Latar Belakang Sengketa Laut Cina Selatan Antara Republik Rakyat Cina dengan Philipina

36

BAB IV ASPEK HUKUM PENOLAKAN REPUBLIK RAKYAT CINA TERHADAP

KEPUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DALAM KASUS LAUT CINA SELATAN

A. Latar Belakang Sengketa Laut Cina Selatan Antara Republik Rakyat Cina dengan Philipina

Laut Cina Selatan LCS merupakan Kawasan lautan yang memiliki luas sekitar 648.000 persegi yang berada diantara kawasan Tiongkok, Philipina, Malaysia, Brunei dan Indonesia. Laut Cina Selatan LCS dalam peta konflik dibedakan menjadi dua yaitu bagian utara dan bagian selatan. Bagian utara laut cina selatan terdapat pulau pratas yang diklaim oleh Tiongkok dan Taiwan, sedangkan kepulauan paracel yang diklaim oleh Tiongkok, Taiwan dan Vietnam.Sebenarnya kepulauan paracel telah diduduki oleh Tiongkok semenjak 1974. Bagian Selatan yang ditandai dengan kepulauan spartly di diperebutkan oleh enam negara sekaligus yaitu Tiongkok, Taiwan, Philipina, Brunei, Malaysia dan Vietnam. 48 Klaim atas LCS oleh beberapa negara memiliki dasar hukum yang jelas yaitu UNCLOS 128.UNCLOS menetapkan bahwa kedaulatan teritorial laut adalah 12 mil dari tepi pantai dan ZEE sejauh 200 mil. Hal ini penting karena negara yang memiliki kedaulatan atas pulau-pulau tersebut juga berhak memiliki sumber daya alam termasuk gas dan minyak bumi. Karena daerah ke-enam negara yang sedang bersengkata ini berdekatan sehingga terjadi tumpang tindih daerah batas laut yang menyebabkan terjadinya konflik.Sementara untuk Tiongkok Klaim diataskan konteks sejarah. 49 48 Namun perebutan LCS tidak hanya dilatarbelakangi oleh perebutan daerah kekuasaan saja. Motivasi dari usaha klaim ini beragam namun faktor yang paling menonjol adalah ekonomi. Keuntungan yang akan didapatkan dapat berupa minyak, gas, ikan dan sumberdaya mineral. Cadangan minyak potensial LCS sebanyak 213 milyar barrel dan sumber daya hidro karbon LCS yang sering dilupakan adalah gas alam. Bahkan gas alam diperkirakan sebagai sumber daya http:iska-aulya07.blogspot.co.id201410makalah-konflik-klaim-laut-cina- selatan.html, diakses tanggal 1 September 2016. 49 Ibid Universitas Sumatera Utara hidrokarbon yang jumlahnya paling banyak. Menurut estimasi Survei Geologi Amerika Serikat USGS 60 - 70 hidrokarbon di kawasan merupakan gas alam. 50 Di samping itu kebanggan nasional atau national pride kemananan nasional juga menjadi faktor pendukung dari usaha klaim atas LCS. Seperti contohnya Philipina yang menyatakan usaha klaim mereka terhadap pulau yang terletak pada LCS merupakan strategi pertahanan negara dan untuk membantu melindungi nusantara Philipina. Lebih penting, konflik LCS ini berkaitan dengan kebebasan pelayaran dari pedangan dan lalu lintas militer. Keinginan untuk mendapatkan LCS sebagai tempat perdagangan yang strategi, juga menjadi salah satu faktor yang mendorong usah klaim atas wilayah ini. Jalur ini seringkali disebut sebagai maritime superhighway karena merupakan salah satu jalur pelayaran internasional paling sibuk di dunia. Jumlah supertanker yang berlayar melewati selat Malaka dan bagian barat daya LCS bahkan lebih dari tiga kali lalu lintas yang melewati Kanal Suez dan lebih dari lima kali lipatnya kanal Panama. Sumber Photo : www.bbc.comindonesialaporan_khusus Dan kepentingan Amerika Serikat dalam konflik ini adalah kebebasan Pelayaran yang tersedia untuk seluruh bangsa.Hal ini pula yang dapat menjadi titik tolak pertikaian bahkan diluar negara-negara yang berusaha klaim teritori. 50 Ibid Universitas Sumatera Utara Sejumlah negara saling berebut wilayah di LCS selama berabad-abad namun ketegangan baru-baru ini menimbulkan kekhawatiran kawasan ini dapat menjadi pemicu perang dengan dampak global. 51 Philipina menyebut Karang Scarborough sebagai Beting Panatag, Bajo de Masinlóc atau Karburo. Cina telah menamakannya sebagai Kepulauan Huangyan sejak tahun 1983. Pada tahun 1947, pemerintah Kuomintang dari Republik Tiongkok menyatakan kedaulatan atas karang tersebut dan menamakannya Minzhu Jiao atau Karang Demokrasi. Nama Baratnya berasal dari kapal dagang Scarborough milik Perusahaan Hindia Timur Britania yang tenggelam tanpa ada yang selamat setelah menabrak karang tersebut pada tahun 1784. Philipina berusaha menyatakan kedaulatannya atas Karang Scarborough selama setengah abad, dengan membangun sebuah menara setinggi 27,23 kaki 8,3 meter di sana pada tahun 1965. Sengketa antara Philipina dan Tiongkok atas klaim yang bertentangan terhadap Kepulauan Spratly meningkat pada tahun 2011, departemen dan juru bicara pemerintah Philipina mulai menyebut seluruh kawasan laut tersebut sebagai Laut Philipina Barat. Dalam layanan Administrasi Atmosferik, Geofisika, dan Astronomik Philipina PAGASA bersikukuh bahwa kawasan tersebut akan selalu disebut sebagai Laut Philipina. Pulau-pulau kecil yang disengketakan di laut tersebut juga disebut dengan berbagai nama yang bertentangan, dengan klaim kedaulatan yang bertentangan atas mereka yang sudah terjadi selama ratusan tahun. Bangsa-bangsa Barat menyebut satu kumpulan pulau sebagai kepulauan Spratly. Tiongkok menyebutnya Kepulauan Nansha. 52 Pada tahun 2012 ini, pemerintah Philipina akan melelang tiga wilayah di LCS untuk eksplorasi minyak dan gas yang juga diklaim oleh Tiongkok. Philipina sangat ingin mengurangi ketergantungan impor energi. Bagaimanapun, perairan yang diklaim oleh sejumlah negara ini, Philipina berusaha menyatakan kedaulatannya atas Karang Scarborough selama setengah abad, dengan membangun sebuah menara setinggi 27,23 kaki 8,3 meter di sana pada tahun 1965. 51 http:www.bbc.comindonesialaporan_khusus201107110719_spratlyconflict, diakses tanggal 1 November 2016. 52 Martin sieff 2012, “Sengketa nama Laut Cina Selatan atas Kepulauan Spartly dan Paracel ungkap konflik yang lebih dalam” , diakses tanggal 29 Oktober 2012, http:apdforum.comidarticlermiaparticlesonlinefeatures20120913name-the-sea, diakses tanggal 1 Desember 2016. Universitas Sumatera Utara memiliki sumber energi yang besar. Blok yang akan dilelang berada di dekat Provinsi Palawan province, dekat Malampaya dan Sampaguita yang mengandung gas alam. Wilayah ini dekat dengan Reed Bank, yang juga diklaim oleh Tiongkok. Seluruh wilayah yang ditawarkan berada di 200 mil zona ekonomi eksklusif Philipina sesuai dengan UNCLOS Konvensi Hukum Laut PBB. Upaya Philipina untuk mendapatkan hak kedaulatan ekslusif dan otoritas untuk mengeksplorasi dan eksploitasi sumber alam di wilayah itu diluar negara lain. Tidak ada keraguan dan sengketa mengenai hak tersebut. Wilayah LCS yang menjadi sengketa itu mengandung minyak dan gas yang besar. Dalam beberapa tahun terakhir, ketegangan antara sejumlah negara menajam, menyusul peningkatan aktivitas maritim Tiongkok di wilayah itu. 53 Demi mempertahankan klaim yang diyakininya tersebut, Tiongkok mempertegas klaimnya terhadap LCS pada tahun tahun 2009. Klaim tersebut sebagai bentuk respon terhadap Malaysia, Vietnam dan Philipina ketika melakukan perluasan landas kontinen kepada CLCS sesuai Pasal 4 dalam lampiran II UNCLOS. Protes Tiongkok terhadap kedaulatan maritim yang disertai dengan lampiran sebuah peta nine dash line memunculkan suatu permasalahan baru di LCS. Dukungan peta resmi Tiongkok dalam memperkuat klaimnya tersebut dipandang banyak pihak sebagai klaim yang ilegal. Sebab klaim dalam peta tersebut menyalahi aturan UNCLOS. Sebaliknya, pemerintah Tiongkok percaya bahwa klaim tersebut telah berdasar pada hak historisnya terhadap wilayah ini yang terjamin sepanjang sejarah. Tiongkok dapat dikatakan sebagai negara terakhir yang melakukan reklamasi di kepulauan Spratly. Konflik terbaru terjadi antara Philipina dengan Tiongkok di Dangkalan Scarborough. Selain itu, Vietnam dengan Philipina pun sempat memanas setelah kapal dari tiap kedua negara saling memicu ketegangan. 54 53 Hubungan antara Cina dan Filipina menurun menyusul sengketa wilayah di Scarborough Shoal, diakses tanggal 1 November2016. Maka dalam posisi ini, pemerintah Tiongkok menganggap dirinya adalah pihak yang paling dirugikan. Karena beberapa negara lain seperti Vietnam, Philipina dan Taiwan telah lebih dahulu melakukan aktifitas pembangunan ilegal di wilayah tersebut tanpa sepengetahuan Tiongkok. Pemerintah Tiongkok menganggap jika aktifitas pembangunan di wilayah tersebut merupakan aktifitas yang ilegal. http:www.bbc.co.ukindonesiadunia201207120731_southchinasea.shtml 54 Ibid Universitas Sumatera Utara Berdasarkan bukti rekaman sejarah Tiongkok, Tiongkok telah memiliki kontrol teritorial terhadap wilayah tersebut sejak lama. Maka, sebelum negaranegara pengklaim di beberapa pulau di LCS melakukan klaimnya seperti saat ini, Tiongkok lebih dulu memiliki hak atas perairan tersebut. Sehingga bagi Tiongkok, tidak benar jika banyak negara yang menuduh aktifitasnya di wilayah tersebut merupakan tindakan yang ilegal. Klaim historis Tiongkok modern terhadap LCS dapat ditemukan pada tahun 1947 ketika berada dibawah pemerintahan Tiongkok pimpinan Chiang Kai-Shek. Klaim yang di dukung oleh peta resmi nasionalnya tersebut, memuat 11 garis putus yang mencakup sebagian besar wilayah LCS. Sedikit berbeda dengan peta yang dikeluarkan pemerintah Tiongkok pada tahun 2009, dua garis lainnya yang terletak di Teluk Tonkin Gulf of Tonkin telah di hapus sejak pemerintahan Zhou Enlai. Sehingga pada peta modern Tiongkok diketahui hanya memiliki sembilan garis putus. Beberapa versi, peta modern Tiongkok sejak 1984 memiliki 10 garis putus. Dimana satu garis yang lain berada di timur Taiwan. 55 Dari segi skup wilayah klaim terhadap LCS, tidak ada perbedaan yang signifikan antara klaim teritori dalam peta resmi Tiongkok pada tahun 1947 dengan tahun 2009. Dimana hampir keseluruhan pulau-pulau di LCS berada dalam klaim Tiongkok menurut peta resminya tersebut. Bila mengacu pada peta resmi Tiongkok yang dikeluarkan pada tahun 2009, sembilan garis putus dalam peta tersebut mencakup sekitar 2 juta km2 luas maritim di LCS sekitar 22 dari luas Tiongkok daratan. 