati, 2009). Tentunya suku-suku tersebut memiliki adat dan kebudayaan yang khas. Adat dan kebudayaan tersebut bisa berupa bahasa, kesenian, norma, dan sebagainya. Begitu juga dengan suku Batak Toba. Batak Toba merupakan salah satu sub bagian dari suku bangsa Batak (Vergouwen, 2004). Batak Toba memiliki bahasa tradisional, kesenian, norma hidup, pakaian adat, dan sebagainya. Suku Batak Toba sangat menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya yang dimilikinya. Khususnya nilai budaya sebagai identitas, seperti bahasa, adat istiadat dan marga. Hingga saat ini suku Batak Toba masih menggunakan bahasa dan pakaian tradisional di berbagai kegiatan adat. Mereka juga masih menjalani adat istiadat Batak Toba di dalam kehidupan mereka. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelestarian budayanya (Sibarani, 2007).

Secara umum orang-orang Batak Toba suka bergaul dan berkumpul. Semangat adat memanggil setiap individu untuk melibatkan diri terlibat dalam setiap upacara, baik yang bersifat budaya, sosial, ritus atau agama. Berkumpul baik dalam pesta formal, membentuk kelompok arisan, atau berkumpul di warung secara tidak formal juga biasa dilakukan oleh orang Batak Toba. Ketika berkumpul orang Batak biasa berdiskusi, bermusyawarah atau mencari solusi


(18)

menolong ketika ada yang membutuhkan. Orang Batak Toba selalu diingatkan untuk menjaga solidaritas kelompok. Hal ini sering terlihat ketika orang Batak Toba bersama-sama ikut berpartisipasi dalam mempersiapkan sebuah acara adat, baik acara suka seperti pernikahan maupun acara duka seperti pemakaman. Orang Batak Toba memiliki inisiatif dan kepedulian untuk mengambil peran masing-masing sesuai kedudukan marganya dan mengerjakan tugasnya masing-masing-masing-masing dalam sebuah acara adat. Suku Batak dalam kebudayaannya selalu memelihara kepribadian sendiri. Kepribadian yang memiliki rasa kekeluargaan selalu terpupuk tidak hanya pada keluarga dekat tetapi juga keluarga jauh yang semarga. Meskipun orang Batak sudah banyak yang berpindah ke kota mereka tetap mempertahankan sistem kampungnya secara utuh. Mereka tetap dikumpulkan oleh perasaan solidaritas kelompok ( Tambunan, 1982).

Menurut Swanson (1991), kepedulian merupakan cara memelihara hubungan dengan orang lain disertai komitmen dan tanggung jawab. Noddings (2002) mengungkapkan bahwa ketika kita peduli, kita akan merespon positif apa yang menjadi kebutuhan orang lain. Kita juga harus melakukan sesuatu kepada orang lain untuk mengekspresikan kepedulian kita tersebut. Hal tersebut dialami juga oleh seorang wanita Batak Toba berikut ini.

”... aku pernah ke prapat, disana ketemu penjaga penginapan, terus kami kenalan, yah ber-tutur gitulah. Ditanya-tanya boru apa, mamak boru apa, eh ternyata kami pariban, karena marga ku dengan marga ibunya sama. Sesudah itu dia bilang kalo ada butuh apa, bilang aja ya, nanti dicarikan, setelah itu sepanjang liburan disana aku sama temanku dibantu cari kapal lah, cari angkutan ke kota lah, cari tempat makan, dan sebagainya. Memang kalo pergi kemana-mana gitu ketemu sama-sama orang Batak, jadi merasa nyaman...”


(19)

Wawancara diatas menunjukkan gambaran kepedulian oleh orang Batak Toba setelah mengetahui hubungan kekerabatannya dengan martarombo. Kepedulian tersebut ditunjukkan dengan perilaku menolong, empati, dan sebagainya.

Sikap tolong menolong dan solidaritas kelompok tersebut terdorong oleh ikatan Dalihan Na Tolu yang melandasi segala segi hidup dan adat istiadat masyarakat Batak. Setiap upacara-upacara adat dan tutur sapa selalu didasarkan atas Dalihan Na Tolu itu. Adapun Dalihan Na Tolu tersebut diartikan dengan tungku nan tiga. Sistem Dalihan Na Tolu dalam masyarakat Batak ini terbagi atas tiga golongan fungsional, yaitu dongan sabutuha yang merupakan orang-orang yang semarga. Kedua adalah boru (artinya anak perempuan), yang termasuk golongan boru dalam masyarakat Batak antara lain suami anak perempuan dan anak-anaknya, orang tua suaminya dan dongan sabutuha suaminya. Ketiga adalah hula-hula yang merupakan pihak yang memberi pengantin perempuan. Semua dongan sabutuha orang tua pengantin perempuan dan saudara-saudara laki-laki ibu dari pengantin laki-laki menjadi hula-hula bagi pihak pengantin laki-laki (Tambunan, 1982). Demikianlah Dalihan Na Tolu yang menjadi peraturan adat yang menanamkan persekutuan antar masyarakat Batak.

Salah satu hal yang penting bagi suku Batak Toba untuk mempertahankan persekutuan antar masyarakatnya adalah martarombo. Martarombo berasal dari kata mar dan tarombo. Tarombo berarti silsilah, sedangkan mar berarti ber, sehingga martarombo bermakna cara untuk mencari silsilah. Martarombo adalah mencari atau menentukan titik pertalian darah yang terdekat, dalam rangka


(20)

menentukan hubungan kekerabatan (partuturanna) dalam satu klan atau marga (Vergouwen, 2004). Sudah menjadi hal yang penting bagi masyarakat Batak untuk mengetahui silsilahnya. Setiap orang Batak harus mengetahui sejarah leluhur yang mewariskan marga sesuai dengan jenjang silsilah yang turun temurun.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), marga merupakan kelompok kekerabatan yang eksogam dan unilinear, baik secara matrilinear (garis keturunan ibu) maupun patrilinear (garis keturunan ayah). Selain sebagai nilai identitas, marga dalam Batak Toba ini pun bertujuan untuk membina kekompakan dan solidaritas sesama anggota marga sebagai keturunan dari satu leluhur. Walau pun keturunan suatu leluhur pada suatu ketika mungkin akan terbagi atas marga-marga cabang, namun sebagai keluarga besar, marga-marga-marga-marga cabang tersebut akan selalu mengingat kesatuannya dalam marga pokoknya. Dengan adanya keutuhan marga, maka kehidupan sistem kekerabatan Dalihan Natolu akan tetap lestari (Sinaga, 1998).

Martarombo dilakukan orang Batak Toba terhadap sesama orang Batak Toba. Ketika martarombo dilakukan, orang Batak Toba mencari titik hubungan kekerabatan melalui marga tersebut, sehingga kata sapaan pun dapat ditentukan. Ketika martarombo dilakukan, hal pertama yang ditanyakan adalah marga. Apabila dua orang memiliki marga yang sama maka yang ditanyakan adalah dari generasi keberapa atau biasa disebut nomor marga. Sedangkan apabila dua orang tersebut berlainan marga, martarombo tetap dilanjutkan karena marga ayah ibunya atau bahkan neneknya sama dengan orang tersebut, atau bahkan marga


(21)

leluhur mereka sebenarnya masih memiliki hubungan. Dalam Batak Toba ada juga istilah yang disebut Dongan Sabutuha yang merupakan sebutan pada yang semarga dan masih dekat dengan pertalian darah. Seperti misalnya marga Sihombing yang terdiri atas marga Silaban, Lumbantoruan, Nababan, dan Hutasoit. Begitu juga dengan marga yang lainnya (Sinaga, 1998).

Sebenarnya pencarian hubungan kekerabatan seperti ini pun kerap kali dilakukan oleh Batak lainnya, seperti Batak Karo, Mandailing, Simalungun, dan lain-lain. Hanya saja yang membedakan adalah dalam martarombo Batak Toba tidak hanya sekedar bertanya marga, tetapi juga nomor marga dan bahkan asal kampung marganya. Sedangkan dalam martutur Batak lainnya, hanya sekedar bertanya marga. Martarombo dalam Batak Toba lebih detail. Berikut sesuai dengan hasil wawancara di bawah ini.

