Evaluasi program BAitulmaal wa TAmwil Ar-Ridho dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat di kel.Pisangan kec.Ciputat Timur

(1)

EVALUASI PROGRAM

BAITULMAAL WA TAMWIL AR-RIDHO

DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

DI KELURAHAN PISANGAN KECAMATAN CIPUTAT TIMUR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam

Oleh

Fanny Nur Oktaviana

105054002042

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/1431 H


(2)

EVALUASI PROGRAM

BAITULMAAL WA TAMWIL AR-RIDHO

DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

DI KELURAHAN PISANGAN KECAMATAN CIPUTAT TIMUR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam

Oleh

Fanny Nur Oktaviana

NIM 105054002042

Di Bawah Bimbingan

Nurul Hidayati M. Pd

NIP 19622199603 2 001

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/1431 H


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi ini berjudul Evaluasi Program Baitul Maal Wa Tamwil Ar-Ridho Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur

telah di ujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 15 Maret 2010.

Skripsi ini telah diterima sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

Jakarta, 15 Maret 2010

SIDANG MUNAQASAH

Ketua Sidang,

Dr. Arief Subhan, MA

NIP. 196601101993031 004

Sekretaris Sidang,

Wati Nilamsari, M. Si

NIP.197105201999032 002

Anggota, Penguji I,

Drs. Helmi Rustandi, MA

NIP. 196012081988031 005

Penguji II,

Dra. Mahmudah F. M. Pd

NIP. 196402121997032 001

Pembimbing,

Nurul Hidayati, M. Pd


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Maret 2010


(5)

Fanny Nur Oktaviana

ABSTRAK

Evaluasi Program Baitulmaal Wa Tamwil Ar-Ridho Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur

Kemiskinan selalu menjadi masalah paling aktual dan sangat serius yang menuntut segera dicarikan jalan keluarnya. Berawal pada krisis ekonomi pada tahun 1997, seakan menghasilkan deretan kesengsaraan yang belum berakhir hingga saat ini. Kemiskinan melahirkan banyak masalah lainnya seperti meningkatnya kesenjangan sosial dan berbagai masalah mengenai kesejahteraan masyarakat. Perubahan paradigma pemerintah Goverment menjadi Governance ternyata itu saja tidak cukup, karena pada realitanya, hal itu selalu berbenturan dengan prosedur-prosedur pemerintah yang kenyataannya menjadi penghambat program yang akan dilakukan kepada masyarakat sasaran. Maka demikian, banyak para cendekiawan, aktifis dan stake holder yang mulai resah akan perubahan yang terjadi pada realita masyarakat tersebut, maka munculah satu formulasi baru dari para pemikir-pemikir tersebut, yaitu dengan pengembangan masyarakat, atau biasa disebut lembaga non pemerintah atau LSM. Hingga kini LSM semakin marak di masyarakat. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) adalah salah satu lembaga Islam yang fokus kepada pengembangan masyarakat.

BMT Ar-Ridho pada Program Simpan Pinjam Mudharabah menjadi salah satu alat dalam melakukan da’wah bil hal, sekaligus melakukan kegiatan pengembangan masyarakat khususnya dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dalam menjalankan kegiatannya, BMT Ar-Ridho sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat melakukan pendampingan terhadap masyarakat sasaran tersebut, agar program berjalan sesuai rencana, terstruktur dan menghasilkan pencapaian yang sesuai dengan rencana. Apakah program itu berhasil mencapai tujuannya, apakah program itu membawa pengaruh kepada para nasabahnya, dan hasil jangka panjang apa yang akan dihasilkan dari program BMT Ar-Ridho tersebut. Ini menjadi menarik, karena BMT yang notabenenya adalah lembaga dakwah, yang berlokasi ditengah-tengah antar komplek perumahan kelas menengah keatas dengan yang berekonomi rendah, tetapi bisa menjadi lembaga non pemerintah yang membantu masyarakat dalam bidang ekonomi khususnya permodalan usaha dengan menegakan sistim syariah Islam yaitu tanpa bunga yang sebelumnya marak di Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat ini.

Atas dasar pemaparan diatas, peneliti bermaksud meneliti evaluasi program pada Program Simpan Pinjam Mudharabah yang dilakukan BMT Ar-Ridho Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat. Adapun teori yang dipilh oleh metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Untuk mendapatkan keabsahan pada data, peneliti melakukan wawancara kepada tiga pengurus BMT Ar-Ridho dan lima nasabah dari Program Simpan Pinjam Mudharabah BMT Ar-Ridho. Selain itu untuk memperkuat data yang diperoleh dari hasil wawancara para subjek peneliti, peneliti pun melakukan wawancara dengan informan. Guna dari informan ini adalah untuk mengkroscek kebenaran dari jawaban para subjek peneliti.

Hasil penelitian yang peneliti lakukan adalah bahwasanya BMT Ar-Ridho telah mencapai tujuannya dengan baik, Program Simpan Pinjam Mudharabah ternyata tidak hanya memberi pengaruh untuk para pengurus BMT Ar-Ridho saja melainkan kepada para nasabahnya.terlihat dari usaha yang dimiliki oleh para nasabah kini semakin berkembang dan memberi pengaruh positif kepada masyarakat sekitarnya.


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Bagi Indonesia, masalah kemiskinan selalu merupakan masalah paling aktual dan sangat serius yang menuntut segera dicarikan jalan keluarnya. Berawal pada krisis ekonomi pada tahun 1997, seakan menghasilkan deretan kesengsaraan yang belum berakhir hingga saat ini. Ternyata krisis ekonomi pun melanda negara-negara bagian lainnya, tak terkecuali negara-negara berkembang. Di banyak Negara dunia ketiga, struktur sosial masing-masing lapisan masyarakat berkembang kearah yang berlawanan. Hal ini mengakibatkan semakin lebarnya jurang kaya-miskin. Fenomena ini disebut “Enttwicklung der Unterentwicklung” (perkembangan negatif)1.

Selain kemiskinan, Negara kita pun dihadapkan dengan beberapa masalah yang lainnya, seperti kesenjangan sosial dan berbagai masalah mengenai kesejahteraan masyarakat. Tidak dapat dipungkiri, hal ini pun terlahir berawal dari kemiskinan. Manusia hidup sarat dengan persoalan yang tidak henti-hentinya dihadapi, yaitu persoalan ekonomi. Waktu sebahagian dari persoalan-persoalan ekonomi dapat diatasi, timbul lagi persoalan yang lainnya. Pada awal peradaban manusia, kebutuhan ini terbatas dan bersifat sederhana. Tapi dengan semakin majunya tingkat peradaban, makin banyak dan makin bervariasi pula kebutuhan manusia2. Dengan meningkatnya kemiskinan dan kesenjangan masyarakat yang semakin signifikan, pemerintah mulai melakukan pergeseran paradigma pada tata pengelolaan pemerintah, yaitu perubahan Government menjadi governance. Dimana dalam menentukan sebuah kebijakan, pemerintah lebih menekankan dan meluaskan partisipatif, ini biasanya disebut organisasi pemerintah . Tapi itu saja tidak cukup, karena pada realitanya, hal

1 Rudolf H. Strahm, Kemiskinan Dunia Ketiga (Menalaah Kegagalan Pembangunan di Negara

Berkembang), PT. Pustaka CIDESINDO, h. 1

2


(7)

itu selalu berbenturan dengan prosedur-prosedur pemerintah yang kenyataannya menjadi penghambat program yang akan dilakukan kepada masyarakat sasaran. Maka dari hal tersebut, banyak para cendekiawan, aktifis dan stake holder yang mulai resah akan perubahan yang terjadi pada realita masyarakat tersebut, maka munculah satu formulasi baru dari para pemikir-pemikir tersebut, yaitu dengan pengembangan masyarakat. Mereka biasa disebut organisasi non pemerintah, atau biasa disebut Non Goverment Organization (NGO) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Pengembanagan masyarakat (community development) mempunyai arti diantara dua istilah, yaitu diantara istilah social welfare (kesejahteraan sosial), dan social work (pekerjaan sosial). Kesejahteraan sosial merujuk kepada upaya untuk meningkatkan kehidupan yang layak, sementara pekerjaan sosial lebih merujuk pada profesi dalam upaya membantu masyarakat melakukan perubahan, memperbaiki kehidupannya atau memecahkan persoalan hidup dan hubungan manusia untuk meningkatkan kehidupan mereka. Keberadaan hidup yang lebih baik ini pulalah yang menjadi perhatian pengembangan masyarakat3. Dalam selang waktu beberapa tahun saja, jumlah NGO meningkat secara signifikan. Banyak lembaga Islam pun akhirnya mendirikan NGO yang berbasiskan Islam. Salah satunya adalah Baitul Mall Watamwil (BMT). BMT adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya4. Sama seperti da’wah Islam, dalam idiom da’wah, dikenal da’wah bil kalam dan da’wah bil hal. Apabila da’wah bil lisan itu muncul dalam bentuk ceramah, diskusi, dll. Maka Da’wah bil hal muncul dalam bentuk

3

Kusmana, Bunga Rampai Islam dan Kesekahteraan Sosial, IAIN Indonesian Social Equity Project 2006, h. 88

4 Prof. H. A. Djazuli dan Drs. Yadi Janwari, M. Ag, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat Sebuah


(8)

aksi seperti kegiatan masyarakat5. BMT menjadi salah satu alat dalam melakukan da’wah bil hal, sekaligus melakukan kegiatan pengembangan masyarakat khususnya dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Dalam tahapan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, ada yang disebut pendampingan masyarakat. Pendampingan masyarakat itu dilakukan oleh para pendamping masyarakat. Pendamping masyarakat adalah para fasilitator dari LSM yang berperan dalam menumbuhkan kesadaran, pembimbing, pengajar, dan pembaharu dalam membimbing segala program yang ditawarkan oleh LSM. Dan yang menjadi tolak ukur keberhasilan dari program pemberdayaan tersebut adalah apakah dalam menjalankan program tersebut, pendampingan terhadap masyarakat itu mengahasilkan hubungan yang sinergis antara keberhasilan pendampingan dan hasil akhir dari usaha program lembaga tersebut. Tentunya dalam menjalankan itu semua, perlu dilakukan sebuah evaluasi program sebagai tahapan pengembangan masyarakat. Evaluasi program dalam pengembangan masyarakat biasa di bagi menjadi tiga, yaitu evaluasi input, proses, dan output. Evaluasi program ini sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat. Mengapa demikian, hal ini dikarenakan dalam upaya agar penggerakan dan pemberdayaan masyarakat ini dapat berhasil daya dan berhasil guna sehingga dapat mewujudkan tujuan yang telah direncanakan pada setiap tahapannya.

