Patogenesis Paratuberkulosis Johne’s Disease

kering suhu tinggi, terkena sinar matahari secara langsung, pH tinggi dan rendahnya kadar zat besi Collins Manning 2004. Bakteri tersebut diatas dapat menginfeksi hewan ruminansia baik domestik maupun liar, antara lain : sapi, kambing, domba, rusa, unta, antelope dan bison. Paratuberkulosis juga dapat ditemukan pada hewan nonruminansia kuda, babi, ayam, kelinci, srigala, primata dan juga manusia Whittington et al. 2000; Buergelt et al. 2000; Harris Barletta 2001.

1.3 Patogenesis

M. paratuberculosis merupakan salah atau bakteri yang tahan terhadap fagositosis makrofag dan juga mampu tumbuh dan berkembang didalamnya Bannantine et al. 2003; Griffiths 2003. Secara umum, bakteri ini tahan terhadap makrofag karena mempunyai beberapa komponen, yaitu : 1 struktur dinding sel dari bakteri ini yang tersusun oleh lapisan zat lilin tebal yang merupakan campuran dari lipid dan polisakarida dan 2 faktor yang dihasilkan oleh M. paratuberculosis yang dapat menetralisasi komponen kimia yang dihasilkan didalam makrofag Gyles Thoen 1993; Collins 2003. Secara alami penyakit terjadi apabila bakteri M. paratuberculosis yang mengkontaminasi lingkungan air, pakan, susu dan padang rumput pengembalaan tertelan masuk ke dalam tubuh. Beberapa minggu kemudian bakteri ini akan mengalami germinasi, multiplikasi dan kolonisasi pada diding usus halus. Lesi awal akan terjadi pada dinding usus halus dan berlanjut pada limfo nodul mesenterika. Penyakit ini akan berkembang dengan terjadinya kerusakan pada ileum, jejunum, ujung dari usus halus, sekum, kolon dan pada limfo nodul mesenterika, hal inilah yang akan menyebabkan terjadinya protein malabsorbtion syndrome, sehingga akan terjadi defisiensi protein. OIE 2004; Wu et al. 2007. Masa inkubasi penyakit pada umumnya terjadi antara 2 sampai 4 tahun. Kejadian penyakit bisa bersifat klinis maupun subklinis, sedangkan gejala klinis yang timbul akibat penyakit ini pada umumnya terjadi pada sapi yang mulai dewasa antara lain diare, penurunan berat badan dan produksi susu, anemia, oedema dan dapat menyebabkan kemandulan Collins Manning 2004; Vansnick et al. 2004. Pada sapi perah, awal gejala klinis dapat muncul pada umur 2 tahun, paling lambat umur 12 tahun dan paling sering muncul pada umur 5 tahun, atau secara umum pada masa laktasi ke-2, ke-3 atau ke-4 Collins Manning 2004; Wu et al. 2007. Kejadian pre-klinis atau sub-klinis ditandai dengan belum adanya gejala klinis yang muncul, walaupun sebenarnya sapi tersebut terinfeksi. Fase ini dapat terjadi antara 1 sampai dengan 10 tahun Collins Manning 2004.

1.4 Penularan Penyakit