Faktor-Faktor Penyebab Anak Bekerja Di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang

(1)

Faktor-faktor Penyebab Anak Bekerja di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli serdang

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara Oleh

Dina Rizki Triyanti 110902089

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Dina Rizki Triyanti

Nim : 110902089

Judul : Faktor-faktor Penyebab Anak Bekerja di Desa Baru, Kecamatan Pancur batu, Kabupaten Deli Serdang

Medan, April 2015

PEMBIMBING

(Dra. Berlianti, M.S.P NIP. 19670604 2009102 001

)

KETUA DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NIP. 19710927 199801 2 001 (Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P)

DEKAN

FAKUTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

NIP. 19680525 199203 1 002 (Prof. Dr. Badaruddin, M. Si)


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Universitas Sumatera Utara Medan

Nama : Dina Rizki Triyanti NIM : 110902089

Judul : Faktor-faktor Penyebab Anak Bekerja di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang

Hari/Tanggal : April 2015

Waktu : Wib s/d Wib Tempat : Ruang Sidang FISIP USU

TIM PENGUJI

1. Ketua Penguji : ( )

NIP :

2. Penguji I : ( )

NIP :

3. Penguji II : ( )


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Dina Rizki Triyanti

Nim : 110902089

ABSTRAK

(Skripsi ini terdiri dari: 6 bab, 96 halaman, 20 kepustakaan, 14 tabel, serta lampiran)

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, dengan judul “Faktor-faktor Penyebab Anak Bekerja di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang”.

Anak-anak bekerja di usia dini telah menjadi fenomena di masyarakat. Orang tua yang memiliki peran sebagai pelindung bagi anak-anak mereka semakin lama semakin tidak menjalankan perannya sebagaimana mestinya. Anak-anak ditandai dengan pengambilan keputusan yang bersifat labil. Anak-Anak-anak sangat mudah tertarik pada hal yang dilakukan oleh orang dewasa tanpa mempertimbangkan resiko bagi anak. Ketidakmampuan keluarga dalam merespon tuntutan kehidupan dan faktor-faktor lain telah menarik anak ke dalam kehidupan bekerja yang seharusnya tidak mereka hadapi. Banyak faktor yang membuat anak yang bekerja menjadi satu fenomena masalah sosial di masyarakat.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, dan metode pengumpulan data dengan menggunakan metode pengalaman individu (life story) dari subyek penelitian yaitu 5 informan utama dan 5 informan tambahan yang melakukan partisipasi observasi dan wawancara mendalam terhadap anak-anak yang bekerja di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa anak-anak sebagian besar dari seluruh informan karena kondisi kemiskinan dan pekerjaan orang tua yang pendapatannya rendah. Hal ini membuat anak bekerja untuk membantu ekonomi keluarga serta dipakai untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri seperti sekolah, jajan, bermain game. Anak-anak bekerja sambil belajar atas kemauan sendiri serta ajakan orang-orang lingkungan sekitar. Faktor lain yang turut mendukung adalah faktor budaya yang secara turun temurun mengajarkan anak ulet dan mandiri dalam kehidupan sehari-hari, disamping itu ketidaktahuan orang tua ataupun ketidaktahuan orang yang mempekerjakan anak terhadap hukum tentang tidak diperbolehkannya anak yang bekerja, setelah itu faktor urbanisasi, karena sebagian masyarakat di Desa Baru merupakan pendatang dari daerah lain dan adanya hal yang mempengaruhinya seperti adaptasi serta bertahan hidup di lingkungan baru membuat anak juga terlibat bekerja dalam membantu pemenuhan kebutuhan keluarga dan kebutuhannya sendiri.


(5)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT SCIENCE OF SOCIAL WELFARE Name : Dina Rizki Triyanti

Nim : 110902089

ABSTRACT

(This thesis consists of 6 chapters, 96 pages, 20 bibliography, 14 tables, and attachments)

This thesis is submitted in order to achieve a degree qualified Social Welfare, with the title "The Factors that Cause Children Working in the Village of Baru, Sub-district of Pancur Batu, District of Deli Serdang".

Children working at an early age has become a phenomenon in society. Parents who have a role as a protector of their children are increasingly not perform its role as it should. Children characterized by decisions that are unstable. Children are very easily attracted to things done by adults without considering the risk to the child. Inability to respond to the demands of family life and other factors have attracted children into working life which should not they faced. Many of the factors that make a lot of children who work as a phenomenon of social problems in the community.

This research was conducted using qualitative methods, and methods of data collection using individual experience (life story) of the study subjects are 5 key informants and 5 additional informants who do participate observation and in-depth interviews of children who work in Village of Baru, Sub-district of Pancur Batu, District of Deli Serdang.

The results of the study explained that the children most of the rest of informants because the conditions of poverty and employment low-income parents. This makes children work to support their families and are used to meet the needs of himself as school, snack, play games. Children working while studying on their own and from call people around the neighborhood. Other factors that contribute to the cultural factor is hereditary teach children resilient and self-reliant in everyday life, in addition to the ignorance of the parents or the ignorance of people who employ children to the law about children not being allowed to work, after that because of urbanization, since most new village community are migrants from other regions and their influence things like adaptation and survival in the new environment makes children are also involved in helping to meet the needs of working families and their own needs.


(6)

KATA PENGANTAR

Bissmillahhirrahmanirrahim...

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rakhmat dan anugerah-Nya penulis mendapat kesempatan untuk menyelesaikan studi di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU dan atas pertolongan-Nya pula penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai jadwal. Serta Shalawat dan salam ke pangkuan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia ke jalan yang benar. Adapun judul skripsi ini adalah “FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK BEKERJA DI DESA BARU, KECAMATAN PANCUR BATU, KABUPATEN DELI SERDANG”. Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.

Skripsi ini saya persembahkan terkhusus untuk kedua orang tua yang sangat saya cintai, H. Slamet Sudibyo dan Hj. Nani Syofniwati, yang telah menjadi semangat untuk saya, serta keluarga yang telah mendukung penulis selama penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus penulis menghanturkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara


(7)

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dra. Berlianti, M.S.P, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini, serta telah bersedia mendidik dan membagi ilmunya dengan saya.

4. Ibu Mastauli Siregar salah satu Dosen Favorit penulis di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan semangat, mendidik, serta memberikan ilmunya dengan penulis baik dalam perkuliahan dan kehidupan sehari-hari.

5. Seluruh Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU yang telah memberikan ilmu kepada penulis baik dalam perkuliahan dan kehidupan sehari-hari.

6. Seluruh staff pendidikan dan administrasi FISIP USU terkhusus buat Kak. Zuraidah dan Kak. Sri “FATIN”.

7. Seluruh direktur dan staff di Yayasan Fondasi Hidup Indonesia (FH-INDONESIA) yaitu Pak Effendy selaku Pimpinan Utama FH Indonesia, Bang Tohap, Mas Wahyu, Bang Joko, Kak Rossy, Kak Tina, Kak Evi, Kak Arina, Kak Rina, terkhusus untuk Kak Mesrika, Kak Minar dan Kak Mirna (CSL Desa Baru) yang sudah sangat banyak membantu Dina dalam PKL II dan penulisan skripsi. Terimakasih banyak semuanya...

8. Para pegawai di kantor Kepala Desa Baru, terutama buat Bapak Darmanta M. Ketaren selaku Kepala Desa Baru, Bapak Evadison Tarigan Sekretaris Desa Baru, dan Ibu Puspa Rini M. Purwanti selaku Bendahara Desa Baru yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

9. Para informan yang sudah bersedia meluangkan waktunya melakukan wawancara dalam penelitian skripsi untuk penulis.


(8)

10.Terkhusus buat kedua orang tua saya H. Slamet Sudibyo dan Hj. Nani Syofniwati dan Abang tersayang Yoni Sudibyo serta juga Kakak tersayang Fenti Susanti yang tak henti-hentinya mendoakan dan mendukung penulis baik dari materi, waktu dan semua hal. Semua yang diberikan Papa dan Mama serta keluarga besar Sudibyo tak terhitung buat Dina. Terima kasih banyak ya Mama yang tidak bosan-bosannya memberi dina semangat dan Papa yang tidak henti-hentinya membuat dina terhibur dalam menulis skripsi. Love You Both..

11.Terima kasih buat saudara-saudara terdekat Bang Faisal Lubis, Uwo Edys dan Uwo Irma tersayang, dan juga Alm. Uwo Mansur. Untuk sepupu-sepupu tersayang Bang Dicky, Bang Bade, Kak Intan, Kak Fitri, dan terutama Nilam Sari Eimha, makasi banyak ya dek sudah mau barter Labtop sama kakak, merupakan hal yang sangat membantu kakak dalam penulisan skripsi ini haha. Terimakasih banyak atas dukungannya selama ini baik dari materi, waktu dan bantuan-bantuan yang telah diberikan selama penulis menempuh kuliah. Semua kebaikan akan orang-orang tersayang ini tidak akan Dina lupakan.

12.Buat Muhammad Iqbal yang dari awal semester merupakan orang terdekat dalam perkuliahan, tugas, serta kerja sama dalam ujian kuliah, sampai pada saudara seperjuangan sesama bimbingan Ibu Berlianti (Our Umaak). Susah senang dihadapi bareng dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama ketika melakukan penelitian bareng yang memberikan kesan yang tidak terlupakan yaitu “kelaperan”. Sekali lagi MAKASIH BANYAK...

13.Buat sahabat SD N. 10 112143 Rantauprapat Ira dan Arifin,terimah kasih ya selalu memberi support Dina dalam mengerjakan skripsi ini.

14.Buat sahabat SMP N. 1 Rantauprapat Johan, Jeo, Yogi, Mukhsan, Pebi, Cici, dan Rini. Persahabatan yang berlangsung lebih dari 10


(9)

tahun akan selamanya. Walau kadang kita terpisah jarak tapi kalian tetap selalu ada. I love you all.

15.Buat sahabat SMA Nurul Mawaddah, Zahratul Aini Rahmania, Arie Putri Sinaga kesayangan, Nuansa, Putri, Tifarie, Melanie. Makasi yaa para alumni SMANPHAT (SMA N. 4 Medan) yang selalu memberi dukungan semangat untuk Dina dalam mengerjakan skripsi ini.

16.Buat KESAYANGAN DI DEPARTEMEN Kak Wan Debby Jhora Waker, Kak Juli Mutiara Sinaga, Kak Riza Pahlevi Tambunan, Kak Rina, Kak Natya dan Bang Ria Lesmana. MAKASIH BANYAK KAKAK DAN ABANG YANG SUPER DUPER BAIK KE DINA DAN SELALU MEMBERIKAN DINA SEMANGAT UNTUK SKRIPSWEET INI...

