UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.5.3 Peran Hormon Pada Spermatogenesis
Proses spermatogenesis dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan oleh organ hipotalamus, hipofisis dan testis sendiri. Testes memproduksi sejumlah hormone jantan yang
kesemuanya disebut androgen. Yang paling poten dari androgen adalah testosterone. Fungsi testosterone adalah merangsang pendewasaan spermatozoa yang terbentuk dalam tubulus
seminiferous, merangsang pertumbuhan kelenjar-kelenjar asesori dan merangsang pertumbuhan sifat jantan Partodihardjo,1980
Spermatogenesis dan pematangan sperma sewaktu bergerak di sepanjang epididymis dan vas deferens memerlukan androgen. Androgen juga mengontrol pertumbuhan dan fungsi
vesikula seminalis serta kelenjar prostat. Spermatogenesis hampir seluruhnya terjadi dibawah pengaruh hormon-hormon yang berasal dari hipofisa, terutama FSH. Hal ini mirip dengan apa
yang terjadi pada ovarium, dimana terjadi pembentukan folikel di bawah pengaruh FSH. Spermiogenesis adalah lanjutan spermatogenesis yang berlangsung di bawah peranan LH dan
testosterone. Tanpa testosterone spermatozoa tidak dapat mencapai pendewasaan yang baik. Spermatogenesisdimulaipada
saatpubertaskarena adanyapeningkatan
sekresigonadotropinFSHdan LH dari hipofisisanterior.FSHdianggaphormonpentinguntuk induksispermatogenesis danmerangsang secara langsungpada tubulusseminiferus, karena
spermatogenesislengkappada tikushyposectomizeddipulihkanoleh perlakuanFSHdalamkombinasi denganLHdan testosteron.Di sisi lain, efek spermatogenesis dari LH, kadang-kadang disebut
hormonselinterstisial yangmerangsangICSH
pada tikus
jantan karena
tindakanandrogenikpadasel-sel Leydigdiinterstitium,
dianggap dimediasi
olehandrogen, setidaknya pada tikus.Dalam konteks ini,sekresi LHjuga merangsangsintesistestosteron di
selLeydigpada testis. Aksi FSH pada spermatogenesis mungkin dimediasi oleh sel Sertoli, karena hormon
peptida tidak dapat secara langsung mencapai spermatosit dan spermatid melintasi sawar darah testis, yang terbentuk selama 16 - 19 hari setelah kelahiran. Sebaliknya, testosteron dapat dengan
mudah melewati sawar darah testis dengan difusi dan mungkin juga oleh beberapa sistem transportasi. Telah dilaporkan bahwa tingkat testosteron di dalam cairan interstisial lebih dari
50 ng mL pada tikus dewasa jauh lebih tinggi dibanding pada testis sekitar 30ngmL atau
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
cairan vena perifera kurang dari 10 ng ml , menunjukkan aksi parakrin atau autokrin dari testosteron pada spermatogenesis di testis.
Salah satu peran untuk sel Sertoli adalah produksi androgen yang mengikat protein, dimana dirangsang oleh FSH dan testosteron. Ini juga telah menunjukkan bahwa terdapat
beberapa faktor yang tidak diketahui yang dikeluarkan dari sel Sertoli, sebagai respon untuk merangsang FSH dan testosteron, mungkin berkaitan dengan spermatogenesis Krinke, 2000.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Product Natural Analysis dan di Laboratorium Farmakologi Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi Farmasi, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.1.2. Waktu Penelitian
Penelitian berlangsung dalam waktu 4 bulan, terhitung dari bulan September sampai dengan Desember 2013.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Hewan Uji
Hewan uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang sehat berumur 9 minggu dengan berat 250-350 g dan fertil yang diperoleh
dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
3.2.2. Bahan Uji
Bahan uji yang akan digunakan adalah biji jarak pagar Jatropha curcas L. yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Malang.Sebelum dilakukan
penelitian, tanaman di determinasi terlebih dahulu di Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor.
3.2.3. Bahan Kimia
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pakan tikus berupa pellet, aquades steril, larutan NaCl, alkohol 70,80, dan 96 , n-heksana 70 dan 95, ammoniak 1
dan 25 . larutan HCl, kloroform, pereaksi Dragendroff, pereaksi Mayer, serbuk Mg, amil alkohol, larutan NaOH, FeCl3, eter, petroleum eter, larutan Hematoksilin, larutan Bouin asam
pikrat, formaldehid 4, asam asetat, larutan xilol, larutan Eosin, larutan George, paraffin.
3.2.4. Alat