“…martutur ato martarombo lebih ribet di Batak Toba daripada Batak lainnya. Kalo Batak lainnya kan kayak karo misalnya, kalo ertutur cuma nanya marga ato cabang dari marga mana. Batak Simalungun juga kalo ertutur cuma nanya marga, dan Batak lainnya juga tidak seribet Batak Toba deh. Kalo Batak Toba kan sesudah nanya marga, pasti nanya nomor marganya berapa, asal kampung marganya, dan seterusnya…

( sumber : Wawancara personal, 29 Juni 2012 ) Vergouwen (2004) mengungkapkan bahwa pada umumnya orang Batak ketika bertemu dengan sesama orang Batak, akan memiliki minat yang tinggi untuk menelusuri mata rantai silsilah kekerabatan jika ia bertemu dengan orang Batak lainnya, apakah yang satu punya hubungan kekerabatan dengan yang lainnya, apakah menjadi kerabat karena suatu pernikahan, dan akhirnya mengetahui bagaimana saling bertutur sapa. Bahkan hubungan kekerabatan ini


(22)

mendatangkan keuntungan. Minat yang dimiliki oleh orang Batak dalam mengetahui asal usulnya tercermin dalam sebuah peribahasa (umpama) yaitu “Tinitip sanggar bahen huru-huruan, dijolo sinungkun marga asa binoto pertuturan. Untuk membuat sangkar burung, orang harus membuat gelagah. Untuk tahu hubungan kekerabatannya, orang harus menanyakan marga.” (Vergouwen, 2004).

Setelah mengetahui adanya kesamaan, baik itu kesamaan marga, nomor keturunan atau bahkan asal usul keturunan, maka masyarakat suku Batak Toba pun cenderung menjalin hubungan dengan orang tersebut. Hasil penelitian Morry (2007) menunjukkan ketertarikan seseorang terhadap yang lain dipengaruhi oleh kemiripan sifat dan perilaku. Kemiripan kepribadian, keyakinan, dan nilai yang dimiliki sebagai orang Batak Toba ini membuat orang Batak Toba cenderung menjalin hubungan dengan sesama orang Batak Toba. Kesamaan itu menimbulkan perasaan atau ikatan emosional. Slote (2007) menyatakan bahwa perasaan atau ikatan emosional yang kita berikan kepada orang yang kita kehendaki, menyebabkan munculnya empati. Empati itu pun akhirnya mengarahkan kita untuk peduli terhadap sesuatu yang terjadi dengan orang yang kita sukai atau yang dekat dengan kita.

Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bahwa ketika orang Batak Toba menemukan seseorang yang memiliki hubungan kekerabatan dengannya, yang diketahui dengan martarombo, perasaan ataupun ikatan emosional pun dapat dirasakan oleh orang Batak Toba pada umumnya. Ikatan emosional tersebut menimbulkan empati yang akhirnya mempengaruhi mereka untuk mewujudkan


(23)

kepeduliannya seperti menolong, memberi perhatian, berbuat baik dan sebagainya, meskipun mereka sebenarnya bukanlah saudara kandung se-ibu dan se-ayah. Menurut Noddings (2002), kita akan meresponi apa yang dibutuhkan oleh orang yang kita pedulikan. Kita juga harus melakukan sesuatu kepada orang lain untuk mengekspresikan kepedulian kita tersebut. Kepedulian mendorong perilaku muncul sebagai perwujudan dari perasaan kepada orang lain tersebut. Oleh karena pertimbangan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan martarombo dengan kepedulian suku Batak Toba terhadap sesama suku Batak Toba.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah apakah ada hubungan perilaku martarombo dengan kepedulian suku Batak Toba terhadap sesama suku Batak Toba.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku martarombo dengan kepedulian suku Batak Toba terhadap sesama suku Batak Toba.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:


(24)

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi ilmu Psikologi khususnya Psikologi Klinis, terutama mengenai perilaku martarombo dan kepedulian suku Batak Toba terhadap sesama suku Batak Toba.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi orang Batak Toba agar tetap memelihara budaya martarombo sehingga dapat meningkatkan kepedulian. Penelitian ini juga diharapkan memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai perilaku martarombo dan kepedulian pada suku Batak Toba.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab 1 : Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab 2 : Landasan Teori

Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian yang meliputi teori mengenai perilaku martarombo, kepedulian, dan suku Batak Toba.


(25)

Bab 3 : Metodologi Penelitian

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai identifikasi variabel, defenisi operasional dari masing-masing variabel, sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan data, prosedur penelitian serta metode analisa data.

Bab 4 : Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini akan dijabarkan gambaran subjek penelitian, uji asumsi yang meliput i uji korelasi, kategorisasi data, dan pembahasan.

Bab 5 : Kesimpulan dan saran

Pada bab ini akan dijelaskan kesimpulan hasil penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepedulian

1. Definisi Kepedulian

Kata peduli memiliki makna yang beragam. Banyak literatur yang menggolongkannya berdasarkan orang yang peduli, orang yang dipedulikan dan sebagainya. Oleh karena itu kepedulian menyangkut tugas, peran, dan hubungan. Kata peduli juga berhubungan dengan pribadi, emosi dan kebutuhan (Tronto dalam Phillips, 2007). Tronto (1993) mendefinisikan peduli sebagai pencapaian terhadap sesuatu diluar dari dirinya sendiri. Peduli juga sering dihubungkan dengan kehangatan, postif, penuh makna, dan hubungan (Phillips, 2007).

Swanson (1991) mendefinisikan kepedulian sebagai salah satu cara untuk memelihara hubungan dengan orang lain, dimana orang lain merasakan komitmen dan tanggung jawab pribadi. Noddings (2002) menyebutkan bahwa ketika kita peduli dengan orang lain, maka kita akan merespon positif apa yang dibutuhkan oleh orang lain dan mengeksresikannya menjadi sebuah tindakan.

Menurut Bender (2003) kepedulian adalah menjadikan diri kita terkait dengan orang lain dan apapun yang terjadi terhadap orang tersebut. Orang yang mengutamakan kebutuhan dan perasaan orang lain daripada kepentingannya sendiri adalah orang yang peduli. Orang yang peduli tidak akan menyakiti perasaan orang lain. Mereka selalu berusaha untuk menghargai, berbuat baik, dan membuat yang lain senang. Banyak nilai yang merupakan bagian dari kepedulian, seperti kebaikan, dermawan, perhatian, membantu, dan rasa kasihan. Kepedulian


(27)

juga bukan merupakan hal yang dilakukan karena mengharapkan sesuatu sebagai imbalan.

May (dalam Leininger 1981) mendefinisikan kepedulian sebagai perasaan yang menunjukkan sebuah hubungan dimana kita mempersoalkan kehadiran orang lain, terdapat hubungan pengabdian juga, bahkan mau menderita demi orang lain. Dedication, mattering, dan concern menjadi elemen-elemen penting dalam kepedulian. Kepedulian bermula dari perasaan, tetapi bukan berarti hanya sekedar perasaan. Kepedulian mendorong perilaku muncul sebagai wujud dari perasaan tersebut. Ketika sesuatu terjadi maka kita rela memberikan tenaga, agar yang baik dan positiflah yang terjadi pada orang yang kita pedulikan. Kepedulian atau memperdulikan itu meminta perasaan berubah ke dalam bentuk perilaku. Perilaku dan perasaan tersebut tentunya berdasarkan pemikiran. Perasaan dari kepedulian tersebut bukanlah tanpa pemikiran, tapi justru sebaliknya perasaan itu juga berdasarkan pertimbangan.

Heidegger (dalam Leininger 1981) mengatakan bahwa kepedulian merupakan “sumber dari kehendak”. Menurut Heidigger, kehendak itulah yang mendorong kekuatan hidup dan kepedulian adalah sumbernya. Peduli merupakan fenomena dasar dari eksistensi manusia termasuk dirinya sendiri, dengan kata lain jika kita tidak peduli, maka kita akan kehilangan kepribadian kita, kemauan kita dan diri kita.

Leininger (1981) menyimpulkan bahwa kepedulian adalah perasaan yang ditujukan kepada orang lain, dan itulah yang memotivasi dan memberikan kekuatan untuk bertindak atau beraksi, dan mempengaruhi kehidupan secara


(28)

konstruktif dan positif, dengan meningkatkan kedekatan dan self actualization satu sama lain. Leininger (1981) mengusulkan ada empat tahap dari kepedulian, attachment, assiduity, intimacy dan confirmation. Masing-masing tahap dicapai dengan memenuhi tugas kebutuhan secara baik. Kepedulian menjadi tidak berfungsi atau terhambat, apabila satu atau lebih kebutuhan tidak tepenuhi.