17.Buat teman TERDEKAT dan TERBAIK Diella Almira Nasution dan Renta Uli Angellina Situmorang sebagai tempat curhat ketika penulis sudah mulai lelah dengan semuanya HAHA. Loveyou both~

18. Buat TEMAN SEPERMAINAN dan TEMAN BAIK selama perkuliahan di KesSos Dina Rahmiana, Siti Mahyardani Nst, Adisti Pradita, Teuku M. Haikal Chalik, Amar Yusuf Nasution, Fajar Hasibuan, dan Poniman yang setia setiap saat untuk menghibur penulis dalam cara apapun.

19.Buat teman seperjuangan sesama stambuk 2011 di KesSos Alm. Nur Ajie, Adelina Puspita Devi, Mesya Ayu Ningsih, Dadan Nasution, Cindy Charina Sembiring, Herianna Bangun, Anugerah Mubarak Dalimunthe, Halim, Pipin Kesuma Wardanie, Chairi Firnanda, Elvana Togatorop, Fikri Nasution, Neysa Rasenta Munthe, Stephanie Dwiyanti Siahaan, Noni Gulo, Ria Sapta, Tika Juntak, William Sonalawa, Gabriel Manalu, Reno Pumadiansyah, Indra Fauji Hasibuan, Erlia Puji Astuti, dan teman-teman KesSos lainnya yang tidak tersebutkan namanya, terimakasih atas waktu


(10)

kebersamaannya dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Viva KesSos~

20.Buat Senior KesSos Kak Icha “kakchanya Dina” (stambuk 2010), Kak Ria Adriana “kakak pergaulan” (stambuk 2010), Kak Debora (stambuk 2010), Kak Umi (stambuk 2010), Bang Pram (stambuk 2010), Bang Michael (stambuk 2010), Kak Evi Saragih (stambuk 2009), Bang Steady (stambuk 2009), Bang Udin (stambuk 2009), Bang Frenky Tani Wijaya (stambuk 2009), Bang Frenky Banfatin (stambuk 2009), Bang Prie (stambuk 2008), Bang Hardi (stambuk 2008), Bang Boy (stambuk 2007) serta senior KesSos lainnya yang tidak tersebutkan namanya yang telah memberikan dukungan semangat buat Dina dalam menyelesaikan skripsi ini.

21. Buat Junior KesSos stambuk 2012 dek Nando, Kaka, Oscar, Eko dan stambuk 2013 dek Nikmah, Uwi, Dinda, dan junior KesSos lainnya yang tidak tersebutkan namanya, terimah kasih sudah memberikan dukungan semangat untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

22.Buat seluruh panitia Charity Concert with Judika, terkhusus buat Bang Islah dan Bundo Yani, yang selalu mendukung penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

23.Buat Coldplay sebagai playlist lagu yang selalu setia dalam menemani penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

24.Buat orang-orang yang tidak tersebutkan namanya yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih banyak dan sukses buat kita semua. Amin ya Allah..


(11)

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya agar kedepan penulis dapat lebih baik lagi. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terima kasih.

Medan, April 2015 Penulis

Dina Rizki Triyant 110902089i


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR BAGAN ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 8

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2 Manfaat penelitian ... 9

1.4 Sistematika Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak ... 10

2.1.1 Pengertian Anak ... 10

2.1.2 Anak yang Bekerja ... 17

2.1.3 Faktor-faktor Penyebab Anak Bekerja ... 20

2.2 Keluarga ... 23

2.3 Kesejahteraan Anak ... 27

2.4 Kerangka Pemikiran ... 28

2.5 Definisi Konsep ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Tipe Penelitian ... 32

3.2Lokasi Penelitian ... 32

3.3Subyek Penelitian ... 32

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.5Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1Sejarah Desa Baru ... 35

4.2Letak dan Batas Wilayah ... 36

4.3Gambaran Umum Desa Baru ... 36

4.4Orbitasi ... 39

4.5Keadaan Geografis ... 39

4.6Keadaan Demografis ... 39

4.6.1 Luas dan Wilayah Penggunanaa Lahan ... 39

4.6.2 Pembagian Wilayah dan Perangkat Desa ... 40

4.6.3 Komposisi Penduduk berdasarkan Wilayah dan Jenis Kelamin .... 40

4.6.4 Komposisi Penduduk berdasarkan Agama ... 41

4.6.5 Komposisi Penduduk berdasarkan Umur ... 42


(13)

4.6.7 Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Pekerjaan ... 44

4.6.8 Komposisi Penduduk berdasarkan Suku Bangsa ... 45

4.7 Sarana dan Prasarana Desa Baru ... 46

4.7.1 Sarana Rumah Ibadah ... 47

4.7.2 Sarana Kesehatan ... 48

4.7.3 Sarana Air Bersih ... 49

4.7.4 Sarana Olahraga ... 50

4.8 Lembaga Kemasyarakatan ... 50

4.9 Sistem Pemerintahan ... 51

BAB V ANALISIS DATA 5.1Hasil Temuan ... 54

5.1.1Informan Utama ... 54

5.2Faktor-faktor Penyebab Anak Bekerja di Desa Baru ... 79

5.3Motif Informan untuk Bekerja ... 82

5.4Pemanfaatan Penghasilan Informan dari Bekerja ... 84

5.5Analisis Faktor-faktor Penyebab Anak Bekerja ... 86

BAB VI PENUTUP 6.1Kesimpulan ... 91

6.2Saran ... 93

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan di Desa Baru ... 40

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jumlah Penduduk ... 41

Tabel 4.3 Data Agama Penduduk Desa Baru ... 41

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Desa Baru Berdasarkan Umur ... 42

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Desa Baru Berdasarkan Tingkat Pendidikan.. 43

Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Desa Baru Berdasarkan Tingkat Pekerjaan... 44

Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Desa Baru Berdasarkan Suku Bangsa ... 45

Tabel 4.8 Sarana Rumah Ibadah di Desa Baru ... 47

Tabel 4.9 Sarana Pendidikan di Desa Baru ... 48

Tabel 4.10 Sarana Kesehatan di Desa Baru ... 48

Tabel 4.11 Sarana Air Bersih di Desa Baru ... 49

Tabel 4.12 Sarana Olahraga di Desa Baru ... 50

Tabel 4.13 Lembaga Kemasyarakatan di Desa Baru ... 50

Tabel 4.14 Sistem Pemerintahan Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 52


(15)

DAFTAR BAGAN

Bagan Alur Pikiran ... 30


(16)

LAMPIRAN

1) Daftar Wawancara

2) Surat Keputusan Komisi Pembimbing Penulisan Proposal Peneltian/ Peneltian

Skripsi

3) Surat ACC Judul Proposal/ Penulisan Skripsi 4) Berita Acara Seminar Proposal Peneltian

5) Surat Izin Penelitian

6) Surat Balasan Izin Penelitian dari Kepala Desa Baru

7) Lembar Kegiatan Bimbingan Proposal Penelitian/ Penulisan Skripsi


(17)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Dina Rizki Triyanti

Nim : 110902089

ABSTRAK

(Skripsi ini terdiri dari: 6 bab, 96 halaman, 20 kepustakaan, 14 tabel, serta lampiran)

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, dengan judul “Faktor-faktor Penyebab Anak Bekerja di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang”.

Anak-anak bekerja di usia dini telah menjadi fenomena di masyarakat. Orang tua yang memiliki peran sebagai pelindung bagi anak-anak mereka semakin lama semakin tidak menjalankan perannya sebagaimana mestinya. Anak-anak ditandai dengan pengambilan keputusan yang bersifat labil. Anak-Anak-anak sangat mudah tertarik pada hal yang dilakukan oleh orang dewasa tanpa mempertimbangkan resiko bagi anak. Ketidakmampuan keluarga dalam merespon tuntutan kehidupan dan faktor-faktor lain telah menarik anak ke dalam kehidupan bekerja yang seharusnya tidak mereka hadapi. Banyak faktor yang membuat anak yang bekerja menjadi satu fenomena masalah sosial di masyarakat.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, dan metode pengumpulan data dengan menggunakan metode pengalaman individu (life story) dari subyek penelitian yaitu 5 informan utama dan 5 informan tambahan yang melakukan partisipasi observasi dan wawancara mendalam terhadap anak-anak yang bekerja di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa anak-anak sebagian besar dari seluruh informan karena kondisi kemiskinan dan pekerjaan orang tua yang pendapatannya rendah. Hal ini membuat anak bekerja untuk membantu ekonomi keluarga serta dipakai untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri seperti sekolah, jajan, bermain game. Anak-anak bekerja sambil belajar atas kemauan sendiri serta ajakan orang-orang lingkungan sekitar. Faktor lain yang turut mendukung adalah faktor budaya yang secara turun temurun mengajarkan anak ulet dan mandiri dalam kehidupan sehari-hari, disamping itu ketidaktahuan orang tua ataupun ketidaktahuan orang yang mempekerjakan anak terhadap hukum tentang tidak diperbolehkannya anak yang bekerja, setelah itu faktor urbanisasi, karena sebagian masyarakat di Desa Baru merupakan pendatang dari daerah lain dan adanya hal yang mempengaruhinya seperti adaptasi serta bertahan hidup di lingkungan baru membuat anak juga terlibat bekerja dalam membantu pemenuhan kebutuhan keluarga dan kebutuhannya sendiri.


(18)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT SCIENCE OF SOCIAL WELFARE Name : Dina Rizki Triyanti

Nim : 110902089

ABSTRACT

(This thesis consists of 6 chapters, 96 pages, 20 bibliography, 14 tables, and attachments)

This thesis is submitted in order to achieve a degree qualified Social Welfare, with the title "The Factors that Cause Children Working in the Village of Baru, Sub-district of Pancur Batu, District of Deli Serdang".

Children working at an early age has become a phenomenon in society. Parents who have a role as a protector of their children are increasingly not perform its role as it should. Children characterized by decisions that are unstable. Children are very easily attracted to things done by adults without considering the risk to the child. Inability to respond to the demands of family life and other factors have attracted children into working life which should not they faced. Many of the factors that make a lot of children who work as a phenomenon of social problems in the community.

This research was conducted using qualitative methods, and methods of data collection using individual experience (life story) of the study subjects are 5 key informants and 5 additional informants who do participate observation and in-depth interviews of children who work in Village of Baru, Sub-district of Pancur Batu, District of Deli Serdang.

