Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran

commit to user Masalah psikososial merupakan contoh gangguan mental emosional yang kini sering dihadapi oleh masyarakat. Anak dan remaja yang berkunjung ke fasilitas kesehatan umum dengan gangguan tersebut mencapai 34,39 Hidayat, 2008. Survei kesehatan rumah tangga di Indonesia tahun 1995 menyebutkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional pada anak dan remaja usia 4 hingga 15 tahun adalah 104 per 1000 Siswono, 2001. Gangguan tersebut bahkan dapat mengakibatkan terjadinya bunuh diri, seperti pada kasus depresi yang mulai banyak dialami oleh anak dan remaja Hidayat, 2008. Sementara itu, saat ini pengetahuan mengenai intervensi terhadap gangguan psikososial masih terbatas Maughan, 1997. Aspek psikososial anak akan dilihat dalam penelitian ini. Anak dengan IQ rata-rata dan IQ di atas rata-rata dapat mengalami gangguan psikososial. Dalam penelitian ini juga dapat diketahui ada tidaknya keterkaitan tingkat Intelligence Quotient dengan kejadian gangguan psikososial, yaitu dengan cara meneliti perbedaan gangguan psikososial antara anak dengan Intelligence Quotient rata-rata dan Intelligence Quotient di atas rata-rata.

B. Perumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan gangguan psikososial pada anak dengan Intelligence Quotient rata-rata dan Intelligence Quotient di atas rata-rata di SDN Manahan Surakarta. 3 commit to user

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan gangguan psikososial pada anak dengan Intelligence Quotient rata-rata dan Intelligence Quotient di atas rata-rata di SDN Manahan Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis Mengetahui perbedaan gangguan psikososial pada anak dengan Intelligence Quotient rata-rata dan Intelligence Quotient di atas rata-rata. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya perhatian terhadap perkembangan psikososial dan inteligensi anak. 4 commit to user BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Proses dan Periode Perkembangan

a. Proses perkembangan Pola perkembangan manusia dihasilkan dari hubungan beberapa proses yaitu proses biologis, kognitif, dan sosial-emosi. Proses biologis berkaitan dengan perkembangan fisik atau perubahan pada tubuh. Peran proses biologis dalam perkembangan antara lain perkembangan otak, gen yang diwariskan, pertambahan tinggi dan berat badan, keterampilan motorik, dan perubahan hormon saat puber Santrock, 2007. Perubahan dalam pikiran, inteligensi, dan bahasa menggambarkan proses kognitif. Sedangkan perubahan dalam hubungan seseorang dengan orang lain, perubahan emosi, dan kepribadian termasuk proses sosial-emosi yang berperan dalam perkembangan psikososial Santrock, 2007; Papalia et a l. , 2008. Ketiga proses saling berhubungan erat, misalnya kemajuan kognitif yang terkait dengan fisik dan emosional. Satu contoh yaitu kemampuan bicara bergantung pada perkembangan mulut dan otak. Seorang anak yang kesulitan mengekspresikan diri dengan kata juga bisa 5 commit to user mempengaruhi popularitas dan harga diri akibat reaksi negatif dari teman-temannya Papalia et a l. , 2008. b. Periode perkembangan, dibagi menjadi: 1. Periode pralahir prenata l period dimulai saat pembuahan hingga kehamilan sekitar sembilan bulan. 2. Masa bayi dan batita, dari lahir hingga usia 3 tahun. 3. Masa anak-anak awal, usia 3 sampai 6 tahun. 4. Masa anak-anak tengah dan akhir, usia 6 hingga 11 tahun. 5. Masa remaja, merupakan peralihan perkembangan dari anak-anak menuju dewasa awal yaitu sekitar usia 11 hingga 20 tahun. 6. Masa dewasa awal, sekitar usia 20 sampai 40 tahun. 7. Masa dewasa tengah, usia 40 sampai 65 tahun. 8. Masa dewasa akhir, mulai 65 tahun dan seterusnya. Santrock, 2007; Papalia et a l. , 2008

