Analisis kadar amilosa Apriyantono et al. 1989 dan amilopektin Pembuatan Kurva Standar.
13 pati yang menggumpal saat pengeringan akan menjadi asam saat setelah kering.
Hal itu disebatkan kadar air dalam pati yang menggumpal tersebut berbeda. Dan setiap jam rak harus terus disirkulasikan dari bagian bawah ke bagian atas karena
udara panas dibagian bawah lebih banyak ketimbang diatas. Setelah kering maka pati telah menjadi tapioka lalu digiling dengan Disc Mill yang didalamnya ada
berupa Pin yang bisa mengayak tapioka tersebut, ukuran ayakan Pin tersebut 80 mesh karena 80 mesh sudah termasuk tapioka grade B Radley 1976. Pembuatan
tapioka pada tabel 3 hanya digunakan pada singkong karet 2, sedangkan untuk singkong manggu 1, manggu 2 dan karet 1 menggunakan tanoa alat Raw Starch
Milk Tank. Tabel 3 Diagram modifikasi proses pembuatan tapioka
ALAT PROSES
PARAMETER KETERANGAN
Pisau Pengupasan dan
Pembersihan Sampai permukaan
umbi bersih dan tidak licin, dipotong
menjadi tiga bagian per umbi singkong
untuk memudahkan saat pemarutan
Basis singkong 40 kg
Crusher Pemarutan
Ditambahkan air Penambahan
air : singkong 5:1
Raw Starch Milk Tank
Penyimpanan parutan Dialirkan dengan
pompa ke Auto Brush Strainer
Sistem kontinyu
Auto Brush Strainer
Ekstraksi parutan Ampas dibuang
Sistem kontinyu
Nozzle Separator
Pemisahan secara sentrifugasi
Kecepatan 6000
rpm. Pati yang mengendap
di bagian
bawah tempat
Sistem kontinyu
Cabinet Dryer
Pengeringan Suhu 50
C ±0.5 C
selama 8-9 jam Kadar air maks.
15 SNI 1994, diamati selama
pengeringan sambil di
diratakan sehingga tidak
ada pati yang menggumpal.
Disc Mill Penggilingan dan
Pengayakan Pengayakan ukuran
80 mesh Standar
kehalusan tapioka grade B
Radley 1976 Tapioka
14 Penggunaan perbandingan air dengan singkong segar yaitu 5:1. Hasil
tapioka seperti Tabel 4 dinyatakan rendemen tertinggi yaitu saat pembuatan tapioka singkong manggu 2 yaitu 12.13 , dan rendemen terendah saat
pembuatan tapioka singkong karet 2 adalah 7.23 , hal itu disebabkan banyaknya loss
di alat yaitu terbuang saat di Raw Starch Milk Tank karena penambahan air yang kurang saat akan dilakukan dengan sistem continous maupun saat proses
penggilingan pada alat Pin Disc Mill. Sehingga tidak menggambarkan pengaruh varietas terhadap hasil rendemen yang didapatkan. Selain itu, rata-rata
pengeringan dilakukan dengan suhu 50
o
C selama 8 jam dengan Cabinet Dryer, hal tersebut diakibatkan karena udara panas bersirkulasi pada Cabinet Dryer tidak
dapat kontak yang signifikan terhadap tapioka sehingga harus setiap jam disirkulasikan keempat rak Cabinet Dryer dari bawah ke atas agar pengeringan
merata. Tabel 4 Pembuatan Tapioka
Sampel berat bersih
singkong gr berat
tapioka gr kadar
air Rendemen
Singkong Manggu 1 30000
4001 13.40
10 Singkong Manggu 2
28825 4850.32
13.15 12.13
Singkong Karet 1 30221
4117.13 12.40
10.30 Singkong karet 2
28780 2891.17
12.10 7.23
Kadar Pati, Amilosa, Amilopektin
Berdasarkan Gambar 4 kadar pati dari masing-masing tapioka tidak berbeda nyata P0.05. Sedangkan untuk amilosa didapatkan hasil yang berbeda
nyata pada taraf siginifikansi 0.05 P0.05. Hal itu memang dikarenakan setiap varietas singkong memilki karakteristik rasio penyusunan amilosa-amilopektin
yang berbeda. Maka daripada itu hasilnya yang diperoleh amilopektinnya pun berbeda nyata antar kedua varietas. Kadar amilosa dari tapioka singkong manggu
lebih kecil yaitu 19.59 dan 19.63, sedangkan tapioka singkong karet lebih tinggi dengan nilai 26.38 dan 28.5.
Gambar 4 Kadar Pati, Amilosa, Amilopektin
19 ,5
9
a
19 ,6
3
a
26 ,3
8
b
28 ,5
b
57 ,0
2
a
56 ,5
8
a
51 ,4
a b
47 ,3
4
b
20 40
60 80
100
Tapioka manggu 1
Tapioka manggu 2
Tapioka karet 1
Tapioka karet 2
p e
re n
AMILOSA AMILOPEKTIN
76.61
a
76.21
a
77.78
a
75.84
a