Analisis Peluang dan Potensi Investasi di Kota Medan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PELUANG DAN POTENSI

INVESTASI DI KOTA MEDAN

OLEH

EINIKE SININTA PURBA 100501167

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PELUANG DAN POTENSI INVESTASI DI KOTA MEDAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peluang dan potensi investasi di Kota Medan berdasarkan sektor unggulan yang dimiliki oleh Kota Medan. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Pemerintah Daerah. Alat analisis data yang digunakan adalah Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Shift Share, dan Analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi sektor unggulan berdasarkan perhitungan analisis location quotient dan shift share adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor perdagangan, hotel dan restoran tersebut memberikan nilai analisis yang lebih unggul diantara sembilan sektor unggulan yang ada di Kota Medan.

Berdasarkan analisis SWOT, strategi terbaik yang dapat dijadikan sebagai peluang investasi di Kota Medan adalah memanfaatkan keberadaan hotel-hotel mewah untuk membangun maupun mengembangkan restoran,café disekitar hotel dengan kualitas yang baik.


(3)

ABSTRACT

The study is an exploration of opportunity and potential of investment in Medan among the leading sectors in the city. The research is based on the secondary data available in the BPS’ report and local government, analyzed with the tools of Location Quotient, Shift Share and SWOT Analyses.

The study found that according to the analysis of Location Quotient and Shift Share the leading sector in Medan is Trade, Hotel and Restaurant. The analysis of this sector scores the highest opportunity and potential value among the nine leading sectors in the Medan City.

Additionally, according to the SWOT Analysis, the best strategy for investment in Medan is by developing and utilizing the strategic location of restaurants and cafés in the vicinity of starred and international hotels.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat kasih karuniaNya yang luar biasa penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Peluang dan Potensi Investasi di Kota Medan” ditujukan sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dukungan doa, motivasi, semangat maupun sumbangan materi dan pemikiran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Togap Purba, SE dan Eva Maria Saragih, SH, kepada adik-adik terkasih Abednego Purba dan Abigail Purba terimakasih untuk segala dukungan, kasih sayang, doa dan semangat selama ini.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac, Ak, CA. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1 dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, masukan, bimbingan dan arahan yang diberikan selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si selaku Dosen Pembanding I dan Bapak Dr. Rujiman, MA selaku Dosen Pembanding II yang telah memberi masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

8. Terima kasih kepada Joe France MP Sinaga atas doa, waktu, dukungan, tenaga dan kasih sayang yang diberikan selama ini.

9. Terima kasih kepada sahabat-sahabat Rebecka, Lydia, Riantina, Naomi, Headhi, Arsinta, Dina, Chrystian, Togi dan seluruh teman-teman EP 2010. 10. Terima kasih kepada teman-teman kakak dan abang guru-guru Sekolah

Minggu HKBP Simpang Limun atas doa dan dukungannya selama ini.

Tulisan ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membutuhkannya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2014 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

  BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah ... 7

2.1.1 Teori Basis Ekonomi ... 8

2.2 Potensi Relatif Perekonomian Wilayah ... 15

2.3 Pengembangan Sektor Unggulan sebagai Strategi Peluang Investasi ... 16

2.4 Analisis SWOT ... 19

2.5 Kerangka Konseptual ... 20

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 22

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 22

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 22

3.3 Model Analisis Data ... 22

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 27

  BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Gambaran Umm Kota Medan ... 29

4.2 Peranan Ekonomi Kota Medan ... 30

4.3 Hasil Analisis dan Pembahasan ... 35

4.3.1 Analisis Sektor Unggulan dengan LQ ... 35

4.3.2 Analisis Sektor Unggulan dengan Shift-Share ... 40

4.3.3 Analisis Sektor Unggulan Gabungan LQ-Shift Share ... 47

4.3.4 Analisis Peluang dan Potensi Investasi Dengan Menggunakan Analisis SWOT ... 50


(7)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran ... 57


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 3.1 Strategi Matriks SWOT ... 27 4.1 Struktur Ekonomi Menurut Lap.Usaha ADH Berlaku