The results of the study explained that the children most of the rest of informants because the conditions of poverty and employment low-income parents. This makes children work to support their families and are used to meet the needs of himself as school, snack, play games. Children working while studying on their own and from call people around the neighborhood. Other factors that contribute to the cultural factor is hereditary teach children resilient and self-reliant in everyday life, in addition to the ignorance of the parents or the ignorance of people who employ children to the law about children not being allowed to work, after that because of urbanization, since most new village community are migrants from other regions and their influence things like adaptation and survival in the new environment makes children are also involved in helping to meet the needs of working families and their own needs.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.4Latar Belakang

Dimata sebagian ahli, kemiskinan acapkali didefinisikan semata hanya sebagian fenomena ekonomi, dalam arti rendahnya penghasilan atau tidak dimilikinya mata pencarian yang cukup mapan untuk bergantung hidup. Kemiskinan bukan semata kurangnya pendapatan untuk memenuhi hidup pokok atau standar hidup layak. Kemiskinan menurut konsepsi ortodoks, dilihat sebagai situasi dimana orang-orang tidak mempunyai uang yang cukup untuk membeli makanan ataupun kebutuhan-kebutuhan dasar mereka secara memuaskan, dan sering kali kondisi ini dimasukkan ke dalam situasi un-or underemployed (Suyanto, 2013: 1).

Berbagai keterbatasan yang membelenggu keluarga miskin, selain melakukan langkah-langkah penghematan, mengurangi kualitas menu makanan, atau meminta bantuan kerabat, memperkerjakan anak dalam usia dini untuk ikut dalam membantu keluarga dalam mencari nafkah dan melibatkan perempuan dalam aktivitas ekonomi baik di sekitar domestik maupun publik adalah salah satu populer dan acap kali dilakukan keluarga miskin. Anak-anak keluarga miskin acapkali harus melakukan suatu hal, dimana keadaan yang harus diterimanya, karena memang tidak ada pilihan lain. Mencari nafkah dan mengorbankan waktu yang seharusnya untuk bermain di sekolah sepenuhnya digunakan untuk bekerja, bagi anak-anak keluarga miskin acapkali harus dilakukan karena memang tidak ada pilihan lain yang bisa dilakukan. Anak-anak terpaksa putus sekolah di tengah jalan dan tidak dapat melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) atau bahkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah hal yang lazim terjadi (Suyanto, 2013: 212).

Salah satu data dari organisasi di bawah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang bergerak dibidang anak dan kemanusiaan, UNICEF merintis data


(20)

penting dari 2,2 milyar anak disegala penjuru dunia antara lain adalah Indonesia yang ada diperingkat ke 72 dari 194 negara dalam hal jumlah kematian anak di bawah 5 tahun, 152.000 anak meninggal selama tahun 2013. Penduduk Indonesia di bawah garis kemiskinan Internasional (US $1,25 per hari berjumlah 16%). Jumlah anak yang mendapat hak-hak pendidikan menengah 64% laki-laki, 61% perempuan. Dan yang berasal dari negara miskin 36% anak laki-laki, 30% anak perempuan. Sekitar 57 juta anak usia Sekolah Dasar (SD) di dunia putus sekolah pada tahun 2011. Selama tahun 2013 sekitar 130 juta anak bersekolah tapi tidak mencapai kualitas minimal pendidikan. (Tempo 5-11 Januari 2015 halaman 11).

Data yang dirilis tersebut menunjukkan bahwa angka-angka itu merupakan gambaran kondisi anak yang bisa digunakan untuk program kemanusiaan yang berpihak pada anak-anak. Secara ideal, anak adalah pewaris dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus memburuk. Dunia anak yang seharusnya diwarnai oleh kegitan bermain, belajar, dan mengembangkan minat serta bakatnya untuk masa depan, realitasnya diwarnai data kelam dan menyedihkan.

Secara substansial, Indonesia merupakan suatu negara yang cukup memadai dalam mengatur perlindungan hukum anak ini. Berbagai peraturan tersebar dalam ketentuan UU, peraturan pemerintah dan keputusan-keputusan eksekutif lainnya. Berbagai konvensi PBB tentang anak tahun 1989, konvensi ILO No. 138 tahun 1973 tentang batas minimum anak boleh bekerja sampai yang terakhir konvensi ILO No.182 tentang bentuk-bentuk terburuk pekerjaan anak. Namun, kenyataannya dimana anak-anak terlibat dalam dunia kerja sama sekali tidak bergeming (Ikhsan, dkk, 2000: 1).

Masalah anak yang bekerja tidak terlepas dari mencari nafkah untuk membantu ekonomi keluarganya, semakin meningkatnya upah dan terbukanya peluang kerja bagi anak, maka semakin meningkat juga cara mencari uang dalam membantu ekonomi keluarga mereka (Huraerah, 2012: 87). Akibat dari mempunyai keterbatasan ekonomi, banyak isu-isu anak yang bekerja (Working Children) yang telah menjadi program aksi badan-badan dunia. Dilihat dari segi presentasenya, 7 persen anak-anak di Amerika Latin, 18 persen anak-anak di Asia


(21)

dan 25 persen anak-anak di Afrika telibat dalam pemburuhan. Sedangkan di Indonesia menurut data BPS 1,9 juta anak-anak usia 10 sampai 14 tahun bekerja atau aktif secara ekonomi, belum termasuk usia 10 tahun (Sofian, 2012: 34-35).

Akibat dari permasalahan ekonomi keluarga, eksistensi anak sudah mulai berkurang. Padahal, anak-anak adalah generasi penerus bangsa, mereka merupakan calon-calon pengganti pemimpin bangsa, beban berat bangsa ini ada di pundak mereka. Apabila kita memimpikan suatu masa depan yang menyenangkan, tentunya anak-anak sekarang seharusnya juga mendapat kesenangan yang sesuai dengan kapasitasnya sebagai anak-anak, misalnya memiliki tempat bermain, pendidikan, jaminan kesehatan, dan lain sebagainya yang layak untuk mereka, sebagai perwujudan rasa tanggung jawab kita terhadap kelangsungan hidup bangsa. Sepintas alasan yang menyebabkan mengapa anak dalam usia dini sudah terlibat dalam kegiatan produktif dan bahkan terkadang terpaksa putus sekolah sebagian besar karena faktor ekonomi

Bisa dibayangkan sebuah keluarga yang secara ekonomi kehidupannya selalu pas-pasan bahkan serba kekurangan, tentu wajar jika anak-anak kemudian terpaksa dilibatkan ikut mencari uang sebagaimana layaknya bapak dan ibunya. Didalam keluarga seringkali seorang dianggap mempunyai makna ataupun peran ganda dalam keluarga dan masyarakat. Pada satu sisi anak dianggap sebagai penerus keluarga dan masyarakat yang artinya mereka harus mendapat fasilitas yang memadai untuk perkembangan hidupnya. Akan tetapi disisi yang lain, anak dianggap memiliki aset ekonomi potensial yang dapat dioptimalkan sebagai salah satu pilar penyangga ekonomi keluarga (Sasmito, 1996 dalam Jurnal Rahmadani). Jika ditelaah lebih mendalam, sebenarnya banyak faktor yang memicu anak untuk bekerja di saat mereka seharusnya menikmati masa-masa yang menyenangkan

Kondisi krisis ekonomi yang melanda Indonesia yang semakin mempersulit jalan mereka untuk tetap hidup. Fluktuasi nilai rupiah mempengaruhi


(22)

harga barang yang tentunya akan berimbas pada penambahan biaya hidup yang harus ditanggung oleh keluarga mereka. Mereka akan senantiasa berusaha untuk menyambung hidup dengan mencari uang, sehingga mereka hanya dijejali dengan pemikiran bagaimana cara untuk mencari uang tanggal 17 Februari 2015 pukul 22.08 wib).

Masalah anak berdasarkan dibahas juga di ILO, perkiran ILO ada sekitar 250 juta anak berusia 5 sampai 14 tahun yang bekerja, sebagian besar di negara-negara berkembang. Hampir separuh dari mereka (kira-kira 120 juta) bekerja full time setiap hari, sepanjang tahun. Sebagian diantaranya atau kira-kira 50 sampai 60 juta anak berusia 5 sampai 11 tahun. Data yang menunjukkan bahwa jumlah anak laki-laki adalah lebih banyak dari anak perempuan yang aktif secara ekonomi, namun jumlah anak perempuan yang melakukan pekerjaan domestik dan mengasuh anak tidak termaukdalam statistik ini. Bekerja diusia dini mungkin akan memberi dampak yang lebih signifikan terhadap anak perempuan, sehingga menimbulkan adanya diskriminasi gender dan mengakibatkan adanya penolakan dalam hal pendidikan dan kesempatan-kesempatan lain (Buku Pedoman Bagi Pengawas Ketenagakerjaan alam Menanggulangi Pekerja Anak, 2007: 4).

Di lintas budaya pun, anak-anak yang bekerja membantu orang tuanya atau keluarganya merupakan sebuah fenomena yang normal. Bekerja dalam situasi itu merupakan sebuah proses pembelajaran yang dipandang sangat positif bagi perkembangan jiwa dan kepribadian anak. Masalah muncul ketika anak-anak bekerja tidak lagi atas kesadaran dan keinginan anak-anak yang pada usia mereka melainkan telah dipengaruhi berbagai tekanan yang ada disekeliling mereka. Ketidakmampuan keluarga dalam merespon tuntutan kehidupan (utamnya ekonomi) telah menyeret anak-anak tersebut dalam kehidupan kerja yang selayaknya tidak mereka gumuli. Penyebabnya sebenarnya tidaklah sederhana itu, ia lebih banyak ditimbulkan oleh sebuah akar struktural yang lebih dalam yakni ketika negara dengan berbagai kebijaknnya telah memaginalisasi (memiskinkan) rakyatnya sendiri (Ikhsan, dkk, 2000: 1).


(23)

Hal yang paling banyak ditemukan penyebab anak bekerja memang karena dari segi ekonomi keluarga yang miskin, tetapi kemiskinan bukan satu-satunya penyebab seorang anak bekerja di bawah umur, faktor lingkungan juga berperan sangat penting. Anak-anak yang hidup di lingkungan teman-teman yang cenderung menyukai bekerja daripada sekolah, meskipun orang tua mereka cukup mampu untuk membiayai sekolah mereka ataupun anak-anak yang bekerja karena adanya orang-orang terdekat dilingkungannya yang mengajak mereka untuk bekerja. Sebab lingkungan disekitarnya mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam menanamkan nilai-nilai tertentu yang mereka anggapan sesuai dengan dunia mereka.