Menurut Boyatzis dan McKee (2005), kepedulian merupakan wujud nyata dari empati dan perhatian. Ketika kita bersikap terbuka kepada orang lain, maka kita dapat menghadapi masa-masa sulit dengan kreativitas dan ketegaran. Empati mendorong kita untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Empati akan muncul ketika kita memulai rasa ingin tahu kita terhadap orang lain dan pengalaman-pengalaman mereka. kemudian empati itu akan diwujudkan ke dalam bentuk tindakan. Kepedulian didasarkan pada hasrat secara penuh untuk membina ikatan dengan orang lain dan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Namun bagaimanapun cara terbaik untuk memahami apa itu kepedulian adalah dengan cara meihat bagaimana kepedulian tersebut dipraktikan. Kepedulian juga dapat didefenisikan sebagai sesuatu yang memiliki tiga komponen, yaitu :

1. Pemahaman dan empati kepada perasaan dan pengalaman orang lain 2. Kesadaran kepada orang lain

3. Kemampuan untuk bertindak berdasarkan perasaan tersebut dengan perhatian dan empati.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepedulian merupakan cara memelihara hubungan dengan orang lain yang bemula dari perasaan dan ditunjukkan dengan perbuatan seperti memperhatikan orang lain, bebelas kasih, dan menolong.


(29)

2. Dimensi Kepedulian

Menurut Swanson (2000), ada lima dimensi penting dalam kepedulian. 1. Mengetahui

Berusaha keras memahami kejadian-kejadian yang memiliki makna dalam kehidupan orang lain. Pada aspek ini menghindari asumsi tentang kejadian yang dialami orang lain sangat penting, berpusat pada kebutuhan orang lain, melakukan penilaian yang mendalam, mencari isyarat verbal dan non verbal, dan terlibat pada kedua isyarat tersebut.

2. Turut hadir

Hadir secara emosi dengan menyampaikan ketersedian, berbagi perasaan, dan memantau apakah orang lain terganggu atau tidak dengan emosi yang diberikan. 3. Melakukan

Melakukan sesuatu bagi orang lain, seperti melakukannya untuk diri sendiri, apabila memungkinkan, seperti menghibur, melindungi, dan mendahulukan, seperti melakukan tugas-tugas dengan penuh keahlian dan kemampuansaat mem- pertahankan martabat.

4. Memungkinkan

Memfasilitasi perjalanan hidup dan kejadian yang tidak biasa yang dimiliki oleh orang lain dengan memberikan informasi, memberikan penjelasan, memberikan dukungan, fokus pada perhatian yang sesuai, dan memberikan alternatif.

5. Mempertahankan keyakinan

Mendukung keyakinan orang lain akan kemampuannya menjalani kejadian atau masa transisi dalam hidupnya dan menghadapi masa yang akan datang dengan


(30)

penuh makna. Tujuan tersebut untuk memungkinkan orang lain dapat memaknai dan memelihara sikap yang penuh harapan.

3. Tujuan Kepedulian

Menurut Leininger (1981) adapun maksud dari kepedulian dapat ditunjukkan dengan melihat tujuan dari kepedulian tersebut. Tujuan pertama dari kepedulian adalah untuk memudahkan pencapaian self actualization satu sama lain. Mencapai potensial secara maksimal merupakan tujuan yang paling penting dalam kehidupan. Beberapa diantara kita terus berusaha mencapai prestasi yang ingin dicapai. Prestasi tidak hanya berarti kita dapat memproduksi sebuah buku terbaik misalnya, menjadi Presiden dari sebuah perusahaan, kepala staf dan lain sebagainya. Prestasi berarti mengembangkan kemampuan, kemampuan untuk mengetahui dan mengalami secara penuh human being, kemampuan untuk bersabar, melakukan kebaikan, terharu, kasih, dan kepercayaan, dan kemampuan untuk melatih kemampuan fisik yang tersembunyi, wawasan, imajinasi dan kreatifitas. Pada intinya, prestasi merupakan kemampuan untuk memenuhi ambisi, tujuan, dan impian, sehingga mendapat kepuasaan terhadap hidup dan kemajuannya, dan akhirnya menjadi manusia yang berpotensial penuh.

Tujuan berikutnya adalah memperbaiki perhatian seseorang, kondisi, pengalaman, dan being, kemudian untuk melanjutkan hubungan dengan kepedulian, dan mengekspresikan perasaan mengenai hubungan ( Leininger, 1981).


(31)

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepedulian

Kepedulian merupakan fenomena universal, dimana sebuah perasaan yang secara alami menimbulkan pikiran tertentu dan mendorong perilaku tertentu di seluruh budaya di dunia. Bisa jadi semua orang mengalami perasaan yang mirip ketika peduli dengan orang lain. Bagaimanapun kepedulian itu dipikirkan dan diwujudkan dalam bentuk perilaku, kepedulian dipengaruhi oleh kondisi budaya dan variabel-variabel lainnya. Pengalaman dari perasaan peduli (ketika mencapai level perasaan dan perilaku) melalui sebuah proses intrepretasi dari bahasa dan tindakan yang merupakan simbol dan perwujudan dari perasaan yang hanya bisa diekspresikan secara sosial (Leininger, 1981).

1) Budaya mempengaruhi bagaimana kepedulian tersebut diekspresikan dan diwujudkan ke dalam tindakan. Budaya mengendalikan bagaimana aksi atau tindakan tersebut diwujudkan. Penerimaan sosial dan harapan sosial juga mempengaruhi bagaimana kepedulian diberikan di tempat tertentu.

2) Nilai yang dianut oleh individu berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan bagi seseorang, seperti bagaimana menentukan prioritas, mengatur keuangan, waktu dan tenaga. Motivasi, maksud dan tujuan juga bergantung pada nilai yang dianut.

3) Faktor selanjutnya merupakan harga. Harga apa yang kita dapatkan ketika kita bersedia untuk memberikan waktu, tenaga, bahkan uang, harus sesuai dengan nilai dari hubungan kita dengan orang lain. Kepedulian yang sungguh-sungguh tidak akan membuat waktu, uang, dan tenaga yang bersedia kita berikan menjadi sia-sia atau tidak bijaksana. Untuk mencapai suatu tujuan yang sangat penting (misalnya demi keselamatan nyawa), orangyang


(32)

peduli mungkin akan melukai dirinya sendiri. Tetapi jika mengarah kepada hal yang membahayakan tentu saja bukan termasuk wujud dari kepedulian. 4) Faktor berikutnya adalah keeksklusifan. Pada sebuah hubungan, hal ini bisa

saja dialami. Jika hal ini terus terjadi, maka faktor ini akan memberikan pengaruh yang negatif dan oleh karena itu bukan lagi merupakan wujud dari kepedulian. Hubungan lain terlihat sebagai kebutuhan untuk kondisi manusia seperti untuk bertumbuh, stimulasi, memperdulikan, tetapi bagi hubungan yang eksklusif, hal ini tidak akan diberikan.

5) Level kematangan dari keprihatinan seseorang dalam sebuah hubungan kepedulian dapat berpengaruh terhadap kualitas dan tipe hubungan kepedulian tersebut. Hubungan kepedulian membutuhkan kesatuan dari kepedulian yang dilengkapi dengan keintegritasan dari kepribadian seseorang.


(33)

B. Martarombo

1. Pengertian Martarombo

Martarombo berasal dari kata mar dan tarombo. Mar artinya ber, sedangkan tarombo artinya silsilah, daftar asal usul sebuah keluarga (Marbun & Hutapea, 1987).

Martarombo adalah mencari atau menentukan titik pertalian darah yang terdekat, dalam rangka menentukan hubungan kekerabatan. Dengan mengetahui hubungan kekerabatan tersebut, maka dengan sendirinya pula dapat ditentukan kata sapaan yang tepat digunakan, sapaan yang dimaksud tentu saja sapaan dalam kekerabatan Batak. Apabila dua orang memiliki marga yang sama maka yang ditanyakan adalah dari generasi keberapa atau biasa disebut nomor marga. Sedangkan apabila dua orang tersebut berlainan marga martarombo tetap perlu dilakukan. Karena bisa saja marga ayah ibunya atau bahkan neneknya sama dengan orang tersebut, maka hubungan kekerabatan tetap bisa ditentukan. Dalam Batak Toba ada juga dikenal istilah yang disebut Dongan Sahutuha yang merupakan sebutan pada yang semarga dan masih dekat dengan pertalian darah. Seperti misalnya marga Sihombing yang terdiri atas marga Silaban, Lumbantoruan, Nababan, dan Hutasoit. Begitu juga dengan marga yang lainnya. (Sinaga, 1998).