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis bermaksud mengadakan suatu penelitian ilmiah guna mengetahui bagaimana aplikasi dari salah satu tahapan pelaksanaan dalam manajemen pengembangan masyarakat yang diterapkan pada BMT yang dapat kita kategorikan sebagai lembaga dakwah yang bergerak di ekonomi umat yang juga sebagai salah satu lembaga yang konsen dalam bidang pengembangan masyarakat warga sekitar kelurahan pisangan ciputat, sekaligus membantu mereka dalam memberdayakan ekonomi

5

Drs. Yusra Kilun M.Pd, Pengantar Editor dalam buku Pengembangan Komunitas Muslim:


(9)

mereka sendiri. maka penulis meninjau perlunya penelitian yang lebih mendalam mengenai bagaimana pelaksanaan evaluasi program pada lembaga BMT dalam mencapai tujuannya yaitu memberdayakan masyarakat sekitar secara efektif dan efisien, untuk mencapai tujuan tersebut penulis menuangkannya dalam skripsi dengan judul “EVALUASI PROGRAM BAITULMAAL WA TAMWIL AR-RIDHO DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DI KELURAHAN PISANGAN KECAMATAN CIPUTAT TIMUR”.

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

1. Pembatasan Masalah

Dengan melihat latar belakang di atas, penelitian ini dibatasi pada Evaluasi pada Program Baitulmaal Wa Tamwil Ar-Ridho Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur. Evaluasi program tersebut fokus kepada masalah evaluasi hasil (out put) Program Simpanan Mudharabah pada BMT Ar-Ridho.

2. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini rumusan masalah yang penulis buat adalah sebagai berikut: a. Tujuan-tujuan manakah yang sudah di capai oleh BMT Ar-Ridho dan masyarakat

di wilayah Ciputat dari adanya Program Simpan Pinjam Mudharabah?

b. Apakah Program Simpan Pinjam Mudharabah BMT Ar-Ridho dan masyarakat di wilayah Ciputat berpengaruh kepada peningkatan ekonomi masyarakat peminjam? c. Kebutuhan individu manakah yang telah terpenuhi sebagai akibat dari Program Simpan Pinjam Mudharabah BMT Ar-Ridho dan masyarakat di wilayah Ciputat? d. Hasil jangka panjang apakah yang nampak sebagai akibat dari kegiatan Program


(10)

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil atau output Program Simpan Pinjam Mudharabah BMT Ar-Ridho dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan :

a. Untuk mengetahui tujuan-tujuan apa saja yang sudah di capai oleh BMT Ar-Ridho dan masyarakat di wilayah Ciputat dengan adanya Program Simpan Pinjam Mudharabah tersebut

b. Untuk mengetahui apakah Program Simpan Pinjam Mudharabah BMT Ar-Ridho dan masyarakat di wilayah Ciputat berpengaruh terhadap peningkatan ekonomi masyarakat peminjam

c. Untuk mengetahui kebutuhan individu manakah yang telah terpenuhi sebagai akibat dari kegiatan Program Simpan Pinjam Mudharabah BMT Ar-Ridho dan manstarakat sekitar wilayah Ciputat

d. Hasil jangka panjang apakah yang nampak sebagai akibat dari kegiatan Program Simpan Pinjam Mudharabah BMT Ar-Ridho dan masyarakat di wilayah Ciputat

2. Manfaaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitan ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat Praktis


(11)

1) Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mendapatkan temuan tentang tingkat keberhasilan BMT Ar-Ridho dalam mengentaskan kemiskinan

2) Dapat dijadikan evaluasi tingkat keberhasilan dan tingkat kegagalan bagi BMT Ar-Ridho dan masyarakat wilayah Ciputat terhadap Program Simpan Pinjam Mudharabah yang telah dijalankan selama ini

b. Manfaat Akademis

1) Dapat memperkaya pengalaman sekaligus menerapkan ilmu yang di dapat selama berada di bangku kuliah

2) Menambah khazanah penelitian, model dan objek penelitian mahasiswa jurusan khususnya dalam bidang Pengembangan Masyarakat.

D. METODOLOGI PENELITIAN

1. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim mengidentifikasikan suatu konsep, serta memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik, dan unik bermakna di lapangan.6

Pertimbangan penulis menggunakan pendekatan kualitatif, karena penulis bermaksud meneliti secara mendalam, menyajikan data secara akurat, dan menggambarkan kondisi sebenarnya secara jelas.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

6

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2003) cet. Ke 2, h. 39


(12)

Penelitian ini dilakukan terhitung mulai bulan November sampai dengan Februari 2009. Adapun penelitian ini dilakukan di wilayah ciputat, khususnya di Kelurahan Pisangan.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah pengurus BMT Ar-Ridho dan nasabah Program Simpan Pinjam Mudharabah BMT Ar-Ridho. Dan objeknya adalah evaluasi program Baitulmaal Wa Tamwil Ar-Ridho dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat di Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur. Dalam memilih subjek dalam penelitian ini, penulis menggunakan pengambilan sample berdasarkan tujuan (purposive sampling). Dalam tekhnik ini, siapa yang akan diambil sebagai anggota sample diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang menurutnya sesuai dengan maksud dan tujuan penelitaian.7.

4. Model Evaluasi

Dalam penelitian ini penulis menggunakan model evaluasi hasil. Dengan model evaluasi hasil ini penulis berasumsi bahwa penulis akan mengetahui tujuan-tujuan manakah yang telah di capai BMT Ar-Ridho dan masyarakat wilayah Ciputat dengan adanya Program Simpan Pinjam Mudharabah.

5. Sumber data

Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa sumber data yang didapat oleh penulis dalam menunjang data sebelumnya di dapat, sehingga penelitian ini mendapatkan data yang valid, diantaranya:

a. Data Primer

7 DR. Soehartono Irawan, Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesos dan Ilsos


(13)

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek peneliti dan informan dalam hal ini adalah pengurus BMT Ar-Ridho, nasabah BMT Ar-Ridho, ketua RT dari nasabah BMT Ar-Ridho yang menjadi subjek peneliti, dan tetangga dari subjek peneliti.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini. Dalam hal ini data sekunder diperoleh dari jurnal BMT Ar- Ridho, data monografi kelurahan Pisangan-Ciputat.

6. Instrumen Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, yang menjadi instrumen adalah penulis sendiri. Penulis menjadi media yang membantu dalam pengolahan data dan penganalisisan data melalui wawancara, karena dalam penelitian kualitatif sifatnya adalah penelitan yang mendalam.

7. Teknik Pencatatan Data a. Pengamatan (observation)

Untuk memperoleh data, penulis melakukan pengamatan dengan berperan serta (Participant Observer) terhadap objek penelitian lapangan. Pengamatan berperan serta adalah proses peneliti yang mempersyaratkan interaksi sosial antara peneliti dengan tineliti dalam lingkungan tineliti sendiri.8

b. Wawancara

8 MT. Felix Sitorus, Penelitian Kualitatif Suatu Perkenalan, (Bogor: Kelompok Dokumentasi Ilsos


(14)

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara langsung antara dua orang atau lebih, antara penulis dengan responden terpilih.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data pendukung yang memperkuat data primer yang di dapat dari sumber data yang berupa dokumentasi dan laporan

8. Teknik Analisis Data

Informasi dan keterangan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis Taksonomik. Teknik Analisis Taksonomik adalah teknik analisis yang terfokus pada domain-domain tertentu, kemudian memilih domain tersebut menjadi sub-sub domain serta bagian-bagian yang lebih khusus dan terperinci yang umumnya merupakan rumpun yang memiliki kesamaan.9 Teknik Taksonomik ini akan menghasilkan hasil analisis yang terbatas pada satu domain, dalam hal ini adalah evaluasi hasil. Teknik ini memiliki kelebihan karena memberikan gambaran tentang suatu fenomena lebih rinci kemudian di analisis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk Bab III dan Bab IV.

Selanjutnya penyusunan skripsi ini dilaksanakan dengan mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

9. Tekhnis keabsahan data

h.68


(15)

Burhan Bungin dalam bukunya penelitian kualitatif mengatakan bahwa dalam melakukan penelitian kualitatif seringkali menghadapi persoalan dalam pengujian keabsahan hasil penelitian, hal ini dikarenakan banyak hal, yaitu karena; (1) subjektifitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, (2) alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi (apapun bentuknya) mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol (dalam observasi partisipatif), (3) sumber data kualitatif yang kurang credibel akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian.10 Oleh sebab itu, hendaknya seperti yang telah dijelaskan oleh Lexy J. Moleong dalam bukunya Metodologi Kualitatif, dalam menentukan keabsahan data adalah dengan melakukan triangulasi. Triangulasi adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.11

Pendapat serupa lebih dikembangkan oleh Burhan Bungin yang menyatakan bahwa yang menjadi pembanding dalam melakukan triangulasi data yang sedang di teliti adalah sebagai berikut :

a. Triangulasi Kejujuran Peneliti

Perlu diketahui, sebagai manusia peneliti seringkali merusak kejujurannya ketika pengumpulan data (wawancara), yang dilakukannya secara sadar maupun tidak sadar. Terlalu melepas pendapat subjektifitasnnya tanpa kontrol bahkan melakukan rekaman yang salah dalam lapangan. Ini jelas merusak atau mengurangi keabsahan data. Oleh sebab itu perlu dilakukan triangulasi terhadap peneliti, yaitu dengan wawancara ulang, merekam data yang sama di lapangan, bahkan peneliti dapat meminta tolong kepada peneliti lain untuk melakukan pengecekan langsung.

10

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009) h.

11


(16)

b. Triangulasi dengan Sumber Data

Menurut Burhan Bungin dalam bukunya yang sama mengutip kepada Moleong menyatakan bahwa triangulasi dengan sumber data adalah: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang yang berada dan orang pemerintahan, (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu 12.

