4.3 Alat tangkap
Alat penangkapan merupakan salah satu komponen penting bagi nelayan karena menjadi alat utama untuk menghasilkan produksi perikanan, baik berupa
ikan maupun non ikan. Alat tangkap dengan jumlah terbesar adalah pancing ulur hand line, sebanyak 265 unit pada tahun 2010. Pukat cincin purse seine
mengalami peningkatan tiap tahun mulai tahun 2005 sebanyak 44 unit menjadi 56 unit pada tahun 2010. Jaring angkat bagan juga mengalami peningkatan tiap tahun
sebanyak 35 unit pada tahun 2005 menjadi 67 unit pada tahun 2010. Pancing tonda mengalami penurunan jumlah alat tangkap dari 41 unit pada tahun 2008
menjadi 32 unit pada tahun 2010. Sedangkan untuk alat tangkap lain tidak terjadi peningkatan jumlah yang
signifikan misalnya alat tangkap rawai tetap pada tahun 2008 sebanyak 80 unit menjadi sebanyak 85 unit pada tahun 2010. Alat tangkap rawai hanyut mengalami
peningkatan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun, yang pada tahun 2008 berjumlah 163 unit menjadi 203 unit pada tahun 2010. Dari semua alat tangkap
yang beroperasi di perairan Kabupaten Aceh Besar, alat tangkap yang terkecil adalah jaring insang tetap dan pukat pantai. Peningkatan alat tangkap di
Kabupaten Aceh Besar tidak dikontrol dengan baik oleh pemerintah dikarenakan masih banyak orang yang membutuhkan pekerjaan sehingga membuka peluang
untuk penambahan armada purse seine tanpa memperhitungkan potensi sumberdaya ikan. Gambar 12 menunjukkan jumlah alat tangkap.
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Besar 2010
Gambar 12 Jumlah alat tangkap di Kabupaten Aceh Besar tahun 2005-2010.
‐ 50
100 150
200 250
300
Pukat Cincin
Jaring Angkat
Pukat Pantai
Pancing Tonda
Rawai Hanyut
Rawai Tetap
Pancing Ulur
Jaring Insang
Tetap
Uni tTa
hun
2005 2006
2007 2008
2009 2010
4.4 Unit Penangkapan Ikan 4.4.1
Kapal purse seine
Kabupaten Aceh Besar memiliki sekelompok nelayan yang mempunyai keahlian dalam pembuatan kapal purse seine secara tradisional untuk para
nelayan. Hal ini menyebabkan kapal tidak perlu dipesan dari kabupaten atau provinsi lain. Sedangkan bahan baku untuk pembuatan kapal purse seine di
Kabupaten Aceh Besar semua didatangkan dari dalam daerah Aceh, sehingga harga dan biaya pengangkutan lebih murah.
Tenaga penggerak kapal biasanya menggunakan mesin diesel dengan merk mitsubishi yang berkekuatan 150–230 PK, dilengkapi dengan mesin bantu
generator set yang berfungsi untuk menyalakan lampu-lampu yang ada di kapal. Kapal purse seine merupakan kapal motor yang terbuat dari bahan kayu, ukuran
kapal sebesar 20–36 GT dan bentuk dasar kapal adalah round bottom. Kapal dibuat sedemikian rupa sehingga pada saat kegiatan penangkapan, meskipun
beban lebih besar berada di salah satu lambung kapal, stabilitasnya tetap positif. Setiap kapal dilengkapi mesin bantu gardan dan tiang-tiang boom yang
digunakan pada saat proses penarikan alat tangkap. Sebagian besar kapal-kapal dilengkapi dengan palkah ikan yang dibuat tetap fix di bagian tengah badan
kapal. Gambar 13 menunjukkan purse seine di Aceh Besar.
Gambar 13 Kapal purse seine di Kabupaten Aceh Besar pukat cincin.
4.4.2 Alat tangkap purse seine
Pukat Langgar merupakan nama lokal dari pukat cincin purse seine yang dioperasikan di perairan Kabupaten Aceh Besar. Bahan-bahan yang digunakan
untuk membuat purse seine relatif sama, hanya ukurannya yang berbeda. Purse seine
yang digunakan mempunyai panjang berkisar antara 750–1.100 m dan lebar berkisar 50-70 m. Kantong sebagai tempat berkumpulnya ikan terbuat dari bahan
PA 210D15 dan PA 210D12 dengan ukuran mesh size 1 inchi dan 1,5 inchi. Badan jaring terbuat dari bahan PA 210D9 dan PA 210D12 dengan ukuran
mesh size sebesar 2 inchi. Bagian sayap berfungsi sebagai penghadang
gerombolan ikan agar tidak keluar dari lingkaran purse seine, terbuat dari bahan PA 210D9 dan PA 210D12 dengan ukuran mesh size 3 inchi. Jaring yang
berada pada pinggir badan jaring selvedge ini terbuat dari bahan PE 380D15
dengan ukuran mata jaring mesh size 2 inchi yang terdiri dari 5 mata untuk arah ke bawah.
