Tabel 6 Suhu Permukaan Penutupan Lahan Tahun 2000 dan 2006
Dari hasil pengolahan suhu permukaaan tahun 2000 dan 2006, masing-masing
tutupan lahannya terjadi peningkatan suhu permukaan dari tahun 2000 sampai 2006.
Peningkatan suhu yang paling tinggi adalah urban sekitar 31
°C pada tahun 2000 dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 36 °C
, terutama yang berada di pusat kota. Hal ini,
yang dikenal dengan fenomena pulau panas perkotaan, dimana suhu di tengah kota lebih
tinggi dibandingkan dengan wilayah di sekitarnya. Peningkatan suhu permukaan
masing-masing tutupan lahan, dikarenakan
perubahan penutup dan penggunaan lahan. Perubahan penutup dan penggunaan lahan
dapat merubah reflektansi radiasi surya permukaan
bumi dan
menyebabkan pendinginan atau pemanasan lokal.
4.4 Hubungan konversi lahan dengan
peningkatan suhu permukaan.
Perubahan tata guna dan penutupan lahan di Jakarta karena pengaruh konversi
lahan dengan peningkatan suhu permukaan memiliki
suatu hubungan.
Perubahan penutupan lahan telah berkembang sangat
cepat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk akibat urbanisasi yang tinggi.
Tingkat urbanisasi
yang tinggi
mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi pula namun sedikit terjadi
pengurangan penduduk dari angka kematian atau perpindahan penduduk dari Kota
Jakarta ke wilayah satelit lainnya, misalnya : Bekasi dan Tangerang. karena input dan
output
tidak seimbang,
maka terjadi
penumpukan penduduk. Jumlah penduduk yang meningkat maka permintaan akan
ruang untuk aktifitas cukup tinggi. karena terbatasnya lahan yang ada menyebabkan
terjadinya alih fungsi lahan yang tinggi, yaitu dari lahan yang bervegetasi dan berair
menjadi pemukiman padat penduduk dan industri-industri.
Pengalihan fungsi
lahan ini
mengakibatkan peningkatan
suhu permukaan di Jakarta. Semakin banyak
lahan bervegetasi dan berair yang beralih menjadi pemukiman dan industri maka
semakin besar kemungkinan kenaikan suhu permukaan di sekitarnya. Perubahan lahan
pemukiman di Jakarta mencapai 15 dari tahun 2000-2006. Sebaliknya penutup lahan
yang bisa meredam suhu seperti lahan bervegetasi RTH, sawah dan tubuh air
justru berkurang. Dari pengamatan, lahan terbuka hijau selalu mengalami penurunan
dan kondisinya hanya 6 pada tahun 2006 dari total luas area Jakarta.
Seiring dengan perubahan tata guna dan tutupan lahan ini maka ada perubahan suhu
permukaan yang terjadi, pada tahun 2000 suhu
permukaan sekitar
20-32 °C
sedangkan pada
tahun 2006
terjadi peningkatan suhu permukaan menjadi 24-
38 °C. Dari data ini dapat di analisis bahwa laju perkembangan kota Jakarta sangat
cepat.
Hubungan perubahan penutupan lahan terhadap
suhu permukaan
dapat diformulasikan sebagai berikut :
∆Q=mC∆T …..……..……….4 Dimana
∆Q adalah jumlah energi yang diterima atau dilepaskan dari suatu material
°C, m adalah massa dari material kg, C adalah kapasitas panas Jkg, dan
∆T adalah selisih suhu °C. kapasitas panas dapat di
formulasikan sebagai berikut: C=ρ.c………………….….…5
c adalah kapasitas panas jenis jkg, dan ρ
adalah massa jenis kg.m
3
. Dari persamaan 4 dapat dikatakan bahwa
jika setiap permukaan menerima energi radiasi matahari yang sama tetapi dengan
kapasitas panas yang berbeda, maka suhu yang di hasilkan juga berbeda. Jika suatu
benda berkapasitas panas besar maka suhu yang dihasilkan rendah, sebaliknya jika
suatu benda berkapasitas panas kecil maka suhu yang dihasilkan tinggi.
Penutupan lahan 2000
2006 °C
°C Rawa Tambak
21 24
Badan Air 22
25 Lahan Terbuka
29 31
Urban 31
36 RTH
25 28
Sawah 27
29
Material yang berkapasitas panas besar maka akan menurunkan suhu, seperti lahan
bervegetasi dan lahan berair. Adanya lahan bervegetasi dan berair dapat membuat
daerah di sekitarnya menjadi sejuk dan nyaman.
