22 jarak untuk setiap elektrodanya adalah 1a. pengukuran susunan pertama faktor n
berniali 1 faktor n adalah jarak perbandingan antara C
1
– P
1
atau P
2
-C
2
dengan P
1
– P
2
. Untuk n = 2 jarak antar elektroda C
1
ke elektroda P
1
2 kali jarak antar P
1
dan elektroda P
1
. Untuk urutan pengukuran yang lebih kecil jarak antar elektroda biasanya semakin besar. Untuk menyelidiki lebih dalam lagi jarak antar elektroda
P
1
dan P
2
dinaikkan sebesar 2a dan deret pengukuran lain dibuat untuk faktor n yang berbeda. Jika perlu keadaan ini dapat diulangi dengan jarak antar elektroda
C
1
– P
1
dan C
2
– P
2
yang lebih besar sehingga penyilidikan bawah permukaan tanah yang lebih dalam lagi dapat diketahui.
2a na
C1 P1
P2 C2
a
a na
na C1
P1 P2
C2 Pengukuran ke-2
2a na
C1 P1
P2 C2
a Pengukuran ke-3
Gambar 3.3 Susunan pengukuran untuk konfigurasi Wenner – Schlumberger
Ketika jarak elektroda semakin besar, banyaknya jumlah pengukuran akan semakin berkurang. Banyaknya pengukuran dapat diperoleh untuk setiap jarak
elektroda.
3.7 Pengolahan Data
Data dari hasil akuisisi dipetakan dalam format pseudosection. Nilai resistivitas semu di plot antara perpotongan sumbu datar titik tengah konfigurasi
elektroda dengan sumbu tegak akan menunjukkan kedalaman efektif. Penampang apperant resisitivity resistivitas semu berguna dalam proses
proses interpretasi awal dalam menentukan anomali geofisika yang terdapat di daerah penelitian. Tetapi interpretasi lebih lanjut, untuk mengetahui variasi
resistivitas harus digunakan hambatan jenis sebenarnya true resistivity. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
23 penting karena hambatan jenis sebenarnya true resistivity akan memberikan
gambaran kedalaman dan posisi sesungguhnya dari anomali geofisiska, selain itu anomali penampang hambatan jenis sebenarnya true resistivity. Nilai hambatan
jenis sebenarnya true resistivity diperoleh melalui pengolahan nilai resistivitas semu terukur dan terhitung apperant resistivity measured dan apperant
resistivity calculated dengan menggunakan software RES2Dinv. RES2Dinv sendiri secara automatis akan menentukan langsung nilai dari hambatan jenis
sebenarnya dan menghasilkan model invers penampang resistivity inverse model resistivity section 2D.
A
B
C
Gambar 3.4 Peta pseudosection interpretasi 2D Res2dinv.a Pseudosection hambatan jenis semu terukur.b Pseudosection hambatan jenis semu terhitung.c
Pseudosection hambatan jenis sebenarnya. Pemodelan 2D dilakukan menggunakan program inversi, dengan program
ini data resistivitas bawah permukaan akan di plot dalam sejumlah kotak persegi. Susunan kotak
– kotak ini tergantung dari distribusi titik datum dalam pseudosection. Program RES2Dinv bertujuan mendeterminasi tahanan jenis
Universitas Sumatera Utara
24 sebenarnya dalam setiap kotak yang dihasilkan dari penampang reisistivitas semu
Apperant Resistivity pseudosection daerah penelitian. Subroutine dari pemodelan maju forward modeling digunakan untuk
menghitung nilai resistivitas semu, sedangkan untuk routine optimasi least –
square non linear digunakan dalam routine inversi. Routine inversi digunakan berdasarkan metode least
– square smoothness contrained. Metode optimasi yang digunakan oleh software RES2Dinv pada dasarnya
mencoba mencari estimasi terbaik antara nilai restivitas semu terukur dengan nilai resistivitas hasil perhitungan dengan menyesuaikan dengan model block.
Pengukuran perbedaan ini menimbulkan root – mean – square RMS error.
Gambar 3.5 Model block pseudosection
Topografi sangat berpengaruh pada penentuan kedalaman efektif yang dapat dicapai pada survei geolistrik untuk itu digunakan koreksi terhadap efek
topografi, karena lintasan survei memiliki topografi yang bervariasi, koreksi topografi dilakukan dengan memasukkan data horizontal dan vertikal dari datum
point sepanjang lintasan survei. Hasil perhitungan yang dihasilkan dari program RES2dinv ini adalah pseudosection resisitivity terukur measured apperant
resistivity, pseudosection resisitivity terhitung calculated apperant resistivity dan model inversi penampang reisistivity inverse model resistivity section.
Universitas Sumatera Utara
25
3.8 Diagram Alir Penelitian