Martarombo dilakukan untuk menentukan posisi pada marga lain atau marga yang sama dan boleh dikatakan menjadi suatu tolak ukur bagi prinsip Dalihan Na Tolu, karena martarombo adalah saling menanyai marga. Bila orang Batak berkenalan sesama orang Batak pertama kali, biasanya mereka saling


(34)

Apakah mardongan tubu/dongan sabutuha (semarga) dengan panggilan "Ampara", atau "Marhula-hula/Mora" dengan panggilan "Lae/Tulang". Martarombo juga dapat mengetahui apakah ia harus memanggil "Namboru" (adik perempuan ayah/bibi), "Amangboru/Makela" (suami dari adik ayah/om) "Bapatua/Amanganggi/ Amanguda" (abang/adik ayah), "Ito/boto" (kakak/adik), Pariban atau Boru Tulang (putri dari saudara laki laki ibu) yang dapat kita jadikan istri, dan seterusnya (Pardede, 2010).

Adapun marga yang merupakan aspek penting dalam martarombo adalah nama persekutuan dari orang-orang bersaudara, sedarah, seketurunan menurut garis bapak, yang mempunyai tanah sebagai milik bersama di tanah asal atau tanah leluhur. Misalnya, Lambok Marbun. Lambok adalah nama kecil atau nama pribadi, sedangkan Marbun adalah nama warisan yang telah diterimanya sejak ia masih dalam kandungan ibunya, yaitu nama kesatuan atau persekutuan keluarga besar Marbun (Sinaga, 1998).

Dasar pembentukan marga adalah keluarga, yaitu suami, istri, dan putra-putri yang merupakan kesatuan yang akrab, yang menikmati kehidupan bersama, yaitu kebahagiaan, kesukaran, pemilikan benda, serta pertanggungjawaban kelanjutan hidup keturunan (Sinaga, 1998). Menurut kepercayaan bangs induk marga Batak dimulai dari Si Raja Batak yang diyakini sebagai asal mula orang Batak. Si Raja Batak mempunyai 2 (dua) orang putra yakni Guru Tatea Bulan dan Si Raja Isumbaon. Guru Tatea Bulan sendiri mempunyai 5 (lima) orang putra yakni Raja Uti (Raja Biakbiak), Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja dan Malau Raja. Sementara Si


(35)

yakni keturunan (pinompar) mereka inilah kemudian menyebar ke segala penjuru daerah di Tapanuli baik ke utara maupun ke selatan sehingga munculah berbagai macam marga Batak. Legenda mengenai bagaimana Si Raja Batak dapat disebut sebagai asal mula orang Batak masih perlu dikaji lebih dalam (Sibarani, 2007).

Fungsi marga adalah sebagai landasan pokok dalam masyarakat Batak, mengenai seluruh jenis hubungan antara pribadi dengan pribadi, pribadi dengan golongan, golongan dengan golongan , dan lain-lain. Misalnya, dalam adat pergaulan sehari-hari, dalam adat parsabutuhaon, parhulahulaon, dan parboruon (hubungan kekerabatan dalam masyarakat Dalihan Natolu), adat hukum, milik, kesusilaan, pemerintahan, dan sebagainya (Sinaga, 1998).

Tujuan marga adalah membina kekompakan dan solidaritas sesama anggota marga sebagai keturunan dari satu leluhur. Walau pun keturunan suatu leluhur pada suatu ketika mungkin akan terbagi atas marga-marga cabang, namun sebagai keluarga besar, marga-marga cabang tersebut akan selalu mengingat kesatuannya dalam marga pokoknya. Dengan adanya keutuhan marga, maka kehidupan sistem kekerabatan Dalihan Natolu akan tetap lestari (Sinaga, 1998).


(36)

C. Suku Batak Toba

1. Sejarah Suku Batak Toba

Suku Batak Toba merupakan salah satu sub bagian dari suku bangsa Batak (Vergouwen, 2004). Suku Batak adalah salah satu dari ratusan suku yang terdapat di Indonesia, suku Batak terdapat di wilayah Sumatera Utara. Menurut legenda yang dipercayai sebagian masyarakat Batak bahwa suku batak berasal dari pusuk buhit daerah sianjur Mula Mula sebelah barat Pangururan di pinggiran danau toba. Kalau versi ahli sejarah Batak mengatakan bahwa si Raja Batak dan rombonganya berasal dari Thailand yang menyeberang ke Sumatera melalui Semenanjung Malaysia dan akhirnya sampai ke Sianjur Mula mula dan menetap disana. Sedangkan dari prasasti yang ditemukan di Portibi yang bertahun 1208 dan dibaca oleh Prof. Nilakantisari seorang Guru Besar ahli kepurbakalaan yang berasal dari Madras, India menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan Cola dari India menyerang Sriwijaya dan menguasai daerah Barus.pasukan dari kerajaan Cola kemunggkinan adalah orang-orang Tamil karena ditemukan sekitar 1500 orang Tamil yang bermukim di Barus pada masa itu.Tamil adalah nama salah satu suku yang terdapat di India (Sibarani, 2007).

Suku Batak Toba yang merupakan salah satu golongan etnis si Sumatera ini sampai kini selalu menempuh kebudayaannya menurut kepribadiannya sendiri. Suku Batak Toba memegang teguh filsafat leluhur yang tertuang di atas landasan Dalihan Na Tolu, semacam demokrasi Batak yang tertua. Setiap orang Batak mendasarkan hidupnya pada filsafat tersebut sejak dahulu sampai sekarang. Solidaritas kekeluargaan yang erat diantara satu klan dengan yang lainnya, satu


(37)

marga dengan yang lainnya begitu akrab sehingga secara tegas hal itu menyatakan tata hidup yang bernilai tinggi. Sifat kekeluargaan yang berdasarkan Dalihan Na Tolu tersebut menjadi landasan hidup masyarakat Batak Toba. Sistem marga sebagai alat penyatuan dan penggolongan setiap pribadi Batak. Berdasarkan filsafat ini, masyarakat Batak Toba berkumpul, bersama-sama mengawinkan anak, menerima adat pernikahan, dan membayar tuntutan adat sesuai peraturan yang berlaku pada orang Batak Toba (Tambunan, 1982).

Sifat-sifat mereka yang khas, gaya dan pribadinya, merupakan gambaran yang dapat melukiskan keseluruhan kehidupan mereka, baik di rantau maupun di daerah asal. Keuletan dan kesungguhan dalam bekerja, sifat yang lembut tetapi kadang kasar, dan lagu-lagu daerah yang menggambarkan kampung halaman juga menunjukkan identitas bangsa Batak Toba. Kepribadian yang khas dalam sistem marga turut membantu kelestarian marga itu, sebagai identitas turun temurun dan turut mengatur kehidupan sosial terutama dalam hubungan perkawinan (Tambunan, 1982).

Kekayaan budaya lainnya juga tidak kalah hebatnya. Batak Toba memiliki kesenian seperti alat-alat musik tradisional, lagu tradisional, kerajinan tangan dan sebagainya yang juga diperkenalkan di luar negeri. Makanan-makanan khas seperti lampet, pakaian tradisional seperti ulos, dan kebiasaan suka berkumpul tetap dipelihara oleh orang Batak Toba bahkan hingga sekarang (Tambunan, 1982).


(38)

D. Dinamika Hubungan Martarombo dengan Kepedulian Suku Batak Toba Terhadap Sesama Suku Batak Toba

Martarombo merupakan kebudayaan suku Batak Toba yang dilakukan untuk mencari atau menentukan titik pertalian darah yang terdekat, dalam rangka menentukan hubungan kekerabatan. Martarombo kerap dilakukan oleh suku Batak Toba, dalam rangka memelihara kebudayaan dan kesejahteraan hubungan masyarakat Batak Toba. Ketika mengetahui hubungan kekerabatan tersebut, maka dengan sendirinya pula dapat ditentukan kata sapaan yang tepat digunakan (Sibarani, 2007). Masyarakat suku Batak Toba pun cenderung menjalin hubungan dengan orang tersebut, sesudah mengetahui hubungan kekerabatan.

