BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. EVALUASI PROGRAM
1. Pengertian Evaluasi Secara Etimologi, evaluasi artinya penilaian, sehingga mengevaluasi artinya
memberikan penilaian atau menilai.
13
Sedangkan menurut Ralph Tyler yang di kutip oleh Farida Yusuf Tayibnafis dalam bukunya Evaluasi Program mengemukakan bahwa evaluasi
ialah proses yang menentukan sejauh mana tujuan dalam setiap program dapat tercapai
14
. Sedangkan menurut Nurul Hidayati dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian
Dakwah , evaluasi memiliki pengertian mengkritisi suatu program dengan melihat
kekurangan, kelebihan, panda kontek, input, proses, dan produk pada sebuah program.
15
Pendapat lain mengenai evaluasi program juga dikemukakan oleh Suharsini Arikunto dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan bahwasanya evaluasi
program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program.
16
Dari pemaparan diatas, sudah jelas tergambar bahwasanya evaluasi adalah suatu tahap atau langkah penilaian suatu kegiatan atas kegiatan yang telah dilakukan. Pada pendapat
Suharsini Arikunto bahkan lebih ditekankan kembali evaluasi adalah suatu penilaian pada suatu program untuk mengukur tingkat keberhasilan program tersebut.
2. Model Evaluasi
13
Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, Jakarta: Balai Pustaka, 1995, cet. Ke- 1
14
Farida Yusuf Tayibnafis, Evaluasi Program, Jakarta: Rineke Cipta, 2000, h.2
15
Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, UIN Jakarta Press, h. 124
16
Suharsini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,Jakarta: Bumi Aksara, 1995, h.299
Dalam melakukan evaluasi program, tentunya ada beberapa model evaluasi yang akan digunakan. Dalam kaitan dengan kegiatan evaluasi, seperti telah disinggung terdahulu,
Pietrzak, Ramles, Ford dan Gilbert 1990: h.12-14; 45-47 mengemukakan tiga tipe evaluasi guna mengawasi suatu program secara lebih seksama, yaitu evaluasi input masukan,
evaluasi proses, dan evaluasi hasil.
17
Walaupun memiliki cara pemaparan yang berbeda, pendapat ini pun Pietrzak, Ramles, Ford dan Gilbert dikemukakan pula oleh pakar ilmu pengembangan masyarakat,
Isbandi Rukminto Adi dalam bukunya yang berjudul Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas,
beliau megemukakan bahwa istilah evaluasi memiliki dua makna yang berbeda. Bila evaluasi muncul bersama pemantauan monitoring maka
evaluasi yang dimaksud adalah evaluasi hasil. Pengertian kedua dari kata evaluasi adalah jika ia berdiri sendiri tanpa diikuti kata pemantauan, maka evaluasi di sini dapat berarti evaluasi
masukan Input Evaluation, proses Process Evaluation, dan evaluasi hasil Outcome Evaluation
.
18
Dari pemaparan diatas, maka dalam konteks ini, penulis akan menggunakan model evaluasi program yang dikemukakan oleh Pietrzak, Ramles, Ford dan Gilbert seperti yang
sudah dipaparkan diatas. Oleh sebab itu, akan lebih baik jika penulis memaparkan secara jelas mengenai evaluasi input, proses, dan hasil, sebagai berikut :
a. Evaluasi Input Evaluasi input memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam suatu
pelaksana suatu progtam. Tiga unsur variabel utama yang terkait dengan evaluasi input adalah klien, staf dan program. Pietrzak dan kawan-kawan 1990: h. 46; h.49
menjelaskan bahwa variabel klien meliputi karakteristik demografi klien, seperti susunan konstelasi keluarga dan beberapa anggota keluarga klien, seperti susunan
17
Isbandi Rukminti Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta, FEUI, 2003, edisi revisi, h. 189
18
Ibid , h. 187
konstelasi keluarga dan beberapa anggota keluarga yang ditanggung. Variabel staf meliputi aspek demografi dari staf, seperti latar belakang pendidikan staf, dan
pengalaman staf. Sedangkan variabel program meliputi aspek tertentu, seperti lama waktu layanan diberikan, dan sumber-sumber rujukan yang tersedia.
Dalam kaitan dengan evaluasi Input program, Pietrzak, et.al 1990:h.54 mengemukakan empat kriteria yang dapat dikaji, baik sendiri-sendiri maupun secara
keseluruhan. Kriteria tersebut adalah: 1 tujuan dan objektif; 2 penilaian terhadap komunitas; 3 standar dari suatu praktek yang terbaik’; dan 4 biaya per-unit
layanan.
19
b. Evaluasi Proses Evaluasi proses menurut Peitrzak et.al 1990: h.111-116 memfokuskan diri pada
aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staf ‘terdepan’ line staff yang merupakan dari pusat pencapaian tujuan objektif
program. Tipe evaluasi ini diawali dengan analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu program. Dalam upaya mengkaji nilai komponen pemberian layanan, hasil
analisis harus dikaji berdasarkan kriteria yang relevan seperti “ ‘standar praktek terbaik’ Best Practice Standards, kebijakan lembaga, tujuan proses Process Goals
dan kepuasan klien.
20
Pendapat lain mengenai evaluasi proses dikemukakan oleh Elly Irawan.dkk bahwasanya evaluasi ini dilakukan untuk menilai bagaimana proses kegiatan yang
telah dilaksanakan telah sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan.