56 55 http:www.mackinderforum.orgcommentarieschina2019snine-dashed-map-maritime- sourceof-geopolitical-tensionchina2019s-nine-dashed-map-maritimesource-of-geopolitical- tension 56 Ibid Ini berarti wilayah klaim Tiongkok mencakup seluruh pulau-pulau yang berada di area LCS. Seperti Kepulauan Pratas, Kepulauan Spratly, Kepulauan Paracel, Scarborough Shoal dan pulau-pulau karang lainnya. Klaim tersebut meliputi hampir 80 luas LCS. Kebenaran klaim tersebut juga diperkuat oleh citra satelit yang merekam berbagai aktivitas Tiongkok di LCS. Ia melakukan reklamasi yang cukup masif diperairan tersebut. Selama kurun waktu akhir 2013 hingga 2015, telah ada beberapa titik yang Universitas Sumatera Utara menjadi basis reklamasinya. Antara lain Fiery Cross Reef, Mischief Reef, Gaven Reef, Subi Reef, Hughes, Johnson Sout Reef, Eldad Reef dan Cuarteron Reef. 57 Pada 2013, Philipina mengajukan keberatan atas klaim dan aktivitas Tiongkok di LCS kepada Mahkamah Arbitrase UNCLOS di Den Haag, Belanda. Filipina menuding Cina mencampuri wilayahnya dengan menangkap ikan dan mereklamasi demi membangun pulau buatan. Filipina berargumen bahwa klaim Tiongkok di wilayah perairan LCS yang ditandai dengan ‘sembilan garis putus-putus’ atau ‘nine-dash-line’ bertentangan dengan kedaulatan wilayah Philipina dan hukum laut internasional. 58 Klaim kontemporer Philipina terhadap perairan ini sebenarnya tidaklah seluas klaim Tiongkok. Secara yuridis, klaim yang dilakukan oleh Philipina adalah klaim yang cukup rasional. Sebab secara geografis, klaim yang dilakukan Philipina atas gugusan pulau Spratly didasarkan oleh kedekatan geografis. Dalam sejarahnya, klaim yang didasarkan kedekatan geografis tersebut pada tahun 1956 pernah direspon Tiongkok. Tiongkok meyakini jika Spratly merupakan bagian dari wilayahnya sesuai isi dari Deklarasi Kairo dan Perjanjian Postdam. 59 Masyarakat Philipina, sebagai warga dari negara yang mengajukan keberatan atas klaim Tiongkok di LCS, menyambut baik putusan PCA. Sebagian warga menggelar pawai di sejumlah Klaim Philipina di LCS terbatas pada keseluruhan kepulauan Spratly kecuali Spratly Island sendiri, Royal Charlotte Reef, Swallow Reef dan Louis Reef. Klaim tersebut dihasilkan dari perluasan landas kontinen pulau terluar Philipina yang dilakukan pada tahun 2009. Meskipun sebagian besar wilayah Philipina didasarkan pada gagasan penemuan yang cukup baru, akan tetapi prinsip archipelagic state Philipina dinilai telah sesuai dengan syarat-syarat hukum internasional modern seperti UNCLOS. Dengan demikian, klaim Philipina terbatas pada wilayah yang berada dalam jangkauan 200 mil dari ZEE negaranya. Terlepas dari adanya selisih luas wilayah yang diakui dalam Dekrit Presiden 1596 maupun Perjanjian Paris 1898. 57 Arsip online citra satelit yang direklamasi oleh China dapat diakses melalui http:medium.comsatelite-image-analysischina-s-new-military-installations-in-the- spratlyislands-satellite-image-update-1169bacc07f9.h10hqgcpp diakses pada tanggal 2 Desember 2016. 58 http:www.bbc.comindonesiadunia201607160711_dunia_filipina_cina_mahkamah_ preview, diakses tanggal 1 Desember 2016. Universitas Sumatera Utara tempat di Manila, membawa poster, dan mengibarkan bendera negeri itu. Salah satu poster bertuliskan, “Kedaulatan Philipina, tidak bisa ditawar-tawar”. Menteri Luar Negeri Menlu Philipina, Perfecto Rivas Yasay Jr., menyebut putusan Mahkamah Arbitrase itu sebagai keputusan bersejarah yang memberi kontribusi penting pada upaya pencarian solusi damai atas perselisihan teritorial antarnegara di perairan. Menlu Philipina juga menegaskan sikap dan komitmen negaranya untuk mencari penyelesaian secara damai dengan pandangan untuk mempromosikan dan meningkatkan perdamaian dan stabilitas di kawasan. 60 Tanggal 22 Januari 2013, Philipina mengajukan pernyataan kepada Kedubes Tiongkok di Philipina, mengumumkan bahwa mereka akan menyerahkan isu LCS ke Arbitrase. Pada 19 Pebruari 2013, Kedubes Tiongkok dengan tegas menolak untuk mengambil bagian dalam arbitrase yang diajukan Philipina. Tiongkok menganggap Philipina telah melanggar beberapa konsensus diplomatik dan mekanisme negoasiasi yang telah disepakati sebelumnya, jadi Tiongkok tidak bisa menerimanya. Berbeda dengan Philipina, Presiden Tiongkok Xi Jinping di Beijing menyatakan, Tiongkok tidak akan menerima posisi atau aksi apa pun yang didasarkan pada putusan Mahkamah Arbitrase atas pengajuan keberatan Philipina. Namun, Tiongkok tetap akan menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan LCS. Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyatakan putusan Mahkamah itu hampa dan tidak memiliki kekuatan mengikat. “Kedaulatan teritorial dan hak-hak maritim serta kepentingan Tiongkok di LCS tidak terpengaruh keputusan itu. Tiongkok menentang dan tidak akan pernah menerima klaim ataupun aksi yang didasarkan pada keputusan itu”. 61 59 Xu Bu. Op. Cit 60 Simela Victor Muhamad, Isu Laut China Selatan Pasca-Putusan Mahkamah Arbitrase: Tantangan Asean, Vol. VIII, No. 13IP3DIJuli2016. Pada 2013, arbitrase sementara untuk Laut Tiongkok Selatan dibentuk. Lima angggota arbitrase dikonfirmasi. Dari mereka Philipina mengirim angggota dari Jerman untuk Hukum Laut UNCLOS-Rudiger Walfrum untuk mewaklili Philipina dalam pengadilan arbitrase. Ilustrasi: Youtube.com Karena Tiongkok tidak menerima dan tidak akan ambil bagian dalam arbitrase, sisa anggota di tunjuk oleh mantan diplomat pengalaman Shunji Yanai yang kemudian Universitas Sumatera Utara ditunjuk sebagai Presiden ITLOS dan empat anggota hakim lain: Thomas A. Mesh dari Ghana, Stannishlaw Pawlak dari Polandia, Jean- Pierre Cot dari Prancis, dan Alfred H.A. Soons dari Belanda. Dokumentasi pribadi Pertama-tama, itu bukan ITLOS the International Tribunal for the Law of the Sea. Kedua, itu bukan PCA di Den Haag, itu hanya pengadilan sementara arbitrase yang dibentuk dibawah ITCLOS khusus untuk kasus ini. Sikap Tiongkok atas gugatan internasional Philipina tetap jelas dan pasti tidak menerima atau tidak akan berpartisipasi dalam arbitrase, sikap ini tidak akan berubah. Pada 7 Desember 2014, Departemen Luar Negeri Tiongkok secara remi merilis “Paper on Position of the Government of the People’s Republic of China on the Matter of Jurisdiction in the South China Sea Arbitration Initiated by Republic of the Philippines,” Dokumen resmi tentang Posisi Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok Pada Masalah Yuridiksi Arbitrase di LCS yang diprakarsai oleh Republik Philipina. Secara komprehensif dan sistemik menggambarkan sikap resmi pemerintah Tiongkok mengenai masalah yurisdiksi arbitrase di LCS. Bahwa tribunal arbitrase ini tidak memiliki yurisdiksi dalam kasus LCS yang secara sepihak diajukan oleh Philipina, dan cacat hukum berdasarkan hukum internasional. Dan posisi Tiongkok untuk tidak menerima atau mengambil bagian dalam arbitrase yang diajukan Philipina mempunyai dasar hukum yang kuat berdasarkan hukum internasional. Pada 29 Oktober 2015, tribunal arbitrase LCS membuat keputusan menerima gugatan tersebut, pemerintah Tiongkok dengan segera mengumumkan bahwa setiap keputusan terkait masalah ini tidak efektif dan mengikat. Pada tahun 2006 berdasarkan UNCLOS pasal 298 mengenai kepemilikan bersejarah perbatasan maritim, operasi militer, dan operasi penegakan hukum. Tiongkok membuat pernyataan mengklasifikasikan sebuah kekecualian, bahwa Tiongkok tidak bisa akan menerima prosedur pemaksaan untuk menyelesaikan masalah apapun tentang batas matitim. Sifat khusus arbitrase Philipina yang melibatkan kasus teritorial dan perbatasan maritim. Seperti diketahui mengenai kedaulatan teritorial, dalam UNCLOS tidak tercakup mengenai sektor dan skala ini. Dan Tiongkok telah menciptakan pengecualian mengenai batas maritim. Isu LCS 61 http:www.kompasiana.commakenyokini-alasan-tiongkok-menolak-keputusan- tribual-arbitrase-filipina_5797640a537a61d4168b456a, diakses tanggal 1 Desember 2016 Universitas Sumatera Utara menjadi rumit karena keterlibatan negara utama ekstra-teritorial telah berusaha untuk ikut intervensi. Pada 18 Juni 2016, kapal induk bertenaga nuklir USS Nimitz-Klas: USS John C. 62 Beberapa tahun terakhir ini, Amerika Serikat bahkan telah melakukan shown-off forces unjuk kekuatan beberapa kali, dan mengirim pasukan militer dan kapal perang berkali-kali ke LTS dan perairan terdekat untuk menekan Tiongkok, dan mengekspresikan dukungannya kepada Filipina. Pada 19 April 2016, empat pesawat serbu AU- Amerika Serikat, A-10C dan dua helikopter “Pave Hawk” secara terbuka melanggar wilayah udara dalam radius 100 km dari Pulau Huangyan untuk menunjukkan dukungan kepada sekutu Amerika Serikat-Philipina. Stennis dan USS Ronald Reagan membentuk group tempur ganda kapal induk. Dua kapal induk ini melakukan saling lepas landas beberapa jet tempur dan helikopter untuk menampilkan kekuatan militer dari kelompok tempur ganda. Selain itu, “Kyodo” kantor berita Jepang, melaporkan bahwa menurut intelijen AL- Amerika Serikat , Angkatan Laut Amerika Serikat akan mengerahkan tiga kapal induk perusak Klas Arleigh Burke ke LCS, untuk mulai “melakukan operasi pengamanan dan pengintaian” di LCS. Pada akhir Juni 2016, tiga kapal perusak tiba di LCS, AS telah menjadi “tangan tak terlihat” dibalik ketegangan di Laut Tiongkok Selatan. Tanggal 30 Januari 2016 sebuah kapal perang Amerika Serikat memasuki wilayah perariran Tiongkok Pulau Zhongjian di Kepulauan Xisha. Pada 10 Mei 2016 kapal perusak USS Williem P. Lawrence memasuki perairan sekitar pulau-pulau tertentu dan terumbu karang di Kepulauan Nansha tanpa otorisasi Tiongkok. Pada Juni 2016, sebuah detasemen khusus empat dari AL-AS - EA-18G Growler pesawat serbu elektronik dikerahkan di Pangakalan Udara Clark di Luzon, Philipina Dari bulan Maret sampai Juni 2016, Kapal Induk Tenaga Nuklir USS John C. Stennis menghabiskan 78 hari di LTS dan melakukan lebih dari 4,000 kali peluncuran dan pendaratan di kapal induk ini. 63 Beberapa tahun terakhir ini, Amerika Serikat bahkan telah melakukan unjuk kekuatan shown-off