Di Indonesia baik di sektor formal dan informal merupakan suatu cerminan kemiskinan baik secara ekonomi maupun pendidikan. Tidak bisa melanjutkan sekolah karena biaya pendidikan yang relatif mahal menyebabkan banyak anak yang bekerja untuk membantu keluarga dalam biaya sekolah serta pemenuhan ekonomi rumah tangga. Adapun beberapa faktor lain anak yang bekerja merupakan anak yang dari keluarga yang broken home sehingga hak-hak dia sebagai anak tidak terpenuhi secara baik. Selanjutnya dari faktor budaya, yang asal mulanya dari lingkungan anak yang rata-rata anak-anak tersebut bekerja untuk membantu ekonomi keluarga ataupun bekerja demi memenuhi

kebutuhannya sendiri.

Hal lain untuk menekankan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak bekerja tidak hanya dari segi kemiskinan. Seperti berita yang dikutip dari surat kabar Suara Merdeka, informasi yang diambil dari ungkapan oleh Wakil Gubernur Jateng H. Ali Mufiz MPA menyampaikan hal itu dalam ''Penjelasan atas Penyampaian Raperda Provinsi Jateng tentang Penanggulangan Pekerja Anak'' dalam rapat paripurna DPRD Jateng, di Gedung Berlian, Selasa (23/1). Wagub menyebutkan sejumlah faktor yang menyebabkan anak di bawah umur harus bekerja, di antaranya akibat faktor ekonomi, kemiskinan, dipaksa bekerja oleh orang tua, dan anak tidak tahan hidup menderita. (Surat Kabar Suara Merdeka,


(24)

tanggal Rabu, 24 Januari 2007), jadi faktor kemiskinan bukanlah satu-satunya yang membuat anak bekerja di bawah umur.

Salah satu fenomena anak-anak bekerja layaknya orang dewasa di Aceh sudah berlangsung lama. Tidak hanya bekerja di pabrik bata (walaupun mereka tidak diikat dengan waktu dan aturan), tetapi juga bekerja di pasar menjadi pemulung, bahkan pengemis. Penggagas Forum Perlindungan Anak Aceh (FPAA), Nurjannah Husien, mengaku miris dan menyayangkan para orangtua yang membiarkan anak-anak mereka mencari nafkah sendiri. Anak-anak bekerja demi menafkahi diri sendiri atau keluarga sangat banyak di Indonesia terutama Provinsi Sumatera, dan tidak terkeculi di Kota Aceh. Maraknya anak yang bekerja di Aceh membuat sejumlah aktivis yang peduli anak merasa prihatin. Seperti pada kasus anak siswa kelas 5 Sekolah Dasar (SD) , merupakan salah satu anak yang bekerja untuk membantu ekonomi keluarga dengan menyusun batu bata. Sepasang tangan mungil yang dibalut sarung tangan lusuh dengan ukuran lebar menyusun batu bata yang masih berasa panas. Sedikit demi sedikit hingga terhitung satu kepala. Satu kepala berarti seratus batu bata dan itu berharga dua ratus rupiah. Sudah lima kepala tumpukan, dimana masing-masing tumpukan berjumlah seratus buah. Uang sejumlah seribu rupiah pun sudah bisa dipastikan untuk dikantongi bocah pemilik tangan mungil dengan sarung tangan lusuh itu. Bocah itu adalah Abrar Khoiri, siswa kelas 5 di sebuah Sekolah Dasar di Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar. Hampir setiap hari, sepulang sekolah, Abrar menghabiskan waktunya di pabrik batu bata di kecamatan yang sama. Setiap tumpukan seratus batu, ia diupah dua ratus rupiah. Tujuan Abrar bekerja karena membantu orang tua dan untuk jajannya sendiri (Kompas, 2015)

Tidak hanya di Aceh, kasus anak yang bekerja juga ada di Binjai, Medan, Sumatera Utara. Supriadi yang berusia 13 tahun sangat dibanggakan ibunya karena dapat lulus di SMPN 3 Binjai. Menjelang caturwulan, Supriadi terpaksa berhenti sekolah karena tidak memiliki biaya untuk membayar buku. Ibunya sangat kecewa. Supriadi mengatakan bahwa ia juga merasa terlalu capek untuk terus bersekolah. Pada pagi hari ia kadang-kadang bekerja di kebun sebagai pekerja lepas atau mencari pinang di ladang untuk ongkos dan biaya sekolahnya.


(25)

Disamping itu ia masih harus bekerja di rumah. Ia diantar adiknya pergi ke sekolah sampai di ujung jalan sebelum menaiki kendaraan umum. Pulangnya ia harus berjalan kaki karena tidak ada yang menjemputnya. Ia tiba di rumah sekitar pukul 19.00 wib malam dan ia merasa sangat capek dan tidak dapat mengerjakan tugas rumahnya. Sejak tidak bersekolah, Supriadi disuruh ibunya bekerja di kebun, mencari pinang, angon lembu dan membantu pekerjaan ibunya di rumah.

Beda dengan Supriadi, kasus lain dapat dilihat pada Andi (10 tahun). Walaupun bertujuan untuk mendapatkan uang jajan dan membeli buku, ia menganggap pekerjaan menebang dan mengikat tebu menyenangkan. Ia dapat pergi dan pulang naik sepeda dengan abangnya, mendapatkan teman-teman dari bekerja, dan dapat bermain bola bersama mereka seusai bekerja. Ia menyukai teman-temannya karena selalu membantunya jika kesulitan mengikat tebu. Kuswidyadarma (14 tahun) juga merasakam hal yang hampir sama. Ia termasuk pekerja harian lepas. Ia menyukai bekerja meskipun membuatnya sangat lelah karena dapat berkumpul dan bercerita bersama teman-teman sebayanya saat pergi dan pulang dari memotong ataupun mengikat tebu (Ikhsan, dkk, 2000: 51).

Masyarakat biasanya mendefinisikan anak yang bekerja sebagai upaya membantu orang tua. Anak yang tidak bekerja dan sementara orang tua mengharapkannya untuk bekerja disebut tidak mengerti keadaan orang tua, sedangkan anak yang bekerja tanpa disuruh dan diharapkan untuk bekerja disebut anak yang mengerti kesulitan orang tua. Hal sebaliknya dapat dilihat pada Hermawanto (17 tahun) yang tidak bekerja, ibunya menunjukkan rasa kesal dengan melemparkan sepeda, parang, dan cangkul yang biasa digunakan anaknya untuk bekerja di halaman depan rumahnya. Ibunya mengatakan, “ Anak tidak tahu untung, tidak mau membantu orang tua!”. Hermawanto tidak berani pulang, dan tidak makan ataupun tidur di rumahnya saat itu. Istri kepala lingkungan yang merasa kasihan melihatnya dan mengajak Hermawanto untuk makan di dapur rumahnya (Ikhsan, dkk, 2000: 53).

Salah satu fenomena sosial yang belakangan ini semakin nyata di Deli Serdang khususnya di Desa Baru, adalah masalah anak-anak yang bekerja. Hakekatnya persoalan anak yang bekerja bukanlah kemiskinan belaka, melainkan


(26)

juga beberapa faktor-faktor lain yang menjadikan anak-anak di Desa Baru ikut bekerja disela-sela kesibukannya yang juga sekolah ataupun belajar. Di Desa Baru, banyak anak-anak di sekitar daerah tersebut yang sekolah ataupun belajar dilakukannya sambil bekerja, menjadikan anak tidak mendapatkan haknya sebagai anak. Anak-anak di Desa Baru tersebut banyak juga yang bekerja dalam mencari nafkah untuk membantu ekonomi keluarganya. Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan mereka ikut bekerja seperti kemiskinan dan keingintahuan anak untuk bekerja yang akhirnya membawa mereka masuk dunia kerja sepenuhnya. Padahal dilihat dari kegiatan yang ada di Desa Baru cukup banyak di rumah-rumah membuka les semua mata pelajaran dan juga ada posko

Kids Club dari Yayasan Fondasi Hidup Indonesia (FH-INDONESIA) yang

memberikan bantuan program pendidikan untuk anak-anak yang perekonomian keluarganya yang tidak mampu, yaitu dengan hanya mengikuti les di Kids Club tersebut secara rutin tanpa dipungut biaya sedikit pun. Tetapi masih banyak anak-anak di Desa Baru tidak bisa mengikuti kegiatan tersebut karena ikut bekerja, mereka bekerja sebagai pemulung sampah, bekerja sebagai tukang Doorsmeer, bekerja sebagai montir di bengkel, pemungut barang bekas (botot) dan sebagainya. Berdasarkan informasi dan peristiwa tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut masalah tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul “Faktor-faktor Penyebab Anak Bekerja di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang”.

1.5Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “ Apa Faktor-faktor Penyebab Anak Bekerja di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang?”.

1.6Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-faktor yang menjadi Penyebab Anak Bekerja di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.


(27)

1.3.2 Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan serta pengetahuan mengenai faktor-faktor penyebab anak bekerja di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

b. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut dan sebagai langkah awal untuk penelitian-penelitian berikutnya.

1.7Sistematika Penelitian

Sitematika penulisan secara garis besarnya dikelompokkan dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang teori teori yang mendukung dalam penelitian, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi oprasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dan data – data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikaan tentang uraian data yang di peroleh dari hasil penelitian serta analisis pembahasannya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran–saran yang bermanfaat.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak

2.1.1 Pengertian Anak

Menurut the Minimum Age Convention nomor 138 (1973), pengertian tentang anak adalah seseorang yang berusia 15 tahun ke bawah. Sebaliknya, dalam Convention on the rights of the Child (1989) yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Keppres nomor 39 tahun 1990 disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah. Sementara itu, UNICEF mendefinisikan anak sebagai penduduk yang berusia 0 sampai dengan 18 tahun (Huraerah, 2012: 31).

Jika dicermati, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa rentang tentang usia anak terletak pada skala 0 sampai dengan 21 tahun. Penjelasan mengenai batas usia 21 tahun ditetapkan berdasarkan pertimbangan kematangan sosial, kematangan pribadi, dan kematangan mental seseorang yang umumnya dicapai setelah seseorang melampaui usia 21 tahun. Hal ini dipertegas dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang mengatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih di dalam kandungan.

Batasan umur seseorang masih dalam kategori anak, berdasarkan beberapa peraturan yang ada di Indonesia cukup beragam, yang antara lain adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan; menyebutkan : “Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum melakukan perkawinan di bawah kekuasaan orang tuanya” (Waluyadi, 2009: 26).

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, pasal 1 angka (1), menyebutkan: “Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum


(29)

mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin” (Perundangan tentang Anak, 2010: 15).

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pasal 1 angka (5), menyebutkan bahwa: “Anak adalah manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya”.

