71
D. Analisis pada Penerimaan dari Sektor Pajak dan Zakat
Kekhawatiran terbesar pemerintah Indonesia yang hanya menerapkan pola perlakuan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak bukan sebagai
pengurang langsung pajak penghasilan kredit pajak adalah jumlah penerimaan pajak akan menurun secara signifikan akibat diterapkannya zakat
sebagai pengurang PPh. Karena secara matematis semakin besar jumlah zakat yang dapat dijadikan kredit pajak, semakin kecil jumlah penerimaan pajaknya.
Berbeda dengan perlakuan zakat di Indonesia hanya menjadi salah satu bagian dari komponen biaya yang dapat mengurangi penghasilan neto, lain
halnya di Malaysia zakat telah dijadikan sebagai kredit pajak. Dengan demikian, beban ganda yang harus ditanggung oleh wajib pajak muslim tidak
hanya diminimalkan, tetapi dengan adanya kebijakan tersebut penerimaan zakat dan pajak ikut meningkat. Di Malaysia kebijakan zakat sebagai kredit
pajak itu sendiri baru berlaku untuk wajib pajak orang pribadi. Pengalaman penerapan kebijakan zakat sebagai kredit pajak yang diterapkan Malaysia
menunjukkan bahwa kebijakan ini dapat menjadi pemicu meningkatnya pendapatan di kedua instrumen tersebut secara bersamaan. Penerimaan
keduanya mengalami peningkatan setelah diterapkannya kebijakan tersebut. Dalam Laporan Kementrian Keuangan Malaysia tahun 2006 dan Laporan
Pusat Keuangan Zakat Malaysia tahun 2006 diungkapkan bahwa pendapatan pajak dan zakat memiliki korelasi positif. Berikut ini adalah jumlah
pendapatan zakat, pajak, dan persentase zakat terhadap pajak di Malaysia selama lima tahun:
72
Tabel 4.8 Penerimaan Pajak dan Zakat di Malaysia dalam Ringgit Malaysia
Tahun Zakat
Pajak zakat terhadap pajak
2001 321 juta
79,57 milyar 0,40
2002 374 juta
83,52 milyar 0,45
2003 408 juta
92,61 milyar 0,45
2004 473 juta
99,4 milyar 0,44
2005 573 juta
106,3 milyar 0,48
Sumber: Irfan Syauqi Beik 2007 Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa penerapan zakat sebagai kredit pajak
di Malaysia tidak menyebabkan berkurangnya penerimaan dari sektor pajak. Penerimaan dari kedua sektor ini justru mengalami peningkatan setiap
tahunnya sejak kebijakan tersebut diterapkan. Kenaikkan penerimaan pajak diikuti oleh kenaikan penerimaan zakat. Hal ini juga dapat dicapai jika
Indonesia menerapkan kebijakan zakat sebagai kredit pajak. Berikut ini beberapa argumentasi yang menjelaskan mengapa hal itu dapat terjadi.
1. Terciptanya Multipplier-Effect Terhadap Perekonomian
Dalam ilmu ekonomi, selain faktor harga hal yang dapat meningkatkan jumlah permintaan barang dan jasa adalah meningkatnya
pendapatan masyarakat. Peningkatan jumlah permintaan ini kemudian harus diimbangi dengan peningkatan penawaran agar tercipta
keseimbangan harga ekuilibrium. Agar harga sebelum dan sesudah peningkatan permintaan sama besarnya, jumlah produk yang ditawarkan
harus sama dengan permintaan pasar. Perubahan jumlah permintaan dan penawaran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
73 D’ S S’
D P
Q Q’
Gambar 4.1 Pergeseran Kurva Permintaan dan Penawaran sebagai
Pengaruh dari Zakat
Sumber: Sadono Sukirno 1994 Gambar tersebut juga dapat menjelaskan bagaimana instrumen
zakat mampu mempengaruhi mekanisme permintaan dan penawaran. PQ adalah titik keseimbangan antara permintaan demand dan penawaran
supply sebelum adanya zakat. Karena zakat secara langsung diperuntukan bagi fakir miskin, dana zakat akan meningkatkan
pendapatan mereka. Jika pendapatan fakir miskin meningkat, maka daya beli akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan jumlah jumlah
permintaan barang dan jasa D’ sehingga bergesar ke titik PQ’. Selanjutnya permintaan ini akan berpengaruh terhadap meningkatnya
jumlah penawaran yang berarti bertambahnya jumlah produksi barang dan jasa S’.