forces beberapa kali, dan mengirim pasukan militer dan kapal perang berkali-kali ke LTS dan perairan terdekat untuk menekan Tiongkok, dan mengekspresikan dukungannya kepada 62 Ibid 63 Ibid Universitas Sumatera Utara Philipina. Pada 19 April 2016, empat pesawat serbu AU-Amerika Serikat, A-10C dan dua helikopter “Pave Hawk” secara terbuka melanggar wilayah udara dalam radius 100 km dari Pulau Huangyan untuk menunjukkan dukungan kepada sekutu Amerika Serikat Philipina. Dokumentasi pribadi Kemudian, kapal perang dan pesawat Amerika Serikat melakukan operasi “Kebebasan navigasi” selama beberapa kali waktu sensitif tanapa izin dalam 12 mil laut di pulau tertentu dan terumbu, lebih-lebih di daerah sengketa di LTS. Amerika Serikat dengan menggunakan alasan operasi “kebebasan navigasi” yang kenyataannya untuk mempromosikan aturannya sendiri dan strategi perairan dunia, sehingga Amerika Serikat dapat memperoleh posisi hegemoni maritim. Demkkian pendapat sebagian analis. Pada awal April, dalam rangka untuk berkoordiansi dengan Amerika Serikat dan menciptakan insiden di LTS, Jepang mengirimkan kapal selam “Oyashiao” JMSDF Pertahanan Bela Diri Maritim Jepang untuk berkungjung ke Subic Bay di Philipina. Ini menjadi yang pertama kalinya bagi sebuah kapal selam Jepang berlabuh di teluk Philipina dalam 15 tahun. Pada pertengahan April 2016, Jepang juga ambil bagian dalam Latma militer AS- Philipina “Balikatan” untuk pertama kalinya sebagai “pengamat.” Motivasi Jepang tidak perduli tentang isu masalah Tiongkok di LTS, yang penting bisa melibatkan diri untuk mengambil keuntung untuk diri sendiri, dengan melibatkan perselisihan lanjutan di LTS, Jepang berharap berkesempatan untuk meningkatkan kebutuhan negara-negara ASEAN untuk Jepang. Jika dilihat kenyataannya, Jepang telah berketetapan hati untuk melihat seberapa manfaat untuk dirinya sendiri di LTS. Dan hal ini tidak berusaha membantu Philipina keluar dari permasalahannya, bahkan mengambil kesempatan ini untuk mendapatkan segala sesuatu yang bisa. Pada 2016, Obama mengatakan pada pertemuan informal antara Amerika Serikat dan pemimpin ASEAN bahwa Amerika Serikat akan terus “menjadi kuat” dan akan selalu abadi kehadirannya di Asia,” dan menggunakan kekuatan yang ada untuk “menegakkan ketertiban” di Asia-Pasifik. Media Amerika Serikat “The New York Times” juga menyuarakan dukungan mereka kepada Philipina, sementara juga menuntut Tiongkok untuk menerima dan mengambil bagian dalam arbitrase. Dapat dimengerti bagi Amerika Serikat, bagaimanapun hasil kasus arbitrase tidak penting lagi, karena Amerika Serikat telah campur tangan dalam masalah LTS dengan mengsensasionilkan kasus arbitrase, bersamaan dengan hangatnya kasus ini juga menghembuskan “kebebasan navigasi”, dan Universitas Sumatera Utara menggunakan dua alasan ini untuk mendapatkan pijakan di LTS. Maka tidak heran ketika Menlu Tiongkok—Wang Yi diwanwacarai Al Jazeera di Qatar dia mengatakan, serial baru US beroperasi di LTS tidak membantu untuk resolusi masalah ini, hal itu bahkan membuat masalah menajdi lebih rumit, dan membuat siatuasi menjadi tegang. Wang Yi mengatakan: “Saya pikir aksi semacam ini setidaknya menciptakan unsur ketidakstabilan di LTS dan bahkan telah memicu ketegangan lebih lanjut. Ini bukan perilaku konstruktif. Seorang kolumnis “The Standard” terbitan Filipina Rod Kapunan mengatakan jika membicarakan masalah LTS “Philipina yang menarik chestnut AS keluar dari api.” AS sengaja menggunakan perbedaan Filipina dengan Tiongkok dalam isu-isu LTS untuk menemukan alasan untuk dirinya sendiri menggelar pasukan di Philipina dan melaksanakan “patroli maritim secara rutin” di LTS. Sebagian analis berpendapat, jika AS mengerahkan pasukan di Philipina untuk waktu yang lama, hal itu akan membuat Filipina membayar harga yang mahal. Yang sudah jelas sikap Tiongkok bagaimanapun tidak akan menerima rencana paksa dan resolusi sepihak yang dilakukan pihak ketiga. B. Penyelesaian sengketa Laut Cina Selatan antara Republik Rakyat Cina dengan Philipina Oleh Badan Arbitrase Internasional Penyelesaian sengketa melalui arbitrase mengharuskan adanya persetujuan dari kedua pihak yang bersengketa untuk membawa sengketanya ke arbitrase. Hal ini harus terpenuhi lebih dulu sebelum arbitrase dapat menjalankan yurisdiksinya. 64 Secara Geografi LCS dikelilingi sepuluh negara pantai Tiongkok, Taiwan, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei Darussalam, Philipina. Luas perairan LCS mencakup Teluk Siam yang dibatasi Vietnam, Kamboja, Thailand dan Malaysia serta Teluk Tonkin yang dibatasi Vietnam dan Tiongkok. Kawasan LCS merupakan kawasan bernilai ekonomis, politis dan strategis yang sangat penting. Kondisi geografis posisinya yang strategis sebagai jalur pelayaran perdagangan SLOT dan jalur komunikasi internasional SLOC yang menghubungkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Hal ini telah merubah jalur laut 64 Sefriani, Hukum Internasional Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, .339. Universitas Sumatera Utara Tiongkok selatan menjadi rute tersibuk di dunia, karena lebih dari setengah perdagangan dunia berlayar melewati LCS setiap tahun. 65 Sementara kandungan gas alam di LCS mungkin merupakan sumber hidrokarbon yang paling melimpah. Sebagian besar hidrokarbon kawasan LCS dieksplorasi oleh Brunei, Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Philipina. Perkiraan menurut United States Geological Survey dan sumber lain-lain menunjukkan bahwa sekitar 60 -70 dari hidrokarbon di LCS adalah gas. Selain itu, penggunaan gas alam di wilayah ini diproyeksikan akan tumbuh sebesar 5 per tahun selama dua dekade mendatang, diperkirakan bisa mencapai sebanyak 20 triliun kaki kubik Tcf per tahun lebih cepat daripada bahan bakar lainnya. Namun harus diakui bahwa sengketa LCS adalah persoalan yang tidak mudah serta membutuhkan waktu yang panjang. Bagi Indonesia, meskipun tidak termasuk Claimant State tetapi juga punya kepentingan di LCS, karena konflik klaim wilayah secara tidak langsung dengan Tiongkok telah terjadi sekarang, menyangkut wilayah NKRI yakni Pulau Natuna, Khususnya Natuna Blok A. Kandungan kekayaan Alam yang ada di kawasan LCS telah menyebabkan terjadinya konflik klaim wilayah antara Tiongkok dan sebagian negara–negara anggota ASEAN yang berada wilayah LCS. Menurut data Kementerian Geologi dan Sumber Daya Mineral Daya Republik Rakyat Tiongkok memperkirakan bahwa wilayah Spratly mempunyai cadangan minyak dan gas alam 17,7 miliar ton 1. 60 × 1010 kg, lebih besar di banding Kuwait, negara yang menempati ranking ke 4 yang mempunyai cadangan minyak terbesar dunia saat ini dengan jumlah 13 miliar ton 1,17×1010kg. 66 Secara matematis kekuatan militer Tiongkok jauh diatas baik dari aspek kuantitas dan kualitas dibandingkan dengan 5 negara 4 Claimant States dan 1 non Claimant State, meskipun anggaran pertahanan dan kekuatan militer mereka di gabung, tetap masih terjadi ketidakseimbangan kekuatan. Ini bisa dilihat dari besarnya jumlah anggaran pertahanan, man power dan kondisi alut sista Tiongkok terkini vs gabungan anggaran pertahanan dan kekuatan militer 5 negara 4 Claimant States dan 1 non Claimant State. Apabila Tiongkok menggunakan 65 https:cuitcuit7.comblog20161020contoh-paper-hukum-internasional-unnes, diakses tanggal 1 Desember 2016 Universitas Sumatera Utara kekuatan militer untuk memaksakan kehendaknya penguasaan sebagian besar wilayah LCS, maka tidak mustahil akan terjadi konflik militer yang akan melibatkan Amerika Serikat sebagai salah satu negara Super power yang mempunyai kepentingan strategis secara Ekonomi, Politik dan Militer di kawasan LCS. Tiongkok tidak akan menggunakan kekuatan militernya karena kemungkinan Tiongkok sudah mempertimbangkan untung dan ruginya, Tiongkok sangat faham betul apabila dipaksakan penyelesaian secara militer akan kalah serta membuat posisi Tiongkok semakin terpojok. Sengketa LCS sebenarnya murni masalah hukum, mengenai batas laut antara beberapa negara ASEAN dengan Tiongkok yang menyangkut beberapa wilayah yang berupa gugusan pulau di wilayah LCS. Namun penyelesaian lewat hukum sulit untuk di capai dalam waktu singkat sehingga effort ini harus dilakukan terus menerus sebagai upaya permanen jangka panjang. Sedangkan pendekatan pemecahan permasalahan jangka pendek yang sesuaikan dengan situasi dilapangan terkini melalui kerangka ASEAN adalah solusi masalah lewat jalur Politik dan Diplomatik, karena komitmen ASEAN untuk LCS sangat jelas ialah keinginan menghasilkan pedoman yang mengikat negara yang saling mengklaim wilayah di LCS agar semua masalah bisa dikelola dengan baik, tidak memunculkan konflik yang tidak dikehendaki. Sesuai dengan pijakan hukum resmi Claimant States terhadap laut cina selatan khususnya 4 anggota ASEAN, mengacu pada Konvensi PBB tentang hukum laut United Nation Convention Law Of the Sea yang ditujukan untuk memperjelas ketentuan batas laut suatu negara. UNCLOS ini merupakan konvensi PBB tentang Hukum Laut yang memuat tentang upaya paling komprehensif PBB untuk menciptakan sebuah peraturan terpadu untuk tata kelola hak-hak negara di dunia terhadap lautan. Dengan kata lain, adanya hukum internasional ini sebagai tindakan pencegahan terjadinya perpecahan atau peperangan antar negara yang saling mementingkan kepentingannya masing-masing. a Negosiasi 66 Ibid Universitas Sumatera Utara Negosiasi. Jasa-jasa baik Good offices, mediasi mediations, konsiliasi Consiliaions dan Penyelidikan Inquiry 1 Negosiasi Negosiasi atau perundingan adalah cara penyelesaian sengketa yang paling penting dan banyak ditempuh, serta efektif dalam menyelesaikan sengketa internasional. Praktek negara-negara menunjukkan bahwa mereka lebih cenderung untuk menggunakan sarana negosiasi sebagai langkah awal untuk menyelesaikan sengketanya. 67 Negosiasi adalah perundingan yang diadakan secara langsung antara para pihak untuk mencari penyelesaian melalui dialog tanpa melibatkan pihak ketiga. 