Hasil penelitian Morry (2007) menunjukkan ketertarikan seseorang terhadap yang lain dipengaruhi oleh kemiripan sifat dan perilaku. Kemiripan kepribadian, keyakinan, dan nilai yang dimiliki sebagai orang Batak Toba ini membuat orang Batak Toba cenderung menjalin hubungan dengan sesama orang Batak Toba. Kemiripan itu menimbulkan perasaan atau ikatan emosional. Bahkan perasaan atau ikatan emosional itu ditunjukkan dengan adanya perhatian, menolong, dan sebagainya.

Slote (2007) menyatakan bahwa perasaan atau ikatan emosional yang dirasakan terhadap orang yang dikehendaki menimbulkan empati yang mempengaruhi kita untuk peduli terhadap sesuatu yang terjadi dengan orang yang kita sukai, kenal, ataupun dekat dengan kita. Kemudian empati ini mendorong kepedulian muncul. Menurut Noddings (2002) ketika kita peduli dengan orang lain, maka kita akan merespon dengan postif apa yang dibutuhkan oleh orang lain.


(39)

Kita juga harus melakukan sesuatu kepada orang lain untuk mengekspresikan kepedulian kita tersebut, seperti menolong dan sebagainya.

E. Hipotesis Penelitian

Beradasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ada hubungan antara perilaku martarombo dengan kepedulian suku Batak Toba terhadap sesama suku Batak Toba”.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian noneksperimen yang mencoba untuk mengetahui hubungan antara dua alau lebih variabel. Penelitian korelasi berfokus pada tingkatan dan hubungan langsung dari dua atau lebih variabel (Howitt & Craer, 2011). Pada penelitian ini, metode penelitian korelasional digunakan karena metode ini mampu melihat hubungan antara perilaku martarombo dengan kepedulian pada suku Batak Toba terhadap sesama suku Batak Toba.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel adalah atribut, karakter, objek, kejadian, situasi yang nilainya berbeda pada tiap orang dan dapat berubah sehingga memungkinkan untuk dilakukan pengukuran. Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini tediri dari variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas adalah variabel yang akan mempengaruhi variabel tergantung. Sebaliknya variabel tergantung adalah variabel yang nilainya akan dipengaruhi variabel bebas (Caputi & Balnaves, 2001).

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel tergantung : Kepedulian


(41)

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Definisi variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kepedulian

Kepedulian adalah perasaan yang ditunjukkan dengan perbuatan seperti memperhatikan orang lain, berbelas kasih dan menolong. Kepedulian dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala Kepedulian yang disusun oleh peneliti berdasarkan lima dimensi dalam kepedulian yang diungkapkan oleh Swanson (2000) yaitu mengetahui, turut hadir, melakukan, memungkinkan, dan mempertahankan keyakinan. Semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek dalam alat ukur Kepedulian, menunjukkan semakin tinggi tingkat kepedulian subjek. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh subjek, semakin rendah pula tingkat kepedulian subjek.

2. Perilaku Martarombo

Perilaku martarombo adalah perilaku mencari atau menentukan titik pertalian darah yang terdekat, dalam rangka menentukan hubungan kekerabatan. Martarombo dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala Martarombo yang disusun oleh peneliti berdasarkan hal-hal yang dilakukan dalam perilaku martarombo. Skala Martarombo ini menunjukkan keinginan mencari tahu hubungan kekerabatan suku Batak Toba. Semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan keinginan mencari tahu hubungan kekerabatan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh, maka menunjukkan ketidakinginan mencari tahu hubungan kekerabatan.


(42)

C. POPULASI, SAMPEL DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi Penelitian

Pada setiap penelitian masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah seluruh subjek yang dimaksud untuk diteliti (Hadi, 2004). Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2004). Kelompok subjek ini harus memiliki kesamaan ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik sama yang dapat membedakannya dengan kelompok subjek yang lain (Azwar, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat suku Batak Toba. Adapun karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah :

a. Masyarakat suku Batak Toba

b. Berusia minimal 20 tahun, karena pada usia ini seseorang sudah dapat berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.

c. Bertempat tinggal di kota Medan

2. Sampel Penelitian

Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau seluruh populasi, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian yang lebih dikenal dengan nama sampel (Hadi, 2004). Sampel yang akan digunakan pada penelitian ini akan diambil sampel sebanyak 100 orang. Jumlah ini diambil untuk menghasilkan suatu bentuk distribusi frekuensi yang mendakati normal yakni tidak kurang dari 30. Selain itu menurut Azwar (2010),


(43)

secara tradisional, statistika menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak. Namun, sesungguhnya tidak ada angka yang dapat dikatakan dengan pasti. Hadi (2004) menyatakan bahwa menetapkan jumlah sampel yang lebih banyak lebih baik daripada menetapkan jumlah sampel yang sedikit. Sehingga pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah sebanyak 100 orang. Nantinya 100 orang yang menjadi sampel penelitian harus mampu menulis dan membaca, hal ini karena peneliti akan menggunakan inventori dalam penelitian ini, dimana inventori akan lebih efektif digunakan apabila sampel dapat menulis dan membaca.

3. Metode Pengambilan Sampel

Metode maupun teknik pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi (Hadi, 2004). Adapun upaya untuk memperoleh sampel penelitian dalam penelitian ini, digunakan teknik nonprobability incidental sampling. Dalam sampling ini tidak semua individu dalam populsi diberi peluang yang sama untuk ditugaskan menjadi anggota sampel, dimana hanya individu atau kelompok yang kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai saja yang akan diteliti (Hadi, 2004).


(44)

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner. Hadi (2004) mengemukakan bahwa metode kuesioner merupakan metode yang berdasarkan laporan tentang diri sendiri atau selfreport. skala psikologis mendasarkan diri pada laporan-laporan pribadi. Menurut Hadi (2004) metode kuesioner yang berfokus pada selfreport memiliki kelebihan dengan asumsi sebagai berikut:

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Apa yang dikatakan oleh subjek tentang kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

3. Interpretasi subjek tentang pernyataan–pernyataan yang diajukan sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Akan tetapi perlu diingat bahwa asumsi tersebut juga memiliki beberapa kelemahan (Hadi, 2004). Ada kemungkinan jawaban yang diberikan dipengaruhi oleh keinginan pribadi. Individu tidak selalu jujur, dan mungkin saja mereka berbohong terlebih untuk hal-hal yang dirasa memalukan. Selain itu unsur-unsur yang tidak disadari oleh peneliti tidak akan dapat diungkap lebih jauh. Dan juga adanya kesukaran individu dalam merumuskan keadaan dirinya sendiri dalam suatu bahasa. Menurut Hadi (2004), karena kelemahan-kelemahan tersebut maka pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh peneliti sebisa mungkin harus jelas agar dapat mengurangi kelemahan tersebut.

Bentuk kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tipe pilihan dengan metode rating atau lebih dikenal dengan penskalaan model Likert. Penskalaan model Likert akan digunakan untuk alat ukur kepuasan hidup dan


(45)

kekuatan karakter. Prosedur penskalaan model Likert ini didasari oleh dua asumsi (Azwar, 2010) :

1. Setiap pernyataan yang ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan yang favorabel atau pernyataan yang unfavorabel.

2. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif.

Lebih lanjut, menurut Hadi (2004), kuesioner tipe pilihan akan lebih menarik bagi responden dibanding kuesioner tipe isian. Hal ini terutama disebabkan kemudahannya dalam memberikan jawaban dan dapat lebih cepat dalam menjawab. Untuk menjaga obyektivitas jawaban, maka pernyatan-pernyataan harus disusun sedemikian rupa sehingga pernyataan tersebut bagi responden tidak mempunyai arti yang bermacam-macam. Peneliti akan menggunakan dua jenis alat ukur dalam penelitian ini, yaitu alat ukur Matarombo dan Kepedulian.

1. Alat Ukur Kepedulian

Alat ukur kepedulian mengandung aspek yang terdiri dari lima dimensi seperti yang diungkapkan oleh Swanson (dalam Peterson & Bredow, 2009) yaitu mengetahui, turut hadir, melakukan, memungkinkan, dan mempertahankan keyakinan. Alat ukur ini menggunakan skala Likert dengan 4 rentang yakni sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju.


(46)

Tabel 1. Blue Print Skala Kepedulian sebelum Uji Coba NO DIMENSI INDIKATOR

PERILAKU

AITEM TOTA

L FAVORA BLE UNFAV ORABL E 1. Mengetahui Berusaha memahami

kejadian penting dalam hidup orang lain.

1,15. 29, 33, 41

8, 20, 28, 32, 50

10

2. Turut hadir Hadir secara emosi dan berbagi perasaan

3, 17, 27, 37, 43

6, 12, 22, 26, 48

10 3. Melakukan Melakukan sesuatu bagi

orang lain, seperti menghibur, melindungi, mendahulukan

5, 19, 21, 31, 45

4, 16, 24, 36, 44

10

4. Memungkin kan

Memfasilitasi orang lain seperti,

memberikan informasi dan penjelasan,

memberi dukungan dan perhatian

7, 11, 23, 35, 47

10, 14, 30, 38, 46

10

5. Memperta-hankan keyakinan

Mendukung keyakinan orang lain

9, 13, 25, 39, 49

2, 18, 34, 40, 42

10

Jumlah 25 25 50

Setiap komponen-komponen di atas akan diuraikan ke dalam sejumlah pernyataan favorabel dan unfavorabel, dimana subjek diberikan empat alternatif pilihan yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Untuk aitem yang favorabel, pilihan SS akan mendapatkan skor tiga, pilihan S akan mendapatkan skor dua, pilihan TS akan mendapatkan skor satu, dan pilihan STS akan mendapatkan skor nol. Sedangkan untuk aitem yang unfavorabel pilihan SS akan mendapatkan skor nol, pilihan S mendapatkan


(47)

skor satu, pilihan TS akan mendapatkan skor dua, dan pilihan STS akan mendapatkan skor tiga.

2. Alat Ukur Perilaku Martarombo

Perilaku martarombo adalah mencari atau menentukan titik pertalian darah yang terdekatdalam rangka menentukan hubungan kekerabatan.

Tabel 2. Blue print Skala Martarombo Sebelum Uji Coba

NO Perilaku Martarombo Aitem Total

1. Menanyakan dan memberitahukan marga,

1,4,5,8,9 5

2. Menanyakan dan memberitahukan nomor marga

2,6 2

3. Menanyakan dan memberitahukan asal daerah

3,7 2

4. Menentukan hubungan kekerabatan. 10 1

Total 10

Alat ukut perilaku martarobo ini berisi frekuensi perilaku martarombo yang menggunakan skala Likert. Setiap komponen-komponen di atas diuraikan menjadi beberapa pernyataan dan diberikan empat alternative pilihan yaitu Tidak Pernah (TP), Jarang (JR), Sering (SR), dan Selalu (SL). Untuk pilihan TP akan mendapatkan skor nol, pilihan JR mendapatkan skor 1, pilihan SR mendapatkan skor 2, dan pilihan SR mendapatkan skor 3.


(48)

E. VALIDITAS DAN REABILITAS 1. Validitas Alar Ukur

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2009).

Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity). Yaitu sejauhmana aitem-aitem dalam skala mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Selanjutnya validitas isi terbagi menjadi face validity (validitas muka) dan logical validity (validitas logik).

Validitas muka didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan tes, sedangkan validitas logik merujuk pada sejauhmana isi tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Validitas isi (baik itu validitas muka dan validitas logik) akan diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgment (Azwar, 2009).

2. Reliabilitas Alat Ukur

Ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Reliabel dapat juga dikatakan sebagai kepercayaan, kehandalan, keajegan, stabil, dan konsisten. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (Azwar, 2009).


(49)

Penelitian ini menggunakan pendekatan reliablitas konsistensi internal dengan single trial administration yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes pada sekelompok individu sebagai subjek penelitian. Teknik seperti ini dipandang ekonomis, praktis dan berefisiensi tinggi (Azwar, 2009).

Untuk menguji reliabilitas dari aitem-aitem yang ada digunakan formula Alpha Cronbach melalui bantuan SPSS 17.0. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendahnya reliabilitas.

3. Uji Daya Beda Aitem

Parameter yang paling penting dalam menyeleksi aitem skala psikologi adalah daya beda atau daya diskriminasi aitem. Daya diskriminasi aitem merupakan sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2010).

Indeks daya diskriminasi aitem juga merupakan indikator keselarasan atau konsistensi anatar fungsi aitem dengan fungsi skala secara keseluruhan yang dikenal dengan istilah konsistensi aitem-total. Pengujian daya diskriminasi aitem menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem-total (rix) yang dikenal


(50)

pula dengan sebutan parameter daya beda aitem (Azwar, 2010).

Skala-skala yang setiap aitemnya diberi skor pada level interval menggunakan formula koefisien korelasi product moment Pearson. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Bila koefisiennya rendah mendekati nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya beda aitemnya tidak baik. Bila koefisien korelasi yang dimaksud bernilai negatif, artinya terdapat cacat serius pada aitem yang bersangkutan (Azwar, 2010).

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR 1. Skala Kepedulian

Uji coba skala kepedulian dilakukan terhadap 200 orang Batak Toba dengan usia minimal 20 tahun. Adapun distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala kepedulian akan dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 3. Distribusi Aitem-Aitem Setelah Uji Coba Skala Kepedulian NO DIMENSI INDIKATOR

PERILAKU

AITEM TOTAL

FAVORA BLE

UNFAVO RABLE 1. Mengetahui Berusaha

memahami kejadian penting dalam hidup orang lain.

15. 29, 33, 41

8, 20, 50 7

2. Turut hadir Hadir secara emosi dan berbagi

perasaan

3, 17, 27, 37, 43

6, 12, 22, 48


(51)

3. Melakukan Melakukan

seseuatu bagi orang lain, seperti menghibur, melindungi, mendahulukan 19, 21, 31, 45

4, 16, 36, 44

8

4. Memung-kinkan

Memfasilitasi orang lain seperti, memberikan informasi dan penjelasan,

memberi dukungan dan perhatian

7, 11, 35, 47

10, 14, 30, 38, 46

9

5. Memperta-hankan keyakinan

Mendukung keyakinan orang lain

9, 13, 25, 39, 49

2, 18, 34, 40, 42

10

Jumlah 22 21 43

Berdasarkan hasil uji coba sebanyak 50 aitem skala kepedulian diperoleh 43 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (rix ≥ 0, 30). Aitem yang dapat mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan (Azwar, 2010). Jumlah aitem yang digunakan dalam penelitian adalah sejumlah 43 aitem dengan koefisien alpha sebesar 0, 912. Koefisien korelasi aitem-aitem yang reliabel berkisar 0,302 hingga 0,582.

Pada skala di atas akan dilakukan perubahan tata letak urutan nomor aitem-aitem. Hal ini dilakukan karena aitem-aitem yang gugur tidak diikutsertakan lagi dalam penelitian.

2. Skala Martarombo


(52)

dengan usia minimal 20 tahun. Skala martarombo berisi 10 aitem mengenai hal-hal yang dilakukan ketika orang Batak Toba ber-tarombo. Adapun distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala kepedulian akan dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 4

Distribusi Aitem-Aitem Setelah Uji Coba Skala Martarombo

NO Aspek-aspek

Perilaku Martarombo

Aitem Total

1. Menanyakan dan memberitahukan marga,

1,4,5,8,9 5

2. Menanyakan dan memberitahukan nomor marga

2,6 2

3. Menanyakan dan memberitahukan , asal daerah

3,7 2

4. Menentukan hubungan kekerabatan. 10 1

Total 10

Berdasarkan hasil uji coba sebanyak 10 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (rix ≥ 0,30) . Aitem yang dapat mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan (Azwar, 2010). Jumlah aitem yang digunakan dalam penelitian adalah sejumlah 10 aitem dengan koefisien alpha sebesar 0,882. Koefisien korelasi aitem-aitem yang reliabel berkisar 0,484 hingga 0,696.


(53)

G. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini memiliki prosedur pelaksanaan penelitian yang terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan yang dilakukan oleh peneliti mencakup; a. Pembuatan Alat Ukur

Tahap persiapan penelitian diawali dengan menyusun alat ukur penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 skala yaitu Skala Kepedulian dan Skala Martarombo. Pembuatan alat ukur Skala Kepedulian dan Skala Martarombo dimulai dengan mengkaji teori-teori maupun hasil penelitian yang berkaitan dan dilanjutkan dengan membuat indikator-indikator dari tiap aspek untuk memudahkan dalam penjabarannya. Penyusunan skala ini dilakukan dengan membuat blue print dan kemudian dioperasionalisasikan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan. Setelah aitem tersusun, peneliti meminta penilaian ahli yaitu pada dosen pembimbing untuk mendiskusikan apakah aitem yang telah dibuat dapat diterima oleh subjek penelitian secara umum.

b. Uji Coba Alat Ukur

Alat ukur penelitian terlebih dahulu diujicobakan. Alat ukur diberikan kepada 200 orang bersuku Batak Toba.

c. Revisi Alat Ukur

Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur, maka peneliti menguji validitas dan reliabilitas skala dengan menggunakan koefisien reliabilitas alpha dari Cronbach dengan bantuan aplikasi program SPSS 17.0 for windows. Setelah


(54)

diketahui aitem-aitem yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya, maka kemudian peneliti menyusun aitem-aitem tersebut menjadi alat ukur yang dapat digunakan untuk mengambil data penelitian (Azwar, 2010).

