12
Menurut Schullman, Castellon, dan Seligman dalam Boyer, 2006 mengembangkan pengertian explanatory style, yaitu individu memiliki pola dalam
menjelaskan apa yang menjadi penyebab dari kejadian penting dalam hidupnya. Explanatory style merupakan salah satu atribut psikologis yang
mengindikasikan bagaimana seseorang akan menjelaskan kepada dirinya mengenai kejadian yang dialami, baik itu positif ataupun negatif dalam Peterson
Steen, 2002. Explanatory style merupakan suatu cara yang biasa digunakan orang untuk menjelaskan sebab kejadian buruk yang menimpa mereka Peterson
Seligman dalam Peterson, 1988. Jadi explanatory style yang peneliti gunakan saat ini adalah persepsi atau
pola pikir individu dalam menjelaskan dan memaknai penyebab sebuah kejadian,
apakah itu positif ataupun negatif.
2.1.2. Dimensi explanatory style
Terdapat tiga dimensi explanatory style yang dikemukakan oleh Abramson Taylor, 2003, yaitu:
a. Pervasiveness
Dimensi ini berkaitan dengan cara individu dalam menjelaskan pengaruh sebuah kejadian yang dialami terhadap kehidupannya. Saat
individu menganggap sebuah kejadian berpengaruh dalam semua aspek kehidupannya maka disebut sebagai global, dan saat individu
Universitas Sumatera Utara
13
menganggap sebuah kejadian berpengaruh hanya dalam aspek tertentu dalam kehidupannya disebut sebagai limitedspesific.
b. Permanence
Dimensi ini berkaitan dengan cara yang dilakukan individu untuk menjelaskan kekonsistenan waktu suatu kejadian dalam hidupnya. Saat
individu menganggap sebuah kejadian terjadi konsisten dalam kehidupannya dan tidak dapat diubah maka akan diartikan sebagai
stable, dan ketika individu menganggap sebuah kejadian hanya terjadi pada satu waktu saja dalam kehidupannya dan dapat diubah maka akan
diartikan sebagai unstable.
c. Personalisation
Dimensi ini berkaitan dengan cara yang dilakukan untuk menjelaskan kejadian yang terjadi apakah berasal dari dalam diri atau tidak. Saat
individu menganggap sebuah kejadian berasal dari dalam dirinya maka dia akan mengartikannya sebagai internal. Saat individu menganggap
sebuah kejadian berasal dari luar dirinya maka dia akan mengartikannya sebagai external.
Peterson dan Seligman Taylor, 2003 memberikan prediksi bahwa apabila explanatory style hadir secara global, stable, dan internal dikaitkan kepada
kejadian buruk yang tidak dapat dikendalikan, maka cenderung akan membuat depresi.
Universitas Sumatera Utara
14
2.1.3. Tipe Explanatory Style
Menurut Seligman dalam Hall, 1985, individu dengan pessimistic explanatory style akan mengatribusi kesalahannya pada factor internal – stable –
global. Sedangkan individu dengan optimistic explanatory style akan mengatribusi kesalahannya pada faktor external –unstable – limited.
Individu yang cenderung ke arah pessimistic explanatory biasanya mengalami tingkat prestasi yang rendah, lebih banyak mengidap penyakit fisik,
mengalami gejala depresi, dan cenderung rendah dalam pengharapan Gillham et al., 2001; Schulman, Castellon, Seligman, 1989 dalam Hirsch Conner, 2006.
Individu yang cenderung ke arah optimistic explanatory akan lebih menggunakan coping yang aktif dan adaptif misalnya berusaha keras untuk
merubah situasi yang tidak terkontrol, berusaha mengatasi masalah dan kesengsaraan, dan mempertahankan tujuan Carver et al., 1993; Puskar, Sereika,
Lamb, Tusaic-Mumford Mc Guinness, 1999 dalam Hirsch Conner, 2006. Explanatory style biasanya diukur menggunakan Attributional Style
Questionare ASQ. Namun peneliti menggunakan skala yang dikonstruk sendiri yang mengacu pada teori yang digunakan Seligman.
2.1.4. Faktor yang mempengaruhi Explanatory Style