68 Keuntungan yang diperoleh ketika negara yang bersengketa menggunakan mekanisme negosiasi antara lain adalah para pihak mengawasi dan memantau secara langsung prosedur penyelesaiannya. Kemudian para pihak memiliki kebebasan untuk menentukan penyelesaian dengan kesepakatan di antara mereka. Para pihak juga dapat menghindari perhatian publik dan tekanan politik dalam negeri. Terakhir, para pihak dapat mencari penyelesaian yang bersifat win-win solution, sehingga dapat diterima dan memuaskan kedua belah pihak. 69 Kelemahan utama penggunaan cara ini dalam menyelesaikan sengketa adalah pertama, manakala kedudukan para pihak tidak seimbang. Salah satu pihak kuat, sedang pihak yang lain lemah. Dalam keadaan ini, pihak yang kuat berada dalam posisi untuk menekan pihak lainnya. Hal ini sering terjadi ketika dua pihak bernegosiasi untuk menyelesaikan sengketa antara mereka. Kedua, bahwa proses berlangsungnya negosiasi sering kali lambat dan memakan waktu lama. Hal ini terutama dikarenakan permasalahan antar negara yang timbul, khususnya masalah yang berkaitan dengan ekonomi internasional. Selain itu, jarang sekali adanya persyaratan penetapan batas waktu bagi para pihak untuk menyelesaikan sengketanya melalui negosiasi. Ketiga, manakala suatu pihak terlalu keras 67 Huala Adolf, Op. Cit., hal. 19. 68 Ibid, hal 26 69 Dedi Supriyadi, Hukum Internasional dari Konsepsi sampai Aplikasi, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hal. 199-200. Universitas Sumatera Utara dengan pendiriannya. Keadaan ini dapat mengakibatkan proses negosiasi menjadi tidak produktif. 70 2 Pencarian fakta Penggunaan pencarian fakta ini biasanya ditempuh manakala cara-cara konsultasi atau negosiasi telah dilakukan dan tidak menghasilkan suatu penyelesaian. Dengan cara ini, pihak ketiga akan berupaya melihat suatu permasalahan dari semua sudut guna memberikan penjelasan mengenai kedudukan masing-masing pihak. Cara ini telah dikenal dalam praktik kenegaraan. Selain itu, organisasi-organisasi internasional juga telah memanfaatkan cara penyelesaian sengketa melalui pencarian fakta ini. Negaranegara juga telah membentuk badan-badan penyelidikan baik yang sifatnya adhoc ataupun terlembaga. Pasal 50 Statuta Mahkamah Internasional misalnya mengatakan bahwa Mahkamah dapat “entrust any individual body, bureau, commission or other organization that it may select, with the task of carrying out an inquiry or giving an expert opinion .” 71 The Hague Convention for the Pacific Settlement of International Disputes tahun 1907 Pasal 35, dengan tegas mengatakan bahwa laporan komisi pencarian fakta sifatnya terbatas mengungkapkan fakta-faktanya saja dan bukan merupakan suatu keputusan. 72 3 Jasa-jasa baik Jasa-jasa baik adalah cara penyelesaian sengketa melalui atau dengan bantuan pihak ketiga. Pihak ketiga disini berupaya agar para pihak menyelesaikan sengketanya dengan negosiasi. Jadi, fungsi utama jasa baik ini adalah mempertemukan para pihak sedemikian rupa sehingga mereka mau bertemu, duduk bersama, dan bernegosiasi. 73 Keikutsertaan pihak ketiga dalam suatu penyelesaian sengketa dapat terjadi dalam dua cara, yaitu atas permintaan para pihak atau inisiatif pihak ketiga itu sendiri yang menawarkan jasa-jasa baiknya guna menyelesaikan sengketa. Dalam kedua cara tersebut, 70 Sefriani, Hukum Internasional Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Depok, 2014, hal. 329 71 Mahkamah Internasional, Statuta Mahkamah Internasional 1945, Pasal 50. 72 The Hague Convention for the Pacific Settlement of International Disputes 1907, Pasal 35. Universitas Sumatera Utara syarat mutlak yang harus ada adalah kesepakatan para pihak. 74 Jasa-jasa baik sudah dikenal dalam praktik kenegaraan. Dalam perjanjian internasional pun penggunaan cara ini tidak terlalu asing. Di samping negara sebagai subjek hukum ekonomi internasional, jasa-jasa baik juga telah dikenal dalam praktik penyelesaian antara pihak-pihak swasta. 75 4 Mediasi Mediasi adalah suatu cara penyelesaian melalui pihak ketiga. Pihak ketiga tersebut disebut dengan mediator. Mediator dapat merupakan negara, organisasi internasional atau individu. Mediator ikut serta secara aktif dalam proses negosiasi. Biasanya dengan kapasitasnya sebagai pihak yang netral berusaha mendamaikan para pihak dengan memberikan cara penyelesaian sengketa. Jika usulan tersebut tidak diterima, mediator masih dapat melanjutkan fungsi mediasinya dengan membuat usulan-usulan baru. Karena itu, salah satu fungsi utama mediator adalah mencari berbagai solusi penyelesaian, mengidentifikasi hal-hal yang dapat disepakati para pihak serta membuat usulan-usulan yang dapat mengakhiri sengketa. 76 5 Konsiliasi Sama seperti mediasi, penyelesaian sengketa melalui cara konsiliasi menggunakan intervensi pihak ketiga. Pihak ketiga yang melakukan intervensi ini adalah negara, tetapi bisa juga sebuah komisi yang dibentuk oleh para pihak. Komisi konsiliasi yang dibentuk para pihak dapat terlembaga atau bersifat adhoc, yang kemudian memberi persyaratan penyelesaian yang diterima oleh para pihak. Akan tetapi, keputusan yang diberikan oleh komisi konsiliasi ini tidak mengikat para pihak. 77 The Hague Convention for the Pacific Settlement of International Dispute of 18 99 dan 1907 memuat mekanisme dan aturan pembentukan komisi konsiliasi. Badan seperti ini dibentuk dengan persetujuan bersama kedua belah pihak. Di samping fungsi, terdapat kriteria lain yang membedakan badan ini dengan mediasi. Konsiliasi memiliki hukum 73 Dedi Supriyadi, Op.Cit., hal. 201 74 Huala Adolf, Op.Cit., hal. 21. 75 Ibid. 76 Ibid. Universitas Sumatera Utara acara yang lebih formal dibandingkan dengan mediasi. Hukum acara tersebut dapat diterapkan terlebih dahulu dalam perjanjian atau diterapkan oleh badan konsiliasi. 78 b Arbitrase Arbitrase adalah salah satu cara atau alternatif penyelesaian sengketa yang telah dikenal lama dalam hukum internasional. Namun demikian sampai sekarang belum terdapat batasan atau definisi resmi mengenai arbitrase. Sarjana Amerika Latin Podesta Costa dan Ruda mendeskripsikan badan ini sebagai: “Arbitration is the resolution of internasional disputes through the submissions, by formal agreement of the parties, to the decision of a third party who would be one or several persons by means of contentious proceedings from which the result of definitive judgment is derived” . Podesta Costa mendefinisikan bahwa Arbitrase merupakan sistem penyelesaian sengketa melalui pengajuan permohonan dari para pihak, yang menunjuk satu atau lebih pihak ketiga sebagai penengah dalam perundingan. 79 Arbitrase menurut Komisi Hukum Internasional International Law Commisions adalah a procedure for the settlement of disputes between states by binding award on the basis of law and as a result of an undertaking voluntaruly accepted . 80 Huala Adolf memandang arbitrase sebagai suatu alternatif penyelesaian sengketa melalui pihak ketiga badan arbitrase yang ditunjuk dan disepakati para pihak negara secara sukarela untuk memutuskan sengketa yang bukan bersifat perdata dan putusannya bersifat final dan mengikat. Melihat kesimpulan oleh para sarjana tersebut, dapat di simpulkan bahwa arbitrasi merupakan suatu prosedur proses penyelesaian sengketa yang menunjuk pihak ketiga baik suatu badan hukum atau organisasi yang diakui, untuk memutus sengketa dan putusannya bersifat mengikat. 81 Penyelesaian melalui arbitrase dapat ditempuh melalui beberapa cara, yaitu penyelesaian oleh seorang arbitrator secara terlembaga institutionalized atau kepada suatu badan arbitrase ad 77 Dedi Supriyadi, Loc. Cit 78 Huala Adolf, Op. Cit., hal. 37. 79 Ibid, hal 39 80 Ibid Universitas Sumatera Utara hoc . Badan arbitrase terlembaga adalah badan arbitrase yang sudah berdiri sebelumnya dan memiliki hukum acaranya. Contoh badan arbitrase seperti ini adalah The PCA di Den Haag. Sedangkan badan arbitrase ad hoc adalah badan yang dibuat oleh para pihak untuk sementara waktu dan berakhir tugasnya setelah putusan atas suatu sengketa tertentu dikeluarkan. 82 1 Para pihak memiliki kebebasan dalam memilih hakimnya arbitrator baik secara langsung maupun secara tidak langsung, hal ini berarti para pihak memiliki kepercayaan secara penuh penyelesaian sengketanya diputus oleh pihak ketiga. Proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase memiliki beberapa unsur positif: 2 Para pihak memiliki kebebasan untuk menentukan hukum acara atau persyaratan bagaimana suatu putusan akan didasarkan dalam menentukan hukum acara dan hukum yang akan diterapkan pada pokok sengketa, dan lain-lain. 3 Sifat dari putusan arbitrase pada prinsipnya adalah final dan mengikat. 4 Persidangan arbitrase dimungkinkan untuk dilaksanakan secara rahasia apabila kedua belah pihak menginginkannya. 5 Para pihak sendiri yang menentukan tujuan atau tugas badan arbitrase. 83 Selain unsur-unsur positif, badan arbitrase internasional publik memiliki kekurangan berikut: 1 Umumnya negara masih enggan memberikan komitmennya untuk menyerahkan sengketanya kepada badan-badan pengadilan internasional, termasuk badan arbitrase internasional. 2 Proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak menjamin bahwa putusannya akan mengikat dalam hukum internasional, suatu kesepakatan mengikat para pihak untuk melaksanakan isi kesepakatan tersebut berdasarkan prinsip itikad baik. Hukum internasional tidak menjamin bahwa pihak yang kalah atau tidak puas dengan keputusan yang dikeluarkan akan melaksanakan keputusan tersebut. 84 81 Ibid, hal 40 82 Ibid, hal 41 83 Ibid. 84 Ibid. Universitas Sumatera Utara Ada dua perbedaan utama antara badan arbitrase internasional publik dengan pengadilan internasional. Pertama, arbitrase memberikan para pihak kebebasan dalam memilih atau menentukan badan arbitrasenya. Sebaliknya dalam hal pengadilan, komposisi pengadilan berada di luar pengawasan atau kontrol para pihak. Kedua, arbitrase memberikan kebebasan kepada para pihak untuk memilih hukum yang akan diterapkan oleh badan arbitrase. Kebebasan seperti ini tidak ada dalam pengadilan internasional pada umumnya. Misalnya pada Mahkamah Internasional. Mahkamah terikat untuk menerapkan prinsip-prinsip hukum internasional yang ada, meskipun dalam mengeluarkan putusannya diperbolehkan menggunakan prinsip ex aequo et bono . 