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2001 tentang Komite Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak yaitu pada pasal 1 disebutkan bahwa:

1) Anak adalah semua yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun. 2) Bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak adalah:

a. Segala bentuk perbudakan, praktik sejenis perbudakan seperti penjualan dan perdagangan anak, kerja paksa atau wajib kerja, termasuk pengerahan anak secara paksa atau wajib untuk dimanfaatkan;

b. Pemanfaatan, penyediaan, atau penawaran anak untuk pelacuran ataupun pertunjukan-pertunjukan porno;

c. Pemanfaatan, penyediaan, atau penawaran anak untuk kegiatan terlarang, khususnya untuk produksi dan perdagangan obat-obatan sebgaimana diatur dalam perjanjian internasional yang relevan;

d. Pekerjaan yang sifat atau keadaan tempat pekerjaan itu dilakukan dapat membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak-anak (Perundangan tentang Anak, 2010: 139).

5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa:

a. Seorang anak tidak boleh dipekerjakan lebih dari 4 jam sehari;

b. Seorang anak tidak boleh dipekerjakan dalam waktu antara pukul 18.00 wib sampai dengan pukul 06.00 wib;

c. Pemberi kerja harus memberikan upah kerja kepada anak sesuai dengan ketentuan yang berlaku

d. Seorang anak tidak boleh melakukan pekerjaan-pekerjaan di bawah tanah, di dalam lubang, di bawah permukaan tanah, di tempat


(30)

pengambilan mineral, logam dan bahan-bahan galian lainnya dalam lubang terowongan di bawah tanah termasuk di dalam air;

e. Seorang anak tidak boleh diperkerjakan di tempat-tempat dan/atau menjalankan pekerjaan yang bersifat dapat membahayakan kesusilaan; f. Seorang anak tidak dipekerjakan di pabrik, di dalam ruangan tertutup

yang menggunakan alat bermesin;

g. Seorang anak tidak boleh dipekerjakan pada pekerjaan konstruksi jalan, jembatan, bangunan air dan bangunan gedung;

h. Seorang anak tidak boleh dipekerjakan pada pembuatan, pembongkaran, dan pemindahan barang di pelabuhan, dermaga, galangan kapal, stasiun, tempat penyimpanan barang dan gedung (Waluyadi, 2009: 32-33). Larangan-larangan tersebut dialamatkan kepada pengusaha atau pemberi kerja, yang sudah barang tentu apabila dilanggar ada konsekuensi hukumnya. Persoalannya bagaimana terhadap anak-anak yang dieksploitasi oleh orang tuanya atau oleh orang lain yang bukan orang tuanya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bukan atau tidak di tempat sebagimana disebutkan dalam undang-undang. Permasalahan seperti itu menjadi wajib untuk dicari jawabannya, karena kenyataan banyak dijumpai di jalan-jalan protokol peminta-minta dan pengamen yang dilakukan oleh anak. Tidak jarang juga anak-anak mendapatkan legalisasi untuk bekerja dari orangtuanya dengan pertimbangan untuk membantu perekonomian keluarga (Waluyadi, 2009: 32-33).

Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan oleh Undang-undang tentang Ketenagakerjaan bahwa bentuk perlindungan terhadap anak dalam undang-undang tersebut di lihat dari segi waktu di dalam pekerjaan, jenis pekerjaan, tempat pekerjaan dan sebagainya. Setelah mengetahui hal tersebut, kita juga harus memahami hak-hak yang dibutuhkan oleh anak agar tidak ada lagi permasalahan tentang pekerja anak ataupun anak yang bekerja membantu perekonomian keluarga. Pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak, dijelaskan mengenai Hak Anak-anak sebagai berikut: 1. Pasal 4 : Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan

berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.


(31)

2. Pasal 5 : Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.

3. Pasal 6 : Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua.

4. Pasal 7 : (1). Setiap anak berhak mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri.

(2). Setiap anak dalam hal karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Pasal 8 : Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.

6. Pasal 9 : (1). Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

(2). Hak memperoleh pendidikan luar biasa bagi anak yang menyandang cacat dan mendapatkan pendidikan khusus bagi anak yang memiliki keunggulan.

7. Pasal 10 : Setiap anak berhak menyatakan dan didengarkan pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan informasi, sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.

8. Pasal 11 : Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, dan berekreasi seusai minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.

9. Pasal 12 : Setiap anak berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial bagi anak yang menyandang cacat.


(32)

Sebagaimana manusia lainnya, setiap anak memang memiliki kebutuhan dasar. Kebutuhan-kebutuhan dasar merupakan kebutuhan yang menuntut untuk dipenuhi sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan wajar. Huttman dalam Huraerah merinci kebutuhan anak adalah :

1. Kasih sayang orangtua 2. Stabilitas emosional 3. Pengertian dan perhatian 4. Perumbuhan kepribadian 5. Dorongan kreatif

6. Pembinaan kemampuan intelektual dan keterampilan dasar 7. Pemeliharaan kesehatan

8. Pemenuhan kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal yang sehat dan memadai

9. Aktivitas reasional yang konstruktif dan positif 10.Pemeliharaan, perawatan, dan perlindungan

Kegagalan dalam proses pemenuhan kebutuhan dasar tersebut akan berdampak negatif pada petumbuhan fisik dan perkembangan intelektual, mental, dan sosial anak. Anak bukan saja akan mengalami kerentanan fisik akibat gizi dan dan kualitas kesehatan yang buruk, melainkan juga mengalami hambatan mental, lemah daya nalar bahkan perilaku-perilaku seperti nakal, autis, tidak suka diatur yang kelak mendorong mereka menjadi manusia ‘tidak normal’ dan perilaku kriminal (Suharto dalam Huraerah, 2012: 39).

Hak-hak anak tidak hanya harus dipenuhi oleh keluarga terutama orang tua, tetapi menjadi kewajiban dan tanggung jawab negara dan pemerintah. Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengenai Tanggung Jawab Negara dan Pemerintah terhadap Anak yaitu :

1. Pasal 21 : Menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, buadaya dan bahasa. Status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik dan/atau mental.


(33)

2. Pasal 22 : Memberikan dukungan sarana dan prasarana dalan penyelenggaraan perlindungan anak.

3. Pasal 23 : (1). Negara dan Pemerintah menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wli, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap anak.

(2). Negara dan Pemerintah mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak.

Membahas tentang hak dan perlindungan anak, pengakuan terhadap anak secara internasional juga dilakukan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melalui suatu konvensi yaitu pada tahun 1989. Prinsip-prinsip yang dianut dalam konveksi hak anak adalah:

a. Non Diskriminasi (Pasal 2), semua hak anak yang diakui dan terkandung dalam KHA (Konvensi Hak Anak) harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa perbedaan apapun.

b. Kepentingan terbaik untuk anak (Pasal 3), semua tindakan yang menyangkut anak, pertimbangannya adalah apa yang terbaik untuk anak.

c. Kelangsungan hidup dan perkembangan anak (Pasal 6), hak hidup yang melekat pada diri setiap anak harus diakui atas perkembangan hidup dan perkembangannya harus dijamin.

d. Penghargaan terhadap pendapat anak (Pasal 12) pendapat anak terutama yang menyangkut hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan keputusan. (Erman, 2014 : 14)

Undang-undang dan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah menjelaskan tentang pengertian anak secara lengkap sampai pada pembahasan tentang hak-hak anak serta tentang perlindungan anak. Kita akan membahas pengertian anak yang lebih spesifikasi menurut beberapa aspek, seperti yang di bawah ini :

Pengertian Anak dari Aspek Agama. Dalam sudut pandang yang dibangun oleh agama khususnya dalam hal ini adalah Agama Islam, anak merupakan makhluk yang mulia, yang keberadaannya adalah kewenangan dari kehendak


(34)

Allah SWT dengan melalui proses penciptaan. Oleh karena itu, anak mempunyai kehidupan yang mulia dalam pandangan Agama Islam, maka anak harus diperlakukan secara manusiawi seperti diberi nafkah baik lahir maupun batin, sehingga kelak anak tersebut tumbuh menjadi anak yang berakhlak mulia seperti dapat bertanggung jawab dalam mensosialisasikan dirinya untuk mencapai kebutuhan hidupnya dimasa mendatang. Dalam pengertian Islam, anak adalah titipan Allah SWT kepada kedua orang tua, masyarakat bangsa dan negara yang kelak akan memakmurkan dunia sebagai pewaris ajaran Islam pengertian ini mengandung arti bahwa setiap anak yang dilahirkan harus diakui, diyakini, dan diamankan sebagai implementasi amalan yang diterima oleh akan dari orang tua, masyarakat , bangsa dan negara.

Pengertian anak berdasarkan UUD 1945. Pengertian anak dalam UUD 1945 terdapat di dalam pasal 34 yang berbunyi: “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”, hal ini mengandung makna bahwa anak adalah subjek hukum dari hukum nasional yang harus dilindungi, dipelihara dan dibina untuk mencapai kesejahteraan anak. Dengan kata lain anak tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat.

Pengertian Anak menurut Hukum Adat atau Kebiasaan. Hukum adat tidak ada menentukan siapa yang dikatakan anak-anak dan siapa yang dikatakan orang dewasa. Akan tetapi dalam hukum adat ukuran anak dapat dikatakan dewasa tidak berdasarkan usia tetapi pada ciri tertentu yang nyata. Mr.R.Soepomo berdasarkan hasil penelitian tentang hukum perdata Jawa Barat menyatakan bahwa kedewasaan seseorang dapat dilihat dari ciri-ciri sebagi berikut:

1. Dapat bekerja sendiri.

2. Cakap untuk melakukan apa yang disyaratkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bertanggung jawab.


(35)

2.1.2 Anak yang Bekerja

Kalau kita cermati eksistensi anak, maka anak sebagai harapan keluarga dan sekaligus kelak mewarisi masa depan bangsa. Kedudukan anak sungguh penting dalam kehidupan manusia dalam peradabannya. Sebagai contoh dalam hukum positif Indonesia sudah begitu banyak peraturan hukum yang melindungi eksistensi anak misalnya dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan anak, PP No. 2 Tahun 1988 tentang Usaha Kesejahteraan Sosial Anak bagi Anak yang Mempunyai Masalah, Keppres No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Hak-hak Anak (Convention on The Right of the Child), Permenaker No. 01/Men/1987 tentang Perlindungan bagi Anak yang Terpaksa Bekerja, dan ketentuan lainnya (Sofian, 2012: 30-34).

Akan tetapi, dalam praktiknya, nasib anak-anak di Indonesia dewasa ini tidaklah seperti yang dituliskan di dalam doktrin-doktrin formal itu. Berbagai problematika persoalan anak yang acapkali terdengar adalah anak jalanan, anak jermal, pekerja anak maupuna anak yang bekerja. Isu anak yang bekerja (working children) telah menjadi program aksi badan-badan dunia. Jumlah anak yang bekerja dan skala penderitaannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diteliti oleh ILO, dalam IPEC Program Document (1993), lebih dari 200 juta anak kerja di luar rumah atau aktif secara ekonomi karena kemiskinan dan urbanisasi (Sofian, 2012: 30-34).