Tahun 2008-2012 Primer ... 31 4.2 Struktur Ekonomi Menurut Lap.Usaha ADH Berlaku

Tahun 2008-2012 Sekunder ... 32 4.3 Struktur Ekonomi Menurut Lap.Usaha ADH Berlaku

Tahun 2008-2012 Tersier ... 34 4.4 Hasil LQ Analisis Nilai PDRB Kota Medan Tahun

2008-2012 ... 37 4.5 Data PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008-2012 ... 41 4.6 KPP Tiap Sektor PDRB Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2008-2012 ... 42 4.7 Interpretasi Komponen KPP ... 42 4.8 Data PDRB Kota Medan dan PDRB Prov.Sumut

Tahun 2008-2012 ... 43 4.9 KPPW Tiap Sektor PDRB Kota Medan dan PDRB

Prov.Sumut Tahun 2008-2012 ... 44 4.10 Interpretasi Komponen KPPW... 44 4.11 Hasil Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi dan

Pergeseran Bersih ... 45 4.12 Interpretasi Pergeseran Bersih (PB) ... 46 4.13 Ringkasan Hasil Analisis ... 47 4.14 Gabungan Hasil Analisis Location Quotient dan

Analisis Shift Share ... 48 4.15 Strategi SWOT ... 55

 

     


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Pemikiran ... 21 4.1 Identifikasi Sektor Unggulan ... 48


(10)

ABSTRAK

ANALISIS PELUANG DAN POTENSI INVESTASI DI KOTA MEDAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peluang dan potensi investasi di Kota Medan berdasarkan sektor unggulan yang dimiliki oleh Kota Medan. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Pemerintah Daerah. Alat analisis data yang digunakan adalah Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Shift Share, dan Analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi sektor unggulan berdasarkan perhitungan analisis location quotient dan shift share adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor perdagangan, hotel dan restoran tersebut memberikan nilai analisis yang lebih unggul diantara sembilan sektor unggulan yang ada di Kota Medan.

Berdasarkan analisis SWOT, strategi terbaik yang dapat dijadikan sebagai peluang investasi di Kota Medan adalah memanfaatkan keberadaan hotel-hotel mewah untuk membangun maupun mengembangkan restoran,café disekitar hotel dengan kualitas yang baik.


(11)

ABSTRACT

The study is an exploration of opportunity and potential of investment in Medan among the leading sectors in the city. The research is based on the secondary data available in the BPS’ report and local government, analyzed with the tools of Location Quotient, Shift Share and SWOT Analyses.

The study found that according to the analysis of Location Quotient and Shift Share the leading sector in Medan is Trade, Hotel and Restaurant. The analysis of this sector scores the highest opportunity and potential value among the nine leading sectors in the Medan City.

Additionally, according to the SWOT Analysis, the best strategy for investment in Medan is by developing and utilizing the strategic location of restaurants and cafés in the vicinity of starred and international hotels.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (BKPM, 2004). Investasi merupakan salah satu motor penggerak serta penopang pertumbuhan ekonomi. Karena pertumbuhan yang ditopang oleh investasi dianggap akan dapat meningkatkan produktivitas sehingga membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tanpa investasi pembangunan suatu daerah sulit dilaksanakan, karena sasaran suatu pembangunan akan dapat dicapai apabila ada investasi yang dilakukan.

Dalam teori ekonomi pembangunan diketahui bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi dan investasi mempunyai hubungan timbal balik yang positif. Hubungan timbal balik tersebut terjadi oleh karena di satu pihak, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara, berarti semakin besar bagian dari pendapatan yang bisa ditabung, sehingga investasi yang tercipta akan semakin besar pula.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi berpengaruh terhadap kenaikan PDB serta meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat sehingga kecenderungan untuk investasi lebih besar. Dalam kasus ini, investasi merupakan fungsi dari pertumbuhan ekonomi.

Di lain pihak, semakin besar investasi suatu negara, akan semakin besar pula tingkat pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Dengan demikian, pertumbuhan merupakan fungsi investasi.


(13)

Investasi yang dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah investasi yang terarah. Dimana investasi tersebut terkoordinasi dan terencana dengan memperhatikan hubungan antar wilayah, lokasi industri, pembangunan infrastruktur, sehingga tidak terjadi benturan dalam implementasi.