85 1 The Hague Convention for the Pacific settlement of International Dispute tahun 1899 dan 1907 Sumber hukum internasional penggunaan arbitrase antara lain dapat ditemukan dalam beberapa instrumen hukum berikut: 2 Pasal 13 Covenant of the League of Nations. Pasal 13 ayat 1 Covenant antara lain mewajibkan negara-negara anggotanya untuk menyerahkan sengketa mereka kepada badan arbitrase atau pengadilan internasional apabila sengketa mereka tidak dapat diselesaikan secara diplomatik. 3 Pasal 33 Piagam PBB yang memuat beberapa alternatif penyelesaian sengketa, antara lain arbitrase, yang dapat dimanfaatkan oleh negara- negara anggota PBB 4 The UN Model on Arbitration Procedure, yang disahkan oleh Resolusi Majelis Umum PBB 1962 XIII tahun 1958. 86 Persyaratan terpenting dalam proses penyelesaian sengketa melalui badan arbitrase ini adalah kata sepakat atau konsensus dari negara-negara yang bersengketa. Kesepakatan merupakan refleksi dan konsekuensi logis dari atribut negara yang berdaulat. Kedaulatan negara menyatakan bahwa suatu negara tidak tunduk kepada subjek-subjek hukum internasional tanpa 85 Ibid, hal 42 86 Ibid. Universitas Sumatera Utara adanya kesepakatan atau kehendak dari negara tersebut. 87 Metode yang memungkinkan untuk menyelesaikan sengketa selain cara cara tersebut di atas adalah melalui pengadilan nasional atau internasional. Penggunaan cara ini biasanya ditempuh apabila cara-cara penyelesaian yang ada ternyata tidak berhasil. Seperti halnya penyelesaian sengketa melalui arbitrase, penyelesaian sengketa melalui pengadilan juga dimungkinkan apabila ada kesepakatan antara pihak yang bersengketa. Kesepakatan ini biasanya tertuang dalam klausul penyelesaian sengketa yang telah disepakati oleh para pihak bersengketa. Dalam kesepakatan tersebut telah ditegaskan apabila timbul sengketa dalam hubungan kerjasama perdagangan, mereka sepakat untuk menyerahkan sengketanya kepada suatu pengadilan tertentu. c Penyelesaian yudisial Judicial Settlement 88 Masalah yurisdiksi atau kewenangan suatu pengadilan dalam hukum internasional merupakan masalah utama dan sangat mendasar dalam upaya penyelesaian suatu sengketa. Kompetensi suatu mahkamah atau pengadilan internasional pada prinsipnya didasarkan kepada kesepakatan dari negara-negara yang mendirikannya. Berdirinya suatu mahkamah atau pengadilan internasional didasarkan pada suatu kesepakatan atau perjanjian internasional ini. 89 Pengadilan-pengadilan yang telah ada saat ini, seperti Mahkamah Internasional, the Inter American Court of Human Right, the Court of European Communities, Dispute Settlement Body WTO, semua badan peradilan tersebut didirikan oleh perjanjian internasional. Mahkamah Internasional didirikan berdasarkan Piagam PBB, the Inter-American Court of Human Right, the Court of European Communities oleh the Treaty of Rome. Biasanya perjanjian internasional ini menentukan pula siapa saja yang berhak menyerahkan sengketanya kepada pengadilan dan sengketa-sengketa apa saja yang bisa diserahkan dan diadili oleh pengadilan. 90 Di antara keseluruhan organ pengadilan tersebut di atas, salah satu organ umum 87 Ibid, hal 43 88 Ibid, hal 58 89 Ibid 90 Ibid Universitas Sumatera Utara badan penyelesaian sengketa secara yudisial yang umum dikenal oleh masyarakat internasional adalah International Court of Justice ICJ yang menggantikan dan melanjutkan kontinuitas Permanent Court of International Justice . Pengukuhan kedudukan dilaksanakan pada tanggal 18 April 1946, dan pada tanggal tersebut pendahulunya yaitu Permanent Court of International Justice , dibubarkan oleh Majelis Liga Bangsa-Bangsa pada waktu sidang terakhirnya. ICJ terbuka bagi negara-negara anggota-anggota atau bukan anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa peserta statuta dan bagi negara-negara lain, dengan syarat-syarat yang ditentukan Dewan Keamanan PBB tunduk pada ketentuan khusus yang dimuat dalam traktat-traktat yang berlaku dan syarat tersebut tidak untuk menempatkan para pihak dalam kedudukan yang tidak sama di hadapan Mahkamah Pasal 35 statuta ICJ. Yurisdiksi ICJ dapat dibedakan menjadi 2 macam yakni: 1 Memutuskan Perkara-Perkara Pertikaian Contentius Case Mahkamah memiliki yurisdiksi terhadap semua perkara yang diajukan oleh para pihak. Ketentuan ini tidak berarti Mahkamah hanya memiliki yurisdiksi apabila proses peradilan diawali dengan suatu penyerahan sengketa secara bersama oleh negara-negara yang bertikai. Suatu penyerahan sepihak dari sengketa kepada ICJ oleh salah satu pihak, tanpa didahului dengan perjanjian khusus sudah dianggap mencukupi apabila pihak atau pihak-pihak lain dalam sengketa tersebut menyetujui demikian. Selain itu pengakuan suatu negara terhadap yurisdiksi Mahkamah atas suatu sengketa dapat terjadi setiap saat sebagai kewajiban ipso facto dan tanpa perjanjian khusus “dalam hubungannya dengan negara lain yang menerima kewajiban yang sama” yurisdiksi Mahkamah dalam semua sengketa hukum mengenai: a Penafsiran suatu traktat; b Setiap persoalan hukum internasional; c Keberadaan suatu fakta yang apabila ada, akan merupakan suatu pelanggaran kewajiban internasional; d Sifat hakikat dan besarnya jumlah ganti rugi yang harus diberikan bagi pelanggaran Universitas Sumatera Utara suatu kewajiban internasional. 91 Mahkamah tidak dapat melaksanakan yurisdiksi atas kehendaknya sendiri, karena salah satu pihak harus memiliki untuk membawa perkara itu kehadapannya, maka pihak lain kemudian terikat untuk menerima yurisdiksi Mahkamah. Kedua pihak tetap bebas dalam setiap tahap untuk menyelesaikan sengketa terkait melalui perjanjian tanpa perlu persetujuan oleh Mahkamah, yang dapat diumumkan begitu saja sebagai pernyataan perkara tersebut dihapus dari daftar perkara Pasal 88 Rules of Court 1978. Pasal 41 Statuta ICJ, Mahkamah dapat mengusulkan suatu tindakan sementara yang diperlukan untuk melindungi hak-hak dari masing- masing pihak, tindakan-tindakan sementara ini dapat bersifat perintah, juga keputusan atau larangan yang tujuannya melindungi hak-hak dari masing-masing pihak dalam arti sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 41 Statuta Mahkamah. Akibat hukum dari keputusan Mahkamah ditentukan dalam Pasal 56-61 Statuta ICJ. Keputusan Mahkamah tidak memiliki kekuatan mengikat kecuali di antara para pihak dan berkenaan dengan kasus tertentu Pasal 59. Keputusan tersebut adalah final dan tanpa banding Pasal 60 tetapi suatu revisi boleh dilakukan atas dasar penemuan suatu faktor yang menguntungkan yang baru, dengan ketentuan bahwa pelaksanaan hal itu dibuat dalam jangka waktu 6 bulan dari penemuan itu serta tidak lebih dari 10 tahun dari tanggal keluarnya keputusan Pasal 61. 92 Opini-opini nasehat yang dapat diberikan oleh Mahkamah hanya dapat diupayakan atas persoalan hukum, sama dengan halnya jenis perkara yang dapat dipersengketakan di ICJ. Kongkret maupun abstrak, dan dalam memberi opini- opini nasihat itu Mahkamah akan melaksanakan fungsi yudisialnya. Suatu opini nasihat tidak melebihi tujuannya, opini tersebut kurang memiliki kekuatan mengikat dibanding suatu keputusan dalam kasus-kasus perdebatan, demikian pula untuk organisasi atau organ-organ organisasi yang memintanya, 2 Memberikan Opini-opini yang bersifat Nasihat Advisory Opinion 91 Ibid 92 Ibid, hal 69 Universitas Sumatera Utara meskipun tentunya organisasi atau organ tersebut dapat memilih untuk menganggapnya suatu keputusan yang sifatnya wajib. Mahkamah juga menganggap dirinya wajib memiliki tugas untuk mematuhi pembatasan-pembatasan yudisial yang essensial dalam prosedur opini nasihatnya, sehingga Mahkamah tidak akan mejalankan yurisdiksi hal yang utama atas dasar mana suatu opini yang diminta tersebut menentukan suatu kontroversi antara negara-negara tertentu serta tidak ada satu negara yang tampil di hadapan Mahkamah. Penafsiran ketentuan- ketentuan traktat sesungguhnya merupakan suatu tugas yudisial dan Mahkamah tidak dapat menolak suatu permintaan opini nasihat tentang persoalan demikian, meskipun diklaim bahwa persoalan tersebut dan permintaannya bersifat politis. Setiap peristiwa, Mahkamah tidak akan menolak untuk memberikan suatu opini nasihat, karena dikatakan bahwa berkaitan dengan opini tersebut Mahkamah telah atau dapat diduga akan tunduk pada tekanan politis. 93 Mahkamah Internasional apabila diminta oleh para pihak, dapat membentuk kamar- kamar chambers untuk menangani suatu perkara khusus dan jumlah hakim yang menyusun kamar tersebut akan ditentukan oleh Mahkamah dengan persetujuan dari para pihak seperti yang dijelaskan pada Pasal 26 ayat 2 Statuta ICJ. Pada bulan Januari 1982, untuk pertama kalinya Mahkamah membentuk kamar khusus untuk menyelesaikan sengketa antar Amerika Serikat dan Kanada mengenai penetapan batas perbatasan maritim di kawasan teluk Maine dan prosedur ini telah diikuti dalam permasalahan-permasalahan berikutnya. 94 Apabila negara-negara tidak mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan sengketa- sengketa mereka melalui jalur diplomasi atau damai bersahabat, maka salah satu cara yang dapat digunakan sebagai jalan keluar penyelesaian sengketa adalah melalui jalur pemaksaan atau kekerasan. Penyelesaian sengketa internasional dengan menggunakan kekerasan secara garis besar dibagi menjadi: 2 Penyelesaian Sengketa Internasional dengan Kekerasan 95 93 Ibid, hal 77 94 Ibid a Perang 95 Anonim, Mekanisme Penyelesaian Sengketa Internasional, www.google.com, 19 Januari 2017, Universitas Sumatera Utara Keseluruhan tujuan dari perang adalah untuk menaklukan negara lawan dan untuk membebankan syarat-syarat penyelesaian sengketa di mana negara yang ditaklukan tersebut tidak memiliki alternatif lain selain mematuhinya. Cara perang untuk menyelesaikan sengketa merupakan cara yang telah diakui dan di praktikkan sejak lama. Bahkan perang telah juga dijadikan sebagai alat atau instrumen dan kebijakan luar negeri untuk memaksakan hak-hak dan pemahaman mereka mengenai aturan-aturan hukum internasional. Dalam perkembangannya kemudian, seiring dengan berkembangnya teknologi senjata pemusnah massal, masyarakat internasional menyadari besarnya bahaya dari penggunaan perang, karenanya masyarakat internasional sekarang ini tengah berupaya untuk menghilangkan cara penyelesaian ini atau sedikitnya dibatasi penggunaannya. 