Kasus Laman Politeknik Negeri Bandung Sri Raharso, Ma’mun Sutisna
79
merupakan kunci untuk menghasilkan website yang berkualitas. Variabel security juga digunakan oleh Yoo dan Donthu 2001 dalam memformulasikan instrumen
pengukur kualitas laman yang diberi nama SiteQual. SiteQual dibangun oleh empat variabel, yaitu: kemudahan penggunaan laman, estetika desain laman,
kecepatan pemrosesan, dan keamanan. Studi oleh Jin dan Kim 2010 juga menghasilkan temuan bahwa securityprivacy merupakan elemen dari kualitas
laman. Sedangkan Liu dan Arnett 2000 memasukkan security sebagai atribut dari dimensi system use. Menurut mereka, dimensi system use dibangun oleh atribut
securit
y, correct transactions, customer control over transaction, order tracking, dan privacy.
Hasil uji terhadap pola interaksi antar variabel yang membentuk kualitas laman terbukti juga signifikan. Semua korelasi antar variabel pembentuk kualitas
laman Polban disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Statistik Deskriptif dan Korelasi antar Variabel
Rata2 Simp.
Baku 1
2 3
4 Alpha
Cronbach
1. Content quality
4,664 0,8870
1 0,647
0,516 0,527
0,8374
2. Service int. quality
4,755 0,9860
1 0,546
0,615 0,8986
3. Transaction
quality
4,506 0,8862
1 0,375
0,8785
4. Security
4,596 1,1199
1 0,8497
N = 245; minimum = 1; maksimum = 7 Korelasi signifikan pada level 0,01 2-
tailed setelah dilakukan analisis faktor
Sumber: hasil olah data, 2011
Secara deskriptif, empat faktor yang membentuk kualitas laman Polban memiliki rata-rata antara 4,506 – 4,755 dengan simpangan baku antara 0,8862 –
1,1199. Secara normatif, simpangan baku yang dapat diterima adalah simpangan baku dengan nilai 20 dari nilai rata-rata Santoso, 2000: 45. Khusus untuk
variabel Security, karena nilai simpangan bakunya lebih dari 20 nilai rata-rata, maka dapat disimpulkan bahwa: nilai yang ada dalam variabel Security relatif
memiliki distribusi yang lebih bervariasi dibandingkan variabel lainnya. Selain itu, empat faktor yang membentuk kualitas laman Polban memiliki hubungan antar
variabel yang signifikan, berkisar antara 0,375 – 0,647. Artinya, antar variabel pembentuk kualtias laman memiliki interaksi berupa korelasi yang tergolong dalam
tingkat “cukup lemah” – “kuat”.
Terakhir, dilihat dari nilai alpha Cronbach dari instrumen - setelah dilakukan purifikasi melalui analisis faktor - juga menghasilkan nilai yang
memuaskan, karena nilainya 0,70; sesuai anjuran Nunnaly 1978. Jadi, variabel yang dihasilkan dalam penelitian ini terbukti reliabel.
5. Keterbatasan Penelitian
80
Penelitian ini berhasil dalam memberikan landasan yang kuat tentang apa saja yang menjadi variabel dari kualitas laman perguruan tinggi, akan tetapi ada
keterbatasan penelitian yang perlu dicermati. Pertama, penelitian ini bersifat cross sectional, dilakukan dalam satu kali
pengamatan. Oleh karena itu, bisa saja ada beberapa konstruk yang tidak teramati selama proses penelitian ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian ulang
untuk mengidentifikasi kestabilan variabel-variabel yang membentuk kualitas laman perguruan tinggi. Selain itu, supaya lebih komprehensif dengan melibatkan
lebih banyak pihak-pihak yang berkepentingan dengan laman perguruan tinggi tersebut; dilakukan secara reguler sehingga dihasilkan kualitas laman yang lebih
stabil. Hal memiliki urgensi yang tinggi karena keinginan dan kebutuhan pengguna laman bersifat dinamis. Bentuk lainnya, bisa jadi kebutuhan antara
pengguna pemula dengan pengguna reguler juga berbeda; sehingga mereka juga memerlukan kualitas laman yang berbeda pula.
Kedua, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kasus laman di Politeknik Negeri Bandung, sebuah perguruan vokasional di Indonesia, sehingga
tidak dapat digeneralisasi untuk seluruh perguruan yang ada di Indonesia. Karena setiap perguruan tinggi memiliki memiliki karakteristik yang unik, maka
diperlukan penelitian kualitas laman untuk masing-masing perguruan tinggi tersebut. Misal: khusus untuk universitas, sekolah tinggi, akademi, atau
politeknik.
Ketiga, karena instrumen yang dibuat dalam penelitian ini didasari oleh studi Tate et al. 2011; maka diperlukan juga studi yang sama dalam setting
perguruan tinggi di Indonesia agar diperoleh dimensi-dimensi kualitas laman yang lebih sesuai untuk konteks perguruan tinggi di Indonesia.
6. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan
Penelitian ini berhasil mengidentifikasi variabel pembentuk kualitas laman perguruan tinggi yang dapat diformulasikan sebagai: transaction quality, service
interaction quality, content quality, dan security yang valid, reliabel, dan memiliki
faktor loading yang tinggi 0,6 sehingga memenuhi asas kepraktisan Hair et al., 1998.
Dengan demikian, instrumen yang dihasilkan dalam penelitian ini memenuhi syarat untuk digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi kualitas
laman sebuah perguruan tinggi. Saran
Laman perguruan tinggi merupakan salah satu bentuk stimuli lingkungan online
yang bisa mempengaruhi perilaku para stakeholder. Oleh karena itu, laman perguruan tinggi harus didesain agar bisa menjalankan fungsinya secara optimal
sehingga menghasilkan perilaku pengguna laman yang menguntungkan institusi perguruan tinggi dan pengguna itu sendiri. Untuk itu, variabel kualitas laman yang
berhasil dikembangkan dalam penelitian ini bisa menjadi dasar untuk menghasilkan laman yang memenuhi kebutuhan stakeholder perguruan tinggi.
Hal tersebut dapat dilakukan ketika laman perguruan tinggi belum tersedia maupun meng-improve laman yang sudah ada. Pada dasarnya, dua kasus tersebut
harus selalu dimulai dengan penelitian terhadap kualitas apa yang diharapkan oleh para pengguna laman perguruan tinggi. Hasilnya selanjutnya digunakan sebagai