2. Inteligensi

Menurut Anita E. Woolfolk dalam Yusuf 2004, inteligensi merupakan satu atau beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan. Aspek-aspek inteligensi menurut Gardner dalam Yusuf 2004: a. Logica l-ma thematica l : kemampuan mengamati pola-pola logis dan numerik, serta berpikir rasional. 6 commit to user b. Linguistic : kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata, dan keragaman fungsi bahasa. c. Musica l : kemampuan menghasilkan dan mengapresiasikan ritme, nada, dan bentuk ekspresi musik. d. Spatia l : kemampuan persepsi ruang visual dan transformasi persepsi. e. Bodily Kinesthetic : kemampuan mengontrol gerak tubuh dan menangani objek dengan terampil. f. Interpersona l : kemampuan mengamati dan merespon suasana hati, temperamen, dan motivasi orang lain. g. Intra persona l : kemampuan memahami perasaan, kekuatan dan kelemahan, serta inteligensi diri sendiri. Faktor yang mempengaruhi inteligensi antara lain genetik dan lingkungan. Faktor genetik berperan 48 dalam pembentukan IQ dan sisanya adalah faktor lingkungan. Beberapa ahli genetik menyatakan bahwa gen ibu berupa faktor kromosom x merupakan pembawa kecerdasan pada anak laki-laki maupun perempuan Novita, 2006. Pengaruh genetik juga ditunjukkan dengan korelasi IQ dua saudara kembar setelur yang hidup serumah sebesar 86; saudara kembar setelur tetapi tidak serumah adalah 76; saudara tidak setelur tetapi serumah adalah 55; dan jika serumah tetapi bukan saudara kandung sebesar 0 Riyadi, 2009. Sedangkan pengaruh lingkungan terhadap kecerdasan antara lain kecukupan gizi yang 7 commit to user baik semasa bayi, lancar tidaknya proses kelahiran, dan ada tidaknya stimulus yang tepat Novita, 2006. Inteligensi tidak dapat diamati langsung, melainkan disimpulkan dari tindakan nyata atau manifestasi dari proses berpikir rasional Ardiansyah, 2002. Tes kecerdasan inteligensi yang sering digunakan untuk anak-anak adalah Sta nford-Binet Intelligence Sca le dan Wechsler Intelligence Sca le for Children WISC Papalia et a l. , 2008. WISC-IV digunakan untuk anak-anak usia 6 hingga 16 tahun. Wechsler Preschool a nd Prima ry Sca le of Intelligence-III WPPSI-III untuk anak-anak usia 4 hingga 6 ½ tahun Santrock, 2007. Tes Binet dapat mengukur menta l age MA anak. Tingkat perkembangan mental ini kemudian dibandingkan dengan chronologica l a ge CA atau usia sejak kelahiran sehingga diperoleh nilai Intelligence Quotient . Tes dalam skala ini dikelompokkan menurut level usia, mulai dari usia 2 tahun hingga dewasa. Rumus yang digunakan yaitu: IQ = MA x 100 CA Skala Stanford-Binet berbeda dengan skala Wechsler yang menilai enam aspek verbal dan lima aspek non verbal. Aspek verbal meliputi informasi, pemahaman, hitungan, kesamaan, kosakata, dan rentang angka. Lima aspek non verbal yaitu kelengkapan gambar, susunan gambar, rancangan balok, perakitan objek, dan sandi Azwar, 2008. 8 commit to user Tabel 1. Norma IQ dalam WISC Intelligence Quotient IQ Klasifikasi ≥ 130 120-129 110-119 90-109 80-89 70-79 ≤ 69 Superior Sangat pandai Pandai Rata-rata Lambat Sangat lambat Lemah mental Azwar, 2008 Nilai tes IQ yang diambil saat masa anak-anak pertengahan merupakan prediktor prestasi sekolah yang bagus dan hasilnya lebih dapat diandalkan daripada nilai tes IQ pada masa prasekolah. Hal ini juga mengacu kepada tahapan perkembangan kognitif berdasarkan pendekatan Piaget dalam Yusuf 2004, yaitu tahapan operasional kongkret saat masa anak-anak tengah 6-11 tahun. Pada masa tersebut, anak dapat berpikir lebih logis karena mereka mampu mengambil berbagai aspek situasi ke dalam pertimbangan Papalia et a l. , 2008. 