96 Hukum internasional sebenarnya telah melarang penggunaan kekerasan bersenjata dalam penyelesaian sengketa internasional. Pasal 2 ayat 3 Piagam PBB menyebutkan “All members shall settle their international disputes by peaceful means in such a manner that international peace and security are not endangered”, Pasal tersebut menyebutkan bahwa setiap negara anggota PBB diwajibkan untuk menempuh cara-cara penyelesaian sengketa secara damai. Kewajiban lainnya yang melarang penggunaan kekerasan dalam Piagam tercantum dalam Pasal 2 ayat 4. Pasal ini menyatakan bahwa dalam hubungan internasional, semua negara harus menahan diri dalam menggunakan cara-cara kekerasan, “All members shall refrain in their international relations from the threat or use of force against the territorial integrity or political independence of any state or in any manner inconsistent with the purpose of the United Nations”. 97 Penggunaan kekerasan senjata dalam suatu sengketa hanya dapat dimungkinkan pada saat keadaan terdesak untuk melakukan pembelaan diri apabila 96 Dedi Supriyadi, Op. Cit., hal. 206 97 Huala Adolf, Op. Cit., hal. 12. Universitas Sumatera Utara terlebih dahulu diserang oleh negara lain. Tindakan ini didasarkan pada Pasal 51 Piagam PBB yang menyatakan “Nothing in the present Charter shall impair the inherent right of individual or collective self-defence if an armed attack occurs against a Member of the United Nations… Measures taken by Members in the exercise of this right of self-defence shall be immediately reported to the Security Council… ”. 98 ekonomi dan penarikan konsesi pajak dan tarif. Penggunaan perang sebagai alternatif penyelesaian suatu sengketa internasional merupakan pilihan yang harus digunakan dalam situasi tertentu. Penggunaan senjata sebagai media penyelesaian sengketa harus dilakukan untuk alasan pertahanan diri dan bukan sebagai tindakan untuk menekan pihak lain. 126 b Retorsi Retortion Retorsi merupakan istilah untuk melakukan pembalasan oleh suatu negara terhadap tindakan-tindakan tidak pantas dari negara lain, balas dendam tersebut dilakukan dalam bentuk tindakan-tindakan sah yang tidak bersahabat, misalnya pemutusan hubungan diplomatik, pencabutan hak istimewa, penghentian bantuan 99 Reprisal adalah upaya paksa untuk memperoleh jaminan ganti rugi, akan tetapi terbatas pada penahanan orang dan benda. Pembalasan merupakan upaya yang dilakukan oleh suatu negara terhadap negara lain dengan maksud untuk Keadaan yang memberikan penggunaan retorsi hingga kini belum dapat secara pasti ditentukan karena pelaksanaan retorsi sangat beraneka ragam. Pasal 2 paragraf 3 Piagam PBB ditetapkan bahwa anggota PBB harus menyelesaikan sengketa mereka dengan cara damai sehingga tidak mengganggu perdamaian dan keamanan internasional dan keadilan. Penggunaan retorsi secara sah oleh negara anggota PBB terikat oleh ketentuan piagam tersebut. c Tindakan-tindakan pembalasan Repraisals 98 Sefriani, Op. Cit., hal. 358. 99 Sefriani, Op.Cit., hal. 349. Universitas Sumatera Utara menyelesaikan sengketa yang timbul oleh karena negara tersebut telah melakukan tindakan yang tidak dibenarkan. Perbedaan tindakan repraisal dan retorsi adalah bahwa pembalasan adalah mencakup tindakan yang pada umumnya dapat dikatakan sebagai tindakan ilegal, sedangkan retorsi meliputi tindakan balas dendam yang dapat dibenarkan oleh hukum. 100 Pembalasan dapat dilakukan dengan bentuk pemboikotan barang-barang terhadap suatu negara tertentu, suatu embargo atau suatu penyanderaan terhadap seseorang. Saat ini pada umumnya bahwa suatu pembalasan hanya dibenarkan apabila negara yang menjadi tujuan tindakan ini bersalah karena melakukan tindakan yang sifatnya merupakan pelanggaran internasional. Reprisal dapat dilakukan dengan syarat sasaran reprisal merupakan negara yang melakukan pelanggaran internasional, negara yang bersangkutan telah terlebih dahulu diminta untuk mengganti kerugian yang muncul akibat tindakannya, serta tindakan reprisal harus dilakukan dengan proporsional dan tidak berlebihan. 101 Blokade secara damai adalah tindakan blokade yang dilakukan pada waktu damai. Tindakan ini pada umumnya ditunjukan untuk memaksa negara yang pelabuhannya diblokade untuk mengganti kerugian oleh negara yang melakukan blokade. Blokade secara damai dapat dipandang sebagai suatu prosedur kolektif yang diakui untuk memperlancar penyelesaian sengketa antara negara. Secara tegas tindakan blokade disebut dalam Pasal 42 Piagam PBB sebagai suatu tindakan yang boleh diprakasai oleh Dewan Keamanan demi untuk memelihara kedamaian dunia. d Blokade secara damai Pacific Blockade 102 Internvensi merupakan cara untuk menyelesaikan sengketa internasional dengan melakukan tindakan campur tangan terhadap kemerdekaan politik negara e Intervensi intervension 100 Dedi Supriyadi, Loc. Cit. 101 Sefriani, Op.Cit., hal. 352 Universitas Sumatera Utara tertentu. Hukum internasional pada prinsipnya menegaskan bahwa suatu negara dilarang untuk turut campur dalam urusan negara lain. Hal ini ditekankan dengan jelas dalam Pasal 2 ayat 4 dan ayat 7 Piagam PBB, yang mana melarang negara anggota untuk ikut campur dalam urusan dalam negeri negara lain dalam bentuk apapun. Pengecualian terhadap hal ini diberikan kepada Dewan Keamanan PBB yang mana berhubungan dengan pelaksanaan Bab VII Piagam PBB. Suatu negara dapat melakukan tindakan intervensi dengan beberapa alasan, J.G Starke beranggapan bahwa tindakan intervensi negara atas kedaulatan negara lain belum tentu merupakan suatu tindakan yang melanggar hukum. Ia berpendapat bahwa terdapat kasus-kasus tertentu dimana tindakan intervensi dapat dibenarkan menurut hukum internasional. Tindakan tersebut adalah apabila: 103 3 Jika negara yang diintervensi dianggap telah melakukan pelanggaran berat atas hukum internasional. 1 Intervensi kolektif yang ditentukan dalam Piagam PBB; 2 Untuk melindungi hak dan kepentingan serta keselamatan warga negaranya di negara lain; 104 Suatu tindakan intervensi harus dilakukan dengan mendapatkan izin terlebih dahulu melalui Dewan Keamanan PBB. Izin ini berbentuk rekomendasi yang berisikan pertimbangan-pertimbangan terhadap keadaan yang menjadi alasan tindakan intervensi dan apakah tindakan intervensi diperlukan dalam keadaan tersebut. 105 Suatu kegiatan internasional baik negara maupun individu mengacu kepada kaidah kaidah hukum yang bersifat internasional, baik ketentuan hukum publik internasional public international law maupun ketentuan hukum perdata b. Penyelesaian sengketa internasional privat 102 J.G. Starke, Op.Cit., hal. 136. 103 Ibid 104 Ibid., hal. 136. 105 Ibid Universitas Sumatera Utara internasional private international law. 106 Perbedaan acuan kaidah hukum tersebut menimbulkan adanya perbedaan dalam penyelesaian sengketa internasional publik dan privat. Metode penyelesaian sengketa privat yakni terletak dalam kontrak kesepakatan yang telah dibuat sebelum melakukan kesepakatan apakah ditempuh dengan menggunakan: Pengertian di atas menjelaskan bahwa ruang lingkup hukum internasional publik terkait dengan hak dan kewajiban negara dan organisasi internasional dalam urusan internasional yang melibatkan negara-negara dan lembaga-lembaga internasional baik secara global maupun regional. Hukum internasional privat adalah bagian hukum internasional yang terkait dengan hak dan kewajiban individu sebagai para pihak dan lembaga internasional non pemerintah dalam urusan internasional yang mengacu pada kaidah prinsip-prinsip hukum perjanjian atau kontrak internasional dan konvensi internasional. 134 107 Prinsip ini adalah sumber di mana pengadilan akan memutus sengketa berdasarkan prinsip-prinsip keadilan, kepatutan atau kelayakan suatu penyelesaian sengketa. Kebebasan memilih ini harus dihormati oleh badan peradilan sebagai contoh yakni, Pasal 28 ayat 1 UNCITRAL Model Law on International Commercial Arbitration. 1 Pilihan hukum Pada prinsipnya para pihak diberikan kebebasan dalam menentukan hukum mana yang berlaku dalam perjanjian sesuai dengan prinsip kebebasan berkontrak. Kebebasan para pihak untuk menetukan hukum ini termasuk kebebasan untuk memilih kepatutan dan kelayakan ex aequo et bono. 136 108 106 Muhammad Sood, Hukum Perdagangan Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal. 18. 107 Ibid 108 Ibid 7 Peran choice of law di sini adalah menentukan hukum yang akan digunakan oleh badan peradilan peradilan atau arbitrase untuk: Universitas Sumatera Utara a Menentukan keabsahan suatu kontrak; b Menafsirkan suatu kesepakatan-kesepakatan dalam kontrak; c Menentukan telah dilaksanakan atau tidak dilaksanakannya suatu prestasi pelaksanaan suatu kontrak; dan d Menentukan akibat-akibat hukum dari adanya pelanggaran terhadap kontrak. 109 Penyelesaian sengketa publik internasional dan perdata internasional tidak memiliki perbedaan jauh, dalam praktik penyelesaian sengketa perdagangan internasional keduanya senantiasa berjalan bersama tanpa terpisah satu sama Hukum yang berlaku ini dapat mencakup beberapa macam hukum. Hukum hukum tersebut ialah: a Hukum yang akan diterapkan terhadap pokok sengketa applicable substantive law atau lex causae; b Hukum yang berlaku dalam persidangan procedural law. Hukum yang berlaku tergantung kepada kesepakatan para pihak. Hukum tersebut dapat berupa hukum nasional negara tertentu. Biasanya hukum nasional tersebut ada atau terkait dengan nasionalitas salah satu pihak. 