E. TINJAUAN PUSTAKA

Sepengetahuan penulis, belum ada penelitian mengenai evaluasi program pada BMT, tetapi ada dua penelitian mengenai BAITUL MAAL WATAMWIL, dan dua penelitian mengenai EVALUASI PROGRAM dengan spesifikasi evaluasi out put atau evaluasi hasil yang dilakukan oleh mahasiswa terdahulu, untuk mengetahui materi penelitiannya, dibawah ini di uraikan sebagai berikut:

a. Judul skripsi, “Peranan BMT Al-Fath dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat Melalui Penyaluran Dana Mudharabah di Kedaung-Ciputat”, penulis Dede Masfufah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam 2002. Berbeda dengan penelitian tersebut, objek penelitian penulis membahas mengenai evaluasi program sedangkan subjeknya adalah BMT Ar Ridho di Kelurahan Pisangan Ciputat.

12

Burhan bungin, Penelitian Kualitatif Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009) h.256-257


(17)

b. Judul Skripsi, “Evaluasi Program Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan Melibatkan Bidan, Kolaborasi Yayasan YAPPIKA (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia) di Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Skripsi ini ditulis oleh Fahminudin, mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Yang membedakan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian tersebut adalah batasan masalanya, penulis sebelumnya membatasi masalahnya hanya pada evaluasi input dan proses, sedangkan penulis membatasi masalah hanya kepada evaluasi output atau hasil.

c. Judul Skripsi “Evaluasi Hasil Program Simpan Pinjam Koperasi Pengusaha dan Pedagang Pasar Parung (K.P4) dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat”, yang ditulis oleh Calim Saputra, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Penelitian ini sama dalam objeknya, namun berbeda dengan subjek yang penulis teliti.

d. Judul Skripsi “Evaluasi ProgramYayasan Lima Belas Juli (YALIJU) Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kelurahan Sawangan Lama-Depok, penulis Anita Zahra, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Penelitian ini sama dalam objeknya, namun berbeda dengan subjek yang penulis teliti.

F. SITEMATIKA PENULISAN

Dalam menyusun skripsi ini, penyusun akan menuliskannya ke dalam bab-bab yang masing-masing memiliki sub-sub bab, dengan penyusunan sebagai berikut:


(18)

BAB I merupakan bab pendahuluan yang diawali dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah; tujuan dan manfaat penelitian; metodologi penelitian; tinjauan pustaka; dan sistematika penulisan.

BAB II menjelaskan kerangka teoritis mengenai evaluasi program, pengertian evaluasi, model evaluasi, dan tujuan dan kegunaan evaluasi; Baitul Maal Watamwil, pengertian baitul maal watamwil, ruang lingkup atau bentuk-bentuk program baitul maal; pemberdayaan ekonomi, pengertian pemberdayaan, pengertian pemberdayaan ekonomi masyarakat.

BAB III gambaran umum tentang BMT AR-RIDHO yang meliputi sejarah berdirinya; visi, misi dan tujuan; struktur organisasi; dan program kerja.

BAB IV merupakan temuan dan analisis yang mengandung secara garis besar mengenai evaluasi program simpan mudharabah pada BMT Ar-Ridho Pisangan Ciputat, yang meliputi Evaluasi pelaksanaan program, evaluasi pada tahap penentuan nasabah (input), evaluasi pada tahap akad dan perjanjian (proses), evaluasi terhadap Program Simpan Pinjam Mudharabah (hasil); tolak ukur keberhasilan program.

BAB V merupakan penutup dari penelitian ini, yang di dalamnya di uraikan mengenai kesimpulan dan serta saran-saran.


(19)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. EVALUASI PROGRAM

1. Pengertian Evaluasi

Secara Etimologi, evaluasi artinya penilaian, sehingga mengevaluasi artinya memberikan penilaian atau menilai.13 Sedangkan menurut Ralph Tyler yang di kutip oleh Farida Yusuf Tayibnafis dalam bukunya Evaluasi Program mengemukakan bahwa evaluasi ialah proses yang menentukan sejauh mana tujuan dalam setiap program dapat tercapai14. Sedangkan menurut Nurul Hidayati dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Dakwah, evaluasi memiliki pengertian mengkritisi suatu program dengan melihat kekurangan, kelebihan, panda kontek, input, proses, dan produk pada sebuah program.15

Pendapat lain mengenai evaluasi program juga dikemukakan oleh Suharsini Arikunto dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan bahwasanya evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program.16

Dari pemaparan diatas, sudah jelas tergambar bahwasanya evaluasi adalah suatu tahap atau langkah penilaian suatu kegiatan atas kegiatan yang telah dilakukan. Pada pendapat Suharsini Arikunto bahkan lebih ditekankan kembali evaluasi adalah suatu penilaian pada suatu program untuk mengukur tingkat keberhasilan program tersebut.

2. Model Evaluasi

13 Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet. Ke-

1

14

Farida Yusuf Tayibnafis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineke Cipta, 2000), h.2

15

Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, UIN Jakarta Press, h. 124


(20)

Dalam melakukan evaluasi program, tentunya ada beberapa model evaluasi yang akan digunakan. Dalam kaitan dengan kegiatan evaluasi, seperti telah disinggung terdahulu, Pietrzak, Ramles, Ford dan Gilbert (1990: h.12-14; 45-47) mengemukakan tiga tipe evaluasi guna mengawasi suatu program secara lebih seksama, yaitu evaluasi input (masukan), evaluasi proses, dan evaluasi hasil.17

Walaupun memiliki cara pemaparan yang berbeda, pendapat ini pun (Pietrzak, Ramles, Ford dan Gilbert) dikemukakan pula oleh pakar ilmu pengembangan masyarakat, Isbandi Rukminto Adi dalam bukunya yang berjudul Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, beliau megemukakan bahwa istilah evaluasi memiliki dua makna yang berbeda. Bila evaluasi muncul bersama pemantauan (monitoring) maka evaluasi yang dimaksud adalah evaluasi hasil. Pengertian kedua dari kata evaluasi adalah jika ia berdiri sendiri tanpa diikuti kata pemantauan, maka evaluasi di sini dapat berarti evaluasi masukan (Input Evaluation), proses (Process Evaluation), dan evaluasi hasil (Outcome Evaluation).18

Dari pemaparan diatas, maka dalam konteks ini, penulis akan menggunakan model evaluasi program yang dikemukakan oleh Pietrzak, Ramles, Ford dan Gilbert seperti yang sudah dipaparkan diatas. Oleh sebab itu, akan lebih baik jika penulis memaparkan secara jelas mengenai evaluasi input, proses, dan hasil, sebagai berikut :

a. Evaluasi Input

Evaluasi input memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam suatu pelaksana suatu progtam. Tiga unsur (variabel) utama yang terkait dengan evaluasi input adalah klien, staf dan program. Pietrzak dan kawan-kawan (1990: h. 46; h.49) menjelaskan bahwa variabel klien meliputi karakteristik demografi klien, seperti susunan (konstelasi) keluarga dan beberapa anggota keluarga klien, seperti susunan 17 Isbandi Rukminti Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas,

(Jakarta, FEUI, 2003), edisi revisi, h. 189


(21)

(konstelasi) keluarga dan beberapa anggota keluarga yang ditanggung. Variabel staf meliputi aspek demografi dari staf, seperti latar belakang pendidikan staf, dan pengalaman staf. Sedangkan variabel program meliputi aspek tertentu, seperti lama waktu layanan diberikan, dan sumber-sumber rujukan yang tersedia.

Dalam kaitan dengan evaluasi Input program, Pietrzak, et.al (1990:h.54) mengemukakan empat kriteria yang dapat dikaji, baik sendiri-sendiri maupun secara keseluruhan. Kriteria tersebut adalah: (1) tujuan dan objektif; (2) penilaian terhadap komunitas; (3) standar dari suatu praktek yang terbaik’; dan (4) biaya per-unit layanan.19

b. Evaluasi Proses

Evaluasi proses menurut Peitrzak et.al (1990: h.111-116) memfokuskan diri pada aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staf ‘terdepan’ (line staff) yang merupakan dari pusat pencapaian tujuan (objektif) program. Tipe evaluasi ini diawali dengan analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu program. Dalam upaya mengkaji nilai komponen pemberian layanan, hasil analisis harus dikaji berdasarkan kriteria yang relevan seperti “ ‘standar praktek terbaik’ (Best Practice Standards), kebijakan lembaga, tujuan proses (Process Goals) dan kepuasan klien.20

Pendapat lain mengenai evaluasi proses dikemukakan oleh Elly Irawan.dkk bahwasanya evaluasi ini dilakukan untuk menilai bagaimana proses kegiatan yang telah dilaksanakan telah sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan.21

c. Evaluasi Hasil 19

Ibid, h. 189

20

Ibid, h. 189-190


(22)

Menurut Isbandi Rukminto Adi dalam buku Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, evaluasi hasil ini diarahkan pada keseluruhan dampak dari suatu program terhadap penerima (masyarakat peserta program) sehingga pertanyaan utama pada evaluasi ini adalah :

1. Kapan suatu program bisa dikatakan telah berhasil mencapai tujuannya.

2. Bagaimana masyarakat akan menjadi berbeda setelah menerima bantuan program tersebut. Kriteria keberhasilan ini bisa mencakup :

a) Berorientasi pada program. Kriteria keberhasilan, pada umunya dikembangkan berdasarkan cakupan ataupun hasil dari suatu program. Misalnya presentase cakupan program terhadap populasi sasaran.

b) Berorientasi kepada masyarakat. Kriteria keberhasilan, pada umumnya dikembangkan berdasarkan pada perubahan prilaku masyarakat. Misaln ya munculn ya sikap kemandirian dan sebagainya.22

Sedangkan menurut pendapat Pietrzak et.al (1990: h. 14) evaluasi hasil diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak (Overall Impact) dari suatu program terhadap penerima layanan (Recipients). Pertanyaan utama yang muncul dalam evaluasi ini adalah bila suatu program telah berhasil mencapai tujuannya, bagaimana penerima layanan akan menjadi berbeda setelah ia menerima layanan tersebut? Berdasarkan pertanyaan ini seorang evaluator akan mengkonstruksikan kriteria keberhasilan ini akan dapat dikembangkan sesuai dengan kemajuan suatu program (berorientasi pada program) ataupun pada terjadinya perubahan perilaku dari klien.23

3. Desain Evaluasi

22

Isbandi Rukiminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, h.160

23

Isbandi Rukminti Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta, FEUI, 2003), edisi revisi, h. 190


(23)

Desain penelitian ialah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di dalam penelitian. Rencana ini merupakan suatu skema menyeluruh yang mencakup program-progran penelitian, memaparkan mengenai hal-hal yang dilakukan, dan menetapkan kerangka bingkai bagi pengkajian relasi variabel-variabel yang diteliti.24

Jadi, desain penelitian ini memiliki fungsi untuk mengontrol dan mengendalikan varian dalam membantu mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan peneliti agar tidak terlalu melebar dan tetap terfokus kepada judul yang diangkat pada penelitian ini.

Tidak berbeda jauh dengan pendapat Pietrzak et.al mengenai model evaluasi, Nurul Hidayati dalam bukunya Metodologi Penelitian Dakwah, menyatakan bahwa evaluasi CIPP dikembangkan oleh Stufflebeam dan Shinkfield. CIPP merupakan singkatan dari Contect, Input, Process, Product (kontek, input, proses, dan produk atau hasil). Stufflebeam merumuskan evaluasi sebagai suatu proses menggambarkan, memperoleh, dan menyediakan informasi untuk menilai alternatif keputusan.25

Desain yang dipakai oleh penulis adalah desain evaluasi CIPP (Contect, Input, Process, Product), tetapi penulis hanya memfokuskan kepada indikator Product atau hasil. Hal ini dilakukan agar penelitian tetap fokus sesuai dengan batasan masalah yang dikaji. Evaluasi produk atau hasil digunakan untuk menolong keputusan selanjutnya, seperti apa hasil yang telah dicapai, dan apa yang dilakukan setelah program berjalan.

4. Tujuan dan Kegunaan Evaluasi

Adapun tujuan evaluasi program menurut Edi Soeharto dalam bukunya yang berjudul membangun masyarakat memberdayakan rakyat adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan. 24

Landung R. Simatupang, Asas-Asas Penelitian Behavioral, (Bandung: Gajah Mada University Press (UGM), 1990), h. 483

25


(24)

b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran.

c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin terjadi di luar rencana (externalities).26

Sedangkan menurut Isbandi Rukminto, dengan mengutip pendapat Feurstein (1990: h.2-4) dalam bukunya yang berjudul pemberdayaan, pengembangan masyarakat, bahwasanya sekalipun tidak secara langsung menyebut sebagai tujuan dari pelaksanaan evaluasi, namun dia menyatakan ada 10 (sepuluh) alasan, mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan, yaitu:

a. Untuk melihat apa yang sudah dicapai

b. Melihat kemajuan, dikaitkan dengan objek (tujuan) program c. Agar tercapai manajemen yang baik

d. Mengedintifikasikan kekurangan dan kelebihan, untuk memperkuat program e. Melihat perbedaan yang sudah terjadi setelah diterapkan suatu program f. Melihat apakah biaya yang telah dikeluarkan cukup rasionable

g. Untuk merencanakan dan mengelola kegiatan program secara lebih baik

h. Melindungi pihak lain agar tidak terjebak dalam kesalaham yang sama atau mengajak pihak lain untuk melaksanakan metode yang serupa bila metode tersebut telah terbukti berhasil dengan baik

i. Agar dapat memberikan dampak yang lebij luas, dan

j. Memberi kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat.27

B. Baitul Maal Wa Tamwil

1. Pengertian Baitul Maal Wa Tamwil

26 Edi Suharto, membangun masyarakat memberdayakan rakyat, (Bandung, PT. Refika Aditama,

2005), cet. Ke-1, h.119

27

Isbandi Rukmonto, pemberdayaan, pengembangan masyarakat dan Intervensi Komunitas(Pengantar Pada


(25)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia baitul mal berarti tempat penyimpan harta benda atau rumah harta benda.28 Sedangkan dalam buku Ensiklopedia Hukum Islam, secara etimologis baitul mal ialah rumah harta dan baitul tamwil ialah rumah pembiayaan.29 Pendapat lain juga dikemukakan oleh Muhammad Ridwan dalam bukunya Manajemen Baitul Maal Watanwil, pengertian Baitul Maal berarti rumah dana. Dan Baitul Tanwil berarti rumah usaha. Baitul Maal dikembangkan berdasarkan sejarah perkembangannya, yakni dari masa nabi sampai abad pertengahan perkembangan Islam, dimana Baitul Maal berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus mentasyarufkan dana sosial. Sedangkan Baitul Tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba.30

Dari beberapa definisi di atas, menurut penulis Baitul Maal Watamwil dapat diartikan sebagai tempat, atau organisasi yang mewadahi sejumlah dana yang dialokasikan untuk hal yang bersifat sosial. Seperti yang telah dikemukakan oleh Muhammad Ridwan dalam buku yang sama (Manajemen Baitul Maal Watamwil) menyatakan bahwa Jika melihat BMT sebagai organisasi yang berperan sosial, maka kita bisa melihat adanya kesamaan peran BMT dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ). LAZ adalah lembaga yang mewadahi dan mengumpulkan dana zakat, infaq, sedekah, wakaf, dan sumber dana-dana sosial lain, dan upaya pentasyarufan zakat kepada golongan yang paling berhak sesuai dengan ketentuan asnabiah (UU No.38 Thn 1999).31

2. Peranan Baitul Maal Wa Tamwil Dalam Perekonomian Masyarakat

Heru wahyudi. SE dalam presentasinya yang memaparkan mengenai Ekonomi Syariah menemukakan bahwa peranan BMT di bagi menjadi empat, yaitu :

28

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), cet.ke 10 h.79

29

Tim Penyusun, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Bari Van Hoeve, 1997, jilid 1, h.186

30

Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, ULI Press Yogyakarta, h.126


(26)

a. Penghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di BMT, uang tersebut dapat ditingkatkan kualitasnya, sehingga timbul unit surplus (pihak yang memiliki dana berlebih) dan unit defisit (pihak yang kekurangan dana).

b. Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat pemba yaran yang sah yang mampu memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban suatu lembaga/perorangan. c. Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan memberi pendapatan

kepada para pegawainya.

d. Pemberi informasi, memberi informasi kepada masyarakat mengenai risiko keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga tersebut.32

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Hertanto Widodo, Ak., M. Asmeldi Firman, Ak., dkk di dalam buku Panduan Praktis Operasional Baitul Maal Watamwil, bahwa BMT memiliki peran yang kuat dalam sektor sosial diantara sektor lainnya (jasa keuangan dan sektor riil). Mengapa demikian, karena dalam sektor sosial BMT, merupakan salah satu kekuatan BMT karena berperan juga dalam pembinaan agama bagi para nasabah sektor jasa BMT. Dengan demikian, pemberdayaan yang dilakukan BMT tidak terbatas pada sisi ekonomi, tetapi juga dalam hal agama.33

Sedangkan menurut Muhammad Ridwan dalam bukunya yang berjudul Manajemen Baitul Maal Watamwil, mengemukakan bahwa dalam rangka mencapai tujuannya, BMT memiliki peran sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong, dan mengembangkan potensi serta kemampuan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota muamalat (pokusna) dan daerah kerjanya.

32

Slide show Heru wahyudi. SE, Ekonomi Syariah

33 Hertanto Widodo, Ak., M. Asmeldi Firman, Ak., Panduan Praktis Operasional Baitul Maal Watamwi, Mizan,


(27)

b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia anggota dan pokusna menjadi lebih profesional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global.

c. Menanggung dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota.

d. Menjadi perantara keuangan (Financial Intermediary), antara pemilik dana (Shohibul Maal), baik pemodal maupun penyimpan dengan penguna dana (Mudhorib) untuk pengembangan usaha produktif.34

Dari beberapa pendapat diatas, penulis melihat pemaparan yang berbeda, tetapi diantaranya memiliki persamaan arti dan keterkaitan diantara ketiganya. Dan dari ketiga pendapat para pakar tersebut dapat penulis artikan bahwa peran BMT adalah menjadi lembaga atau organisasi yang memfasilitasi pihak yang memerlukan dana (nasabah) dalam memberdayakan potensi yang dimiliki oleh nasabah tersebut dalam meningkatkan kesejahteraannya. BMT pun bisa menjadi seperti bank, dimana BMT bisa menjadi perantara antara pemberi modal dengan peminjam. BMT pun bisa menjadi lembaga dakwah, karena di dalamnya, nasabah bukan hanya diberikan pemberian pinjaman saja, tetapi BMT sebagai lembaga Islam pun dapat menciptakan pemberdayaan agama bagi nasabah maupun pemodalnya seperti yang dipaparkan oleh Hertanto Widodo, Ak., M. Asmeldi Firman, Ak., dkk.

3. Ruang Lingkup BMT

Islam sangat menghindari terjadinya peningkatan dalam kehidupan perubahan demi perubahan harus diupayakan secara maksimal sehingga hasilnyapun bisa maksimal. Itulah sebabnya Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja keras, demi perbaikan kehidupannya.

34


(28)

Anjuran ini bersifat individual dan sekaligus kolektif. Individual karena sikap individu dituntut untuk hidup sejahtera bahkan menjadi kaya. Kerja keras secara individu dilakukan dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup diri dan keluarga.

Sedangkan secara kolektif atau bersama, umat Islam diharuskan bekerja dan berusaha untuk membantu saudara muslim yang masih miskin supaya hidup lebih layak dan berdaya. Kerja kolektif ini dilakukan dalam rangka tanggung jawab sosial. Setiap orang bersama-sama memiliki tanggung jawab yang sangat mulia, untuk mengetaskan kemiskinan umat. Kerjasama ini dilakukan melalui mekanisme zakat, infak dan sedekah. BMT melalui bidang sosialnya menempatkan dirinya sebagai mediator supaya kerja kolektif ini dapat berjalan lebih baik.35

Dari pemaparan diatas, sangat tergambar akan ruang lingkup dari BMT. Dimana dalam kegiatannya, bidang kerja atau ruang lingkup sebuah BMT adalah kegiatan yang bergerak dalam kegiatan sosial yang sekaligus dapat menstimulus orang yang tidak mampu (bisa dikatakan nasabah pada BMT) agar menjadi mandiri. Artinya, BMT bukan hanya menjadi mediator para muzakki saja, tapi BMT memiliki tugas dalam memberdayakan masyarakat, karena bentuk yang diberikan bukan charity (amal atau derma), melainkan empowerment (pemberdayaan).

C. Pemberdayaan Ekonomi

1. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah terjemaahan dari bahasa Inggris, empowerment secara leksikal (bahasa/dialek) pemberdayaan berarti penguatan sedangkan secara teknis istilah pemberdayaan dapat disamakan pengembangan. Pengembangan terdiri dari dua konsep yaitu “pengembangan” dan “masyarakat”, secara singkat pengembangan merupakan usaha bersama


(29)

dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, maupun sosial budaya.36

Ada beberapa definisi dari pendapat para ahli yang mengemukakan pengertian pemberdayaan. Meskipun antara pendapat satu dengan yang lainnya berbeda, tetapi memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan potensi sumber daya yang ada pada diri manusia. Imang Mansur Burhan yang di kutip oleh Agus Ahmad Safei dalam bukunya yang berjudul Sosial Masyarakat Islam, mendefinisikan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebagai upaya membangkitkan potensi umat islam kearah yang lebih baik, baik dalam kehidupan sosial politik, maupun ekonomi.37

Menurut Gunawan Sumadi dalam bukunya yang berjudul Pengembangan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, mengemukakan bahwa pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya yang dimiliki dengan mendorong, memberikan motivasi dengan meningkatkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya mengembangkannya.38

Menurut Parsons yang dikutip oleh Edi Suharto dalam bukunya yang berjudul Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, bahwasanya pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupnya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.39

36

Jurnal Comdev, BEMJ PMI, FDK. 2005. h. 25

37

Agus Ahmad Safei, Sosial Masyarakat Islam, Gerbang Masyarakat Baru Press, Bandung, h. 42

38 Gunawan Sumadi, Pengembangan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Wena Rena

Pariwara, 1997 Cet ke-1, edisi II, h.165

39

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 58


(30)

Sedangkan menurut Rappaport yang juga dikutip oleh Edi Suharto dalam buku yang sama, pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya.40

Pendapat lain mengenai pengembangan masyarakat juga dikemukakan oleh Brokesha dan Hodge yang di kutip oleh Isbandi Rukminto Adi dalam buku yang berjudul Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Interfensi Komunitas, bahwasanya pengembangan masyarakat adalah suatu gerakan yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat melalui partisipasi aktif dan inisiatif dari masyarakat.41

Melihat dari pemaparan diatas, jelas tergambarkan bahwasanya pemberdayaan adalah suatu upaya atau cara yang dilakukan untuk masyarakat oleh masyarakat dengan melihat taraf hidup suatu masyarakat tesebut dengan partisipatif aktif dari masyarakat tersebut agar tercipta suatu upaya untuk membuat mandiri masyarakat tersebut.

2. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Menurut Ismet Firdaus dan Ahmad Zaky dalam buku Pengalaman Al-Quran Tentang Pemberdayaan Dhuafa, pengertian pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah suatu proses meningkatkan keterampilan hidup sekumpulan orang yang masuk katagori fakir miskin atau dhuafa agar dapat memiliki mata pencaharian yang membuat kondisi hidupnya masuk katagori muzzaki.42

Dari pemaparan pengertian pemberdayaan dengan pemberdayaan ekonomi sangatlah tipis. Dalam pengertian pemberdayaan ekonomi lebih menspesifik kedalam cakupan ekonomi dari masyarakat yang menjadi sasaran. Artinya masyarakat dapat menjadi mandiri dalam mengelola perekonomiannya.

40

Ibid, h. 59

41 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas,

(Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003), h.200

42 Ismet Firdaus, Ahmad Zaky, Asep Usman Ismail, dkk., Pengalaman Al-Quran Tentang


(31)

a. Cakupan pemberdayaan ekonomi masyarakat

Menurut Michael Sheraden yang dikutip oleh Ismet Firdaus dan Ahmad Zaky dalam buku Pengalaman Al-Quran Tentang Pemberdayaan Dhuafa, pengembangan ekonomi masyarakat setidaknya mencakup tiga bidang pengembangan. Yaitu :

1) Aset manusia. Aset manusia menjadi sangat penting karena ini berkaitan erat dengan pengembangan kualitas sumber da ya manusianya.

2) Pengembangan aset modal keuangan. Cakupan ini menjadi penting, karena tidak bisa dipungkiri, keuangan menjadi hal yang sangat vital, uang bisa diibaratkan menjadi mobilisasi suatu kegiatan. Karena dengan adanya pengembangan aset modal keuangan, ini dapat mempermudah bidang produksi, distribusi, perdagangan, maupun jasa pada program pemberdayaan ekonomi yang sedang dilakukan.

3) Pengembangan aset sosial. Aset sosial menurut Michael Sheraden meliputi keluarga, teman, koneksi, atau jaringan sosial dalam bentuk dukungan emosional, informasi, dan akses yang lebih mudah pada pekerjaan, kredit, dan tipe asetlainnya. Sosial aset ini dapat dirubah menjadi social capital untuk meningkatkan kesejahteraannya.43 b. Karakteristik Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat, karena itu konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan konsep pembengembangan masyarakat secara umum tidak jauh berbeda serta tidak terlepas dari konsep besar dari pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Menurut Ismet Firdaus dan Ahmad Zaky dalam buku Pengalaman Al-Quran Tentang Pemberdayaan Dhuafa, pengembangan ekonomi masyarakat itu memiliki tiga karekteristik yang bersifat adaptif terhadap masyarakat, yaitu :

1) Berbasis masyarakat. Maksudnya adalah masyarakat bertindak menjadi pelaku dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu program pemberdayaan ekonomi tersebut.


(32)

Keputusan diambil oleh masyarakat dengan menggunakan keputusan bersama (selective decision).

2) Sumber Da ya Setempat. Maksudnya adalah dalam memberdayakan ekonomi masyarakat yang menjadi sasaran, hendaknya berbasis pada sumber da ya setempat, artinya program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan didasarkan pada sumber-sumber yang tersedia pada daerah tersebut.

3) Berbasis Berkelanjutan.

Program pemberdayaan ekonomi hendakn ya berbasis ber kelanjutan agar hal tersebut dapat tercapai dalam jangka waktu panjang. Dalam merealisasikannya, diperlukan strategi, perencanaan dan pelaksanaan yang tepat guna. Artinya, sumber daya setempat ini menjadi motor penggerak awal dan tidak berhenti pada akhir program.

3. Pemberdayaan Ekonomi Menurut islam

Qardhawi (1995: 50-170) dalam bukunya Norma-Norma dan Etika Ekonomi mengatakan bahwa dalam proses pemberdayaan ekonomi islam dalam mengatasi kemiskinan yang beliau sebut ada enam kiat yang harus dilakukan kaum muslimin untuk mengatasi kemiskinan, yaitu terdiri dari atas :

a. Bekerja

Secara logika memang benar, dengan bekerja orang akan mempunyai penghasilan, dengan penghasilan itu dia akan memenuhi kebutuhannya. Semua itu akan menghilangkan kemiskinan sedikit demi sedikit.

b. Mencukupi keluarga yang lemah

Perbuatan tersebut merupakan ibadah dan Allah SWT memerintahkan agar selalu membantu dan memperhatikan terhadap keluarga yang lemah.


(33)

Jika zakat ini dapat terkoordinir dengan baik maka dengan ridho Allah SWT maka kemiskinan dapat ditanggulangi.

d. Dana bantuan pembendaharaan islami

Dana yang di dapat misalnya dari baitul maal dapat dimanfaatkan salah satunya untuk usaha sehingga menjadi salah satu cara yang dapat menanggulangi kemiskinan tersebut.

e. Keharusan memenuhi zakat

Setiap muslim jika melihat saudaranya ataupun tetangganya sedang dalam kesusahan, maka ia masih menolongnya. Adanya Qurban ataupun pembayaran fidyah, semuanya itu jika dilaksanakan dengan baik maka akan membantu mengurangi angka kemiskinan.

f. Shadaqah sukarela dan kebijakan individu

Shadaqah juga jika tepat kepada sasarannya akan dapat mengurangi jumlah angka kemiskinan, sehingga pada dasarnya seorang muslim harus dapat melaksanakan semua ajaran islam dengan niat ikhlas dan tulus. Dan Allah akan ridha kepada kita.44


(34)

BAB III

GAMBARAN UMUM BMT AR-RIDHO KELURAHAN PISANGAN CIPUTAT

A. Gambaran umum tentang BMT Ar-Ridho 1. Sejarah berdirinya BMT Ar-Ridho

“Hairun Naas Anfa’u Linnaas”, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Beranjak dari suatu keinginan untuk berbuat sesuatu kepada sesama maka tercetuslah sebuah ide untuk membentuk sebuah lembaga Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), dimana melalui BMT ini dapat dilakukan suatu upaya pembinaan dan penyediaan modal bagi Usaha Mikro Kecil (UMK) yang selama ini kurang mendapat perhatian. Ironisnya lagi, hal ini justru dijadikan kesempatan bagi pihak yang tak bertanggung jawab yaitu para rentenir yang di satu sisi seakan-akan membantu, namun di sisi lain amat sangat mencekik melalui sistem bunga atau Riba.

Setelah beberapa kali melakukan diskusi dan persiapan-persiapan, maka pada tanggal 9 Februari 2007 didirikanlah BMT Ar-Ridho oleh tiga orang pendiri yaitu : Bapak H. Indra Gunawan, SE, Bapak Ramli HM. Nur, S.Ag, dan Bapak Abdul Muis, SE. Dan pada bulan Mei 2008, resmi berbadan hukum Koperasi S yariah Ar-Ridho dengan No. 518/18/BH/Koperasi.

“Koperasi S yariah Ar-Ridho” hadir sebagai solusi yang sangat diharapkan oleh para UMKM. Ibarat setitik air di tengah gurun yang panas dan gersang dalam hal :


(35)

a. Permodalan yang selama ini sebagai solusi akses ke perbankan amat sulit karena keterbatasan kemampuan memenuhi persyaratan berupa jaminan, manajemen, administrasi dan lainnya.

b. Membatasi ruang gerak rentenir. Para rentenir yang memanfaatkan situasi ini, menyediakan modal dengan syarat yang mudah, namu n menerapkan sistem Riba atau bunga yang mencekik, tidak adil dan hanya menguntungkan pemilik modal saja. Akibatnya para pelaku ekonomi mikro semakin terpuruk.

Dan setelah memasuki tahun kedua, BMT Ar-Ridho telah melayani sejumlah 316 kali pembiayaan dengan jumlah nominal Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

2. Latar belakang keberadaan BMT Ar-Ridho

Baitul Maal Wa Tamwiil (BMT) Ar-Ridho adalah Lembaga Keuangan Mikro Syariah berbadan hukum Koperasi Syariah Ar-Ridho, berfungsi seperti halnya Bank Syariah pada umumnya, yaitu :

a. Menghimpun dana berupa tabungan masyarakat, dana-dana untuk UKM dari perbankan, pemerintah, BUMN, dan donasi yang dapat dimanfaatkan bagi pemberdayaan UMKM.

b. Mengelola dan menyalurkan kepada anggota UMKM sebagai nasabah BMT Ar-Ridho berupa penyediaan Modal Usaha.

BMT tidak hanya menyediakan permodalan yang mereka butuhkan dengan sistem win-win solution juga melakukan pembinaan dan dorongan bagi pengembangan usaha disertai pengamalan nilai-nila spiritual. Dan yang terpenting, BMT menawarkan sistem syariah non riba. Insya Allah halal dan


(36)

menguntungkan kedua belah pihak. Bahkan bila terjadi kerugian, maka pihak BMT pun ikut memikul beban bersama.45

3. Visi dan misi

BMT Ar-Ridho memiliki visi ingin mewujudkan suati peningkatan kesejakteraan bagi anggota, UKM binaan dan masyarakat pada umumnya melalui penerapan ekonomi syariah bebas Riba, halal, dan menguntungkn dan dilakukan semata-mata mengharap ridho Allah SWT.

Dan misi dalam mencapai visi tersebut, BMT memiliki Filosofi, yaitu “Ridho Allah SWT kunci Kesejahteraan dan Keselamata dunia dan akhirat”. Oleh karena itu, segala apa yang dilakukan oleh BMT, wajib berada dalam garis yang telah ditetapkan Allah melalui Rasulnya guna meraih Ridha Allah SWT.

4. Tujuan berdirinya

Dalam menjalankan kegiatannya, BMT memiliki tujuan sebagai berikut : a. Meningkatkan kesejahteraan anggota khususnya UMKM serta masyarakat

pada umumnya.

b. Menghapus riba dan menyediakan alternatif sumber keuangan berdasar syariah.

c. Memperluas lapangan kerja dan pengembangan usaha dhuafa dan UMKM.

5. Struktur organisasi

Dalam kegiatan keorganisasian dan kelembagaan yang baik dan sudah menjadi lembaga berbadan hukum, maka hendaknya memiliki struktur organisasi


(37)

yang baik dan terorganisir. Adapun dalam BMT Ar-Ridho memiliki struktur organisasi sebagai berikut:

Nama : Koperasi Syariah BMT Ar-Ridho

Badan Hukum : No. 518/18/BH/Koperasi

Alamat : Jl. H. Rean No. 29 Benda Baru Pamulang Tangerang Selatan. Telepon : 021-74702781.

Kantor Operasional : Jl. Sedap Malam V No.18 RT.08/08 Pisangan Ciputat. Telefon: 021-7498989

6. Bagan Struktur Organisasi BMT Ar-Ridho

Penasehat : Drs. H. M. Elman Sadri

Ir. H. RP. Hadi T. Sasraningrat, MM, MBA Pengawas : Drs. H. Abdul hamid, MSQ

(sebagai pengawas Syariah)


(38)

Hailani (sebagai anggota pengawas) Pengurus : Indra Gunawan, SE (sebagai ketua)

Ramli HM Nur, S.Ag (sebagai sekertaris) Abdul Muis, SE (sebagai bendahara)

Unit Usaha : 1. Baitul Maal Watamwil Ar-Ridho sebagai Unit Simpan Pinjam Syariah.

2. LKT (Layanan Klinik Terjangkau) melalui “klinik herbal bekam”.

3. Baitul Maal. Meliputi peningkatan, perluasan usaha, dan kemandirian.

7. Sasaran nasabah BMT Ar-Ridho

Yang menjadi sasaran dari BMT Ar-Ridho adalah nasabah yang menerima pembiayaan dan pembinaan dari BMT Ar-Ridho terdiri dari para pelaku usaha mikro kecil dengan skala usaha mulai dari Rp. 500.000, (lima ratus ribu rupiah) hingga puluhan juta rupiah. Besarnya pembiayaannya di bagi menjadi tiga, yaitu pertama, pembiayaan awal, yaitu besar pinjamannya berkisar dari lima ratus ribu rupiah sampai dengan satu juta rupiah. Kedua adalah pembiayaan lanjutan, pembiayaan lanjutan ini berkisar antara peminjaman uang sebesar satu juta rupiah sampai dengan dua juta rupiah. Dan yang terakhir adalah pembiayaan khusus, yaitu peminjaman diatas dua juta rupiah.

Di lihat dari jenis usaha nasabah yang memperoleh pembiayaan dari BMT dapat ditetapkan sebagai berikut :

a. Pedagang Sayuran


(39)

c. Pengerajin d. Petani Jamur e. Jasa Percetakan f. Pekerja atau Karyawan

g. Warung Sembako dan Warung Nasi

Umumnya usaha mereka ini untuk menghidupi dan membiayai keluarganya serta untuk biaya sekolah anak-anaknya. Jadi usaha mereka ini merupakan sumber utama pada ekonomi keluarga.46

8. Program dan bentuk kegiatan

Dalam mewujudkan tujuan dari BMT tersebut, maka BMT seharusnya memiliki banyak program dengan aspek yang berbeda-beda, karena permasalahan ekonomi pada masyarakat akan menjadi sangat kompleks dan menyangkut ke banyak aspek. Oleh sebab itu BMT Ar-Ridho membuat beberapa program dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sebagai berikut :

a. Baitul Maal Wa Tamwiil (BMT) Ar-Ridho sebagai unit pemberdayaan Ekonomi Mikro, sudah berjalan 2,5 tahun dengan 460 pembiayaan direncanakan tahun depan mencapai 1000 sebagai lembaga keuangan mikro syariah BMT menerima dana masyarakat dan ZIS sebagai dana bergulir yang akan disalurkan kepada usaha dhuafa UKM secara syariah tanpa bunga (non riba) halal dan insya Allah mensejahterakan. Pembinaan dan pendampingan sampai tahap mandiri. Semula Duafa UKM ini sebagai mustahik tetapi sekarng berubah menjadi Muzakki. Adapun Jenis-jenis Simpanan yang dikelola oleh BMT Ar-Ridho adalah sebagai berikut:


(40)

1) Si Waktu’s (simpanan sewaktu-waktu syariah dapat diambil). Simpanan sewaktu-waktu ini adalah men yimpan tabungan masyarakat dan dapat diambil kapanpun mereka mau. Simpanan ini di maksudkan agar masyarakat mempun yai buda ya menabung. Jadi ketika mereka memerlukan uang, mereka bisa mengambil tabungann ya kapanpun.

2) Simpanan investasi berjangka.

Simpanan investasi berjangka yaitu simpanan yang bersifat Mudhrabah al Muthlaqah dimana tabungan nasabah yang akan dimanfaatkan secara produktif untuk pembiyaan pada nasabah lain dengan manfaat sebagai berikut:

a) Aman dan menentramkan

b) Bagi hasil yang kompetitif, diberikan setiap bulan dan akan dkreditkan kerekening mitra

c) Membantu program investasi mitra

d) Membantu pengembangan usaha mitra (Ta’awun) e) Dapat dijadikan sebagai jaminan pembiayaan

3) Si fitri (Simpanan Idul Fitri)

Simpanan Idul Fitri yaitu simpanan yang direncanakan untuk persiapan Idul Fitri. Simpanan yang bersifat mudharabah muthlaqah sehingga simpanan mitra akan diperlakukan sebagai investasi. Penarikan satu kali dalam satu tahun menjelang hari Raya Idul Fitri.

4) Si Pidi (Simpanan Pendidikan)

Simpanan Pendidikan yaitu simpanan yang digunakan untuk bia ya pendidikan guna untuk menabung ke jenjang yang lebih tinggi karena tidak dapat dipungikiri bahwa biaya pendidikan terus meningkat dan


(41)

kadang orang tua selalu kekurangan dana dalam memba yar bia ya pendidikan. Mungkin dengan hadirnya Si Pidi (Simpanan Pendidikan) ditengah-tengah mitra itu semua, dapat membantu dalam rangka perencanaan pendidikan guna untuk kepentingan pendidikan yang ingin putra-putrinya meneruskan ke tingkat berikutnya, penarikan bisa dilakukan 1 bulan sekali.

5) Si Quba (Simpanan Idul Qurban)

Simpanan yang direncanakan guna untuk melaksanakan Qurban karena Qurba merupakan ibadah yang disyariatkan kepada setiap muslim yang mampu, dan merupakan ibadah yang penuh dengan kepedulian sesama, simpanan dengan Prinsip mudharabah muthlaqah sehingga simpanan mitra akan diperlakukan sebagai investasi penarikan ini dilakukan 1 tahun sekali

6) Si Haju (Simpanan Haji dan Umrah)

Simpanan yang direncanakan guna untuk melaksanakan ibadah haji dan Umrah karena Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima bagi setiap muslim yang mampu menjalankannya. Untuk itu BMT Ar-Ridho memberikan fasilitas ini sebagai simpanan bagi para mitranya yang ingin menginvestasikan dananya untuk berhaji.

b. Ar-Ridho Health Center yaitu sebagai unit layanan kesehatan dan pengobatan gratis, Bantuan pengobatan langsung dan sunatan misal bagi para duafa, para ustad guru ngaji, marbot mesjid dan muallaf, pengembangan pengobatan cara nabi dengan cara BEKAM dan HERBA Alami.

c. Yatim dhuafa Care (YDC) yaitu sebagai unit pelayanan anak Yatim dan duafa dibidang pendidikan, bea siswa Yatim dan duafa sudah berjalan


(42)

selama dua semester, English dan Arabic for Yatim duafa dimulai September 2009, penyediaan Lahan dan gedung YDC dimulai Ramadhan 1430 H

d. Lembaga Pelatihan: Pelatihan life skill yang ditujukan bagi duafa calon angkatan kerja yang siap bekerja dan berusaha

e. Majlis Ta’lim Ar-Ridho: sebagai wadah pembinaan iman, aqidah dan ahlaq sekaligus wadah silaturahmi.antara Ar-Ridho center, dhuafa, donatur dan pihak yang terkait pemberdayaan masyarakat

9. Pembinaan Nasabah UMKM oleh BMT Ar-Ridho (Anggota Dilayani)

Umumnya para pelaku UMKM ini berlatar pendidikan dan keterampilan seadanya, oleh karena itu, BMT berkewajiban untuk memberikan binaan agar kemampuan serta usahanya dapat lebih maju dan berkembang, Pembinaan yang dilakukan meliputi:

a. Manajemen Usaha

Pembinaan yang dilakukan oleh BMT Ar-Ridho ini selain pembentukan akhlak dan pelatihan peningkatan usaha BMT juga melakukan pembinaan yang meliputi aspek perencanaan, cara mengelola yang baik, seluruh kegiatannya terawasi dan terkendali dengan baik, selain itu pembinaan ini juga melatih cara menghitung berapa modal, berapa omset, berapa biaya, berapa untungnya, hutang, piutang, mengatur pembelanjaan barang dan lain-lain secara efisien dan efektif guna mencapai tujuan usaha.

b. Pengelolaan Keuangan

Pengelolaan keuangan Merupakan hal penting dalam sebuah usaha. Maka, hal pertama yang perlu mereka lakukan adalah adanya pencatatan tentang keuangan. Hal ini diperlukan, agar setiap transaksi yang telah dilakukan, dapat di catat dengan jelas.