Menurut Warsini dkk, dalam (Modul Penanganan Pekerja Anak yang diterbitkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 2005: 10) anak yang bekerja adalah anak melakukan pekerjaan karena membantu orang tua, latihan keterampilan dan belajar bertanggung jawab, misalnya membantu mengerjakan tugas-tugas dirumah, membantu pekerjaan orang tua diladang dan lain-lain. Anak melakukan pekerjaan yang ringan dapat dikategorikan sebagai proses sosialisasi dan perkembangan anak menuju dunia kerja. Indikator anak membantu melakukan pekerjaan ringan adalah :

1. Anak membantu orangtua untuk melakukan pekerjaan ringan 2. Ada unsur pendidikan/pelatihan

3. Anak tetap sekolah


(36)

5. Terjaga keselamatan dan kesehatannya

Lebih lanjut, menurut kelompok usia tersebut dikelompokkan menjadi tiga yaitu: 5 sampai 12 tahun, 13 sampai 15 tahun dan 16 sampai 17 tahun. Penentuan batas terendah, usia 5 tahun, dipilih batas terendah, usia 5 tahun, dipilih berdasarkan kenyataan bahwa di Indonesia masih sangat jarang (jika ada) bagi anak-anak untuk terlibat dalam ketenagakerjaan. Walaupun, sangat mungkin terjadi bagi anak-anak untuk berada di dalam pekerjaan. Pada kelompok termuda 5 sampai 12 tahun, bekerja sebenarnya tidak diperbolehkan, bahkan untuk pekerjaan ringan. Pada kelompok usia berikutnya 13 sampai 15 tahun, pekerjaan ringan dapat ditoleransi oleh undang-undang. Sedangkan pada kelompok usia tertua 16 sampai 17 tahun, bekerja secara umum diperbolehkan secara hukum. Namun, mereka dilindungi oleh undang-undang dari bentuk pekerjaan terburuk bahaya (Irwanti Melati. Perbedaan Pekerja Anak dan Anak Yang Bekerja, 2012).

Dampak anak bekerja juga dapat berpengaruh pada anak baik dari psikis maupun menurunnya proses pendidikannya. Dalam Konvensi Hak Anak, yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia disebutkan dan di akui bahwa anak-anak pada hakikatnya berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Namun demikian, akibat tekanan kemiskinan, kurangnya animo orang tua terhadapa arti penting pendidikan, dan sejumlah faktor lain, maka secara sukarela maupun terpaksa anak menjadi salah satu sumber pendapatan keluarga yang penting.

Segi pendidikan, anak-anak yang bekerja disinyalir cenderung mudah putus sekolah baik putus sekolah karena bekerja terlebih dahulu atau putus sekolah dahulu baru kemudian bekerja. Bagi anak-anak sekolah dan bekerja adalah beban ganda yang sering kali dinilai terlalu berat, sehingga setelah ditambah tekanan ekonomi dan faktor lain yang sifatnya struktural, tak heran mereka terpaksa memilih putus sekolah di tengah jalan. Suatu survei yang dilaksanakan oleh BPS dengan ILO/APEC di Bandung bahwa hanya 22,3 % anak-anak dapat bersekolah sekaligus bekerja. Ini menunjukkan bahwa lbih dari 75% anak-anak yang secara ekonomi aktif sudah tidak bersekolah lagi (BPS dan ILO, 1993: 52 dalam Suyanto) (Suyanto, 2003: 119-120).

Konvensi ILO No. 138 tentang Usia Minimum Diperbolehkan untuk Bekerja, 1973 tetap menjadi standar internasional yang fundamental tentang


(37)

pekerja anak ataupun anak yang bekerja dimana negara-negara yang telah meratifikasi konvensi ini diharuskan untuk: “menyusun kebijakan nasional yang bertujuan untuk mengahapus perburuhan anak ataupun pekerja anak secara efektif dan untuk meningkatkan secra progresif umur minimum seseorang untuk bekerja atau bekerja pada tingkat yang sesuai dengan pertumbuhan optimal dari fisik dan mental anak-anak”. Menetapkan umur minimum seseorang untuk bekerja merupakan kewajiban pokok dari negara-negara yang telah meratifikasi Konvensi ini dan Konvensi ini telah menetapkan tiga kategori berikut ini:

1) Umur minimum tidak boleh kurang dari umur yang dibutuhkan untuk menyelesaikan program wajib belajar, dan dalam hal apapun, tidak boleh kurang dari umur 15 tahun. Negara-negara yang fasilitas perekonomian dan pendidikannya belum dikembangkan secara memadai dapat menetapkan usia minimum 14 tahun untuk bekerja pada tahap permulaan.

2) Umur minimum yang lebih tua yaitu 18 tahun ditetapkan untuk jenis pekerjaan yang berbahaya “yang sifat maupun situasi dimana pekerjaan tersebut dilakukan kemungkinan besar dapat merugikan kesehatan, keselamatan atau moral anak-anak”. Masing-masing negara diberi kebebasan untuk menentukan batas usia ini, setelah berkonsultasi dengan organisasi pengusaha dan pekerja. Rekomendasi ini menyediakan panduan tentang kriteria yang harus diterapkan dalam menentukan pekerjaan mana yang dikategorikan sebagai pekerjaan yang berbahaya.

3) Umur minimum yang lebih rendah untuk pekerjaan ringan yaitu pekerjaan yang kemungkinan besar tidak akan membahayakan kesehatan atau pertumbuhan anak-anak atau menganggu pendidikan mereka, dapat ditetapkan pada umur 13 tahun. Untuk negara-negara yang pada awalnya menetapkan umur minimum 14 tahun, maka umur minimum untuk pekerjaan ringan dapat ditetapkan pada umur 12 tahun (Buku Pedoman Bagi Pengawas Ketenagakerjaan dalam Menanggulangi Pekerja Anak, 2007: 11).


(38)

2.1.3 Faktor-faktor Penyebab Anak Bekerja

Perburuhan anak, pekerja anak, ataupun anak yang bekerja pada dasarnya merupakan gejala kemiskinan yang meluas dan ketidaksetaraan di ttengah-tengah masyarakat. Namun anak yang bekerja jga merupakan faktor penyebab terjadinya kemiskinan, dan dalam hal ini, ia hidup dengan sendirinya. Kemiskinan merupakan bencana yang sangat dalam dan alami, malapetaka yang dibuat oleh manusia itu sendiri, seperti halnya perang dan kelaparan, buta huruf, ketidakberdayaan dan kurangnya pilihan, sehingga makin memperburuk kondisi orang tua yang miskin sehingga mereka terpaksa menyuruh anak-anaknya untuk bekerja. Namun, kemiskinan bukan satu-satunya faktor yang mendorong timbulnya perburuhan anak atau anak bekerja dan tidak dapat digunakan untuk membenarkan segala jenis pekerjaan dan perbudakan.

Orang tua yang sangat tertekan mungkin tidak merasa bahwa hasil jangka panjang yang diproleh dari pendidikan adalah jauh lebih baik menguntungkan daripada hail ekonomi jangka pendek serta keterampilan yang diproleh dari pekerjaan anak. Pendidikan untuk anak-anak miskin mungkin terlalu mahal, sulit diakses, bermutu rendah atau dianggap tidak relean. Banyak keluarga tergantung pada anak perempuan mereka untuk melakukan tugas-tugas di rumah agar anggota keluarga dewassa dapat bekerja di luar rumah.

Anak-anak mungkin memutuskan untuk bekerja setelah mengetahui bahwa keluarga mereka butuh uang, atau akibat pengaruh dari teman-teman untuk bergabung dengan mereka di jalan atau di lokasi lain. Perburuhan anak, pekerja anak serta anak yang bekerja terus berlangsung karena undang-undang yang ada tidak diterapkan dengan baik dan karena lemahnya komitmen sosial dan politik (Buku Pedoman Bagi Pengawas Ketenagakerjaan alam Menanggulangi Pekerja Anak, 2007: 4-5).

Faktor-faktor Penyebab Anak Bekerja :

a. Adanya persepsi orang tua dan masyarakat bahwa anak bekerja tidak buruk dan merupakan bagian dari sosialisasi dan tanggung jawab anak untuk membantu pendapatan keluarga.


(39)

b. Kemiskinan, gaya hidup konsumerisme, tekanan kelompok sebaya serta drop out dari sekolah mendorong anak untuk mencari keuntungan material dengan terpaksa bekerja.

c. Kondisi krisis ekonomi juga mendorong anak untuk terjun bekerja bersaing dengan orang dewasa.

d. Lemahnya penegakan hukum di bidang pengawasan umur minimum untuk bekerja dan kondisi pekerjaan. (Dr. Sri Tjahjorini, MSi. 2014. Masalah kemiskinan: Implikasinya Pada Pekerja Anak)

e. Faktor adanya urbanisasi. Daerah asal dari anak yang berkerja, yang mayoritas dari pedesaan juga merupakan salah satu faktor timbulnya anak bekerja. Pedesaan yang dianggap tidak bisa memberikan jaminan perbaikan ekonomi, maka banyak orang yang mengadu nasib ke kota-kota besar dengan harapan dapat memperoleh penghasilan yang lebih tinggi, tanpa kecuali para orangtua yang terbelenggu masalah ekonomi mengajak anaknya untuk dipekerjakan, mulai dijadikannya pengemis sampai pada buruh pabrik. (Emei Dwinanarhati Setiamandani, Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Anak dan Upaya Penanggulangannya, 2012)

f. Faktor sosial budaya. Fenomena anak yang bekerja ini tidak terlepas dari realitas yang ada pada masyarakat, yang secara kultural memandang anak sebagai potensi keluarga yang wajib berbakti kepada orang tua. Anak yang bekerja justru dianggap sebagai anak yang berbakti dan dapat mengangkat harkat dan martabat orang tua. Dengan budaya yang seperti ini, maka posisi anak yang sebenarnya mempunyai hak dan wajib dilindungi menjadi terabaikan. (Emei Dwinanarhati Setiamandani, Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Anak dan Upaya Penanggulangannya, 2012)

Sebagai tambahan dari beberapa faktor pendorong anak untuk bekerja di antaranya yaitu:

a. Faktor mendasar adalah masalah kemiskinan, terkait dengan situasi dan kondisi keluarga yang miskin sehingga mengakibatkan daya ekonomi keluarga


(40)

menjadi lemah. Akibatnya keluarga tidak dapat mencukupi kebutuhan dasarnya. Hal ini terkait dengan ketidakmampuan keluarga dalam hal ini orang tua untuk menjalankan fungsinya terutama fungsi ekonomi.

