Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
2
aspek ini dapat menyebabkan perubahan iklim pula, hanya saja perubahan yang terjadi adalah perubahan yang lambat serta alami dan perubahan ini tidak mengancam kehidupan manusia.
Perubahan ini terjadi untuk menyesuaikan kebutuhan bumi yang terus berubah. Perubahan iklim yang terjadi dewasa ini bukanlah perubahan yang wajar. Perubahan pola
iklim ini sering disebut perubahan iklim dimana disuatu daerah dapat mengalami pendinginan yang berlebihan dan didaerah lain mengalami pemanasan yang tidak wajar. Perubahan ini juga
dapat menyebabkan semakin ganasnya angin dan badai, serta curah hujan yang tidak menentu. Aspek-aspek perubahan iklim tidak lagi disebabkan oleh alam tetapi manusia bertindak sebagai
kontributor. Manusia menyumbang banyak gas buang melalui bahan bakar fosil serta batubara, serta penggunaan Chloro Fluoro Carbon CFC pada pendingin ruang serta lemari pendingin.
Perubahan iklim ini begitu drastis terjadi sehingga menyebabkan kekacauan. Misalnya, kekacauan masa tanam, serta kegagalan panen. Masa tanam yang sebelumnya dapat ditentukan
kini tidak bisa lagi dilakukan. Bahkan dimusim kemarau tanaman palawijapun tidak dapat bertahan karena suhu terlalu panas, serta tanaman yang membutuhkan banyak air justru
membusuk karena curah hujan yang berlebih ketika musim penghujan. Kemudian bencana kelaparan juga akan mengancam manusia.
Permasalahan lingkungan yang melanda dunia dewasa ini telah berdampak besar kepada kehidupan manusia. Dampak yang begitu besar bagi umat manusia ini menyebabkan lingkungan
sebagai salah satu perkara yang harus dibahas secara luas bahkan hingga ketingkat politik internasional. Jika keamanan internasional dan ekonomi global adalah dua issue area utama
tradisional dalam politik dunia, sebagian penstudi sekarang menyatakan bahwa lingkungan hidup telah muncul sebagai issue area utama ketiga. Sorensen R. J., 2009
3
Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan telah mendapat perhatian khusus dalam politik global. Tentu saja, tempat untuk lingkungan dalam politik global dimaksudkan untuk
menghindari krisis lingkungan yang lebih buruk. Isu lingkungan telah melahirkan banyak perubahan, khususnya dalam politik internasional. Hal ini terjadi karena permasalahan
lingkungan telah melahirkan sejenis ‘ancaman’ khususnya bukan pada negara tetapi pada manusia secara keseluruhan. Sorensen R. J., 2009
Krisis lingkungan yang membawa dampak buruk kepada kehidupan manusia membuat manusia sadar bahwa perhatian terhadap lingkungan sangatlah penting. Manusia tidak dapat
hidup tanpa lingkungan yang sehat, karena itu upaya manusia dari tingkat paling rendah hingga tingkat paling tinggi perlu dilakukan untuk menjaga lingkungan yang sehat ini. Indonesia
termasuk salah satu negara yang merasakan dampak buruknya lingkungan. Karena itu, perlu adanya peningkatan kesadaran perilaku yang tidak merusak lingkungan yang dibarengi dengan
kebijakan berwawasan lingkungan yang nantinya dapat menjaga kelestarian lingkungan. Indonesia telah meratifikasi Protokol Kyoto yang dituangkan kedalam undang-undang nomor
17 tahun 2004. Ratifikasi ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan bersama untuk menurunkan emisi karbon. Protokol Kyoto ditujukan untuk mengendalikan konsentrasi gas rumah kaca sesuai
dengan tanggung jawab bersama yang dibedakan common but differentiated responsibilities dengan memperhatikan kondisi sosial dan ekonomi tiap-tiap negara. Undang-undang nomor 17
tentang pengesahan protokol Kyoto atas konvensi kerangka kerja perserikatan bangsa-bangsa tentang perubahan iklim, 2004 Emisi dipandang sebagai akar dari masalah perubahan iklim
sehingga diharapkan dengan menurunnya emisi dan kestabilan emisi di atmosfer dapat mengurangi risiko krisis lingkungan yang lebih buruk.
4
Perubahan iklim juga melanda Indonesia dengan parah. Curah hujan begitu tinggi menyebabkan sungai tidak mampu menampung debit air sehingga banjir, kekeringan
menyebabkan gagal panen dan bencana kelaparan menghadang didepan mata. Permasalahan lingkungan yang terjadi di Indonesia menyebabkan pemerintah mengambil langkah untuk
memperhatikan serta melindungi lingkungan Indonesia melalui undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Undang-undang tersebut
ditujukan untuk mengelola lingkungan dan menjaga lingkungan dari bencana yang sering melanda Indonesia. Undang-undang ini juga melarang tindakan serta perilaku individu yang
kiranya dapat mengancam kelestarian lingkungan seperti pembakaran lahan dan pembuangan limbah ke media lingkungan. Undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, 2009 Langkah lain yang diambil pemerintah Indonesia adalah dengan adanya kebijakan
pengurangan emisi. Komitmen ini didasari oleh posisi Indonesia yang dipandang cukup rentan terhadap dampak dari perubahan iklim.Selain itu, komitmen ini adalah tindak lanjut dari Bali
Action Plan pada COP ke 13 yang kemudian melahirkan komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi. Komitmen ini diwujudkan dalam bentuk Peraturan Presiden nomor 61 tahun
2011 mengenai Rencana Aksi Naasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca RAN-GRK. Dimana rencana ini dimaksudkan untuk menurunkan emisi sebesar 26 dengan usaha sendiri
dan 41 dengan bantuan internasional. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, 2011 Rencana ini merupakan
rencana aksi yang dibuat dalam kurun waktu 10 tahun terhitung dari tahun 2010 hingga 2020. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2013 Emisi gas rumah kaca dirasa sangat perlu
untuk dikurangi karena emisi gas rumah kaca yang berlebihan akan menyebabkan pemanasan
5
yang terus menerus dan menyebabkan perubahan pada sistem iklim global. United Nations Framework Convention On Climate Change
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki keunikan geografis. Seperti sungai-sungai yang panjang dan dalam, hutan hijau yang luas serta lahan gambut yang tersebar luas. Hutan
hijau yang lebat merupakan paru-paru dunia. Dimana hutan tersebut menyediakan oksigen yang selalu dibutuhkan makhluk hidup dan menyerap karbon yang dibuang oleh makhluk hidup.