3. Raven’s Progressive Matrices Contoh jenis tes IQ yang dapat diberikan secara klasikal adalah Progressive Matrices yang dirancang oleh J.C. Raven. Tes ini terutama berperan penting dalam penilaian inteligensi non verbal, khususnya pada 9 commit to user aspek berpikir logis atau penalaran. Penalaran mengacu pada kapasitas pengolahan kognitif, yaitu kemampuan umum untuk memproses informasi, atau sebagai proses mental saat pemecahan masalah-masalah baru Costa et a l. , 2004. Pada setiap jenis tes ini, peserta diminta untuk mengidentifikasi segmen yang hilang untuk melengkapi pola yang lebih besar. Banyak item yang dibuat dalam bentuk matriks berukuran 3x3 atau 2x2, sehingga diberi nama matrices Pradita, 2009. Contoh soal tes ini dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 1. Contoh Soal Ra ven’s Progressive Matrices Costa et a l ., 2004 Dasar penyusunan progressive matrices oleh Raven adalah konsep inteligensi Spearman yang dikenal dengan two fa ctor teory . Faktor umum disebut genera l fa ctor atau faktor-g, sedangkan faktor spesifik dan hanya diungkap oleh tes tertentu disebut faktor-s. Definisi inteligensi menurut Spearman mengandung dua komponen kualitatif, yaitu eduksi relasi dan 10 commit to user eduksi korelasi. Eduksi relasi adalah kemampuan menemukan hubungan dasar di antara dua hal. Eduksi korelasi adalah kemampuan menerapkan hubungan dasar yang telah ditemukan dalam proses eduksi relasi sebelumnya ke dalam situasi baru Azwar, 2008. Psikometri Ra ven’s Progressive Matrices menurut Raven 2003, antara lain: a. Reliabilitas tes dan tes ulang yang baik antara 0,70 dan 0,90. b. Validitas prediktif lebih rendah daripada tes kecerdasan verbal yang digunakan untuk kriteria akademik. c. Validitas berupa indikator yang baik untuk faktor-g Spearman. Menurut Raven dan Court dalam Pradita 2009, tiga bentuk matriks yang berbeda untuk peserta dengan kemampuan berbeda pula, yaitu: 1. Standa rd Progressive Matrices Bentuk ini merupakan bentuk asli dari ma trices . Bukletnya meliputi lima set A-E dan masing-masing terdiri dari 12 item. Tiap item dalam satu set semakin meningkat kesulitannya, sehingga membutuhkan kapasitas kognitif yang lebih besar untuk menganalisis dan mengkode informasi. Keseluruhan item disajikan dengan tinta hitam berlatar belakang putih Pradita, 2009. 2. Coloured Progressive Matrices Bentuk ini cocok digunakan dalam studi antropologis ataupun studi klinis Azwar, 2008. Tes CPM dapat digunakan secara efektif dalam berbagai 11 commit to user lintas budaya pada anak usia 5 hingga 11 tahun Bass, 2000. Tes ini juga dapat diberikan pada orang-orang dengan kesulitan belajar, cacat jasmani, dan kapasitas intelektual di bawah normal Azwar, 2008; Pradita, 2009. CPM terdiri atas 2 set A,B masing-masing memiliki 12 item, serta terdapat sisipan 12 item Ab. Sebagian besar item disajikan dengan latar belakang berwarna agar menstimulasi peserta secara visual. Latar belakang berwarna cerah juga membuat tes lebih menarik bagi anak-anak Bass, 2000. Namun item paling akhir pada set B disajikan dalam warna hitam putih Pradita, 2009. Tabel 2. Kategorisasi Hasil Tes CPM dalam Persentil Persentil Kategori 95 75-90 50 25 Cerdas Di atas rata-rata Rata-rata Di bawah rata-rata 3. Adva nced Progressive Matrices Bentuk matriks yang diperbaharui terdiri dari 48 item, disajikan dalam 12 satuan set I, dan yang lain dalam 36 satuan set II. Item-item disajikan secara hitam putih dengan latar belakang putih, serta tiap set dibuat menjadi semakin sulit. Bentuk ini tepat untuk remaja dan dewasa dengan tingkat kecerdasan di atas normal Pradita, 2009. 12 commit to user

4. Gangguan Psikososial

Perkembangan psikososial terjadi akibat adanya perubahan dan stabilitas dalam emosi, kepribadian, dan hubungan sosial Papalia et a l. , 2008. Psikososial merupakan hubungan yang dinamis dan saling mempengaruhi antara psikologis dan pengaruh sosial. Ketidakseimbangan antara kedua komponen tersebut akan menimbulkan gangguan psikososial Riza, dkk., 2007. Seorang anak dengan gangguan psikososial akan mengalami perubahan dan stabilitas dalam emosi, kepribadian, dan hubungan sosial. Perubahan tersebut dapat menimbulkan tingkah laku sosial seperti negativisme atau pembangkangan, agresi, berselisih, persaingan, tingkah laku berkuasa, dan mementingkan diri sendiri Yusuf, 2004. Perkembangan sosial anak-anak dipengaruhi oleh lingkungannya, seperti keluarga, sekolah, dan teman-temannya. Lingkungan keluarga yang berpengaruh antara lain keadaan sosial ekonomi, keutuhan keluarga, karakter orang tua, dan status anak. Keadaan sosial ekonomi yang dapat mencukupi kebutuhan dan keluarga harmonis akan menunjang perkembangan sosial anak. Status anak, misalnya anak tunggal, sulung, atau bungsu, juga menentukan perkembangan ini. Contohnya anak tunggal akan cenderung lebih egois Gerungan, 2004. Sedangkan karakter orang tua dapat mempengaruhi sikap atau cara dalam pengasuhan. Sikap otoriter dalam mengasuh anak dapat menimbulkan pasivitas atau sikap menunggu, agresivitas, kecemasan, dan anak mudah putus asa. Sedangkan sikap 13 commit to user penelantar menyebabkan anak menjadi kurang pengawasan. Sifat tidak taat mungkin bisa ditemukan pada anak yang diasuh dengan pola demokratis. Anak-anak juga bisa menjadi sangat bergantung pada orang tua karena adanya pola asuh permisif yang terlalu menuruti keinginan anak dan melindungi secara berlebihan Gerungan, 2004; Nuraeni, 2006. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya gangguan psikososial anak adalah interaksi orang tua dan anak. Perhatian orang tua kepada anak dapat berkurang akibat kesibukannya bekerja Gerungan, 2004. 5. Pediatric Symptom Checklist PSC Pediatric Symptom Checklist adalah sebuah kuesioner tentang emosi dan tingkah laku anak yang diisi oleh orang tua berdasarkan pemantauan terhadap fungsi psikososial anak. PSC berfungsi sebagai alat skrining gangguan psikososial. Hasil skor PSC 28 atau lebih pada anak usia 6 hingga 16 tahun mengindikasikan adanya gangguan psikososial dan membutuhkan evaluasi lebih lanjut Jellinek et a l. , 1999.

