Gambar 28 Pola sebaran tumpahan minyak mentah pada kondisi MSL surut menuju pasang 18 jam setelah kejadian pada musim barat
4.3.1.5 Kondisi pasang
Pola sebaran tumpahan minyak jenis minyak mentah pada perairan Kepulauan Seribu pada musim barat dalam kondisi pasang tertinggi disajikan
pada Gambar 29.
Gambar 29 Pola sebaran tumpahan minyak mentah pada kondisi pasang 24 jam setelah tumpahan pada musim barat
Gambar 29 menunjukkan bahwa kondisi angin pada musim barat bertiup dominan dari timur ke barat dengan dominasi angin berkecapatan 5.1-6.4 ms
sekitar 12 dan 20 kecepatan angin dalam kondisi tenang.
Sebaran tumpahan minyak di titik A telah menyapu daerah pantai dari Pulau Tidung Besar di bagian utara dan menyebar meluas di bagian selatan dari Pulau
Tidung Kecil. Sebaran tumpahan miyak akibat dari tupahan oleh kapal yang kandas berada di sebelah barat dari Pulau Kotok Besar dengan ketebalan semakin
menurun sekitar 27 mm, sedangkan tumpahan minyak akibat dari kebocoran pipa terus bergerak ke barat yang berjarak sekitar 10 km dari titik tumpahan.
4.3.2 Musim Timur 4.3.2.1 Kondisi awal
Kondisi hidrodinamika kejadian awal tumpahan minyak pada musim timur diskenariokan terjadi pada bulan Juli 2008 disajikan pada Gambar 30. Kondisi
perairan saat kejadian awal tumpahan minyak berada dalam kondisi surut dengan tinggi level muka air -0.4 m dibawah muka air laut rata-rata dengan kondisi arus
permukaan dari utara gugusan Kepulauan Seribu bergerak ke arah selatan kemudian berbelok ke arah barat laut. Kondisi arus cukup tenang di daerah dekat
dengan garis pantai utara Pulau Jawa.
4.3.2.2 Kondisi MSLsurut menuju pasang
Gambar 31 menyajikan pola sebran tumpahan minyak mentah di Perairan Kepulauan Seribu pada musim timur yang diwakili oleh bulan Juli 2008 dengan
kondisi MSL surut menuju pasang. Sumber tumpahan minyak yang berasal dari kebocoran kapal tanker di titik
A bergerak ke barat daya mengikuti pola angin dan pola pergerakan arus permukaan. Pengaruh angin pada sebaran tumpahan minyak disebabakan oleh
tumpahan minyak yang berada dipermukaan ini disebabkan oleh dispersi vertikal yang kecil sehingga sebagian besar tumpahan minyak berada dilapisan permukaan
sehingga penyebarannya di pengaruhi olah arus permukaan dan angin. Arus bergerak menuju pasang dengan jarak sekitar 3 km dari titik terjadinya tumpahan
dengan ketebalan lapisan minyak mencapai 130 mm pada bagian tengah dari sebaran tumpahan.
Tumpahan minyak yang diakibatkan oleh skenario kapal tanker di titik B bergerak ke arah selatan dengan jarak sekitar 500 m dari titik sumber tumpahan.
Ketebalan lapisan minyak mencapai 136 mm dengan luas daerah sebaran sekitar 250x250 m.
Gambar 30 Pola sebarang tumpahan minyak mentah musim timur pada kondisi awal di musim timur
Gambar 31 Pola sebaran tumpahan minyak mentah pada kondisi MSL surut menuju pasang, 6 jam setelah kejadian pada musim timur.
4.3.2.3 Kondisi pasang
Pola sebaran tumpahan minyak pada kondisi pasang pada musim timur disajikan pada Gambar 32. Tumpahan minyak yang bersumber dari titik A
bergerak ke selatan dengan jarak sekitar 5 km dari sumber tumpahan mengikuti pola arus oleh perambatan pasut saat kondisi pasang. Kondisi ini masih cukup
aman karena sebaran tumpahan minyak masih berada di laut lepas dan belum mencapai daerah pesisir yang kaya akan sumber daya laut.
Gambar 32 Pola sebaran tumpahan minyak mentah pada kondisi pasang 12 jam setelah kejadian pada musim timur
Skenario tumpahan pada titik B oleh memperlihatkan pola yang berbeda dengan pola pada titik A, dimana lapisan minyak bergerak ke barat mengikuti pola
angin pada musim timur kemudian berbelok ke selatan di bagian selatan Pulau
Pramuka. Lapisan minyak bergerak dengan jarak sekitar 7 km dari titik sumber dengan ketebalan lapisan minyak pada bagian tengahnya mencapai 109 mm.
Pola sebaran minyak dari titik C pada musim timur tidak memasuki domain model karena gerakan arus yang bergerak ke timur membuat lapisan tumpahan
minyak bergerak ke timur keluar dari domain model.
4.3.2.4 Kondisi MSL pasang menuju surut
Pola sebaran tumpahan minyak mentah pada musim timur yang diwakili bulan juli 2008 pada Kepulauan Seribu pada kondisi MSL pasang menuju surut
disajikan pada Gambar 33. Lapisan minyak pada titik A yang pada kondisi pasang bergerak ke selatan
kemudian berbelok arah ke timur laut mengikuti pola perambatan pasut. Lapisan tumpahan minyak yang bergerak ke selatan setelah berbelok ke timur laut
menyapu Pulau Tikus yang merupakan daerah sekitar daerah perlindungan laut barat daya Pulau Pari yang masuk daerah Kelurahan Pulau Pari.
Lapisan tumpahan minyak dititk B di pesisir Pulau Karangberas bergerak ke timur kemudian berbelok ka utara mengikuti pola arus yang berbelok karena
terhalang oleh adanya Pulau Sekati dan Pulau Peramuka. Pada kondisi ini sumber tumpahan minyak telah habis dan lapisan tumpahan minyak telah menyebar
dengan jarak 15 km dari sumber tumpahan dengan ketebalan lapisan tumpahan antara 27 - 54 mm.
4.3.2.5 Kondisi surut
Pola sebaran tumpahan minyak dalam kondisi surut disajikan pada Gambar 34. Pola sebaran tumpahan minyak mentah pada titik A bergerak ke sebelah timur
dari titik tumpahan menyapu Pulau Pari, Pulau Tengah, Pulau Burung dan Pulau Tikus. Sebaran tumpahan minyak dari skenario ini menyapu daerah perlindungan
laut di sebelah barat daya Pulau Pari. Sebaran tumpahan minyak pada kodisi surut sebagian telah keluar dari domain model sehingga nasib dari tumpahan minyak
sudah tidak teridentifikasi oleh model. Sebaran lapisan tumpahan minyak pada titik B bergerak ke arah timur laut
dari titik sumber tumpahan minyak dan menyebar sampai batas utara dari domain model. Sebaran tidak melewati pulau di sekitar tumpahan sehingga tidak
mengganggu daerah perlindungan laut yang berbasis masyarakat di Pulau Karang. Pada konsisi ini sebagian dari tumpahan minyak telah melewati batas timur dari
domain model.
Gambar 33 Pola sebaran tumpahan minyak mentah pada kondisi MSL pasang menuju surut 18 jam setelah kejadian pada musim timur