Ketidakmampuan keluarga memenuhi kebutuhan dasar ini berpengaruh pada rendahnya daya tahan fisik serta intelektual karena kurangnya asupan gizi yang memenuhi standar. Lebih lanjut hal ini akan berpengaruh pada rendahnya motivasi, kreativitas dan produktivitas. Anak menjadi mudah lelah saat bekerja serta mudah terserang penyakit, rendah konsentrasinya saat seharusnya anak menerima pelajaran di sekolah, sehingga berpengaruh terhadap kemampuan intelektual anak. Untuk itu perlu diupayakan gizi, menu makanan serta minuman penyegar untuk menunjang kesehatan fisik, mental dan intelektual anak.

b. Faktor terkait dengan program wajib belajar sembilan tahun yang harus dicapai secepat mungkin oleh pihak pemerintah, menjadi sulit untuk diberlakukan kepada keluarga miskin. Hal ini disebabkan bagi kelompok rumah tangga yang terpaksa membiarkan anaknya bekerja dengan alasan menambah pendapatan rumah tangga, tentu saja bukan hal mudah untuk mewajarkannya, apalagi dengan biaya dan kebutuhan pendidikan yang relatif tidak sedikit.

Akibatnya satu juta anak usia 10-14 (sepuluh sampai dengan empat belas) tahun terpaksa sekolah sambil bekerja. Hal ini akan berpengaruh pada kualitas pekerjaan maupun pendidikannya. Dalam jangka panjang, akan berpengaruh pada kualitas Sumber Daya Manusia, dimana daya nalar serta wawasan anak menjadi terbatas. Meskipun biaya pendidikan dibebaskan, keluarga miskin niscaya harus menanggung biaya lain terkait dengan masuknya anak di sekolah, seperti biaya seragam, buku dan transportasi. Belum lagi, biaya kehilangan pendapatan (opportunity cost) yang diakibatkan oleh hilang atau berkurangnya waktu kerja anak untuk membantu orang tua mencari nafkah bagi keluarga (Dr.Sri Tjahjorini, Msi. Masalah kemiskinan: Implikasinya Pada Pekerja Anak, 2014).

c. Kalau bicara dari segi etika dan moral anak-anak memang disadari bahwa tidak seharusnya bekerja, apalagi bekerja disektor berbahaya, karena dunia


(41)

mereka adalah dunia yang selayaknya digunakan untuk belajar, bermain dan sebagainya. Tetapi akibat tradisi, perubahan proses produksi, kelangkaan pendidikan, dan tidak memadainya aturan yang melarang anak yang bekerja (Suyanto,2003: 126).

2.2 Keluarga

Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga dan makan dalam satu periuk. Terdapat beberapa definisi keluarga dari beberapa sumber, yaitu:

1. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986).

2. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya,1978 ).

3. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 1988). Definisi, Fungsi dan Bentuk Keluarga, 2012)

Keluarga merupakan institusi paling penting pengaruhnya terhadap sosialisasi manusia. Hal ini dimungkinkan karena berbagai kondisi yang dimiliki oleh keluarga. Dan keluarga merupakan kelompok primer yang selalu tatap muka diantara anggotanya, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan anggota-anggotanya (Narwoko dan Suyanto,2007: 92).


(42)

Menurut Undang-undang tentang Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga.

Dari beberapa pengertian tentang keluarga, pada hakikatnya keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun tambahan (adopsi) yang diatur melalui kehidupan perkawinan bersama searah dengan keturunannya yang merupakan satuan yang khusus. Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak (Su’adah, 2005: 22-23). Selanjutnya Iver dan Page memberikan ciri-ciri umum keluarga yang meliputi :

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.

3. Suatu sistem tata-tata norma termasuk perhitungan garis keturunan.

4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-angta kelompok yang mempunyai ketentuan khusu terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga (Su’adah, 2005: 22).

Disamping ciri-ciri umum keluarga, keluarga juga mempunyai sifat-sifat khusus yaitu:

1. Universalitas artinya merupakan bentuk yang universal dari seluruh organisasi sosial.

2. Dasar emosional artinya rasa kasih sayang, kecintaan sampai kebanggan suatu ras.


(43)

3. Pengaruh yang normatif artinya keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama-tama bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi, dan membentuk watak daripada individu.

4. Besarnya keluarga terbatas.

5. Kedudukan yang sentral dalam struktur sosial. 6. Pertanggung jawab daripada anggota-anggota.

7. Adanya aturan-aturan sosial yang homogen (Ahmadi, 2007: 222)

Beberapa sebab misalnya yaitu karena adanya perekonomian, pengaruh uang, produksi atau pengaruh individualisme, sistem kekeluargaan ini menjadi kabur. Hal ini disebabkan karena: urbanisasi, emansipasi sosial wanita dan adanya pembatasan kelahiran yang disengaja.

Akibat pengaruh-pengaruh perkembangan keluarga itu menyebabkan hilangnya peranan-peranan sosial yaitu:

1. Keluarga berubah fungsinya, dari kesatuan yang menghasilkan menjadi kesatuan yang memakai semata-mata. Dahulu keluarga menghasilkan sendiri keluarganya, tetapi lama kelamaan fungsi ini semakin jarang karena telah dikerjakan oleh orang-orang tertentu.

2. Tugas untuk mendidik anak-anak sebagian besar diserahkan kepada sekolah-sekolah, kecuali anak-anak kecil yang masih hidup dalm lingkungan keluarga. 3. Tugas bercengkerama di dalam keluarga menjadi mundur, karena tumbuhnya

perkumpulan-perkumpulan modern, sehingga waktu untuk berada di tengah-tengah keluarga makin lama makin sedikit (Ahmadi, 2007: 223).

Keluarga dianggap sangat penting dan menjadi pusat perhatian kehidupan individu, maka dalam kenyataanya fungsi keluarga pada semua masyarakat adalah sama. Secara rinci, beberapa fungsi dari keluarga adalah :

1. Fungsi pengaturan keturuanan :Fungsi keturunan ataupun reproduksi ini merupakan hakikat untuk kelangsungan hidup manusia dan sebagai dasar kehidupan sosial manusia dan bukan hanya sekedar kebutuhan biologis saja. Fungsi ini didasari atas pertimbangan-pertimbangan sosial seperti melanjutkan keturunan, mewariskan kekayaan, serta pemeliharaan pada hari tua.


(44)

2. Fungsi sosialisai atau pendidikan :Fungsi ini adalah untuk medidik anak mulai dari awal sampai pertumbuhan anak hingga terbentuk personality -nya.

3. Fungsi ekonomi atau unit produksi :Adanya fungsi ekonomi maka hubungan diantara anggota keluarga bukan hanya sekedar hubungan yang dilandasi kepentingan untuk melanjutkan keturunan, akan tetapi juga memandang keluarga sebagai sistem hubungan kerja.

4. Funsi pelindung atau proteksi :Fungsi ini adalah untuk melindungi seluruh anggota keluarga dari berbagai bahaya yang dialami oleh suatu keluarga.

5. Fungsi penentuan status :Masyarakat terdapat perbedaan status yang besar, maka keluarga akan mewariskan statusnya pada tiap-tiap anggota atau individu sehingga tiap-tiap anggota keluarga mempunyai hak-hak istimewa.

6. Fungsi pemeliharaan : Fungsi pemeliharaan ini pada tiap masyarakat berbeda-beda, tetapi sebagian masyarakat membebani keluargadengan pertanggung jawaban khusus terhadap anggotanya bila mereka tergantng pada masyarakat.

7. Fungsi afeksi : Yaitu kebutuhan akan kasih sayang atau rasa dicintai (Narwoko dan Suyanto, 2007: 234-237).

Menurut Horton (dalam Su’adah, 2005: 109), fungsi-fungsi keluarga meliputi: 1. Fungsi Pengaturan Seksual :Keluarga berfungsi sebagai lembaga pokok yang

merupakan wahana bagi masyarakat untuk mengatur dan mengorganisasikan kepuasan keinginan seksual.

2. Fungsi Reproduksi :Fungsi keluarga untuk memproduksi atau menghasilkan anak.

3. Fungsi Afeksi :Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia akan kasih sayang dan dicintai.

Fungsi-fungsi keluarga seperti fungsi pengaturan seksual, fungsi reproduksi, dan fungsi afeksi tersebut merupakan hal yang dilakukan oleh keluarga terutama orang tua terhadap anak. Perkembangan anak-anak juga


(45)

memiliki keterkaitan pada ekonomi keluarga. Keadaan ekonomi keluarga tentulah sangat berpengaruh pada perkembagan anak-anak, apabila kita perhatikan hubungan orang tua yang hidup dalam ekonomi keluarga yang cukup, orang tuanya dapat mencurahkan kasih sayang serta perhatian yang lebih ke anak apabila ia tidak dibebani maslah-masalah keluarga yang primer. Tetapi, jika ekonomi keluarga yang rendah, orangtua tidak mencurahkan kasih sayang serta perhatian yang lebih ke anak (Gerungan, 2004: 196).

Secara umum hal tersebut dianggap benar, namun faktor dari ekonomi keluarga yang rendah atau miskin tidak merupakan faktor mutlak dalam perkembangan anak di dalam keluarga. Ada beberapa faktor lainnya seperti kesadaran para orang tua untuk menyekolahkan anak-anak masih rendah. Disisi lain, tuntutan kebutuhan ekonomi juga sangat berat, sehingga tidak sedikit orangtua mengajak anak-anaknya untuk membantu mencari nafkah (Anwas, 2013: 117).

2.3 Kesejahteraan Anak

Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Dasar dari undang-undang ini mengacu kepada pasal 34 UUD 1945, yang menyatakan fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Apabila ketentuan pasal 34 UUD 1945 ini diberlakukan secara konsekwen, maka kehidupan fakir miskin dan anak terlantar akan terjamin.

