Cara Penilaian Status Gizi Teknik Pemantauan Pertumbuhan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

menimbang badan anak balita. Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin Supriasa, 2001. b Umur Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan dapat menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Cara menghitung umur yaitu dengan menentukan tanggal, hari, bulan, dan tahun anak waktu lahir sehingga didapat umur anak. Bila kelebihan atau kekurangan hari sebanyak 16 hari sampai 30 hari dibulatkan 1 bulan. Bila kelebihan atau kekurangan 1 hari sampai 15 hari dibulatkan menjadi 0 bulan Supriasa, 2001. b. Penilaian status gizi secara tidak langsung 1 Survey konsumsi makanan Adalah metode penentuan status gizi dengan melihat jumlah dan jenis bahan makanan atau zat gizi yang dikonsumsi. 2 Statistik vital Adalah menganalisis data beberapa statistik kesehatan. 3 Faktor ekologi Adalah hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya Supriasa, 2001.

2.3.4 Cara Penilaian Status Gizi

a. Nilai indeks antropometri BBU, TBU atau BBTB dibandingkan dengan nilai rujukan WHO-NCHS. b. Dengan menggunakan batas ambang cut-off point untuk masing-masing indeks, maka status gizi seseorang atau anak dapat ditentukan. c. Istilah gizi dapat dibedakan untuk setiap indeks yang digunakan agar tidak terjadi kerancuan interpretasi. Universitas Sumatera Utara

2.3.5 Teknik Pemantauan Pertumbuhan

Terpenuhinya kebutuhan gizi anak akan menentukan laju tumbuh kembang pertumbuhan anak. Manifestasi dan adanya hambatan pertumbuhan adalah menjadi tidak sesuainya berat badan anak dengan usianya. Dengan membandingkan berat badan yang sama pada waktu KMS dapat diketahui ada tidaknya hambatan pertumbuhan Moehji, 2003. Pertumbuhan balita dapat juga diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan di catat di KMS Kartu Menuju Sehat, dan dihubungkan antara titik berat badan pada KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya Depkes RI, 1999. Kartu Menuju Sehat KMS adalah suatu kartualat sederhana dan murah, penting digunakan untuk memantau pertumbuhan balita. KMS yang ada untuk saat ini yaitu kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulannya dari sejak lahir sampai berusia lima tahun Nursalam, 2008.

2.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

a. Ketersediaan pangan ditingkat keluarga Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan ditingkat keluarga, hal ini sangat tergantung dari cukup tidaknya pangan yang dikonsumsi oleh setiap anggota keluarga untuk mencapai gizi baik dan hidup sehat. Jika tidak cukup bisa dipastikan konsumsi setiap anggota keluarga tidak terpenuhi. Padahal makanan untuk anak harus mengandung kualitas dan kuantitas yang cukup untuk menghasilkan kesehatan yang baik Suhardjo, 2003. Universitas Sumatera Utara b. Pola asuh keluarga Yaitu pola pendidikan yang diberikan pada anak-anaknya. Setiap anak membutuhkan cinta, perhatian, kasih sayang yang akan berdampak terhadap perkembangan fisik, mental dan emosional. Pola asuh terhadap anak berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Perhatian cukup dan pola asuh yang tepat akan memberi pengaruh yang besar dalam memperbaiki status gizi. Anak yang mendapatkan perhatian lebih, baik secara fisik maupun emosional misalnya selalu mendapat senyuman, mendapat respon ketika berceloteh, mendapatkkan ASI dan makanan yang seimbang maka keadaan gizinya lebih baik dibandingkan dengan teman sebayanyayang kurang mendapatkan perhatian orang tuanya. c. Kesehatan lingkungan Masalah gizi timbul tidak hanya karena dipengaruhi oleh ketidakseimbangan asupan makanan, tetapi juga dipengaruhi oleh penyakit infeksi. Masalah kesehatan lingkungan merupakam determinan penting dalam bidang kesehatan. Kesehatan lingkungan yang baik seperti penyediaan air bersih dan prilaku hidup bersih dan sehat akan mengurangi risiko kejadian penyakit infeksi. Sebaliknya, lingkungan yang buruk seperti air minum tidak bersih, tidak ada saluran penampung air limbah, tidak menggunakan kloset yang baik dapat menyebabkan penyebaran penyakit. Infeksi dapat menyebabkan kurangnya nafsu makan sehingga menyebabkan asupan makanan menjadi rendah dan akhirnya menyebabkan kurang gizi Widyastuti, 2001 d. Pelayanan kesehatan dasar Pemantauan pertumbuhan yang diikuti dengan tindak lanjut berupa konseling, terutama oleh petugas kesehatan berpengaruh pada pertumbuhan anak. Pemanfaatan fasilitas kesehatan seperti Universitas Sumatera Utara penimbangan balita, pemberian suplemen vitamin A, penanganan diare dengan oralit serta imunisasi. e. Budaya keluarga Budaya berperan dalam status gizi masyarakat karena ada beberapa kepercayaan seperti tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur tertentu yang sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok umur. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan masyarakat yang kadang- kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. Misalnya terdapat budaya memprioritaskan anggota keluarga tertentu untuk mengonsumsi hidangan keluarga yang telah disiapkna yaitu umumnya kepala keluarga. Apabila keadaan tersebut berlangsung lamadapat berakibat timbulnya masalah gizi kurang terutama pada golongan rawan gizi seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi, dan anak balita Suhardjo, 2008. f. Sosial ekonomi Banyaknya anak balita yang kurang gizi dan gizi buruk disebabkan ketidaktahuan orang tua akan pentingnya gizi seimbang bagi anak balita yang pada umunya disebabkan pendidikan orang tua yang rendah serta faktor kemiskinan. Kurangnya asupan gizi disebabkan oleh terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial ekonomi yaitu kemiskinan Soetjiningsih, 2001.

2.3.6 Dampak dan Penanggulangan Gizi Tidak seimbang

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Balitaterhadap Kunjungan Ke Posyandu Diwilayah Kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kec. Percut Sei Tuankabupaten Deli Serdangtahun 2014

8 153 104

Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

1 23 58

Hubungan Partisipasi Ibu Balita di Posyandu dengan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Gizi Ibu Balita serta Status Gizi Balita di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor

0 16 183

Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Gizi dan Posyandu dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Pasar Rebo

0 4 43

Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dengan status gizi anak balita

0 3 88

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN TINGKAT KEHADIRAN ANAK BALITA DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dan Tingkat Kehadiran Anak Balita di Posyandu Dengan Status Gizi Anak Balita di Desa Gedongan Kecamatan Colomadu

0 3 17

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA MALANGJIWAN, KECAMATAN COLOMADU, KABUPATEN Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Makanan Balita Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Malangjiwan, Kecamatan

0 2 11

HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN KELUARGA DAN PENGETAHUAN GIZI IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA SELODOKO Hubungan Antara Pendapatan Keluarga Dan Pengetahuan Gizi Ibu Dengan Status Gizi Balita Di Desa Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.

0 3 17

Hubungan Keaktifan Keluarga Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi Balita Di Desa Rancaekek Kulon Kecamatan Rancaekek.

0 0 16

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dan Tingkat Ekonomi Keluarga Nelayan dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Air Tawar Barat Kota Padang

0 0 7