Sehingga secara umum investasi merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi yang dapat diharapkan agar perekonomian dapat menghasilkan keuntungan. Investasi juga penting untuk perbaikan dalam produktifitas tenaga kerja dan jumlah modal investasi akan menambah jumlah capital. Tanpa investasi tidak akan ada pabrik dan dengan demikian tidak akan ada ekspansi ekonomi (Nopirin, 1987:133).

Sebelum suatu investasi dilakukan harus dikaji terlebih dahulu secara mendalam, karena biasanya membutuhkan biaya yang cukup besar dan hasilnya baru dapat dirasakan pada tahun-tahun pertama. Keberhasilan suatu investasi berarti keberhasilan perencanaan pembangunan. Sebaliknya jika investasi itu tidak mencapai sasaran yang diinginkan berarti pembangunan itu gagal yang sekaligus merupakan kegagalan perencanaan pembangunan.

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya–sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut. Dalam melakukan investasi pada suatu negara ataupun daerah perlu adanya pemahaman terhadap peluang investasi dan potensi investasi di daerah tersebut.


(14)

Atau dalam hal ini melakukan pengembangan ekonomi lokal sebagai salah satu indikator menentukan peluang dan potensi investasi. Pengembangan ekonomi lokal didasarkan pada kemampuan lokalitas, faktor internal, dan pertumbuhan ekonomi lokal, dengan menggunakan potensi sumber daya alam setempat. Dalam menentukan potensi ekonomi yang dimiliki pada suatu negara ataupun daerah perlunya mengetahui sektor apa saja yang menjadi sektor basis ataupun unggulan yang memiliki potensi daya saing kompetitif dan komperatif.

Upaya-upaya yang dilakukan dalam menganalisis peluang dan potensi investasi ada suatu daerah antara lain:

 Mengidentifikasi sektor unggulan dan potensi ekonomi pada suatu daerah

 Mengkaji kelayakan sektor unggulan

 Menyusun peluang investasi sektor unggulan

 Mensinergikan peluang investasi dan kebijakan daerah

Selanjutnya diperlukannya suatu strategi dan rencana tindakan untuk merealisasikan potensi yang diidentifikasi. Untuk menentukan suatu strategi perlu dilakukan suatu segmentasi terhadap penentuan target baru yaitu skala priorotas unggulan atas potensi yang dimiliki oleh suatu daerah yang kemudian dipilih potensi yang paling potensial untuk ditawarkan dan selanjutnya potensi unggulan tersebut ditetapkan sebagai target peluang investasi yang dipasarkan yang dimiliki oleh suatu daerah.

Inovasi dan perbaikan kualitas yang berkelanjutan, serta efisiensi menjadi kunci dalam membangun produk unggulan. Produk unggulan yang berbasis pada potensi daerah untuk mengoptimalkan potensi daerah. Prioritas pada sektor


(15)

potensial menjadi strategi utama dalam menentukan peluang investasi. Menentukan sektor-sektor potensial mana saja yang perlu dikembangkan sebagai potensi daerah.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan investasi yang tepat pada sektor potensial adalah potensi sumber daya alam, dimana potensi sumber daya alam dapat sangat menunjang pegembangan daerah tertentu, misalnya potensi pada sektor pertanian, pariwisata, pertambangan, industri atau jasa.

Selanjutnya adalah dengan memperhatikan potensi sumber daya manusia, dimana sumber daya manusia adalah penunjang dari partisipasi masyarakat dalam pemilihan investasi sektor potensialnya dan sumber daya lainnya. Kemudian perlunya penggabungan dari potensi-potensi yang dimiliki, sebaiknya diarahkan atau diprogramkan dalam kerangka pembangunan sektor-sektor yang memiliki potensi dengan keunggulan komparatif dan sektor-sektor yang akan mendukung keunggulan komparatif.

Kota Medan merupakan kota ke 3 (tiga) terbesar di Indonesia setelah kota Jakarta dan Surabaya, dilihat dari luasnya wilayah, jumlah penduduk, aktivitas industri dan perdagangan barang dan jasa. Melihat kondisi ini peluang bisnis di berbagai bidang seperti bidang industri, perbankan dan lain-lain akan semakin menjanjikan keuntungan bagi para investor lokal maupun asing.

