lxviii
Indonesiannya saja dari pada bahasa Inggrisnya sehingga tujuan pembelajaran kurang optimal.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa buku pelajaran kelas bilingual berbahasa Inggris yang disediakan pihak sekolah melalui
dirjen pendidikan, sebagai penunjang referensi guru digunakan buku dari Malaysia serta buku-buku lain baik dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris maupun buku
bilingual.
f. Sosialisasi
Setiap program pendidikan hendaknya disosialisasikan kepada stake holder pendidikan, dalam artian diberitahukan kepada pihak internal maupun eksternal
sekolah, agar diketahui keberadaannya. Informan 2 mengungkapkan bahwa sosialisasi program bilingual diadakan jauh sebelum progam dimulai dengan pengiriman
pamfleat, radio, internet,media cetak, spanduk. Informan 4 menambahkan bahwa sosialisi kelas imersi dilakukan dengan mengundang kepala sekolah seluruh Sekolah
Dasar sekabupaten Klaten untuk mensosialisasikan program imersi yang pada saat itu masih merupakan program baru.
Berdasarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa sosialisasi kelas imersi memiliki sasaran khusus yaitu siswa kelas VI Sokolah Dasar yang berada di sekolah-
sekolah SD di kabupaten Klaten. Banyak cara yang ditempuh untuk sosialisasi tersebut baik melalui media cetak, pembuatan pamfleat, pembuatan spanduk untuk
dipasang di sekolah dan di jalan.
g. Pembiayaan
Berbagai bentuk persiapan penyelenggaraan kelas imersi membutuhkan dana yang tidak sedikit. Pembiayaan program imersi dan RSBI ini berasal dari pemerintah
pusat, pemerintah pusat, pemerintah daerah dan dana subsidi silang yang diusahakan oleh komite sekolah. Besarnya iuran SPP kelas bilingual tentunya berbeda dengan
kelas reguler seiring dengan perbedaan fasilitasnya. untuk kelas RSBI dan imersi sebesar Rp. 100.000,00 dan kelas reguler sebesar
Rp. 60.000,00. Pembiayaan dari berbagai pihak tersebut digunakan untuk pemenuhan
fasilitas pendidikan, perawatan sarana dan prasarana, peningkatan kualifikasi dan
lxix
kualitas para guru. Berdasarkan informasi informan 3, untuk program RSBI pada awal program menerima dana bantuan berupa block grant dari Dirjen Pembinaan sekolah
Menengah Pertama sebesar Rp. 400.000.000,00. Sedangkan untuk kelas imersi menurut keterangan informan 3, dana dari pemerintah kurang jelas sehingga dana
dipenuhi pihak sekolah dan orang tua kelas imersi. lihat catatan lapangan 3 Beberapa uraian di atas menjelaskan bahwa adanya kebutuhan dana yang
besar dalam persiapan penyelenggaraan sejak awal pembukaan kelas RSBI hingga sekarang tahun pelajaran 20082009 kebutuhan dana dipenuhi oleh pemerintah, tetapi
untuk kelas imersi kebutuhan dana tersebut dipenuhi oleh pihak sekolah dan orang tuawali siswa kelas imersi.
Pelaksanaan Program kelas bilingual kelas imersi dan kelas RSBI ini meliputi metode pembelajaran dan proses pembelajaran bilingual. Temuan penelitian
dalam kegiatan pelaksanaan ini dapat dipaparkan sebagai berikut:
h. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran kelas bilingual diusahakan semaksimal mungkin dapat mengarah pada pendekatan yang aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan. Tetapi sebagaimana yang diungkapakan informan 2 pemilihan metode pembelajaran tergantung pada materi yang akan disampaikan dan
karakteristik siswa. Bahkan metode pembelajaran kelas satu dengan kelas lain sering berbeda karena adanya perbedaan karakteristik siswa tersebut. Informan 1
menambahkan penggunaan pendekatan pembelajaran tergantung pada kreativitas guru, materi dan karakteristik siswa, informan 1 menggunkan pendekatan discovery inquiry
dalam pembelajaran Fisika. Melalui pendekatan discovery guru hanya memberikan masalah dan siswa disuruh memecahkan masalah melalui percobaan. Pada pendekatan
inquiry siswa mengajukan masalah sendiri sesuai dengan pengarahan guru. Keterampilan mental siswa yang dituntut lebih tinggi dari discovery antara lain:
merancang dan melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data, dan mengambil kesimpulan. Lihat catatan lapangan 1, 2.
Selama peneliti melakukan observasi dengan mengikuti pembelajaran di dalam kelas terlihat bahwa guru menggunakan metode yang memungkinkan siswa untuk
kerja kelompok, presentasi, diskusi, sehingga guru jarang menerangkan. Guru hanya
lxx
sebagai fasilitator saja. lihat catatan lapangan 9,10. Untuk memantapkan konsep materi yang berbahasa Inggris disiasati dengan cara pertemuan pertama berbahasa
Indonesia, pertemuan kedua baru berbahasa Inggris.hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh informan 4. Jadi penggunaan metode pembelajaran di kelas
bilingual tergantung pada masing-masing guru, yang terpenting adalah bagaimana materi bisa diserap baik oleh siswa.lihat catatan lapangan 4
Berdasarkan informasi diatas dapat disimpulkan penggunaan metode pembelajaran kelas bilingual tergantung masing-masing guru, akan tetapi metode
pembelajaran yang digunakan mengusahakan pendekatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan meskipun dituntut menggunkan bahasa penantar bahasa
Inggris.
i. Proses Pembelajaran