Beberapa hal yang perlu diketahui dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak adalah dari segi batas usia anak menurut Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak menyebutkan bahwa: “ Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum kawin”. Menurut undang-undang ini, batas usia 21 tahun ditetapkan berdasarkan pertimbangan kepentingan usaha kesejahteraan sosial, tahap kematangan sosial, tahap kematangan pribadi dan tahap kematangan mental. Pada usia 21 tahun


(46)

anak sudah dianggap mempunyai kematangan sosial, kematangan pribadi dan kematangan mental (Waluyadi, 2009: 5)

Di dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak juga di jelaskan mengenai hak-hak anak yaitu dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979, juga disebutkan hak-hak anak sebagai berikut:

a) Pasal 3 UU No. 4 Tahun 1979 :Seorang anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan berdasarkan kasih sayang, pelayanan untuk berkembng, pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan atau setelah dilahirkan, perlindungan lingkungan hidup yang menghambat perkembangan.

b) Pasal 4 UU No. 4 Tahun 1979 :Anak yang tidak mempunyai orang tua berhak memproleh asuhan negara atau orang atau badan.

c) Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1979 :Anak yang tidak mampu berhak memproleh bantuan agar dalam lingkungan keluarganya dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar.

d) Pasal 6 UU No. 4 Tahun 1979 :Anak yang mengalami masalah kelakuan diberi pelayanan dan asuhan yang bertujuan menolongnya guna mengatasi hambatan yang terjadi dalam masa pertumbuhan (Waluyadi, 2009:6).

2.4 Kerangka Pemikiran

Mencari nafkah ataupun mengorbankan waktu yang seharusnya untuk bermain di sekolah digunakan anak-anak untuk bekerja. Anak yang bekerja merupakan masalah yang seharusnya mendapat perhatian pemerintah dan masyarakat. Anak yang bekerja memiliki beberapa faktor yang mungkin mempengaruhinya dalam memilih untuk bekerja. Faktor-faktor tersebut karena adanya persepsi orang tua dan masyarakat bahwa anak yang bekerja tidak buruk dan malah merupakan bagian dari proses sosialisasi atau tanggung jawab dari anak, faktor selanjutnya juga berpengaruh terhadap anak yaitu kurangnya pemahaman orangtua tentang hukum dan pentingnya pendidikan daripada


(47)

menjadikan anak sebagai salah satu pembantu pencari nafkah ekonomi rumah tangga, kemiskinan ataupun kondisi krisis ekonomi juga sebagai faktor anak bekerja. Akibat dari keluraga yang berpenghasilan pas-pasan, kebanyakan keluarga mereka melakukan langkah-langkah penghematan seperti mengurangi kualitas makan, meminta bantuan dari kerabat bahkan memperkerjakan anak dalam usia dini untuk ikut membantu keluarga dalam mencari nafkah.

Sekalipun kemiskinan merupakan pendorong utama anak-anak terjun ke dunia kerja, tidak semua orang miskin membiarkan anak-anaknya terjun ke dunia kerja. Adanya faktor lain seperti kurangnya penegakan hukum tentang anak yang bekerja di Indonesia, sehingga masih banyak sampai sekarang anak yang tergolong di bawah umur 10 tahun bekerja dalam membantu ekonomi keluarganya, faktor selanjutnya yaitu karena adanya urbanisasi, daerah asal dari anak yang berkerja mayoritas dari pedesaan, pedesaan yang dianggap tidak bisa memberikan jaminan perbaikan ekonomi, maka banyak para orang tua yang terbelenggu masalah ekonomi mengajak anaknya untuk bekerja. Faktor lainnya yaitu karena adanya pengaruh dari eksternal, yaitu faktor dari sosial budaya, lingkungan serta teman sebaya, yang dapat mempengaruhi anak bekerja.


(48)

Bagan Alur Pikir

Bagan 2.1

ANAK YANG BEKERJA

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK BEKERJA : 1. Kurangnya Pemahaman Orangtua tentang Pentingnya

Pendidikan

2. Kurangnya Pemahaman Anak tentang Pentingnya Pendidikan

3. Adanya Persepsi Orang tua Anak yang Bekerja Mencerminkan Anak yang Bertanggung Jawab/ Mandiri

4. Krisis Ekonomi

5. Gaya Hidup Konsumerisme 6. Lemahnya Penegakan Hukum 7. Lingkungan Sekitar Anak 8. Teman Sebaya/ Sepermainan 9. Sosial Budaya


(49)

2.5 Definisi Konsep

Konsep istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan di kaji. Konsep merupakan proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep konsep yang di jadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep konsep yang di teliti (Siagian, 2011: 136-138).

Peneliti berupaya menggiring para pembaca hasil penelitian itu memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh peneliti, jadi definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 136-138). Untuk lebih memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor anak bekerja :Adalah hal-hal yang mempengaruhi anak untuk bekerja dalam membantu ekonomi keluarganya

2. Anak yang Bekerja :Adalah anak melakukan pekerjaan karena membantu orangtua. Anak yang dimaksud disini yaitu anak yang telah mencapai umur 10 tahun sampai usia 18 tahun dan belum pernah kawin.

3. Keluarga :Adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anak.

Definisi konsep secara keseluruhan, yang dimaksud dengan Faktor-faktor Penyebab Anak Bekerja untuk Ekonomi Keluarga di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang adalah suatu pengamatan tentang hal-hal yang mempengaruhi anak dalam bekerja untuk membantu keluarganya dibidang ekonomi keluarga di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan dan mendeskriptifkan objek dan fenomena yang diteliti (Siagian, 2011: 200-203).

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan jumlah variabel yang berkenaan dengan masalah ataupun unit yang di teliti (Faisal, 2005:20).

Melalui penelitian ini penulis akan membuat gambaran secara menyeluruh tentang Faktor-faktor Penyebab Anak Bekerja di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi tersebut karena terdapat banyak anak yang melakukan pekerjaan ataupun bekerja membantu ekonomi keluarganya, untuk biaya komsumtif dia sendiri, faktor dari pengaruh lingkungan dan sebagainya, daripada mengikuti kegiatan positif seperti les semua mata pelajaran di rumah ataupun di sekolah.

3.3Subyek Penelitian

Pada penelitian ini, penulis tidak menggunakan populasi dan sampel tetapi menggunakan subyek penelitian. Subyek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sendiri. Subyek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penlelitian. Informan penelitian ini meliputi beberapa macam seperti:


(1)

LEMBAR KEGIATAN BIMBINGAN PENELITIAN/ PENULISAN SKRIPSI

No

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FISIP USU* Hari/Tanggal Materi Bimbingan T.Tangan

Pembimbing

1. Senin,26/11/2015 a. Revisi latar belakang

b. Revisi bab tinjauan pustaka c. Revisi bab metode penelitian d. Diskusi cara penulisan skripsi

2. Sabtu,31/01/2015 a. Revisi latar belakang

b. Revisi bab tinjauan pustaka (bab II) c. Diskusi penambahan materi di bab II

3. Senin,02/02/2015 a. Revisi latar belakang

b. Diskusi cara penulisan yang baik

4. Rabu,04/02/2015 a. Diskusi tentang kerangka pemikiran

b. Diskusi tentang metode penelitian

5. Senin,16/02/2015 ACC Seminar Proposal 6. Selasa,24/02/2015 a. Revisi latar belakang

b. Diskusi tentang daftar wawancara

7. Rabu,25/02/2015 a. Penambahan materi di latar belakang

b. Revisi tinjauan pustaka

8. Selasa,10/03/2015 Revisi daftar pertanyaan wawancara 9. Jumat,13/03/2015 ACC Lapangan

10. Sabtu,14/03/2015 a. Memberikan draft bab I-bab IV

b. Memberikan daftar wawancara

11. Penelitian I Selasa 17/3/15, penelitian II

Sabtu,21/03/2015

12. Selasa,24/03/2015 Memberikan draft bab 4-6 dan abstrak skripsi

13 Senin,30/03/2015 Revisi tentang data-data informan dan bagian analisi data


(2)

14. Sabtu,04/04/2015 Revisi abstrak, latar belakang 15 Selasa06/04/2015 ACC SIDANG

*Lembaran ini harus ditandatangani Ketua Departemen sebagai syarat mendaftarkan diri untuk mengikuti ujian komprehensif (meja hijau) dan harus dilampirkan pada skripsi.

Ketua Depatemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Hairani Siregar, S.Sos, Msp NIP. 19710927 199801 2 001


(3)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK BEKERJA DI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG

PEDOMAN WAWANCARA

I. Informan Utama a. Identitas Informan

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Anak ke :

4. Usia :

5. Agama :

6. Suku :

7. Pendidikan :

8. Pekerjaan :

9. Pekerjaan Orang tua :

10.Alamat :

b. Identitas Pertanyaan

1. Apakah anda masih bersekolah?Ya/ Tidak?

Bila masih bersekolah alasannya... Bila sudah tidak bersekolah alasannya...

2. Apakah anda lebih menyukai belajar?Alasannya... Apakah anda lebih menyukai bekerja?Alasannya... Apakah anda menyukai keduanya?Alasannya...

3. Apakah anda bekerja? Sejak mulai kapan anda bekerja?Jelaskan... 4. Apa faktor paling mendukung anda untuk bekerja?Jelaskan... 5. Apakah orang tua anda mengetahui anda bekerja?Jelaskan... 6. Siapakah orang yang pertama kali mengajak anda untuk bekerja?

7. Apakah hasil upah atau pendapatan anda digunakan untuk diri sendiri/

keluarga/ diri sendiri dan keluarga?Jelaskan... 8. Apa kegiatan anda sepulang sekolah?Jelaskan...

9. Bagaimana interkasi anda dengan keluarga, teman sebaya maupun


(4)

10.Apakah anda dan keluarga merupakan penduduk asli Desa Baru?Jika tidak berasal darimana?

II. Informan Tambahan a. Identitas Informan

11.Nama :

12.Jenis kelamin :

13.Status di Keluarga :

14.Usia :

15.Agama :

16.Suku :

17.Pendidikan terakhir :

18.Pekerjaan :

19.Alamat :

b. Daftar Pertanyaan

1. Apakah anak anda masih bersekolah?

2. Apakah anda mengetahui anak anda bekerja?

3. Apakah anda mendukung anak anda untuk bekerja?

4. Apakah upah atau pendapatan anak anda digunakan untuk dirinya sendiri/ keluarga/ dirinya sendiri dan keluarga?Jelaskan...

5. Bagaimana pemenuhan kebutuhan keluarga sebelum dan sesudah anak

anada bekerja?Jelaskan...

6. Siapakah orang yang pertama kali mengajak anak anda untuk bekerja? 7. Apa kegiatan anak anda lakukan sepulang sekolah?

8. Bagaimana interaksi anak anda dengan keluarga, teman sebaya dan lingkungan disekitarnya?

9. Apakah keluarga anda merupakan penduduk asli Desa Baru?Jika tidak

berasal darimana?

10.Apakah kebanyakan para orang tua di Desa Baru memperbolehkan


(5)

OKUMENTASI

DOKUMENTASI WAWANCARA DENGAN BEBERAPA INFORMAN UTAMA

VALDO VALDO

YOGA


(6)

DOKUMENTASI WAWANCARA DENGAN BEBERAPA INFORMAN TAMBAHAN

IBU KANDUNG DARI SUHENDRI