21
c. Evaluasi Hasil
19
Ibid , h. 189
20
Ibid , h. 189-190
21
Elly Irawan. Dkk, Pengembangan Masyarakat, Jakarta: Universitas Terbuka, 1995, h.18
Menurut Isbandi Rukminto Adi dalam buku Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat
, evaluasi hasil ini diarahkan pada keseluruhan dampak dari suatu program terhadap penerima masyarakat peserta program sehingga pertanyaan utama
pada evaluasi ini adalah :
1. Kapan suatu program bisa dikatakan telah berhasil mencapai tujuannya. 2. Bagaimana masyarakat akan menjadi berbeda setelah menerima bantuan program
tersebut. Kriteria keberhasilan ini bisa mencakup : a Berorientasi pada program. Kriteria keberhasilan, pada umunya dikembangkan
berdasarkan cakupan ataupun hasil dari suatu program. Misalnya presentase cakupan program terhadap populasi sasaran.
b Berorientasi kepada masyarakat. Kriteria keberhasilan, pada umumnya dikembangkan berdasarkan pada perubahan prilaku masyarakat. Misaln ya
munculn ya sikap kemandirian dan sebagainya.
22
Sedangkan menurut pendapat Pietrzak et.al 1990: h. 14 evaluasi hasil diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak Overall Impact dari suatu program terhadap penerima
layanan Recipients. Pertanyaan utama yang muncul dalam evaluasi ini adalah bila suatu program telah berhasil mencapai tujuannya, bagaimana penerima layanan akan menjadi
berbeda setelah ia menerima layanan tersebut? Berdasarkan pertanyaan ini seorang evaluator akan mengkonstruksikan kriteria keberhasilan ini akan dapat dikembangkan sesuai dengan
kemajuan suatu program berorientasi pada program ataupun pada terjadinya perubahan perilaku dari klien.
23
3. Desain Evaluasi
22
Isbandi Rukiminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, h.160
23
Isbandi Rukminti Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta, FEUI, 2003, edisi revisi, h. 190
Desain penelitian ialah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di dalam penelitian.
Rencana ini merupakan suatu skema menyeluruh yang mencakup program-progran penelitian, memaparkan mengenai hal-hal yang dilakukan, dan menetapkan kerangka bingkai
bagi pengkajian relasi variabel-variabel yang diteliti.
24
Jadi, desain penelitian ini memiliki fungsi untuk mengontrol dan mengendalikan varian dalam membantu mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan peneliti agar tidak
terlalu melebar dan tetap terfokus kepada judul yang diangkat pada penelitian ini. Tidak berbeda jauh dengan pendapat Pietrzak et.al mengenai model evaluasi, Nurul
Hidayati dalam bukunya Metodologi Penelitian Dakwah, menyatakan bahwa evaluasi CIPP dikembangkan oleh Stufflebeam dan Shinkfield. CIPP merupakan singkatan dari Contect,
Input, Process, Product kontek, input, proses, dan produk atau hasil. Stufflebeam
merumuskan evaluasi sebagai suatu proses menggambarkan, memperoleh, dan menyediakan informasi untuk menilai alternatif keputusan.
25
Desain yang dipakai oleh penulis adalah desain evaluasi CIPP Contect, Input, Process, Product
, tetapi penulis hanya memfokuskan kepada indikator Product atau hasil. Hal ini dilakukan agar penelitian tetap fokus sesuai dengan batasan masalah yang dikaji.
Evaluasi produk atau hasil digunakan untuk menolong keputusan selanjutnya, seperti apa hasil yang telah dicapai, dan apa yang dilakukan setelah program berjalan.
4. Tujuan dan Kegunaan Evaluasi Adapun tujuan evaluasi program menurut Edi Soeharto dalam bukunya yang berjudul
membangun masyarakat memberdayakan rakyat adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan.
24
Landung R. Simatupang, Asas-Asas Penelitian Behavioral, Bandung: Gajah Mada University Press UGM, 1990, h. 483
25
Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, UIN Jakarta Press, h.
b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran. c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin
terjadi di luar rencana externalities.
26
Sedangkan menurut Isbandi Rukminto, dengan mengutip pendapat Feurstein 1990: h.2-4 dalam bukunya yang berjudul pemberdayaan, pengembangan masyarakat,
bahwasanya sekalipun tidak secara langsung menyebut sebagai tujuan dari pelaksanaan evaluasi, namun dia menyatakan ada 10 sepuluh alasan, mengapa suatu evaluasi perlu
dilakukan, yaitu: a. Untuk melihat apa yang sudah dicapai
b. Melihat kemajuan, dikaitkan dengan objek tujuan program c. Agar tercapai manajemen yang baik
d. Mengedintifikasikan kekurangan dan kelebihan, untuk memperkuat program e. Melihat perbedaan yang sudah terjadi setelah diterapkan suatu program
f. Melihat apakah biaya yang telah dikeluarkan cukup rasionable g. Untuk merencanakan dan mengelola kegiatan program secara lebih baik
h. Melindungi pihak lain agar tidak terjebak dalam kesalaham yang sama atau mengajak pihak lain untuk melaksanakan metode yang serupa bila metode
tersebut telah terbukti berhasil dengan baik i. Agar dapat memberikan dampak yang lebij luas, dan
j. Memberi kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat.
27
B. Baitul Maal Wa Tamwil