Jadi pengertian pembimbing rohani Islam menurut penulis adalah orang yang membimbing atau memberi bantuan pertolongan kepada orang lain baik
individu atau kelompok guna memberikan bimbingan, bantuan, pelajaran, dan pedoman untuk menumbuhkan rohani spiritual dan mengembangkan potensi diri
agar dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan benar secara mandiri yang berpandangan pada ajaran agama.
2. Syarat Pembimbing Rohani Islam
Adapun syarat yang di miliki pembimbing rohani Islam antara lain adalah:
a Memiliki sifat baik.
b Bertawakal, mendasarkan segala sesuatu atas nama Allah.
c Sabar, utamanya tahan menghadapi lansia yang menentang
keinginan untuk diberikan bantuan. d
Tidak emosional, artinya tidak mudah terbawa emosi dan dapat mengatasi emosi diri dan lansia yang terbimbing.
e Retorika yang baik, mengatasi keraguan lansia dan dapat
meyakinkan bahwa pembimbing dapat mmemberikan bantuan. f
Dapat membedakan tingkah laku lansia yang berimplikasi terhadap hukum wajib, sunnah, mubah, makruh, haram
terhadap perlunya taubat atau tidak.
14
14
Elfi Mu’awanah, dan Rifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islam Di Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Cet Ke-2, h. 142.
Adapun menurut M. Arifin yang untuk menjadi pembimbing yaitu pada mental-psikologinya adalah:
a. Meyakinkan akan kebenaran agamanya, menghayati serta
mengamalkannya, karena ia menjadi pembawa norma agama. b.
Memiliki sikap dan kepribadian yang menarik bagi klien warga binaan sosial dan orang yang berada di lingkungan
sekitar. c.
Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, memiliki loyalitas terhadap tugas dan pekerjaannya, serta konsisten.
d. Memiliki kematangan jiwa dalam bertindak, dalam
menghadapi permasalahan yang memerlukan.
15
3. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani Islam
Ainur Rakhim Faqih berpendapat bahwa tujuan bimbingan rohani terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1 Tujuan Umum
Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
2 Tujuan Khusus
1 Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya
2 Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi
15
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Penyuluhan Agama, Cet. Ke-6. h. 26.
lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.
16
4. Metode Bimbingan Rohani Islam
Menurut Faqih metode yang digunakan dalam bimbingan rohani adalah sebagai berikut:
a Metode Langsung
Merupakan di mana pembimbing melakukan komunikasi langsung bertatap muka dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dibagi
menjadi: 1
Metode individual, pembimbing, dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara individu dengan pihak yang
dibimbing. 2
Metode kelompok, pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien dalam kelompok.
b Metode tidak langsung
Merupakan metode di mana bimbingan dilakukan melalui komunikasi masa, hal ini dilakukan secara individual maupun kelompok.
c Metode Keteladanana
Merupakan metode di mana pembimbing sebagai contoh ideal dalam pandangan seseorang yang tingkah laku sopan santunnya akan
ditiru.
17
16
Aunur Rohim, Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, Yogyakarta: UII Pers 2001, Cet. Ke-2. h. 37.
5. Unsur Materi Bimbingan Rohani Islam
Unsur materi berkaitan dengan kebutuhan jasmani dan rohani untuk mencapai kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Unsur materi di sini untuk
memberikan bimbingan pada lansia agar mempunyai ketabahan, kesabaran dan tawakal serta tidak ada rasa putus asa dalam menerima penyakit.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pembimbing terhadap materi-materi yang akan sajikan antara lain:
a Bahan yang disampaikan harus objektif dan menyakinkan
b Dalam hal ini seseorang pembimbing harus mempunyai dasar-
dasarnya c
Materi bimbingan diberikan sesuai dengan masalah-masalah yang dihadapinya.
d Isi dan kata-katanya hendaknya menggunakan bahasa yang baik,
sehingga mudah dipahami.
18
C. Kesehatan Mental
1. Pengertian Kesehatan Mental
Pengertian mental dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “suatu hal yang berhubungan dengaan batin dan watak manusia yang bukan
bersifat dadan dan bukan tenaga”.
19
17
Aunur Rohim, Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, Yogyakarta: UII Pers 2001, Cet. Ke-2. h. 54.
18
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Penyuluhan Agama, Cet. Ke-6. h. 10.
19
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998, Cet. Ke-1, Edisi Tiga, h. 733.