Definisi Operasioal PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR.

Ika Wulandari Utamining Tias, 2014 Penerapan Model Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Mendapatkan gambaran tentang peningkatan kemampuan kognitif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model contextual teaching and learning CTL dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional. 2. Mendapatkan gambaran tentang peningkatan keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model contextual teaching and learning CTL dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bukti empiris tentang potensi model contextual teaching and learning CTL dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa, yang nantinya dapat memperkaya hasil-hasil penelitian dalam kajian sejenis dan dapat digunakan sebagai rujukan, pembanding atau pendukung oleh berbagai pihak yang berkepentingan seperti guru, peneliti, mahasiswa calon guru, dan lain-lain.

E. Definisi Operasioal

Untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan istilah-istilah penting yang digunakan dalam penelitian ini, maka diadakan pendefinisian secara operasional atas istilah-istilah yang digunakan sebagai berikut : 1. CTL didefinisikan sebagai pembelajaran yang membantu siswa menemukan makna dalam pelajaran dengan cara menghubungkan materi akademik dengan kehidupan konteks mereka, yang menekankan bekerja secara ilmiah dapat memecahkan masalah dengan pengalaman yang diperoleh dalam lingkungan sekolah yang diterapkan dalam lingkungan nyata di luar sekolah, dengan mengkonstruksi sendiri pemahaman siswa. Tahapan-tahapan pembelajaran CTL dari penelitian meliputi: invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, dan pengambilan tindak an Sa’ud, 2008. Keterlaksanaan tahapan- tahapan model pembelajaran CTL diterapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Proses pembelajaran model CTL dilakukan dalam tiga kali Ika Wulandari Utamining Tias, 2014 Penerapan Model Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pertemuan. Pertemuan pertama membahas pengungkit, pertemuan kedua membahas bidang miring, dan pertemuan ketiga membahas katrol. 2. Peningkatan keterampilan proses sains didefinisikan sebagai perubahan keterampilan proses sains ke arah yang lebih tinggi dari sebelum pembelajaran ke setelah pembelajaran. Peningkatan ini dihitung dengan menggunakan rumus N-Gain Normalized gain yang dikembangkan oleh Hake pada tahun 1999. Keterampilan proses sains ini diklasifikasikan menurut Rezba 1995 yang membagi keterampilan proses sains menjadi keterampilan dasar proses sains meliputi mengamati, mengkomunikasikan, mengklasifikasi, mengukur, menyimpulkan, dan memprediksi dan keterampilan proses sains yang terintegrasi meliputi mengidentifikasi variabel, membuat tabel data, menggambarkan grafik, menjelaskan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan menganalisis data, menganalisis investigasi, membuat hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, mendesain eksperimen, dan melakukan eksperimen. Dari kedua aspek yang diklasifikasikan oleh Rezba 1995 terdapat enam aspek yang ditinjau dalam penelitian ini yaitu merumuskan percobaan materi pengungkit, bidang miring, dan katrol, bertanya materi pengungkit, bidang miring, dan katrol, merumuskan hipotesis materi pengungkit, bidang miring, dan katrol, merencanakan percobaan materi pengungkit, bidang miring, dan katrol, menarik kesimpulan dan memprediksi untuk materi pengungkit, bidang miring, dan katrol. Keterampilan proses sains siswa diukur dari melalui pemberian tes pilihan ganda yang mencakup indikator-indikator keterampilan proses sains. 3. Peningkatan kemampuan kognitif didefinisikan sebagai perubahan kearah yang lebih tinggi dari sebelum pembelajaran ke setelah pembelajaran. Peningkatan ini dihitung dengan menggunakan rumus N-Gain Normalized gain yang dikembangkan oleh Hake pada tahun 1999. Kemampuan kognitif siswa pada penelitian ini berdasarkan kepada dimensi kognitif Anderson dan Krathwohl 2001. Dari enam ranah kognitif meliputi hafalan C1, pemahaman C2, aplikasi C3, analisis C4, evaluasi C5, dan membuat Ika Wulandari Utamining Tias, 2014 Penerapan Model Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C6 dari keenam ranah kogntif hanya empat ranah yang diteliti dalam penelitian ini hanya mencakup aspek hafalan C1 materi pengungkit, bidang miring, dan katrol, pemahaman C2 materi pengungkit, bidang miring, dan katrol, aplikasi C3 materi pengungkit, bidang miring, dan katrol, dan analisis C4 materi pengungkit, bidang miring, dan katrol. Kemampuan kognitif siswa diukur menggunakan tes kemampuan kognitif dalam bentuk tes jenis pilihan ganda yang mengukur empat aspek kognitif yang ditinjau. 4. Menurut Bennet 1976 dalam Yamin 2011 pembelajaran konvensional didefinisikan sebagai proses pembelajaran guru sebagai penyalur ilmu pengetahuan, penekanan pada ingatan, dan proses pembelajaran konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Sejak dahulu guru dalam usaha menularkan pengetahuannya pada siswa, ialah secara lisan atau ceramah. Ika Wulandari Utamining Tias, 2014 Penerapan Model Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen semu quasi experiment Fraenkel,1993. Metode eksperimen semu dapat memberikan informasi yang merupakan perkiraan terhadap informasi yang dapat diperoleh melalui eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Penelitian ini secara khusus bertujuan mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains yang dicapai siswa sebagai hasil perlakuan pembelajaran kontekstual CTL dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Desain penelitian Randomized Control Group Pretest-Posttest. Desain ini terdapat kelompok yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal siswa tentang kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains sebelum pembelajaran. Desain penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. . Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan : O 1 = Tes Kemampuan Kognitif O 2 = Tes Keterampilan Proses Sains X 1 = Perlakuan pembelajaran konvensional X 2 = Perlakuan pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Kelas Eksperimen O 1 , O 2 X 1 O 1, O 2 Kelas Kontrol O 1 , o 2 X 2 O 1 , O 2 Waktu Sugiono,2010 Ika Wulandari Utamining Tias, 2014 Penerapan Model Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kedua kelompok diberi tes yang sama persis pada awal dan akhir pembelajaran setelah ke dua kelompok diberi perlakuan, kemudian hasil tes kedua kelompok tersebut dibandingkan untuk melihat sejauh mana pengaruh pembelajaran CTL.

B. Populasi dan Sampel Penelitian