Dengan demikian kondisi tersebut akan menciptakan multipplier- effect terhadap perekonomian. Kesejahteraan rakyat miskin akan
meningkat. Jika hal itu terus berjalan, agregate demand dan agregate supply akan naik sehingga penerimaan pajak akan meningkat, baik pajak
penghasilan PPh maupun pajak penjualan PPN. Dengan semakin
74 meningkatnya penghasilan masyarakat, orang yang berzakatpun akan
bertambah sehingga meningkatkan penerimaan dari sektor zakat. Inilah yang menyebabkan kedua sektor tersebut menunjukkan peningkatan
secara bersamaan seperti yang terjadi di Malaysia. 2.
Meningkatnya Jumlah Wajib Pajak dan Muzakki Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa, kebijakan zakat
sebagai pengurang penghasilan neto dirasa masih memberatkan wajib pajak yang beragama Islam karena menimbulkan adanya kewajiban
ganda. Keadaan ini akan memacu timbulnya tiga kelompok masyarakat. Pertama, masyarakat yang memilih untuk membayar zakat dan pajak.
Kedua, kelompok yang memilih membayar zakat saja. Ketiga, kelompok yang memilih membayar pajak saja.
Kedua kelompok terakhir inilah yang potensial untuk dicapai dengan adanya penerapan zakat sebagai kredit pajak. Dengan adanya
kebijakan ini, tidak ada lagi kewajiban ganda yang memberatkan umat Islam yang juga merupakan wajib pajak. Dengan demikian, wajib pajak
yang sebelumnya tidak membayar zakat akan tergerak untuk membayar zakat. Dan sebaliknya, muzakki yang sebelumnya hanya membayar zakat
tetapi tidak membayar pajak akan tergerak untuk membayar. Hal ini terjadi karena kedua kelompok tersebut tidak lagi merasakan adanya dua
kewajiban yang memberatkan karena zakat yang mereka bayarkan dapat dikreditkan dengan total PPh terutang. Kondisi ini membuat jumlah wajib
75 pajak dan muzakki bertambah dan pada akhirnya akan meningkatkan
penerimaan dari pajak maupun zakat secara bersamaan. Berikut ini adalah contoh perhitungan meningkatnya penerimaan
dari zakat dan pajak karena penambahan jumlah wajib pajak dan muzakki. Sebagai contoh saat ini ada 10 orang wajib pajak yang belum
membayar zakat dan 10 orang muzakki yang belum membayar pajak. Setiap orang memiliki penghasilan sebesar Rp 100.000.000 TK0.
Berikut adalah perhitungannya:
Tabel 4.9 Perhitungan Zakat sebagai Sebagai Pengurang PKP dan sebagai
Pengurang PPh
Keterangan Sebagai
Pengurang PKP Sebagai Pengurang
PPh Kredit Pajak Penghasilan neto
100.000.000 100.000.000
Zakat atas penghasilan 2.500.000
PTKP TK0 15.840.000
15.840.000 PKP
81.660.000 84.160.000
PPh terutang 5 → 2.500.000
15→ 4.749.000 Total→ 7.249.000
5 → 2.500.000 15→ 5.124.000
Total→ 7.624.000
Kredit pajak zakat yang telah dibayarkan
2.500.000 PPh Kurang Bayar
7.249.000 5.124.000
Sumber: Data diolah Sendiri Dan perhitungan peningkatan penerimaan dari zakat dan pajak
karena penambahan jumlah wajib pajak dan muzakki masing-masing 10 orang adalah sebagai berikut:
76
Tabel 4.10 Perhitungan Peningkatan Penerimaan dari Zakat dan Pajak
Zakat Sebagai Pengurang PKP Zakat Sebagai Pengurang PPh
Kredit Pajak a.
