Latar Belakang Perbaikan kinerja pertumbuhan anak domba melalui superovulasi induk sebelum perkawinan dan pemberian ekstrak temulawak plus selama kebuntingan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan protein asal hewan, terutama daging, terus meningkat dari tahun ke tahun. Selain daging sapi, alternatif daging lainnya ialah daging domba dan kambing. Produksi daging domba dan kambing baru memenuhi 40 dari kebutuhan daging dalam negeri. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan program swasembada daging dan rencana tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan protein yang berasal dari daging dan susu. Program swasembada daging ini tentunya memerlukan strategi yang tepat. Salah satunya dengan cara meningkatkan produktivitas ternak, baik secara kualitas dan kuantitas. Permasalahan yang dihadapi saat ini ialah produktivitas ternak domba dan kambing belum optimal yang antara lain dikarenakan masih tingginya kematian embrio selama periode kebuntingan dan kematian anak prasapih serta kecenderungan semakin tinggi jumlah anak sekelahiran semakin besar persentase anak yang lahir dengan bobot di bawah normal. Hal tersebut menyebabkan persediaan bibit unggul sangat kurang. Alternatif solusi untuk meningkatkan produktivitas ternak ialah metode superovulasi. Superovulasi terbukti mampu meningkatkan jumlah korpus luteum Manalu et al. 1996. Jumlah kopus luteum memiliki kaitan erat dengan tingkat sekresi endogen hormon kebuntingan dan hormon mamogenik, seperti estradiol dan progesteron, selama kebuntingan Dziuk 1992; Manalu et al 2000. Peningkatan sekresi endogen hormon kebuntingan, estrogen dan progesteron, mampu meningkatkan pertumbuhan fetus, bobot lahir, serta pertumbuhan anak pascalahir Manalu dan Sumaryadi 1998. Namun, potensi tersebut mengalami beberapa kendala, di antaranya kecenderungan tingkat kematian anak yang tinggi pada jumlah kelahiran yang lebih dari tiga ekor Andriyanto dan Manalu 2010. Oleh karena itu, sesegera mungkin permasalahan tersebut perlu dicari solusi untuk mengatasi tingginya kematian anak pada litter size 3. Temulawak memiliki zat utama yang berkhasiat, yaitu kurkumin dan minyak atsiri. Kurkumin berwarna kuning muda dengan bau yang khas, rasa yang tajam, serta bersifat antiseptik. Kandungan kurkumin pada temulawak jauh lebih tinggi dibandingkan dengan temu-temu lainnya Liang et al. 1985. Beberapa laporan penggunaan temulawak sebagai pengobatan telah banyak dilaporkan. Khasiat temulawak antara lain digunakan untuk mengurangi gangguan penyakit, seperti hepatitis, batu empedu, sakit maag, ginjal, asma, bisul, kolesterol, eksem, menambah nafsu makan, mengurangi bau badan, sembelit, memperbanyak produksi air susu, mengatasi sariawan, menghilangkan nyeri haid, meredakan batuk, antidiare, dan antiinflamasi. Berdasarkan manfaat tersebut, maka temulawak berpotensi untuk dikombinasikan dengan superovulasi guna memperbaiki produktivitas induk dengan memperbaiki proses fisiologis pada induk domba yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas bakalan.

1.2. Tujuan Penelitian