139 2 Pilihan Forum Berdasarkan asas kebebasan berkontrak, maka para pihak dalam kontrak dapat memilih pengadilan mana seandainya timbul sengketa terhadap kontrak yang bersangkutan yang dapat dilakukan melalui pilihan forum pengadilan dan di luar pengadilan. Forum penyelesaian sengketa dalam hal ini pada prinsipnya juga sama dengan forum yang dikenal dalam hukum penyelesaian sengketa internasional pada umumnya negosiasi, penyelidikan fakta-fakta, mediasi, konsiliasi, arbitrase dan penyelesaian melalui pengadilan atau cara-cara yang disepakati dan dipilih para pihak. Universitas Sumatera Utara lain. Embargo adalah salah satu wujud dari reprisal. Reprisal merupakan penyelesaian sengketa internasional dengan menggunakan upaya pembalasan oleh suatu negara terhadap negara lain untuk memperoleh ganti rugi terbatas pada penahanan orang dan barang. Reprisal berarti upaya pemaksaan yang dilakukan oleh suatu negara terhadap negara lain, dengan maksud untuk menyelesaikan sengketa yang timbul karena negara yang dikenai reprisal telah melakukan tindakan yang ilegal atau tindakan yang tidak dapat dibenarkan. 110 c. Embargo sebagai bentuk penyelesaian sengketa internasional Pada perniagaan dan politik internasional, embargo merupakan pelarangan perniagaan dan perdagangan dengan sebuah negara. Embargo umumnya dideklarasikan oleh sekelompok negara terhadap negara lain untuk mengisolasikannya dan menyebabkan pemerintah negara tersebut dalam keadaan yang menyebabkan ekonomi internal negara tersebut mengalami kesulitan. Embargo umumnya digunakan dalam sengketa politik internasional bagi pelanggaran terhadap sebuah kebijakan atau kesepakatan. 111 Salah satu contoh tindakan embargo dalam sengketa politik adalah ketika Uni Eropa selanjutnya disebut UE pada tahun 2012 lalu, secara resmi mengembargo impor minyak bumi dari Iran secara resmi yang terhitung secara efektif dimulai pada tanggal 1 Juli 2012. Kebijakan embargo yang dilakukan oleh UE ini, merupakan langkah yang ditempuh atas gagalnya perundingan mengenai penutupan pengembangan proyek nuklir yang dilakukan oleh Iran. 112 Dalam kasus tersebut UE memberikan sanksi embargo terhadap Iran untuk memberikan keadaan yang menyebabkan Iran secara terpaksa mengikuti keinginan 113 109 Ibid 110 Ibid 111 Anonim, Embargo, http:id.wikipedia.orgwikiembargo, diakses 25 Desember 2016, 112 Ibid 113 Rafi Eranda, Analisis Embargo Minyak dari Iran oleh Uni Eropa Tahun 2012, 13 April 2014, http:ilmu-politik-ubakrie.blogspot.com201308analisa-embargo-minyak-dari-iran-oleh.html, diakses tanggal 17 Januari 2017. Universitas Sumatera Utara UE. Tindakan embargo sering dilakukan karena tergolong efektif dalam memaksakan suatu kebijkan tertentu terhadap suatu negara lain. Negara yang diembargo tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti kebijakan dari negara atau kelompok yang melakukan embargo tersebut. Tindakan embargo merupakan tindakan kekerasan terhadap negara lain sehingga pelaksanaannya sering diragukan, namun tindakan ini dibenarkan sebagai upaya untuk mengatasi tindakan ilegal negara lain yang mengakibatkan kerugian negara yang melakukan embargo. Embargo dapat dilakukan dengan syarat: 1 Sasaran merupakan negara yang telah melakukan pelanggaran internasional; 2 Negara pelanggar sudah terlebih dahulu diminta untuk memenuhi ganti rugi atas tindakannya; 3 Tindakan embargo harus dilaksanakan secara proporsional dan tidak berlebihan; 4 Tujuan embargo adalah mencapai penyelesaian yang memuaskan. Embargo dalam hubungan internasional umumnya digunakan dalam penyelesaian sengketa yang disebabkan oleh adanya aturan atau perjanjian hukum internasional yang dilanggar, penggunaan embargo dalam sengketa perdagangan hanya pernah dilakukan UE dan Amerika Serikat terhadap Rusia, setelah sebelumnya Rusia terlebih dahulu mengumumkan embargo terhadap UE dan Amerika. 114 C. Akibat Hukum Penolakan Republik Rakyat Cina Terhadap Keputusan Arbitrase Internasional Dalam Kasus Laut Cina Selatan 115 114 Anonim, Pengertian Reprisal, 13 April 2014, http:matakristal.comtagkekerasan,diakses tanggal 17 Januari 2017 115 ibid Universitas Sumatera Utara Presiden Tiongkok Xi Jinping mengaku menolak keputusan Pengadilan Tetap Arbitrase PCA yang memutuskan mendukung Philipina dalam sengketa LCS. Pengadilan internasional di Den Haag tersebut menyimpulkan, China tidak memiliki dasar hukum mengklaim hak bersejarah untuk sebagian besar LCS. 116 Tiongkok tidak akan pernah menerima klaim atau tindakan berdasarkan atas penghargaan tersebut. 117 Sebnarnya, Amerika Serikat merupakan pemain utama di wilayah tersebut. Amerika Serikat mengirimkan kapal perang dan pesawat militer di sekitar LCS, termasuk di dekat wilayah sengketa. Ini yang kemudian memicu peringatan keras dari Tiongkok. Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Barack Obama telah mendesak resolusi damai untuk sengketa dan saat mengunjungi Vietnam pada Mei lalu. Ia mengatakan, negara-negara besar sebaiknya tidak mengganggu yang kecil. Pengadilan menyebutkan Tiongkok tidak berhak untuk sumber daya yang membentang ratusan mil ke selatan dan timur pulau dari Hainan dan mencakup sekitar 90 persen dari perairan yang disengketakan. Keputusan ini dipandang sebagai kemenangan yang menentukan bagi Philipina. Kendati demikian, keputusan itu bisa meningkatkan gesekan antara kedua belah pihak. Amerika Serikat sendiri yang berselisih dengan Tiongkok atas kebebasan navigasi di LCS mendesak semua pihak untuk menghindari pernyataan provokatif. Keputusan ini tidak hanya memengaruhi Tiongkok dan Philipina, namun juga negara- negara lain yang memiliki klaim bersaing. Kini Malaysia, Vietnam, dan Indonesia boleh mengambil tindakan lebih lanjut atas klaim Tiongkok. Jepang, sekutu AS yang notabene tetangga Tiongkok mengeluarkan pernyataan resmi yang berbunyi, Sangat mengharapkan kepatuhan para pihak dengan putusan ini. Pada akhirnya, akan mengarah pada penyelesaian damai sengketa di LCS. Keputusan ini dapat dan harus menjadi kesempatan baru untuk memperbaharui upaya untuk mengatasi sengketa maritim dengan damai, kata Departemen Luar Negeri Amerika Serikat 118 116 http:www.cnnindonesia.cominternasional20160713024041-113-144412china-tolak- putusan-arbitrase-giliran-filipina-ambil-sikapdiakses tanggal 1 Desember 2016 117 Ibid 118 Ibid Universitas Sumatera Utara dalam pernyataan resminya. Pengadilan Arbitrase juga menemukan fakta bahwa tidak ada fitur laut yang diklaim oleh Tiongkok yang mampu menghasilkan apa yang disebut zona ekonomi eksklusif yang memberikan negara hak maritim untuk sumber daya, seperti ikan dan minyak, dan gas dalam 200 mil laut dari massa tanah. Karena Tiongkok tidak punya hak zona ekonomi eksklusif, pengadilan menyebutkan, beberapa kegiatan di wilayah itu melanggar hak-hak kedaulatan Philipina. China melanggar hak- hak tersebut dengan memancing eksplorasi minyak, membangun pulau buatan dan gagal menghentikan kegiatan nelayan Tiongkok. Bahkan, panel pengadilan menemukan Tiongkok bertanggungjawab atas kerusakan terumbu karang di sekitar lokasi pulau buatannya. Itu berarti, melanggar kewajiban untuk melestarikan dan melindungi ekosistem yang rapuh. Bukan cuma itu, pengadilan mengungkapkan, nelayan Tiongkok juga telah membunuh penyu yang terancam punah dan kerang raksasa. Philipina dan Tiongkok telah lama berselisih atas klaim LCS. Philipina sendiri mengambil langkah perjuangannya ke pengadilan sejak tahun 2013 silam. Ketegangan makin menjadi setelah Tiongkok melakukan reklamasi dalam operasi pengerukan besar-besaran, membuat pulau buatan, landasan terbang dan mercusuar. Walaupun putusan PCA merupakan putusan kuat terhadap Tiongkok, namun tidak ada petunjuk pelaksanaan untuk apa yang terjadi selanjutnya. Pengadilan tidak memiliki yurisdiksi untuk mempertimbangkan implikasi antara militer Tiongkok dengan Philipina. Pengadilan tidak memerintahkan Tiongkok untuk mengambil langkah-langkah tertentu untuk memperbaiki situasi. Misalnya, dengan membongkar konstruksi di pulau atau memberikan reparasi ke Philipina. Sementara, putusan itu dianggap sebagai hukum yang mengikat. Tiongkok mengklaim, keputusan pengadilan internasional adalah ilegal dan bias dalam masalah sengketa di LCS ini. Beijing bahkan menolak mengambil kesempatan untuk mempertahankan posisinya dalam sidang di mahkamah arbitrase ini. Kedaulatan, hak-hak maritim serta kepentingan Tiongkok di LCS tak akan berubah dan terpengaruh dengan keputusan ini, Universitas Sumatera Utara Mahkamah Arbitrase memiliki beberapa kemungkinan putusan atas sengketa LCS. Pertama, memutuskan tidak memiliki yurisdiksi kewenangan mengadili atas klaim yang diajukan Filipina selaku penggugat. Kedua, memutuskan memiliki yurisdiksi dan memutuskan mendukung posisi Tiongkok selaku tergugat. Ketiga, memutuskan mengabulkan seluruh klaim yang diajukan Philipina. Philipina mengajukan gugatan ke Mahkamah Arbitrase Internasional soal sengketa LCS pada tahun 2013. Sebagai salah satu claimant state, Philipina menantang klaim nine-dashed line Tiongkok yang melingkupi ratusan pulau, terumbu karang, dan perairan di LCS. 119 Nine-dashed line Tiongkok itu bukan cuma “mencaplok” Laut Natuna, tapi juga perairan yang diklaim Philipina, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Vietnam. Karenanya Filipina menggugat Tiongkok demi memperjuangkan hak atas zona ekonomi eksklusifnya. Nine-dashed line yang menuai banyak protes itu kini terancam “runtuh” alias tak berlaku dalam hukum internasional jika Mahkamah Arbitrase Internasional mengabulkan seluruh gugatan Philipina. Apabila itu terjadi, perairan Natuna di Indonesia yang masuk nine-dashed line Tiongkok bisa relatif “aman” dari gangguan. Apapun, Tiongkok tak mengakui pengadilan arbitrase soal sengketa LCS dan menyatakan akan menolak hasilnya. Seiring dengan sikap itu, Tiongkok justru memperkuat kehadirannya di wilayah sengketa, memicu perseteruan silih berganti dengan negara-negara tetangganya di kawasan itu. 119 http:www.cnnindonesia.cominternasional20160630153959-113-142153nelayan- pasukan-garda-depan-china-di-laut-china-selatandiakses tanggal 21 Januari 2017. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