Sebaliknya material
yang berkapasitas
panas kecil
maka akan
meningkatkan suhu
permukaan di
sekitarnya, seperti pemukiman dan industri.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada wilayah pengamatan di Jakarta terlihat adanya perubahan akan lahan dari
tahun 2000-2006 cukup tinggi. Perubahan ini
cenderung meningkatkan
suhu permukaan di sekitarnya. Tutupan lahan
yang mengakibatkan
kenaikan suhu
permukaan adalah lahan pemukiman, lahan terbuka dan penurunan luas ruang terbuka
hijau dan air. Peningkatan luas area tertinggi pada tutupan lahan pemukiman atau urban
sekitar 15 dari tahun 2000-2006, sebaliknya tutupan lahan yang dapat
mempengaruhi kondisi sekitarnya, seperti lahan terbuka hijau dan lahan berair terjadi
penurunan luas area. Penurunan luas area tertinggi terjadi pada tutupan lahan terbuka
hijau RTH sekitar 21 dari tahun 2000- 2006.
Luas RTH mengalami penurunan luas yang cukup tinggi dari 18 063.36 Ha pada
tahun 2000, berkurang menjadi 4 052.59 Ha atau mengalami penurunan luas 14 010 Ha.
Sedangkan luas RTA yang terbagi kedalam dua klasifikasi sungai, danau dan rawa. Luas
sungai dan danau terjadi penambahan luas dari 2 021.94 Ha menjadi 3 849.71 Ha, dan
rawa mengalami penurunan sekitar luas sekitar 1150 Ha menjadi 887.94 Ha.
Distribusi RTH pada tahun 2006 hanya tersebar di Jakarta Timur dan Selatan dan
sedikit di
Jakarta Barat.
Sedangkan distribusi RTA sebagian besar tersebar di
Jakarta Utara, Timur dan Selatan. Seiring dengan perubahan tutupan lahan
yang cukup
tinggi mengakibatkan
peningkatan suhu permukaan yang terjadi di Jakarta cukup signifikan. Perubahan suhu
permukaan ini secara visual dapat dilihat dari perbedaan antara tahun 2000 dan 2006.
Pada
tahun 2000
penyebaran suhu
permukaan masih merata sekitar 20-32 °C. suhu permukaan dengan interval 32-35 °C
hanya terlihat di beberapa daerah di Jakarta Utara dan sedikit di daerah Jakarta Timur.
Tetapi pada tahun 2006 terjadi peningkatan suhu permukaan sekitar 24-38 °C, dan
tampak terlihat perbedaan jelas penyebaran suhu
dengan interval
32-35°C distribusinya hampir merata di seluruh Kota
Jakarta dan suhu permukaan dengan interval 36-39 °C hanya tersebar di beberapa pusat
kota. 5.2 Saran
Untuk meningkatkan hasil penelitian ini,maka masih diperlukan :
Metode tambahan dalam melakukan klasifikasi lahan dan perhitungan suhu
permukaan, yaitu
dengan metode
klasifikasi terbimbing agar data yang diperoleh lebih valid.
Menggunakan data citra Landsat yang tidak tertutupi oleh awan, agar hasil yang
diperoleh menjadi lebih teliti dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
BAPPEDA Kota Jakarta. 2006. Laporan Antara Penyusuan Rencana Tata
Ruang Terbuka Hijau RTRH Kota Jakarta.
Dwiyanto A.2009. Kuantitas dan Kualitas Ruang
Terbuka Hijau
di Permukiman Kota. from
eprints.- undip.ac.id1470
Diakses 9
September 2010. Faizal A. 1998. Hubungan Perubahan
Penggunaan Lahan
dengan Pertumbuhan Penduduk dan jarak
terhadap Pusat Kegiatan Utama Kasus Kabupaten Sleman 1990-
1996. Tesis.
Program Studi
Magister Perencanaan Kota dan Daerah. Pascasarjana Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Hadi S. 2006. Penataan Ruang Untuk Pemantapan
Kawasan Hutan.
Departemen Kehutanan. Bogor. HandayaniN. 2007. Identifikasi Perubahan
Kapasitas Panas
Kawasan Perkotaan Dengan Menggunakan
Citra Landsat TMETM
+
studi kasus : Kodya Bogor. Skripsi.
Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB. Bogor.
Kalfuadi Y. 2009. Analisis Temperature Heat
Index THI
Dalam