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 30 Maret 2014 sampai 20 Juni 2014. Penyebaran skala dilakukan dengan cara memberikan skala kepada orang-orang Batak Toba yang ada di kota Medan.

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah diperoleh hasil skor skala kepedulian dan skala martarombo, maka dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS Versi 17.00 untuk windows.

H. METODE ANALISA DATA

Data-data yang terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan korelasi Pearson product moment. Teknik ini dapat digunakan oleh peneliti untuk menerangkan keeratan hubungan antar dua variabel (Hadi, 2004). Keseluruhan analisa data dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputerisasi SPSS 17.0 for windo ws. Sebelum data-data yang terkumpul dianalisa, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian bahwa sampel yang dihadapi adalah berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Uji normalitas ini dilakukan


(55)

dengan menggunakan uji one sample kolmogorov-smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p > 0,05.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data distribusi penelitian yaitu variabel bebas (perilaku martarombo) dan variabel tergantung (kepedulian) memiliki hubungan linier. Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel. Asumsi ini menyatakan bahwa hubungan antar variabel yang hendak dianalisis itu mengikuti garis lurus. Jadi peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel akan diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas pada variabel lainnya. Uji linearitas dalam penelitian ini menggunakan uji F dengan nilai p < 0.05.


(56)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan analisa data dan pembahasan, yang diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dan pembahasan.

A. Karakteristik Subjek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah orang-orang bersuku Batak Toba usia minimal 20 tahun yang berdomisili di kota Medan. Jumlah sampai dalam penelitian ini adalah 100 orang. Karakteristik subjek dapat dilihat pada Tabel 5 yang terdiri atas jenis kelamin, usia, dan asal daerah.

Tabel 5

Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian

DATA JUMLAH (N) PERSENTASE (%)

Jenis kelamin

Laki-laki 70 70

Perempuan 20 20

Usia

20 – 30 tahun 58 58

31 – 40 tahun 33 33

41 – 50 tahun 7 0,07

>50 tahun 2 0,02

Asal Daerah

Dalam Kota Medan 89 89


(57)

B. Uji Asumsi Penelitian

Sebelum dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi pada data penelitian yang diperoleh, meliputi uji normalitas sebaran, uji linearitas kemudian dilakukan uji hipotesis. Analisa tersebut dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputerisasi SPSS 17.0 for windows.

1. Uji Normalitas sebaran

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian telah menyebar secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode One Sample Kolmogorov Smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal dengan harga p > 0,05.

Tabel 6. Uji Normalitas NO Variabel

Kolmogorov-Smirnov Z

p Keterangan

1. Kepedulian 0,84 0,200 Terdistribusi

normal 2. Martarombo 0,81 0,106 Terdistribusi

normal

Dari uji normalitas pada variabel kepedulian diperoleh nilai Z = 0,84 dengan p = 0,200 sehingga dapat dikatakan data penelitian pada variabel kepedulian terdistribusi normal. Pada variabel martarombo diperoleh nilai Z = 0,81 dengan p = 0.106 sehingga dapat dikatakan data penelitian pada variabel martarombo terdistribusi normal.


(58)

2. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel bebas (perilaku martarombo) dan variabel tergantung (kepedulian ) memiliki hubungan linear. Berdasarkan hasil uji linearitas antara kedua variabel tersebut, signifikan linearity sebesar 0,000 (p < 0,05) dan deviation from linearity sebesar 0,520 maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepedulian memiliki hubungan yang linear dengan variabel perilaku martarombo.

Tabel 7. Uj Linearitas Variabel Deviation

from linearity

Sign. linearity Keterangan

Perilaku Martarombo dengan Kepedulian

0,520 0,000 Linear

C. Hasil Analisa Data 1. Korelasi

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi pearson product moment dengan bantuan program komputer SPSS 17.0. Hasil pengujian statistik yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Korelasi antara Perilaku Martarombo dengan Kepedulian Variabel Pearson correlation p Perilaku Martarombo

dan kepedulian


(59)

Hipotesis dalam penelitian ini:

Ha (Hipotesa Alternatif) : p < 0, 05 artinya ada hubungan antara perilaku martarombo dengan kepedulian antar suku Batak Toba. Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,426 dengan taraf signifikansi (p) sebesar 0,000 sehingga p < 0,01. Hal ini artinya hipotesa alternatif (Ha) diterima.

2. Kategorisasi Data

a. Kategorisasi Data Kepedulian

Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor populasi terdistribusi normal dan jumlah subjek termasuk dalam kategori besar, maka dilakukan pengkategorisasian data kepedulian dengan menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal). Deskripsi skor hipotetik data dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 9. Deskripsi skor hipotetik data Kepedulian Skor Hipotetik

Min Maks Mean SD 65 120 91,60 11,591

Berdasarkan tabel 9 skor hipotetik menunjukkan hasil mean hipotetik untuk variabel kepedulian didapat sebesar 91,60 dengan standar deviasi hipotetik sebesar 11,591. Data dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun menurut norma tertentu. Data dikategorikan menjadi tiga kelompok dengan rumus (Azwar, 2004) :


(60)

Rendah= X < Mean – 1 (SD)

Kategorisasi data keberfungsian keluarga beserta persentase dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10. Kategorisasi Data hipotetik Kepedulian

Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase

Kepedulian 103,191≤ X Tinggi 16 0,16

80,009≤ X <103,191 Sedang 66 0,66

X <80,009 Rendah 18 0,18

Berdasarkan kriteria kategorisasi pada tabel menunjukkan bahwa 16 orang (0,16%) termasuk dalam kepedulian yang tinggi, 0,66 orang (0,66%) termasuk dalam kepedulian yang sedang, dan 18 orang (0,18) termasuk dalam kategori kepedulian yang rendah (0%). Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar kepedulian dari subjek berada dalam kategori sedang.

b. Kategorisasi Data Perilaku Martarombo

Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor populasi terdistribusi normal dan jumlah subjek termasuk dalam kategori besar, maka dilakukan pengkategorisasian data perilaku martarombo dengan menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal). Deskripsi skor hipotetik data dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 11. Deskripsi Skor Hipotetik Data Perilaku Martarombo

Skor Hipotetik

Min Maks Mean SD


(61)

Berdasarkan tabel 11 skor hipotetik kematangan emosi menunjukkan hasil mean hipotetik untuk variabel perilaku martarombo didapat sebesar 20,62 dengan standar deviasi hipotetik sebesar 3,861. Berdasarkan kategorisasi data penelitian secara hipotetik, data dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun menurut norma tertentu. Data dikategorikan menjadi tiga kelompok dengan rumus (Azwar, 2004):

Tinggi = Mean + 1 (SD) ≤ X

Sedang= Mean – 1 (SD) ≤ X < Mean + 1 (SD) Rendah= X < Mean – 1 (SD)

Kategorisasi data kematangan emosi beserta persentase dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 12. Kategorisasi Data Hipotetik Kepedulian

Variabel Rentang nilai Kategori Frekuensi Persentase Perilaku

Martarombo

24,481≤ X Tinggi 15 0,14

16,759≤ X <24,481 Sedang 78 0,72

X <16,759 Rendah 7 0,14

Berdasarkan kategorisasi pada tabel 12 menunjukkan bahwa 15 orang (0,15%) termasuk dalam perilaku martarombo yang tinggi, 78 orang (0,78%) termasuk dalam perilaku martarombo yang sedang, dan 7 orang (0,07%) termasuk dalam kategori perilaku martarombo yang rendah. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar perilaku martarombo subjek berada dalam kategori sedang.