SENGKETA CINA DAN FILIPINA TERHADAP KEPEMILIKAN LAUT CINA SELATAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL

2 25 122

PERANAN ASEAN DALAM MENGATASI KONFLIK ANTARA REPUBLIK RAKYAT CINA (RRC) DENGAN NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASEAN TERKAIT PENDAKUAN REPUBLIK RAKYAT CINA (RRC) ATAS SELURUH WILAYAH PERAIRAN LAUT CINA SELATAN.

1 13 19

SKRIPSI PERANAN ASEAN DALAM MENGATASI KONFLIK ANTARA REPUBLIK RAKYAT CINA (RRC) DENGAN NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASEAN TERKAIT PENDAKUAN REPUBLIK RAKYAT CINA (RRC) ATAS SELURUH WILAYAH PERAIRAN LAUT CINA SELATAN.

1 4 11

PENDAHULUAN PERANAN ASEAN DALAM MENGATASI KONFLIK ANTARA REPUBLIK RAKYAT CINA (RRC) DENGAN NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASEAN TERKAIT PENDAKUAN REPUBLIK RAKYAT CINA (RRC) ATAS SELURUH WILAYAH PERAIRAN LAUT CINA SELATAN.

0 4 16

Aspek Hukum Penolakan Rakyat China Terhadap Keputusan Arbitrase Internasional dalam Kasus Laut Cina Selatan

0 0 9

Aspek Hukum Penolakan Rakyat China Terhadap Keputusan Arbitrase Internasional dalam Kasus Laut Cina Selatan

0 0 1

Aspek Hukum Penolakan Rakyat China Terhadap Keputusan Arbitrase Internasional dalam Kasus Laut Cina Selatan

0 0 17

Aspek Hukum Penolakan Rakyat China Terhadap Keputusan Arbitrase Internasional dalam Kasus Laut Cina Selatan

0 0 6

Aspek Hukum Penolakan Rakyat China Terhadap Keputusan Arbitrase Internasional dalam Kasus Laut Cina Selatan Chapter III V

0 1 44

Aspek Hukum Penolakan Rakyat China Terhadap Keputusan Arbitrase Internasional dalam Kasus Laut Cina Selatan

0 0 5