(43)

Setelah itu, hendaknya dalam pengelolaan keuangan kita melakukan perhitungan pembelian, omset, dan biaya-biaya. Kemudian pengaturan alokasi keuangan baik untuk usaha maupun keperluan hidup yang selama ini menyatu, harus dipisahkan. artinya semua harus diatur, uang untuk belanja tidak boleh terpakai, dan untuk keperluan bulanan harus disisihkan setiap hari.

Contoh, biaya sewa rumah, untuk SPP anak, dan lain-lain harus dialokasikan dari keuntungan harian, disisihkan dan ditabung. Sehingga pada akhir bulan tidak bingung lagi cari pinjaman.

c. Akhlaq Moral

Menyangkut pembentukan karekter ini biasanya, BMT dalam membina anggotanya itu mesti ditanamkan nilai-nilai moral seperti kejujuran, Tanggung Jawab, Halal Haram, baik Buruk, dll. Tidak melakukan hal yang merugikan dan merusak seperti menggunakan zat-zat berbahaya bagi kesehatan pada makanan, jangan menipu. dan terpenting masalah utang piutang kalau tidak diselesaikan akan bermasalah sampai mati dan diakhirat kelak dtuntut pertanggung jawabannya.

d. Aqidah Keagamaan

Pembinaan yang dilakukam oleh BMT Ar-Ridho mengenai aqidah keagaamaan itu tidak dipaksakan. Karena hal terpenting dalam aqidah adalah merupakan harga mati, semua bertanggung jawab atas keyakinannya masing-masing. Tetapi bukan berarti BMT lepas kendali, BMT tetap melakukan sebuah pembinaan dengan adan ya majelis taklim bagi para nasabah. Agar nasabah pun memiliki iman yang kuat.

B. Gambaran umum masyarakat Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur.

1. Keadaan Geografis dan Demografi

Kelurahan atau desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia, dibawah Kecamatan. Dalam konteks otonomi daerah di Indonesia, kelurahan


(44)

merupakan wilayah kerja lurah sebagai perangkat Daerah Kabupaten atau kota. Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah. Kelurahan merupakan unit pemerintahan terkecil setingkat dengan desa. Berbeda dengan desa, kelurahan memiliki hak mengatur wilayahnya lebih terbatas. Dalam perkembangannya, sebuah desa dapat ditingkatkan statusnya menjadi kelurahan.47

Kelurahan Pisangan yang terletak pada bagian utara berbatasan dengan kelurahan Cirendeu atau Karang Tengah-Jakarta Selatan. Untuk selatan berbatasan dengan kelurahan Cipayung atau Pondok Cabe Udik, sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Pondok Cabe Udik atau Cinere Sawangan Depok dan pada sebelah barat yang berbatasan dengan kelurahan Cipayung atau Cempaka Putih.48

2. Keadaan Sosial Kemasyarakatan

Kelurahan Pisangan merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Ciputat. Wilayah ini memiliki luas 405 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 34.195 jiwa, terdiri atas 17.660 laki-laki dan 17.135 perempuan, dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 9.733 yang tersebar di 100 RT/14 RW.49 Sebagian besar penduduk, di kelurahan Pisangan itu bekerja sebagai Ibu rumah tangga dengan jumlah 4.295 dan yang belum bekerja sebanyak 2.275. Dengan melihat jumlah masyarakat kelurahan Pisangan itu yang hampir kebanyakan Ibu rumah tangga dan orang yang belum bekerja Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut:

Tabel 1

Keadaan Penduduk Kelurahan Pisangan Berdasarkan Jenis Pekerjaan

47

Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1979) h. 304

48

Monografi Kelurahan Pisangan, Februari 2009, h.1

49


(45)

NO

JENIS MATA PENCAHARIAN

JUMLAH (JIWA)

PERSENTASE

1 Belum bekerja 2.275 17,2 %

2 Ibu Rumah Tangga 4.295 32,5 %

3 Mahasiswa 1.102 8,34 %

4 Pegawai Negeri Sipil 2.214 16,8 %

5 Pedagang 775 5,8 %

6 Buruh 1.506 11,4 %

7 Guru 509 3,8 %

8 Pensiunan 131 0,9 %

9 TNI 21 0,1%

10 POLRI 85 0,6 %

11 Dosen 102 0,7 %

12 Karyawan Swasta 125 0,9 %

13 Dokter 9 0,06 %

14 Perawat 12 0,09 %

15 Bidan 20 0,15 %

16 Petani 15 0,11 %

17 Peternak 5 0,03 %

Jumlah 13.201

Sumber : Data Monografi Kelurahan Pisangan 2009

Dari segi pendidikan formal, jumlah mahasiswa tingkat akademik sebanyak 1.150 orang, SLTA sebanyak 1.571 orang, SLTP sebanyak 1.255 orang, mungkin dalam hal ini masyarakat Kelurahan Pisangan dalam bidang pendidikan sangat


(46)

NO JENIS PENDIDIKAN

JUMLAH (JIWA)

PERSENTASE

1 Tidak/ Belum sekolah 1.460 18 %

2 Belum tamat SD/ sederajat 1.550 19 %

3 Tamat SD/ sederajat 720 8,9 %

4 SLTP/ Sederajat 1.255 15 %

5 SLTAK/ Sederajat 1.571 19 %

6 Diploma III/ Sederajat 320 3,9 %

7 Strata I 1.150 14 %

8 Strata II 45 0,5 %

9 Strata III 25 0,3 %

Jumlah 8.096

diutamakan hal itu terbukti dengan banyaknya jumlah orang yang menempuh pendidikan sampai kejenjang sarjana.

Tabel 2

Keadaan Penduduk Kelurahan Pisangan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

3. ea da a 3. E

k o

nomi Warga Kelurahan Pisangan Ciputat

Masyarakat Kelurahan Pisangan sendiri tergolong memiliki kelas ekonomi cukup bagus dengan jumlah PNS 2.214 orang, jumlah guru 509 orang dan hampir didominasi oleh ibu rumah tangga sebanyak 4.295 namun dalam hal ini jumlah orang tidak bekerja dan buruh juga mencapai angka yang cukup banyak yaitu sebanyak 2.275 dan 1.506.50

50 Pemerintah Kabupaten Dati II Tangerang, Data


(47)

Namun dengan melihat jumlah tingkat pengangguran yang hampir mencapai 17,2 %, harapan BMT mungkin dengan adanya peran BMT Ar-Ridho bisa sedikit menekan angka jumlah pengangguran dengan dibukanya lapangan usaha baru berupa berjualan ataupun usaha lainnya. Namun, penulis dalam hal ini melihat peran BMT dalam pemberdayaan masyarakat khususnya para pedagang kecil itu bisa meningkatkan hasil usahanya ataupun bisa meningkakan kesejahteraannya melalui program yang ada di BMT Ar-Ridho yaitu dana bergulir. Oleh karena itu, pembinaan dan pendampingan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman serta semangat dan etos mereka

4. Keadaan Sosial Keagamaan

Dilihat dari jumlah pemeluk agama, Mayoritas penduduk Kelurahan Pisangan adalah pemeluk Agama Islam, yang berjumlah 27.855 orang. Sedangkan jumlah Agama Kristen sebanyak 2.112 orang, Agama Hindu sebanyak 1.225 orang, Agama Budha sebanyak 875 orang dan selebihnya bisa lihat pada tabel dibawah:

Tabel 3

Jumlah Pemeluk Agama di Kelurahan Pisangan Ciputat

NO AGAMA YANG DIANUT JUMLAH PERSENTASE

1 Islam 27.855 81,46 %

2 Kristen 2.112 6,18 %

3 Katholik 2.005 5,87 %

4 Hindu 12.25 3,58 %

5 Budha 875 2,55 %

6 Konghucu 201 0,58 %


(48)

Jumlah 34.195 Sumber : Data Monografi Kelurahan Pisangan 2009


(49)

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISA

ANALISA EVALUASI HASIL PROGRAM SIMPAN PINJAM MUDHARABAH BMT AR-RIDHO DAN NASABAH SIMPAN PINJAM DALAM PEMBERYAAN

EKONOMI MASYARAKAT

Evaluasi hasil menurut Isbandi Rukminto Adi (dalam buku Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat hal. 160) ini diarahkan pada keseluruhan dampak dari suatu program terhadap penerima (masyarakat peserta program). Seperti pendapat Pietrzak et.al (1990: h. 14) pada buku yang sama (hal. 190) evaluasi hasil diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak (Overall Impact) dari suatu program terhadap penerima layanan (Recipients).

Pada Bab ini penulis akan memaparkan temuan-temuan yang penulis dapatkan selama melakukan penelitian di BMT Ar Ridho yang berkaitan mengenai Evaluasi hasil (Out put) Program Simpan pinjam mudharabah yang terdiri dari tujuan program simpan mudharabah, pengaruh program simpan mudharabah terhadap peningkatan ekonomi masyarakat dan hasil jangka panjang sebagai akibat dari program simpan pinjam mudharabah BMT Ar-Ridho.