Jumlah penerimaan dari sektor pajak
10 x 7.249.000= 72.490.000
b. Jumlah penerimaan dari sektor
zakat 10 x 2.500.000 = 25.000.000
c. Total penerimaan dari keduanya sebesar 97.490.000
a. Jumlah penerimaan dari sektor
pajak 20 x 5.124.000 = 102.480.000
b. Jumlah penerimaan dari sektor zakat
20 x 2.500.000 = 50.000.000 c. Total penerimaan dari keduanya
sebesar 152.480.000 Sumber: Data diolah Sendiri
Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa dengan diterapkannya kebijakan zakat sebagai pengurang PKP jumlah pajak
yang harus dibayar oleh setiap wajib pajak adalah Rp 7.249.000, sehingga total pajak dan zakat yang dibayarkan sebesar Rp 9.749.000.
Akan tetapi, jika zakat dijadikan sebagai kredit pajak jumlah pajak yang harus dibayarnya hanya sebesar Rp 5.124.000 sehingga total pajak dan
zakat yang dibayarkan menjadi Rp 7.624.000. Jika pajak dijadikan sebagai pengurang PKP sebagai biaya, hanya terdapat 10 orang wajib
pajak dan 10 orang muzakki sehingga total penerimaan dari pajak adalah sebesar Rp 72.490.000 dan zakat sebesar Rp 25.000.000. Sebaliknya, jika
kebijakan zakat sebagai kredit pajak diterapkan jumlah wajib pajak dan muzakki akan bertambah menjadi 20 orang, sehingga penerimaan dari
pajak meningkat menjadi Rp 102.480.000 dan penerimaan dari zakat akan meningkat menjadi Rp 50.000.000. Dengan demikian ada
peningkatan penerimaan dari pajak sebesar 41,37 dan penerimaan dari
77 zakat sebesar 100. Ini membuktikan bahwa dengan adanya peningkatan
jumlah wajib pajak dan muzakki jika zakat sebagai kredit pajak diterapkan, maka penerimaan zakat dan pajak akan naik secara
bersamaan. Ini menepis anggapan yang mengatakan bahwa jika zakat dijadikan sebagai kredit pajak, maka penerimaan negara dalam sektor
pajak akan menurun. 3. Zakat Dapat Dijadikan Sebagai Alat Kontrol Pembayaran Pajak
Pada dasarnya individu akan lebih jujur mengungkapkan penghasilannya untuk kepentingan zakat. Pertama, bagi mereka zakat itu
bukan merupakan suatu beban melainkan ibadah. Kedua, pelaksanaan zakat akan dipertanggungjawabkan langsung kepada Allah. Karena
manusia dapat menipu sesama manusia, tetapi tidak dengan Allah. Apapun yang manusia lakukan Allah pasti akan mengetahuinya. Hal
inilah yang membuat muzakki cenderung lebih jujur untuk
mengungkapkan berapa penghasilannya. Data mengenai jumlah zakat yang dibayarkan oleh para muzakki ini
sebenarnya dapat dijadikan sebagai informasi bagi petugas pajak untuk menentukan berapa sebenarnya penghasilan yang diterima atau diperoleh
wajib pajak selama periode waktu tertentu. Dengan diterapkannya kebijakan ini akan tercipta koordinasi antara lembaga zakat dan pajak
dalam cross check untuk mengetahui berapa penghasilan seseorang. Oleh karena itu sebenarnya mekanisme ini dapat dijadikan sebagai kontrol
untuk mengetahui seberapa besar penghasilan seseorang sebenarnya.
78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN