Gambar 5. Grafik rata-rata berat badan tikus tiap kelompok
4.1.6 PengukuranBobot Testis
Hasil pengukuran berat testis tikus baik pada kelompok yang tidak mendapat perlakuan dan pada kelompok yang mendapat perlakuan dapat dilihat pada tabelberikut :
Tabel 8 . Rata-rata berat testis tikus kelompokkontrol dan kelompok perlakuan
No Kelompok
Rata-rata Bobot Testis Gram TiapKelompok ± SD
1. Kontrol
1.613 ± 0,09173 2.
Dosisrendah5 mgkgBB 1.455 ± 0,06036
3. Dosissedang25 mgkgBB
1.489 ± 0,1039 4.
Dosistinggi50 mgkgBB 1.450 ± 0,1130
Keterangan : Angka yang diikuti tanda menunjukkan berbeda bermakna terhadap
kelompok kontrol p 0,05pada taraf kepercayaan 95
200 250
300 350
B e
rat B
ad an
Gr am
Tanggal Penimbangan
Rata-rata Berat Badan
Kontrol Rendah
Sedang Tinggi
Gambar 6. Grafik hasil rata-rata berat testis gram setelah pemberian ekstrak n-
heksana 70 biji jarak pagar selama 48 hari. Data rata-rata berat testis diperoleh dengan menimbang sepasang testis dari 20
ekor tikus jantan. Data rata-rata berat testis tikus yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan uji persyaratan. Hasil uji normalitasKolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa
data berat testis terdistribusi normal p ≥ 0,05. Setelah dilakukan uji normalitas,
dilanjutkan uji homogenitasLevene.Setelah dilakukan uji homogenitas diketahui data berat testis terdistribusi homogen. Kemudian dilanjutkan dengan uji BNT jenis LSD
dimana data yang diperoleh menunjukkan berat testis pada kelompok dosis rendah dan dosis tinggi berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol p
≤ 0,05, sedangkan dosis sedang
tidak adanya perbedaan bermakna antara dosis tersebut dengan kontol p ≥ 0,05.
4.1.7 Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa
Hasil perhitungan pengukurankonsentrasi spermatozoa pada tiap kelompok dapatdilihatpada tabel berikut :
1.613 1.455
1.489 1.45
0.5 1
1.5 2
2.5
5 25
50
R ata
-r ata
b e
rat te
sti s
gr am
Dosis ekstrak n-heksana biji jarak pagar mgkg BB
Rata-rata Berat Testis
Rata-rata berat testis gram
Tabel 9. Rata-rata konsentrasi spermatozoa tikus kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan
No Kelompok
Rata-rata Konsentrasi Tiap Kelompok Jutaml ± SD
1. Kontrol
73,5 ± 3,55 2.
Dosis rendah 5 mgkg BB 63 ± 4,38
3. Dosis sedang 25 mgkg BB
36 ± 6,17 4.
Dosis tinggi 50 mgkg BB 23,875 ± 4,45
Keterangan : Angka yang diikuti tanda menunjukkan berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol p 0,05pada taraf kepercayaan 95
Gambar 8. Grafik hasil rata-rata konsentrasi spermatozoa setelah pemberian
ekstrak n-heksana biji jarak pagar selama 48 hari.
Data yang telah diperoleh dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan homogenitas Levene konsentrasi spermatozoa
menunjukkan bahwa data konsentrasi sperma terdistribusi normal p ≥ 0,05 dan homogen
p ≥ 0,05. Data konsentrasi sperma selanjutnya diuji menggunakan statistika parametric
one way Anova untuk data yang terdistribusi normal p ≥ 0,05 dan homogen p ≥ 0,05.
Hasil uji Anova yang dilakukan terhadap rata-rata konsentrasi spermatozoa menunjukkan nilai signifikan 0,003 p
≤ 0,05. Kemudian dilanjutkan dengan uji BNT jenis LSD dimana data yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan secara bermakna antara kelompok
kontrol dengan kelompok yang mendapat perlakuan p ≤ 0,05.
74 63
36 23.875
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
5 25
50
R a
ta -r
a ta
k o
n se
n tr
a si
sp e
rmatozo a
ju ta
m l
Dosis ekstrak n-heksana biji jarak pagar mgkg BB
Rata-rata Konsentrasi Spermatozoa
Rata-rata Konsentrasi
spermatozoa
4.1.8. Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus
Hasil pengukuran diameter tubulus seminiferus tikus baik pada kelompok yang tidak mendapat perlakuan dan pada kelompok yang mendapat perlakuan dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 10.
Rata-rata diameter tubulus seminiferus tikus kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
No Kelompok
Rata-rata Diameter Tubulus Seminiferus Tiap Kelompok µm ± SD
Perbesaran 100 x
1. Kontrol
178,67 ± 3,35
2. Dosis rendah 5 mgkg BB
161,61 ± 11,35
3. Dosis sedang 25 mgkg BB
169,84 ± 7,25
4. Dosis tinggi 50 mgkg BB
160,38 ± 11,11
Keterangan : Angka yang diikuti tanda menunjukkan berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol p 0,05pada taraf kepercayaan 95
Gambar 8. Grafik hasil rata-rata diameter tubulus seminiferus setelah
pemberian ekstrak n-heksana biji jarak pagar selama 48 hari.
178.67 161.61
169.84 160.38
15 30
45 60
75 90
105 120
135 150
165 180
5 25
50
R a
ta -ra
ta dia
m e
te r
tub ulus
se m
inif e
ru s
µ m
Dosis ekstrak n-heksana biji jarak pagar mgkg BB
Rata-rata diameter tubulus seminiferus µm
Rata-rata diameter tubulus seminiferus
µm
Dari hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas Levene, data diameter tubulus seminiferus dapat dikatakan berdistribusi normal dan berdistribusi
homogen karena dilihat dari nilai signifikan masing-masing telah terpenuhi p ≥ 0,05.
Data diameter tubulus selanjutnya diuji menggunakan statistika parametric one way Anovauntuk data yang terdistribusi normal p
≥ 0,05 dan homogen p ≥ 0,05. Hasil uji Anova yang dilakukan terhadap data diameter tubulus menunjukkan nilai signifikan 0,017
p ≤ 0,05. Kemudian dilanjutkan dengan uji BNT jenis LSD. Data yang diperoleh
menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan dosis rendah 5mgkg BB dan dosis tinggi 50 mgkg BB memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol p
≤ 0,05, sedangkan dosis sedang 25 mgkg BB tidak adanya perbedaan bermakna antara dosis tersebut dengan kontrol
p ≥0,05.
4.1.8. Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus
Hasil pengukuran diameter tubulus seminiferus tikus baik pada kelompok yang tidak mendapat perlakuan dan pada kelompok yang mendapat perlakuan dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 10. Rata-rata diameter tubulus seminiferus tikus kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan
No Kelompok
Rata-rata Diameter Tubulus Seminiferus Tiap Kelompok µm ± SD
Perbesaran 100 x
1. Kontrol
178,67 ± 3,35
2. Dosis rendah 5 mgkg BB
161,61 ± 11,35
3. Dosis sedang 25 mgkg BB
169,84 ± 7,25
4. Dosis tinggi 50 mgkg BB
160,38 ± 11,11
Keterangan : Angka yang diikuti tanda menunjukkan berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol p 0,05pada taraf kepercayaan 95
Gambar 8. Grafik hasil rata-rata diameter tubulus seminiferus setelahpemberian
ekstrak n-heksana biji jarak pagar selama 48 hari.
Dari hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas Levene, data diameter tubulus seminiferus dapat dikatakan berdistribusi normal dan berdistribusi
homogen karena dilihat dari nilai signifikan masing-masing telah terpenuhi p ≥ 0,05.
Data diameter tubulus selanjutnya diuji menggunakan statistika parametric one way Anovauntuk data yang terdistribusi normal p
≥ 0,05 dan homogen p ≥ 0,05. Hasil uji Anova yang dilakukan terhadap data diameter tubulus menunjukkan nilai signifikan 0,017
p ≤ 0,05. Kemudian dilanjutkan dengan uji BNT jenis LSD. Data yang diperoleh
menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan dosis rendah 5mgkg BB dan dosis tinggi 50 mgkg BB memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol p
≤ 0,05, sedangkan dosis sedang 25 mgkg BB tidak adanya perbedaan bermakna antara dosis tersebut dengan kontrol
p ≥0,05.
4.1.8 PerhitunganJumlah Spermatosit Pakiten dan Sel Sertoli
Hasil perhitungan jumlah spermatosit pakiten baik pada kelompok yang tidak mendapat perlakuan dan pada kelompok yang mendapat perlakuan dapat dilihat pada
tabel berikut :
178.67 161.61
169.84 160.38
15 30
45 60
75 90
105 120
135 150
165 180
5 25
50
R a
ta -ra
ta di
a m
et er
t ub
ul us
sem ini
ferus µ
m
Dosis ekstrak n-heksana biji jarak pagar mgkg BB
Rata-rata diameter tubulus seminiferus µm
Rata-rata diameter tubulus seminiferus
µm
Tabel 10. Rata-rata jumlah spermatosit pakiten pada tikus kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan
No Kelompok
Rata-rata Jumlah Spermatosit Pakiten Tiap Kelompok ± SD
1. Kontrol
1090,40
± 99,22
2. Dosis rendah 5 mgkg BB
1017,40
± 66,59
3. Dosis sedang 25 mgkg BB
865,40
± 115,24
4. Dosis tinggi 50 mgkg BB
882,20
± 106,95
Keterangan : Angka yang diikuti tanda menunjukkan berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol p 0,05pada taraf kepercayaan 95
Gambar 9. Grafik hasil rata-rata jumlah spermatosit pakiten setelah pemberian
ekstrak n-heksana biji jarak pagar selama 48 hari. Data diperoleh dengan menghitung jumlah spermatosit pakiten dari 20 tubulus
seminiferus secara acak yang mengalami berbagai tahapan spermatogenesis tahap II,VII, dan XII. Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan homogenitas Levene
menunjukkan bahwa data jumlah spermatosit pakiten terdistribusi normal p ≥ 0,05 dan
homogen p ≥ 0,05. Kemudian selanjutnya diuji menggunakan statistika parametric one
way Anova. Hasil uji Anova yang dilakukan terhadap data jumlah spermatosit pakiten menunjukkan nilai signifikan 0,006 p
≤ 0,05. Kemudian dilanjutkan dengan uji BNT jenis LSD dimana data yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan bermakna jumlah
1,090 1017.4
865.4 882.2
250 500
750 1,000
1,250 1,500
5 25
50
R ata
-r ata
ju m
lah sp
e rm
ato si
t
p aki
te n
Dosis ekstrak n-heksana biji jarak pagar mgkg BB
Rata-rata Jumlah Spermatosit Pakiten
Rata-rata Jumlah Spermatosit
Pakiten
spermatosit pakiten pada kelompok dosis sedang dan dosis tinggi dengan kontrol p ≤
0,05, sedangkan dosis rendah tidak adanya perbedaan bermakna antara dosis tersebut dengan kontol p ≥ 0,05.
Tabel 10.
Rata-rata jumlah sel sertoli pada tikus kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
No Kelompok
Rata-rata Jumlah Sel Sertoli Tiap Kelompok ± SD
1. Kontrol
11,18
± 1,74
2. Dosis rendah 5 mgkg BB
7,25
± 0,49
3. Dosis sedang 25 mgkg BB
7,80
± 1,09
4. Dosis tinggi 50 mgkg BB
11,15
± 0,73
Keterangan : Angka yang diikuti tanda menunjukkan berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol p 0,05pada taraf kepercayaan 95
Gambar 9. Grafik hasil rata-rata jumlah sel ser toli setelahpemberian ekstrak n-
heksana biji jarak pagar selama 48 hari. Data diperoleh dengan menghitung jumlah sel sertoli dari 20 tubulus seminiferus
secara acak yang mengalami berbagai tahapan spermatogenesis tahap II, IV, dan XII. Hasil uji normalitas Kolmogrov-Smirnov menunjukkan bahwa data jumlah sel sertoli
terdistribusi normal P ≥ 0,05. Setelah dilakukan uji normalitas, dilanjutkan uji
11 7.25
7.8 11.5
2 4
6 8
10 12
14
5 25
50
R ata
-r ata
ju m
lah s
e l
ser to
li
Dosis ekstrak n-heksana biji jarak pagar mgkg BB
Rata-rata Jumlah Sel Sertoli
Rata-rata Jumlah Sertoli
homogenitas levene. Namun, berbeda hal dengan uji normalitas, hasil uji homogenitas menghasilkan data tidak homogen p ≤ 0,05. Data rata – rata jumlah sel sertoli kemudian
diuji dengan menggunakan statistika non-parametrik Kruskal Waliskarena syarat homogenitasnya belum terpenuhi. Hasil Uji tersebut menunjukkan nilai signifikan 0,002
p ≤ 0,05. Kemudian dilanjutkan dengan uji BNT dimana data yang diperoleh menunjukkan jumlah sel sertoli pada kelompok dosis rendah dan dosis sedang berbeda
bermakna terhadap kelompok kontrol p ≤ 0,05, sedangkan dosis tinggi tidak adanya perbedaan bermakna antara dosis tersebut dengan kontrol p ≥ 0,05.
4.2 PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, aktivitas anti fertilitas dievaluasi didasarkan pada pengaruh ekstrak terhadap konsentrasi spermatozoa, efek terhadap berat organ dan pemeriksaan
histologi. Suatu bahan antifertilitas dapat bersifat sitotoksik atau bersifat hormonal dalam memberikan pengaruhnya. Bila bersifat sitotoksik maka pengaruhnya langsung terhadap sel
kelamin, dan bila bersifat hormonal maka bekerja pada organ yang responsif terhadap
hormon yang berkaitan Rusmiarti, 2007.
Jarak pagar merupakan tanaman yang tumbuh di Indonesia dan sudah dikenal sebagai tanaman obat. Bagian tanaman jarak pagar antara lain : buah, biji, daun, akar dan batang.
Olahan dari semua bagian tanaman termasuk biji, daun dan kulit kayu, segar atau sebagai rebusan biasanya digunakan dalam pengobatan tradisional. Bahan tanaman yang digunakan
dalam penelitian ini adalah biji jarak pagar yang diperoleh dari Kebun Jarak balai penelitian tanaman dan kapas BALITAS di Malang. Sebelum digunakan dalam penelitian, dilakukan
determinasi tanaman jarak pagar untuk memastikan kebenaran jenis tanaman bahwa tanaman yang digunakan adalah benar-benar Jatropha curcas L. dari famili Euphorbiaceae.
Ekstrak n-heksana biji jarak pagar diperoleh dengan metode maserasi menggunakan pelarut n-heksana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk biji jarak pagar dengan
pelarut n-heksanselama satu hari pada temperatur kamar. Maserasi dipilih karena baik untuk senyawa-senyawa yang tidak tahan terhadap panas dan memiliki beberapa keuntungan
diantaranya peralatan yang sederhana dan proses pengerjaannya yang mudah. Penggunaan n- heksanasebagai pelarut didasarkan pada sifatnya yang non polar sehingga diharapkan dapat
menarik kandungan senyawa yang bersifat non polar, yang diprediksi berkhasiat
menimbulkan aktifitas antifertilitas yang dimiliki oleh sampel seperti yang disinggung dalam penelitian sebelumnya. Setelah dimaserasi, filtrat yang didapat diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator dengan tujuan untuk menghilangkan pelarut sehingga didapatkan ekstrak kental.
Dari 500 gram serbuk biji jarak pagar diperoleh 46,6285 gram ekstrak kental n- heksanabiji jarak pagar. Rendemen yang diperoleh 14,45. Pemeriksaan parameter non
spesifik lainnya seperti susut pengeringan dan kadar abu juga dilakukan. Tujuan dari pemeriksaan susut pengeringan adalah untuk mengetahui jumlah senyawa yang hilang
selama proses pengeringan. Sedangkan tujuan dari pemeriksaan kadar abu adalah untuk mengetahui kandungan mineral yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak.
Hasil yang diperoleh untuk susut pengeringan dan kadar abu ekstrak n-heksana biji jarak pagar masing-masing adalah 0,08 dan 10,08. Kemudian terhadap ekstrak n-heksanabiji
jarak pagar dilakukan penapisan fitokimia. Hasilnya diketahui bahwa pada ekstrak n-heksana biji jarak pagar terkandung alkaloid dan steroid. Hal ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya oleh Arini, Dwi Widya 2012 dan Larasaty, Widya 2013 yang dilakukan pada ekstrak etanol dan etil asetat. Dimana ekstrak etanol dan etil asetat biji jarak pagar diketahui
positif mengandung saponin, alkaloid dan steroid. Tidak adanya kandungan saponin dalam ekstrak n-heksan dikarenakan n-heksana yang bersifat polar tidak menarik saponin yang
bersifat non-polar. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor tikus jantan galur
Sprague Dawley berusia 9 minggu. Tikus yang digunakan merupakan tikus yang sehat dan fertil dengan bobot tikus yaitu memiliki bobot sekitar 250-350 gram. Pemilihan galur
Sprague Dawley dikarenakan penelitian pendahulu yang telah dilakukan sebagai bagian dari penelitian berkelanjutan ini menggunakan galur ini. Galur ini juga memiliki tingkat
kesuburan yang tinggi ditandai dengan jumlah sperma dalam epididimis lebih banyak dibandingkan galur lain Wilkinson et al., 1999.
Tikus dibagi menjadi 4 kelompok diantaranya kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan dengan dosis masing-masing 5 mgkgBB, 25mgkgBB, dan 50 mgkgBB. Dosis ini
mengacu pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dwi Arini, Widay 2012. Hewan uji kemudian diaklimatisasi selama 1 minggu agar dapat menyesuaikan diri dalam kondisi
lingkungan yang baru. Setiap kelompok tikus jantan ditempatkan pada kandang yang berbeda
dengan kepadatan kandang masing-masing 5 ekor. Selama aklimatisasi dilakukan pengamatan kondisi umum serta ditimbang berat badannya. Meskipun ada beberapa tikus
yang mengalami penurunan berat badan, namun sebagian besar pada umumnya tikus yang ada mengalami peningkatan berat badan. Adanya peningkatan berat badan menunjukkan
bahwa tikus telah mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan. Sedangkan adanya penurunan berat badan pada beberapa tikus disebabkan karena adanya faktor
– faktor khusus yang bersifat relatif pada tikus tertentu, seperti kondisi kesehatan, kondisi organ tubuh,
imunitas, dan beberapa faktor relatif lainnya. Setelah aklimatisasi, masing-masing tikus diberikan perlakuan dengan ekstrak n-
heksana biji jarak pagar secara oral sebanyak 1 ml dengan menggunakan alat penyekok oral sonde. Periode ini dilakukan selama 48 hari. Sebelum perlakuan, tikus ditimbang terlebih
dahulu untuk menyesuaikan dengan dosis ekstrak n-heksana biji jarak pagar yang akan diberikan. Sediaan bahan uji dibuat dengan mensuspensikan ekstrak dengan Na CMC
konsentrasi 1. Na CMC digunakan sebagai pembawa karena ekstrak n-heksana biji jarak pagar memiliki kelarutan yang baik dalam Na CMC.
Pada hari ke-49, tikus dibunuh dengan cara dibius dengan eter. Dari hasil penelitian ini diperoleh data dari beberapa parameter,yaitu : berat testis, konsentrasi spermatozoa,
diameter tubulus seminiferus serta analisa kuantitatif tubulus seminiferus. Data dari beberapa parameter tersebut yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan uji normalitas, uji
homogenitas dan selanjutnya dilakukan uji Anova dan uji BNT jenis LSD. Sebagai data tambahan, data berat badan tikus diambil tanpa dilakukan uji normalitas dan homogenitas
maupun uji Anova. Data berat badan menunjukkan perkembangan berat badan kelompok tikus kontrol
dan kelompok tikus yang diberi ekstrak n-heksana biji jarak pagar dimana keduanya mengalami kenaikan berat badan tiap minggunya. Pertumbuhan yang baik merupakan suatu
proses pertambahan massa, sehingga hewan mengalami pertambahan bobot badan, pertambahan tinggi, pertambahan panjang atau pertambahan kandungan kimiawi tubuhnya.
Kenaikan berat badan yang terjadi baik pada tikus kontrol maupun tikus yang mendapat perlakuan ekstrak n-heksana biji jarak pagar kemungkinan dikarenakan konsumsi pakan
harian yang diberikan memenuhi syarat untuk terjadinya pertumbuhan. Pertumbuhan berjalan normal apabila makanan yang diberikan mengandung nutrisi dalam kualitas dan kuantitas
yang baik. Apabila seekor hewan kekurangan nutrisi atau mengalami defisiensi suatu zat makanan maka laju pertumbuhan hewan tersebut akan terhambat Muliani, 2011. Dengan
demikian, pemberian ekstrak n-heksana biji jarak pagar tidak berpengaruh terhadap penurunan berat badan pada semua kelompok perlakuan.
Produksi spermatozoa tidak akan terjadi jika alat kelamin jantan tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan alat kelamin jantan baik
alat kelamin primer yang berupa testis maupun alat kelamin sekunder berupa saluran-saluran reproduksi Partodihardjo,1980. Testis berukuran normal memiliki hubungan positif dengan
potensi substansi fungsional tubulus seminiferus yang terkandung di dalam testis. Fungsi reproduksi testis adalah berupa produksi spermatozoa yang dihasilkan oleh bagian tubulus
seminiferus dari testis. Berat dan ukuran testis dapat digunakan sebagai indikator kuantitatif produksi spermatozoa Melo, 2010,
Pemberian ekstrak biji jarak pagar dengan dosis 5 mgkg BB, 25 mgkg BB dan 50 mgkg BBhari selama 48 hari menyebabkan terjadinya penurunan berat testis. Semakin
tinggi dosis yang diberikan maka berat testis semakin menurun. Penurunan berat testis tersebut mengindikasikan konsentrasi spermatozoa dalam testis berkurang. Pernyataan
tersebut didukung oleh data konsentrasi sperma yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan konsentrasi sperma sejalan dengan meningkatnya dosis.
Penurunan rata-rata berat testis kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol kemungkinan terjadi karena adanya senyawa curcin yang terkandung dalam biji
jarak. Penelitian yang dilakukan oleh Gupta dkk 2005 menyatakan bahwa dengan pemberian saponin yang diisolasi dari Albizia lebbeckpada tikus jantan memberikan
penurunan bobot testis yang signifikan. Curcin yang dimurnikan dari biji Jatropha curcas dapat digunakan sebagai agen pembunuh sel dan memiliki aktivitas antitumor Luo MJ et al.,
2006. Aktivitas sebagai antikanker terjadi karena adanya hambatan dalam proliferasi sel
perkembangan sel serta mekanisme apoptosis kematian sel yang terprogram Su X et al., 2011. Spermatogenesis merupakan proses diferensiasi sel germinal yang dapat dibagi
menjadi tiga fase utama: proliferasi spermatogonium, meiosis dan spermiogenesis Wu J et al., 2011.
Dengan demikian, senyawa-senyawa yang terkandung dalam biji jarak yang bersifat antiproliferatif tersebut diduga dapat menyebabkan penghambatan spermatogenesis dan juga
menyebabkan kematian sel spermatogenik sehingga terjadi penurunan jumlah sel-sel spermatogenik karena sel-sel spermatogenik merupakan sel yang aktif melakukan
pembelahan.. Terganggunya spermatogenesis juga dapat menyebabkan atrofi testis. Jadi, jika testis mengalami penurunan berat maka dapat diperkirakan menurunnya berat testis
merupakan indikator awal terjadinya gangguan pada testis serta kapasitas produksi spermatozoa hewan jantan pun berkurang Fatkhawati, 2007.
Selain berat testis, konsentrasi sperma dihitung untuk mengetahui pengaruh ekstrak biji jarak pagar terhadap konsentrasi sperma tikus. Jumlah sperma adalah salah satu
pengujian yang paling sensitif untuk spermatogenesis dan sangat terkait dengan fertilitas El- Kashoury, 2009. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian ketiga dosis
ekstrak n-heksana biji jarak pagar secara oral selama 48 hari memberikan penurunan yang bermakna terhadap konsentrasi spermatozoa yang dihasilkan. Semakin besar dosis ekstrak
yang diberikan, makin besar pula pengaruhnya terhadap penurunan konsentrasi. Kandungan kimia dalam biji jarak pagar adalah senyawa seperti viteksin, isoviteksin
Aregheore et al., 2003, beta-sitosterol dan curcin Mastiholimath, 2008, saponin Punsuvon et al., 2012. Seperti diketahui bahwa senyawa beta-sitosterol termasuk dalam
golongan senyawa sterol tumbuhan. Senyawa sterol merupakan turunan dari senyawa steroid Widiyani, 2006.
Penelitian yang dilakukan oleh Widiyani 2006 menggunakan ekstrak akar som jawa yang juga mengandung bahan aktif beta sitosterol menyebabkan penurunan jumlah sel
spermatogenik. Efek antifertilitas dari β-sitosterol juga menghasilkan penurunan yang
signifikan dalam konsentrasi sperma Malini dan Vanithakumari, 1991 . Senyawa beta-
sitosterol diduga dapat menyebabkan gangguan secara hormonal dimana dengan konsumsi senyawa fitosterol berlebih menyebabkan peningkatan kadar testosteron plasma Nieminen et
al., 2003. Senyawa beta-sitosterol memiliki struktur dasar siklopentana perhidrofenantrena yang juga dimiliki oleh steroid. Suatu bahan dapat bekerja sebagai hormon karena
mengandung zat yang susunan molekulnya mirip hormon. Dengan demikian diduga beta sitosterol juga bersifat seperti testosteron Widiyani, 2006.
Perubahan histopatologi dalam testis dapat dijadikan dasar dari perubahan histologi fungsi spermatogenesis terutama dalam tubulus seminiferus. Pengukuran diameter tubulus
seminiferus merupakan penentu utama dari berat testis Munson et al., 1996 dan juga dapat digunakan untuk memprediksi produksi sperma Krishnalingam, 1982.
Pada penelitian ini, pengamatan histopatologi testis menunjukkan bahwa nilai rata- rata diameter tubulus seminiferus pada kelompok perlakuan lebih kecil dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang bermakna dari pemberian ketiga dosis ekstrak n-heksana biji jarak pagaryang dapat menghambat
pertumbuhan epitel seminiferus dan akibatnya terjadi penurunan diameter tubulus. Senyawa beta sitosterol yang diduga dapat bersifat seperti testosterone tersebut
kemungkinan juga mempengaruhi diameter tubulus seminiferus. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nema dkk 2011, bahwa pengaruhfraksi beta sitosterol dari
Ocimum gratissimum menghasilkan efek penurunan diameter tubulus seminiferus secara signifikan. Berkurangnya diameter tubulus seminiferus mencerminkan adanya hambatan
spermatogenesis Kovacevic et.al., 2006 dan juga kemungkinan disebabkan banyaknya sel germinal yang mengalami apoptosis. Dalam epitel seminiferus, apoptosis dapat terjadi secara
spontan atau sebagai respons terhadap beberapa faktor-faktor seperti agen kemoterapi, suhu tinggi dan hormonal Costa and Silva, 2006.
Senyawa beta-sitosterol yang terkandung dalam biji jarak pagar diduga dapat meningkatkan kadar testosteron pada hewan uji. Walaupun testosteron mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap penghidupan sexual dari pejantan dan tanpa testosteron spermatozoa tidak dapat mencapai pendewasaan yang baik. Namun, testosteron mempunyai
mekanisme umpan balik negatif terhadap gonadotropin FSH dan LH jika testosterone diberikan dalam jumlah yang tinggi Partodihardjo,1980.
LH dan FSH dari hipofisa anterior memegang peranan penting dalam mengatur proses biologi reproduksi pada hewan jantan. FSH merangsang proses spermatogenesis dan
LH yang sering disebut ICSH Interstitial Cell Stimulating Hormone, merangsang pertumbuhan dan metabolisme sel-sel Leydig, untuk memproduksi hormon testosteron.
Jumlah sperma dan kadar testosteron dipertahankan konstan oleh mekanisme umpan balik. Jika mekanisme umpan balik negatif terjadi maka kadar FSH dan LH dalam peredaran darah
menurun, akibat selanjutnya ialah proses spermatogenesis terhenti dan jumlah spermatozoa dihasilkan akan menurun Partodihardjo, 1980.
Analisis kuantitatif tubulus seminiferus dilakukan dengan menghitung jumlah spermatosit pakiten dan membagi rata-rata jumlah spermatosit pakiten dengan jumlah sel
Sertoli di berbagai tahapan tahap II,VII,dan XII. Hasil penelitian menunjukkan dengan pemberian ekstrak n-heksana biji jarak pagar dosis 5 mgkg BB dan dosis 25 mgkg BB tidak
ada penurunan jumlah spermatosit pakiten per sel Sertoli dalam setiap tahapan. Sedangkan ekstrak n-heksana biji jarak pagar pada dosis tinggi dapat menurunkan jumah spermatosit
pakiten per sel Sertoli dalam setiap tahapan, walaupun penurunan tersebut tidak juga bermakna. Dengan demikian, pemberian ketiga dosis ekstrak n-heksana biji jarak pagar
secara oral selama 48 hari belum memberikan penurunan yang bermakna terhadap jumlah spermatosit sel pakiten per jumlah sel Sertoli yang dihasilkan.
Jika ditinjau dari jumlah rata-rata spermatosit pakiten dan jumlah sel Sertoli , dari hasil penelitian menunjukkan jumlah spermatosit pakiten mengalami penguranganyang
bermakna pada kelompok perlakuan 25 mgkg BB dan 50 mgkg BB dibandingkan dengan kontrol pada semua tahapan. Spermatosit sangat sensitif terhadap pengaruh luar dan
cenderung mengalami kerusakan setelah profase meiosis pertama khususnya pada tahap pakiten, yaitu pada saat terjadinya pindah silang antara kromosom yang homolog. Pada tahap
ini, inti serta sitoplasma tumbuh menjadi sel terbesar di antara lapisan sel spermatogenik. Di antara sel germinal, spermatogonia, dan spermatosit adalah target penting dari apoptosis.
Telah diketahui bahwa spermatid merupakan cikal bakal spermatozoa. Pengurangan spermatid akan berefek langsung pada spermatozoa yang dihasilkan.
Mikroanatomi tubulus seminiferus yang normal akan menunjukkan asosiasi sel spermatogenik tersusun berlapis sesuai dengan tingkat perkembangannya dari membran
basalis menuju ke arah lumen tubulus yakni spermatogonia, spermatosit, dan spermatid. Lumen tampak terisi penuh oleh spermatozoa. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
tubulus seminiferus kelompok kontrol kontrol menunjukkan spermatogenesis normal yang menggambarkan semua sel germinal, yaitu : spermatogonia, spermatosit primer non-pakiten
dan pakiten dan spermatid bulat dan memanjang dalam epitel seminiferus. Selain itu, tubulus tersusun atas sel-sel spermatogenik yang tersusun kompak dan padat.
Struktur histologis tubulus seminiferus pada kelompok perlakuan menunjukkan lapisan sel spermatogenik tidak teratur dan sel-sel tersusun lebih jarang. Struktur tubulus
seminiferus tikus pada kelompok perlakuan dosis 25 mgkg BB dan dosis 50 mgkg BB menunjukkan terjadinya kerusakan dimana terdapat beberapa tubulus yang mengalami
nekrosis tubular, lumen tampak kosong karena tidak mengandung populasi semua sel germinal maupun sel Sertoli.
Selain dapat menurunkan konsentrasi spermatozoa, berat testis, dan diameter tubulus seminifeurs, ekstrak n-heksana biji jarak pagar juga mempengaruhi spermatogenesis. Namun,
parameter dari berat testis dan jumlah sperma yang dihasilkan testis tidak cukup untuk mendiagnosa fertil atau infertilnya seseorang. Oleh karena itu, konsentrasi pengembangan
sebaiknya ditekankan pada morfologi dan motilitas sperma. Meskipun jumlah spermatozoa tinggi tetapi jika sperma tersebut tidak motil maka pembuahan tidak akan pernah terjadi.
Sebaliknya dengan jumlah spermatozoa yang sedikit tetapi memiliki morfologi dan kecepatan yang normal maka masih bisa fertil.
Sebagai tambahan, jika dibandingan dengan kedua penelitian terdahulu yang dilakukan dalam ekstrak etanol Dwi Arini, Widya dan etil asetat Larasaty, widya,
penelitian ekstrak n-heksana pada umumnya menunjukkan hasil yang sama dengan ekstrak etanol. Pada ekstrak etanol dan n-heksana, ketiga parameter bobot testis, konsentrasi
spermatozoa, dan diameter tubulus menunjukkan penurunan yang signifikan sejalan dengan kenaikan dosis yang diberikan. Akan tetapi pada perbandingan sel pakiten per sel sertoli nya,
ekstrak etanol menunjukkan aktivitas lebih baik. Sedangkan pada ekstrak etil asetat, penurunan pada ketiga parameter paling optimum ditunjukkan pada dosis sedang.
53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Ekstrak n-heksana biji jarak pagar Jatropha curcas L. pada semua dosis perlakuan dosis 5 mgkg BB, 25 mgkg BB, dan 50 mgkg BB terbukti memiliki aktivitas
antifertilitas. 2. Lama pemberian ekstrak n-heksanabiji jarak pagar pada dosis 5 mgkg BB, 25 mgkg
BB, dan 50 mgkg BB selama 48 hari pada tikus jantan dapat menurunkan konsentrasi spermatozoa, bobot testis, dan diameter tubulus seminiferus secara bermakna jika
dibandingkan dengan kontrol. Makin besar dosis yang diberikan, makin besar pula pengaruhnya terhadap penurunan konsentrasi, berat testis dan diameter tubulus
seminiferus. 3. Adanya penurunan jumlah spermatosit pakiten yang bermakna pada kelompok
perlakuan ekstrak n-heksanabiji jarak pagardosis 25 mgkg BB dan 50 mgkg BB.
1.2. Saran
Adapun saran untuk penelitian lebih lanjut adalah:
1.
Perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak n-heksanabiji jarak pagar terhadap morfologi spermatozoa yang dikaitkan dengan motilitas spermatozoa
2.
Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis yang sama untuk mengetahui pengaruh ekstrak n-heksana biji jarak pagar terhadap kadar hormonal FSH, LH, dan
testosterone dalam serum darah. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai isolasi senyawa untuk mengetahui
struktur senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antifertilitas.
54
DAFTAR PUSTAKA
Ahirwar, D., Ahirwar, B., and Kharya, M.D. 2010.Effect of Ethanolic Extract of Jatropha curcas Seeds on Estrus Cycle of Female Albino Rats
.Der Pharmacia Lettre, 26: 146-150.
Andria, Y. 2012.Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pegagan Centella asiatica L urban Terhadap Kadar Hormon Estradiol dan KadarHormon Progesteron Tikus
Putih Rattus norvegicus Betina
.Tesis Progam Studi Ilmu Biomedik.
Aregheore, E.M., Becker, K., Makkar H.P.S. 2003. Detoxification of a toxic variety of Jatropha curcas using heat and chemical treatments, and preliminary
nutritional evaluation with rats.
S. Pac. J. Nat. Sci., 21, 50-56
Azrifitria, 2012.Formulasi Mikroemulsi Kombinasi Testosteron Undekanoat dan Medroksi Progesteron Asetat Untuk Kontrasepsi Pria Serta Profil Farmakokinetik dan
Farmakodinamik Pada Tikus Jantan Strain Sprague Dawley.Disertasi .Program
Pasca Sarjana. FKUI
Barceloux, D.G., 2008.Medical Toxicology of Natural Substances: Foods, Fungi, Medicinal Herbs, Plants, and Venomous Animals
.New Jersey : John Wiley Sons, Inc.
Bartoli, 2008.Physic nut Jatropha curcas cultivation in Honduras – Handbook.Hounduras:
Agricultural Communication Center of the Honduran Foundation for Agricultural Research FHIA. Hal : 6-7, 13.
Bernhoft, A.2010. Bioactive compounds in plants – benefits and risks for man and animals.
Proceedings from a symposium held at The Norwegian Academy of Science and Letters. Oslo
Bhakti Ekarini, S.M. 2008.Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.
Tesis Program Pascasarjana Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Konsentrasi Administrasi Kebijakan Kesehatan Minat Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak. Universitas Diponegoro. Semarang.
BKKBN. 2012.Kepala BKKBN Berharap, Melalui Konsolidasi Bidang 2012, Temukan Ide Tuntaskan
Masalah Kependudukan
dan KB
. Available
at: http:www.bkkbn.go.idberitaPagesKepala-BKKBN-Berharap,-Melalui-
Konsolidasi-Bidang-2012,-Temukan-Ide-Tuntaskan-Masalah-Kependudukan-dan- KB.aspx
Diakses pada tanggal : 5 April 2012
BKKBN.2006.Perkembangan Teknologi
Kontrasepsi Pria
Terkini .Available
at: http:gemapria.bkkbn.go.idarticle-detail.php?artid=22
Diakses pada tanggal : 5 April 2012
BKKBN.2008. KB sebagai suatu kebutuhan.Available at: http:gemapria.bkkbn.go.idarticle-
detail.php?artid=96 Diakses pada tanggal : 5 April 2012.
Cambie, R. C and A. A. Brewis. 1999. Anti Fertility Plants of the Pacific. Australia: CSIRO.
Hal: 85
Chairul, 2003.Identifikasi Cepat Bahan Bioaktif Tumbuhan di Lapangan. Berita Biologi. 6:
4, 624-626.
Costa, D.S., Silva, J.F.S 2006. Wild Boars Sus scrofa scrofa Seminiferous Tubules Morphometry
. ISSN 1516-8913 Vol.49, n. 5 : pp. 739-745.
Depkes RI . 2000.Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Hal : 3-5, 10-12.
Ejelonu, B.C., Oderinde, R.A., and. Balogun, S.A. 2010.The Chemical and Biological Properties of Jatropha curcas and Mucuna solan Seed and Seed Oil.
Libyan Agriculture Research Center Journal Internation 1 4: 263-268.
El-Kashoury ,A.A. 2009.Influence of Subchronic Exposure of Profenofos on Biochemical Markers and Microelements in Testicular Tissue of Rats.
Journal of American : 51, 19-28.
Fatkhawati, I. 2007. Hubungan Diameter Testis dan Epididimis Terhadap Kualitas Spermatozoa Pada Sapi
. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri. Malang