Setelah mengetahui pengkategorisasian kedua variabel penelitian, hasilnya dapat dimasukkan dalam tabel penyebaran variabel dalam bentuk matriks kategorisasi yang ditunjukkan pada tabel berikut :


(62)

Tabel 13. Matriks Kategorisasi Variabel Perilaku Martarombo Dengan Kepedulian

Kepedulian Perilaku

Martarombo

Rendah Sedang Tinggi

Jumlah subjek

% Jumlah subjek

% Jumlah subjek

%

Rendah 3 0,03 7 0,07 0 0

Sedang 14 0,14 51 0,51 `12 0,12

Tinggi 2 0,2 7 0,07 4 0,04

100 (100%)

Perilaku martarombo yang dimiliki individu pada kategori tinggi dengan kepedulian juga pada kategori tinggi sebanyak 0,04%. Perilaku martarombo yang dimiliki individu pada kategori sedang dengan kepedulian pada ketegori tinggi sebesar 0,12%. Perilaku martarombo yang dimiliki individu pada kategori tinggi, sedangkan kepedulian pada kategori sedang sebanyak 0,07%. Perilaku martarombo yang dimiliki individu pada kategori sedang dengan kepedulian juga pada ketegori sedang sebesar 0,51%. Perilaku martarombo yang dimiliki individu pada kategori rendah dengan kepedulian pada ketegori sedang sebesar 0,07%. Perilaku martarombo yang dimiliki individu pada kategori tinggi dengan kepedulian pada ketegori rendah sebesar 0,02%. Perilaku martarombo yang dimiliki individu pada kategori sedang dengan kepedulian pada ketegori rendah sebesar 0,14%. Perilaku martarombo yang dimiliki individu pada kategori rendah dengan kepedulian juga pada ketegori rendah sebesar 0,3%.


(63)

D. Pembahasan

Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa Ha diterima. Hasil pengujian korelasi sebesar r = 0,426 dengan p = 0,000. Tingkat signifikansi korelasi p = 0,000 ( p<0,05) menunjukkan adanya hubungan antara perilaku martarombo dengan kepedulian pada suku Batak Toba.

Hasil perhitungan korelasi tersebut sejalan dengan Leininger (1981) yang menyatakan bahwa budaya mempengaruhi kepedulian untuk mengekspresikannya atau mewujudkannya ke dalam suatu tindakan. Budaya mengendalikan bagaimana aksi atau tindakan tersebut diwujudkan. Penerimaan sosial dan harapan sosial mempengaruhi bagaimana kepedulian diberikan di tempat tertentu.

Suku Batak Toba memiliki budaya yang berfungsi mengatur tingkah laku masyarakatnya dalam menjalani kehidupan dan juga untuk menjaga kelestarian suku Batak Toba. Perilaku martarombo adalah salah satu budaya suku Batak Toba yang diturunkan dari generasi ke generasi. Perilaku martarombo merupakan perilaku mencari atau menentukan titik pertalian darah yang terdekat, dalam rangka menentukan hubungan kekerabatan (Sinaga, 1998). Martarombo dilakukan untuk menentukan posisi marga. Marga merupakan salah satu identitas bangsa Batak Toba ini bertujuan untuk membina kekompakan dan solidaritas sesama anggota marga dan keturunannya dari satu leluhur. Ketika sudah ditentukan hubungan kekerabatan maka lahirlah jiwa kasih yang terikat. Ikatan itu akan menyatukan seseorang dengan yang lainnya dan membentuk karakter sosial. Kegotongroyongan yang ada dalam setiap jiwa individu menjadi landasan terciptanya sifat sosial yang sampai saat ini dimiliki dan terus dipelihara oleh suku Batak Toba. Sifat ini diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan , salah satunya


(1)

9

2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 8 3 9

3 1 2 3 3 3 2 2 2 2 1 2 1 2 1 3 1 1 2 3 2 3 2 2 1 2 1 3 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 8 2 9

4 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 7 1 9

5 1 3 3 3 1 3 3 3 3 3 0 3 3 3 3 3 0 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 8 9

6 1 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 1 0 1 9

7 1 3 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 8 9 9

8 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1 0 0 9

9 1 3 2 3 1 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 1 3 3 2 3 2 3 3 3 1 0 1 1

0

0 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 7 8


(2)

Matriks Kategori

NO Skor Skala

Perilaku Martarombo

Skor Skala Kepedulian

Kategori Kategori

1 12 85 Rendah Sedang 2 30 104 Tinggi Tinggi 3 20 73 Sedang Rendah

4 28 85 Tinggi Sedang

5 22 86 Sedang Sedang

6 18 84 Sedang Sedang

7 24 118 Sedang Tinggi

8 19 80 Sedang Rendah

9 13 84 Rendah Sedang

10 22 85 Sedang Sedang

11 17 104 Sedang Tinggi 12 17 104 Sedang Tinggi

13 17 78 Sedang Rendah

14 21 78 Sedang Rendah

15 18 80 Sedang Rendah

16 18 92 Sedang Sedang

17 19 92 Sedang Sedang

18 16 65 Sedang Rendah

19 15 72 Rendah Rendah

20 19 81 Sedang Sedang

21 14 87 Rendah Sedang

22 25 97 Tinggi Sedang

23 23 92 Sedang Sedang

24 19 78 Sedang Rendah

25 15 79 Rendah Rendah

26 20 91 Sedang Sedang

27 21 76 Sedang Rendah

28 22 115 Sedang Tinggi

29 21 94 Sedang Sedang

30 22 105 Sedang Tinggi 31 19 77 Sedang Rendah

32 22 92 Sedang Sedang

33 17 103 Sedang Sedang 34 29 107 Tinggi Tinggi 35 25 96 Tinggi Sedang 36 19 93 Sedang Sedang

37 15 96 Rendah Sedang

38 16 103 Sedang Sedang

39 20 79 Sedang Rendah

40 14 84 Rendah Sedang


(3)

42 20 87 Sedang Sedang 43 21 86 Sedang Sedang

44 22 94 Sedang Sedang

45 23 87 Sedang Sedang

46 19 79 Sedang Rendah

47 23 112 Sedang Tinggi

48 24 88 Sedang Sedang

49 23 92 Sedang Sedang

50 25 88 Tinggi Sedang

51 17 85 Sedang Sedang

52 24 91 Sedang Sedang

53 21 102 Sedang Sedang

54 9 77 Rendah Rendah

55 20 105 Sedang Tinggi

56 27 97 Tinggi Sedang

57 24 91 Sedang Sedang

58 20 98 Sedang Sedang

59 18 113 Sedang Tinggi

60 18 79 Sedang Rendah

61 16 86 Sedang Sedang

62 24 91 Sedang Sedang

63 20 100 Sedang Sedang

64 21 80 Sedang Rendah

65 19 97 Sedang Sedang

66 21 73 Sedang Rendah

67 20 81 Sedang Sedang

68 20 104 Sedang Tinggi

69 20 95 Sedang Sedang

70 19 85 Sedang Sedang

71 24 99 Sedang Sedang

72 25 89 Tinggi Sedang 73 23 113 Sedang Tinggi

74 14 84 Sedang Sedang

75 26 100 Tinggi Sedang

76 26 99 Tinggi Sedang

77 21 96 Sedang Sedang

78 20 82 Sedang Sedang

79 23 96 Sedang Sedang

80 20 81 Sedang Sedang

81 16 87 Rendah Sedang

82 22 91 Sedang Sedang

83 24 98 Sedang Sedang

84 27 117 Tinggi Tinggi

85 20 88 Sedang Sedang

86 18 112 Sedang Tinggi


(4)

88 20 96 Sedang Sedang 89 21 93 Sedang Sedang 90 25 93 Tinggi Sedang

91 18 90 Sedang Sedang

92 27 84 Tinggi Sedang

93 17 84 Sedang Sedang

94 19 72 Sedang Rendah

95 25 120 Tinggi Tinggi 96 28 102 Tinggi Sedang

97 21 91 Sedang Sedang

98 23 101 Sedang Sedang 99 22 103 Sedang Sedang 100 21 78 Sedang Rendah


(5)

LAMPIRAN 4


(6)

Descriptives

Statistic Std. Error

Kepedulian

Mean 91,60 1,159

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 89,30 Upper Bound 93,90

5% Trimmed Mean 91,34

Median 91,00

Variance 134,343

Std. Deviation 11,591

Minimum 65

Maximum 120

Range 55

Interquartile Range 15

Skewness ,369 ,241

Kurtosis -,265 ,478

Martarombo

Mean 20,62 ,386

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 19,85 Upper Bound 21,39

5% Trimmed Mean 20,64

Median 20,00

Variance 14,905

Std. Deviation 3,861

Minimum 9

Maximum 30

Range 21

Interquartile Range 5

Skewness -,113 ,241