A. Analisa Terhadap Tujuan Yang Telah Dicapai Oleh BMT Ar-Ridho dan Nasabah Melalui Program Simpan Mudharabah (Dalam Meningkatkan Ekonomi Para Nasabah)

1. Tujuan Program Simpan Pinjam Mudharabah BMT Ar-Ridho

Dalam mencapai suatu program dengan baik, hendaknya suatu lembaga memiliki suatu rumusan tujuan yang baik terlebih dahulu. Adapun tujuan program


(50)

Simpanan Mudharabah BMT Ar-Ridho menurut Bapak H. Indra dalam wawancara sebagai berikut :

“eumm..tujuan simpan pinjam itu yang pertama..dia itu untuk modal

koperasi atau modal BMT ya..karena anggota. Yang menjadi anggota ini eu..wajib

euu..apa, menyimpan disini. Yang kedua, dari dana yang tersimpan itu dapat kita pergunakan sebagai pinjaman anggota. Pinjaman anggota ini eu..diutamakan untuk modal, modal usaha. Eumm..dalam modal usaha ini ada dua yang kita terapkan, mudharabah dan musyarakah.”

“kemudian kita mencoba menyediakan eumm..mengelola, mengelola ya, dana pinjaman maupun simpanan itu secara syariah. Jadi kita mencoba

menerapkan system syariah itu, bisa ga sih diterapkan di masyarakat? Ternyata

bisa. Dengan demikian kan mereka yang terlibat di dalamnya, dan melakukan kegiatan yang halal.”

“kalau kita menerapkan sistim bunga, itu kan haram. Riba. Kalo itu yang kita terapkan, berarti kita melibatkan banyak orang melakukan hal yang dilarang agama. Jadi tujuannya yang ketiga itu kita mencoba menerapkan system syariah. Yang ketiga, eh yang ke empat itu. Kiat berusaha untuk menghapus. Tidak akan terhapus ya, karena itu sama saja melarang orang berkorupsi, tetap selama dunia ini ada, mungkin ada otang korupsi. Tapi kita meminimalisir, meminimalisir peran

rentenir yang ada di masyarakat. Dan Alhamdulillah dengan kegiatan kita itu,

selama ini mereka berhubungan dengan rentenir, mereka balik ke kita. Nah, mereka ke bank itu ga mungkin (meminjam ke bank), karena dengan skala usaha yang sangat kecil, itu ga mungkin. Bank kan minimal lima puluh juta.”51

Senada dengan pernyataan Bapak H.Indra selaku Ketua BMT, pernyataan yang lebih singkat dipaparkan oleh Bapak Muhammad, beliau adalah pengurus BMT di bagian lapangan, mengemukakan bahwa tujuan program Simpanan Mudharabah itu adalah sebagai berikut :

“Yang pasti tujuan utamanya adalah membantu warga yang ingin memiliki sebuah usaha untuk membantu kebutuhan kesehariannya karena ekonomi yang lemah.”52

Dari hasil wawancara tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tujuan Program Simpan Pinjam Mudharabah yang paling utama adalah membantu warga yang mempunyai ekonomi lemah dalam bidang usaha berskala mikro dengan memberikan mereka modal untuk usaha dengan memakai sistem syariah tanpa

51

Bapak Indra , Ketua BMT Ar-Ridho, Wawancara Pribadi, Pisangan-Ciputat 12 Februari 2010

52

Bapak Muhammad, Pengurus BMT Ar-ridho Bagian Lapangan, Wawancara Pribadi, Pisangan- Ciputat 12 Februari 2010


(1)

pendapatan ekonomi. Para nasabah merasa terbantu sekali dengan adanya program ini, masalah yang dulu sering menimpa mereka, yaitu kekurangan modal usaha yang membuat usaha mereka macet karena salam melakukan sebuah usaha itu pasti mengalami pasang dan surut, sekarang bisa teratasi dengan adanya Program Simpan Pinjam Mudharabah dari BMT Ar-Ridho. Artinya Program Simpan Pinjam Mudharabah ini memiliki peran dalam peningkatan ekonomi para nasabahnya. Ini terlihat pada usaha para nasabah yang pada awal mereka membuka usaha hanya kecil-kecilan, kini berubah menjadi lebih berkembang.

3. Program Simpan Pinjam ini memberi pengaruh yang baik kepada nasabah terutama mengenai masalah permodalan yang memberi dampak meningkatanya pendapatan nasabah, otomatis kebutuhan individu para nasabah pun tentunya akan berubah. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya Program Simpan Pinjam ini dapat dikatan telah berhasil dan sesuai dengan indikator keberhasilan evaluasi hasil yaitu usaha yang dikembangkan oleh para nasabah mengalami perubahan prilaku para nasabah itu sendiri.

4. Program Simpan Pinjam BMT Ar-Ridho selama empat tahun berdiri telah melahirkan hasil yang positif. Usaha para nasabahpun semakin berkembang. Tiap tahunnya pembiayaan yang ditangani oleh BMT Ar-ridho semakin banyak, sesuai dengan tujuan jangka panjang BMT Ar-ridho dalam Program Simpan Pinjam Mudharabah itu sendiri.


(2)

Untuk lebih memajukan BMT Ar-Ridho Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat, dengan didasari hasil studi dan penelaahan serta observasi yang tertera dalam penelitian ini, penulis akan mengemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Untuk BMT Ar-Ridho

BMT Ar-Ridho hendaknya memberikan pendampingan yang lebih intensif kepada para nasabahnya, seperti dengan diadakannya penyuluhan khusus mengenai berbisnis atau manajemen bisnis, hal ini agar para nasabah dapat mengelola usahanya lebih baik dan menjadi lebih berkembang lagi.

2. Untuk masyarakat

Masyarakat hendaknya dapat lebih mengenali apa itu BMT, karena tidak menutup kemungkinan para rentenir masih banyak berkeliaran di masyarakat. BMT menjadi pilihan yang tepat bagi masyarakat yang ingin mebuka usaha khususnya yang berskala mikro. Prosedur yang ditawarkan oleh BMT pun menjadi altenatif yang lebih baik dan manusiawi dari pada rentenir yang mencekik masyarakat pada umumnya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta, FEUI, 2003), edisi revisi

Arikunto, Suharsini, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara, 1995)

Bungin,Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2003) cet. Ke 2

---, Penelitian Kualitatif Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009)

Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, edisi revisi, Rajawali Pers

Djazuli, A. Janwari, Yadi, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat Sebuah Pengenalan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Firdaus, Ismet, Zaky, Ahmad, Ismail, Asep Usman dkk., Pengalaman Al-Quran Tentang Pemberdayaan Dhuafa

Hidayati, Nurul, Metodologi Penelitian Dakwah dengan pendekatan kualitatif, UIN Jakarta Press, h.68

Irawan, Elly Dkk, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995)

Irawan, Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesos dan Ilsos Lainnya, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Jurnal Comdev, BEMJ PMI, FDK. 2005

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), cet.ke 10

Kilun,Yusra Pengantar Editor dalam buku Pengembangan Komunitas Muslim: Pemberdayaan Masyarakat Kampung Badak Putih dan Kampung Satu Duit,


(4)

Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1979) h. 304

Kusmana, Bunga Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial, IAIN Indonesian Social Equity Project 2006

Moleong, Lexy. J, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT. Rosda Karya 2001), h.330

Nasuhi, Hamid, Ropi, Ismatu, Faturrahman, Oman, Dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), CeQDa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat 2007

Pemerintah Kabupaten Dati II Tangerang, Data Monografi Kelurahan Pisangan (Tangerang: 2009), h 25-26

Profile koprasi syariah BMT Ar-Ridho Lembaga Keuangan Mikro Syariah

Qardhawi, Yusuf Norma-Norma dan Etika Ekonomi, Gema Insani Press, jakarta

Ridwan, Muhammad Manajemen Baitul Maal Watamwil, ULI Press Yogyakarta

Safei, Agus Ahmad Sosial Masyarakat Islam, Gerbang Masyarakat Baru Press, Bandung

Simatupang, Landung R, Asas-Asas Penelitian Behavioral, (Bandung: Gajah Mada University Press (UGM), 1990)

Sitorus, MT. Felix, Penelitian Kualitatif Suatu Perkenalan, (Bogor: Kelompok Dokumentasi Ilsos Bogor 1998.)

Strahm, Rudolf H, Kemiskinan Dunia Ketiga (Menalaah Kegagalan Pembangunan di Negara Berkembang), PT. Pustaka CIDESINDO

Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung, PT. Refika Aditama, 2005), cet. Ke-1

Sumadi, Gunawan Pengembangan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Wena Rena Pariwara, 1997 Cet ke-1, edisi II


(5)

Tayibnafis, Farida Yusuf, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineke Cipta, 2000) Tim Penyusun, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Bari Van Hoeve, 1997, jilid 1

Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet. Ke-1

Wahyudi, Heru Makalah (Slide Show) tentang Ekonomi Syariah

Widodo, Hertanto, M. Firman, Asmeldi, Panduan Praktis Operasional Baitul Maal Watamwi, Mizan

Hasil Wawancara

Bapak Anggun Setiawam, Pengurus BMT Ar-Ridho Bagian Administrasi, Wawancara Pribadi, Pisangan-Ciputat 12 Februari 2010

Bapak Indra , Ketua BMT Ar-Ridho, Wawancara Pribadi, Pisangan-Ciputat 12 Februari 2010

Bapak Jaini, Nasabah Pedagang ikan dan hasil laut, Wawancara Pribadi, Pisangan-Ciputat 22 februari 2010

Ibu Misyati, Nasabah Pedagang Sayur, Wawancara Pribadi, Pisangan-Ciputat 22 februari 2010

Bapak Muhammad, Pengurus BMT Ar-ridho Bagian Lapangan, Wawancara Pribadi, Pisangan-Ciputat 12 Februari 2010

Ibu Tuminem, Pedagang Makanan, Wawancara Pribadi, Pisangan-Ciputat 22 Februari 2010

Ibu Siti Wahyu, Pedagang Cilok, Wawancara Pribadi, Pisangan-Ciputat 22 Februari 2010

Ibu Yayuk, Nasabah Pedagang kios makanan dan kebutuhan rumah tangga, Wawancara Pribadi, Pisangan-Ciputat 22 februari 2010


(6)