Uji Multikolinearitas Uji Heteroskedasitas Uji Autokorelasi

jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas Ghozali, 2005:163.

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali 2005:105 uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi kolerasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance value atau variance inflation factor VIF. Kriteria uji multikolinearitasini yaitu : • Jika nilai tolerance 0,10 dan nilai VIF 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. • Jika nilai tolerance 0,10 dan nilai VIF 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

c. Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedasitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain Universitas Sumatera Utara berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot, dengan kriteria sebagai berikut Ghozali, 2005. • Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. • Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi.Untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan uji statistik melalui uji Durbin-Watson DW test Ghozali, 2005:110. Dalam pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut : • Bila nilai DW terletak diantara batas atau upper bound du dan 4- du maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi. Universitas Sumatera Utara • Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau lower bound dl maka koefisien autokorelasi 0, berarti tidak ada autokorelasi positif. • Bila nilai DW lebih besar dari 4-dl maka koefisien autokorelasi 0, berarti ada autokorelasi negatif. • Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara 4- du dan 4-dl, maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Penelitian ini menggunakan model analisis regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil atau ordinary least square OLS untuk menganalisis pengaruh ROA, DER, dan GPM terhadap Harga Saham, dengan model dasar sebagai berikut : Y= a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + e Keterangan : Y = Harga Saham a = Konstanta X 1 = Return on Asset ROA X 2 = Debt to Equity DER X 3 = Gross Profit Margin GPM b 1 ...b 4 = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel independen e = error term Universitas Sumatera Utara

3. Uji Hipotesis a. Koefisien Determinasi R

2 Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Kriteria koefisien determinasi sebagai berikut : Nilai R 2 terletak antara 0 sampai dengan 1 0 ≤ R 2 ≤ 1. Nilai R 2 mempunyai interval antara 0 sampai 1 0 ≤ R 2 ≤ 1. Semakin besar nilai R 2 mendekati 1, semakin baik hasil untuk model regresi tersebut. Dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen Sulaiman,2004:86.

b. Uji Signifikansi Simultan Uji F