Alat tangkap purse seine bagian atas terdiri dari tali ris atas dan tali pelampung floatline, terbuat dari bahan PE dengan panjang 750-1.100 m dan
diameter tali sebesar 12 mm. Jumlah pelampung adalah 2.000–3.000 buah dan jarak antar pelampung sekitar 30-40 cm. Pelampung berbentuk elips dengan
panjang 18 cm dan diameter tengah 12 cm yang terbuat dari bahan sintetis rubber.
Bagian bawah purse seine terdiri dari tali ris bawah dan tali pemberat, terbuat dari bahan PE dengan diameter tali sebesar 12 mm dengan panjang 750-
1.100 m. Pemberat pada purse seine mempunyai panjang 5 cm, berjumlah 3.000-
4.500 buah dengan berat 200 grbuah dan mempunyai diameter tengah 2,8 cm. Pemberat terbuat dari bahan timah hitam dengan jarak antar pemberat berkisar 20-
25 cm. Tali cincin terbuat dari bahan PE berdiameter 10 mm dan panjang 1 m. Jumlah cincin pada purse seine dalam satu unit rata-rata terdiri dari 70-110 buah.
Cincin memiliki diameter luar 12 cm dan diameter dalam 9,6 cm. Cincin terbuat dari bahan kuningan dengan jarak antar cincin berkisar 8-11 m. Tali kerut purse
line terbuat dari bahan PE dengan diameter tali 28-30 mm yang memiliki
panjang 800-1.200 m.
4.5 Nelayan
Nelayan purse seine Kabupaten Aceh Besar menghadapi persoalan yang hampir sama dengan nelayan di daerah lain yaitu tidak adanya modal yang cukup
untuk usaha. Kebanyakan nelayan masih bergantung atau bekerja kepada pemilik kapal sehingga dalam pembagian hasil tangkapan masih jauh tidak adil sehingga
nelayan mengharapkan adanya kredit lunak atau bantuan pemerintah yang dapat dimanfaatkan oleh nelayan untuk memulai usaha perikanan. Kredit lunak atau
bantuan pemerintah tersebut sifatnya terbatas dan birokrasinya terlalu berbelit- belit, sehingga kendala tersendiri bagi nelayan. Persoalan lain adalah kelemahan
dalam penguasaan teknologi tentang daerah penangkapan yang masih rendah fishing groud.
Nelayan di Kabupaten Aceh Besar masih mengandalkan kemampuan dan pengalaman mereka sendiri dalam usaha penangkapan tanpa adanya bantuan
teknologi. Contohnya dalam menentukan daerah penangkapan atau melihat gerombolan ikan hanya mengacu pada tanda-tanda alam seperti buih-buih di laut
atau adanya kumpulan burung camar. Kemampuan mereka yang awam tentang penggunaan teknologi berakibat kepada rendahnya kemampuan produksi usaha
penangkapan. Kelemahan lainnya yaitu manajemen usaha perikanan masih dikelola secara sederhana belum secara teratur, sehingga usaha tidak dapat lagi
dikembangkan bahkan tidak sedikit mengalami kerugian karena salah dalam mengatur dan membuat keputusan-keputusan.
Nelayan merupakan salah satu komponen penting dalam pengoperasian alat tangkap purse seine. Faktor keberhasilan operasi penangkapan ikan dengan purse
seine adalah keterampilan, keuletan, kualitas dan fisik para nelayan. Setiap
nelayan mendapat tugas dalam pengoperasial alat tangkap yang dikoordinir oleh pawang nakhoda sebagai berikut:
1 Pawang 1 orang, sebagai penanggung jawab dalam mengoperasikan kapal
dan kelancaran kegiatan penangkapan ikan, 2
Juru mesin 2 orang, bertugas mengoperasikan mesin baik untuk mesin utama maupun mesin bantu,
3 Juru lampu 1 orang, bertugas mengoperasikan dan merawat instalasi listrik,
4 Juru pelampung 2 orang, bertugas mengatur dan merapikan pelampung
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan penangkapan ikan, 5
Juru pemberat 2 orang, bertugas mengatur dan merapikan pemberat sebelum dan sesudah melakukan kegiatan penangkapan ikan,
6 Nelayan biasa, yang bertugas menarik, merapikan dan memperbaiki jaring
purse seine jika ada kerusakan,
7 Juru masak 1 orang, bertugas menyiapkan makanan dan minuman bagi
seluruh awak kapal. Tugas nelayan yang satu dapat dikerjakan juga oleh nelayan yang lain. Saat
penarikan alat tangkap, maka juru pelampung, juru pemberat dan juru listrik juga melakukan tugas menarik alat tangkap.
4.6 Pangkalan pendaratan ikan PPI Sistem kelembagaan di PPI Lambada Lhok dikenal ada dua subsistem