6. Hubungan Inteligensi dengan Gangguan Psikososial

Teori pembelajaran sosial Bandura menyebutkan bahwa proses kognitif terjadi saat seseorang mengamati model dan mempelajari perilakunya sehingga terbentuk pola perilaku baru Papalia et a l. , 2008. Jadi perilaku seseorang tergantung pada cara berpikir dan mempersepsi lingkungannya Mustafa, 2010. 14 commit to user Selain perilaku, inteligensi juga mempengaruhi perkembangan kepribadian. Individu dengan inteligensi rendah akan mengalami hambatan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan Yusuf, 2004. Keadaan psikologis yang tidak menyenangkan dapat timbul jika terdapat ketidakseimbangan kognisi Sarwono, 2004. Contoh hubungan inteligensi dan psikologis anak dapat ditemukan pada anak tangguh. Anak tangguh adalah mereka yang mampu mempertahankan ketenangan saat menghadapi tantangan atau ancaman, atau mampu bangkit kembali setelah menghadapi peristiwa traumatik. Anak yang tangguh cenderung memiliki IQ tinggi dan dapat memecahkan masalah dengan baik Papalia et a l. , 2008. Namun ada perbedaan terhadap individu gifted yang memiliki keistimewaan kemampuan, misalnya dalam intelektual, bakat akademik khusus, berpikir kreatif dan produktif, kemampuan kepemimpinan, seni visual dan peragaan, serta kemampuan psikomotor. Identifikasi individu gifted mempunyai konsep yang lebih luas, tidak hanya dari segi IQ melainkan juga superioritas performansi di bidang-bidang kecakapan khusus antara lain musik, seni, kepemimpinan, atau sosial Azwar, 2008. Karakteristik perilaku dan personalitas anak-anak gifted justru dapat menimbulkan berbagai masalah seperti tidak sabar, perfeksionis, tidak suka diganggu, tidak toleransi, tampak hiperaktif, menolak masukan orang tua atau teman, sensitif terhadap kritik, depresi akibat harapan tinggi pada diri sendiri dan orang lain, dan frustasi jika kekurangan waktu untuk melakukan 15 commit to user minatnya Tiel, dkk., 2007. Kesulitan dalam bersosialisasi juga sering dialami oleh anak-anak berbakat Zikrayati, 2009. Teori psikososial Erikson juga menunjukkan kaitan inteligensi dan psikososial anak. Hubungan keduanya lebih tampak saat anak usia sekolah dasar. Pada usia tersebut, anak-anak mengarahkan energi menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Mereka bisa merasa rendah diri jika tidak mampu menyelesaikan tugas atau menghasilkan sesuatu. Tahapan perkembangan pada masa anak-anak pertengahan ini disebut sebagai kerja keras versus rasa inferior Santrock, 2007. 16 commit to user

B. Kerangka Pemikiran

Keterangan: 1. Garis utuh ─── : variabel diteliti 2. Garis putus-putus ------ : variabel tidak diteliti Lingkungan dan Intelligence Quotient dapat berpengaruh terhadap terjadinya gangguan psikososial. Sekolah, keluarga, masyarakat merupakan Lingkungan Gangguan Psikososial Intelligence Quotient Sekolah Keluarga Masyarakat Karakter orang tua Tingkat pendidikan orang tua Sosial ekonomi keluarga Keutuhan keluarga Status anak Interaksi orang tua dan anak Genetik Lingkungan, antara lain: - Gizi - Riwayat perinatal - Stimulasi 17 commit to user bagian dari lingkungan yang turut memberikan dampak terhadap timbulnya gangguan tersebut. Beberapa faktor dari keluarga yang mempengaruhi gangguan psikososial, yaitu karakter orang tua, tingkat pendidikan orang tua, sosial ekonomi keluarga, keutuhan keluarga, status anak, serta interaksi orang tua dan anak. Dalam penelitian ini faktor lingkungan merupakan variabel yang tidak diteliti. Sedangkan variabel yang diteliti adalah Intelligence Quotient . Namun, faktor genetik dan lingkungan yang mempengaruhi IQ tidak diteliti.

C. Hipotesis