Indonesia memiliki berbagai jenis hutan, diantaranya adalah hutan hujan daratan rendah, hutan bakau, hutan alami bercampur dengan area lainnya seperti padang rumput, dan hutan sebagai
kawasan yang dilindungi. Indonesia Forest And Climate Support Namun dimata manusia, hutan merupakan sumber penghasilan. Dimana kayu adalah komoditas yang menguntungkan.
Selain untuk menjual kayu, manusia juga membuka hutan untuk lahan pertanian. Dengan begitu, hutan menjadi semakin sempit dari waktu ke waktu. Padahal hutan tidak hanya tegak berdiri dan
diam. Hutan memiliki kesibukan untuk memberikan jasa kepada ekosistem seperti menjaga kualitas dan kuantitas air serta menjaga kesuburan tanah. Indonesia Forest And Climate
Support Indonesia memiliki lahan gambut yang begitu luas. Tanah gambut merupakan tanah yang
istimewa. Tanah ini mengandung banyak serasah sisa-sisa tanaman mati dan mengandung begitu banyak air. Tanah gambut dapat menyerap begitu banyak air ketimbang tanah yang lain,
sehingga tanah ini dapat menanggulangi terjadinya banjir disaat curah hujan yang tinggi. Sedangkan pada saat musim kemarau lahan gambut mengeluarkan cadangan airnya dan
menyediakan pasokan air sehingga kemarau tidak kekurangan air. Luas lahan rawa gambut di Indonesia diperkirakan 20,6 juta hektar atau sekitar 10,8 persen dari luas daratan Indonesia. Dari
luasan tersebut sekitar 7,2 juta hektar atau 35-nya terdapat di Pulau Sumatera. Indonesia
6
Forest And Climate Support Akan tetapi terdapat rencana untuk mengubah sebagian besar hutan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit. Ketika lahan gambut digunakan untuk perkebunan
kelapa sawit, maka air akan dikeringkan, pohon ditebang, dan tanah gambut pun digali. Wetlands International Perilaku inilah yang menyebabkan bencana. Lahan gambut yang
seharusnya basah dan menjadi cadangan air ketika kemarau justru menjadi sangat kering karena air yang dikeringkan. Selain itu, banyak korporasi memilih jalan pintas untuk membakar lahan
gambut ketimbang menggalinya dengan alasan penghematan biaya. Kemudian hal ini menyebabkan kebakaran hutan gambut dan kabut asap yang berbahaya.
Pulau Sumatera adalah pulau dengan lahan gambut yang luas. Akan tetapi setiap musim kemarau, kekeringan melanda pulau Sumatera. Ini dikarenakan lahan gambut disana mulai
dikeringkan airnya dan dimaksudkan untuk menjadi kebun kelapa sawit. Lahan-lahan gambut dibakar dan menyebabkan kabut asap yang meluas dan berbahaya bagi kesehatan. Selain itu,
pohon-pohon ditebang untuk membuka lahan pertanian atau pemukiman penduduk ketika musim penghujan. Hal ini justru menyebabkan tanah longsor. Bencana-bencana ini sering kali melanda
daerah Sumatera padahal pada dasarnya Sumatera bukanlah daerah rawan bencana akan tetapi karena perilaku penduduknya yang tidak memperhatikan alam, justru membuat daerah Sumatera
sering dilanda bencana. Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi yang memiliki lahan gambut di Sumatera. Akan
tetapi provinsi ini tidak terkenal akan kekayaan lahan gambutnya. Sumatera Selatan akhir-akhir ini sering mengalami bencana karena kabut asap yang menyelimutinya. Hal ini karena
pembakaran lahan gambut yang dimilikinya telah beralih fungsi. Sumatera Selatan selalu memiliki titik api terbanyak dan menyumbang polutan asap yang luas dan berbahaya. Setiap
tahunnya, pada musim kemarau, bencana kabut asap selalu melanda kawasan Sumatera. Ketika
7
musim penghujan, Pulau Sumatera hampir selalu mengalami tanah longsor. Karena itu, pemerintah Indonesia menyelenggarakan program penanganan perubahan iklim untuk
menghindari risiko bencana. Dengan otonomi daerah, pemerintah pusat memberikan kewenangan bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan upaya penanganan perubahan iklim
berbasis lokal yang dikelola sendiri oleh pemerintah daerah Sumatera Selatan yang bekerja sama dengan NGO internasional yakni World Agroforestry Centre Dulunya ICRAF.