Kota Medan selain sebagai ibu kota propinsi juga berperan sebagai pusat kegiatan ekonomi yang memiliki potensi serta daya tarik investasi di Sumatera Utara, sehingga merupakan pasar potensial bagi kegiatan investor.


(16)

Masuknya investasi didorong dan dirangsang sekaligus untuk pengembangan dan peningkatan volume perdagangan produk-produk unggulan berbagai daerah khususnya calon investor. Untuk mengetahui serta memahami peluang dan potensi investasi yang memiliki berbagai macam keunggulan baik di sektor pertanian, industri, pariwisata, kelautan dan jasa. Yang harus digali dan dikembangkan lagi untuk kemajuan Kota Medan.

Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengkaji peluang dan potensi investasi di Kota Medan untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian skripsi ini membahas tentang “Analisis Peluang dan Potensi Investasi Di Kota Medan”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apa yang menjadi sektor unggulan di Kota Medan?

2. Bagaimana peluang dan potensi investasi berdasarkan potensi unggulan yang dimiliki Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sektor unggulan yang ada di Kota Medan.

2. Mengetahui peluang dan potensi investasi di Kota Medan berdasarkan sektor unggulan yang dimiliki Kota Medan.


(17)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun hal yang menjadi manfaat dengan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan pengetahuan bagi pembaca mengenai investasi.

2. Hasil penelitian juga dapat dijadikan referensi bagi penulis lainnya.

3. Hasil penelitian ini menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan penulis dalam melakukan penelitian.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas (Arsyad, 1999).

Pembangunan ekonomi di suatu daerah berkaitan erat dengan potensi dan karakteristik yang dimilikinya yang biasanya berbeda dengan daerah lain. Adanya perbedaan potensi dan karakteristik yang dimiliki masing-masing daerah disebabkan oleh karena adanya perbedaan pada faktor geografis dan sumberdaya yang tersedia. Perbedaan tersebut menyebabkan produk-produk tertentu yang dihasilkan oleh suatu daerah mempunyai keunggulan dan kemampuan bersaing

(comparative and competitive advantage) bila dibandingkan dengan produk yang sama yang dihasilkan oleh daerah lain.

Oleh karena adanya berbagai perbedaan antar daerah, maka keberhasilan pembangunan suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan daerah itu sendiri dalam mengidentifikasi dan mengelola potensi dan sumberdaya ekonomi, seperti sumberdaya alam, sumberdaya manusia atau sektor ekonomi yang mempunyai keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif bila dibandingkan dengan daerah lain.


(19)

Hasil pengidentifikasian potensi sumber daya terkait dengan sektor unggulan diharapkan dapat mendorong terciptanya peluang-peluang usaha baru dan meningkatkan jumlah investasi sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita dan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu pengidentifikasian tersebut dapat digunakan sebagai bahan perencanaan dan strategi pembangunan ekonomi yang sesuai dengan kondisi, potensi dan peluang yang tersedia, sebab dalam rangka percepatan pembangunan diperlukan kebijakan dan strategi yang tepat dan mampu menciptakan iklim usaha yang sehat dan kondusif untuk menarik para investor untuk menanamkan modalnya pada sektor-sektor ekonomi produktif, baik untuk perluasan usaha maupun pembukaan usaha baru.

2.1.1 Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad, 2002:116). Teori basis ini digolongkan ke dalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis. Sektor basis merupakan sektor yang melakukan aktifitas berorientasi ekspor keluar batas wilayah perekonomian yang bersangkutan.

Sektor basis memiliki peran penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah semakin maju pertumbuhan wilayah. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis menimbulkan efek ganda dalam perekonomian regional.


(20)

Sedangkan sektor non basis adalah sektor yang menyediakan barang dan jasa untuk masyarakat di dalam batas wilayah perekonomian bersangkutan. Luas lingkup produksi dan pemasaran bersifat lokal. Inti dari teori ini adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut.

Strategi pembangunan daerah berdasarkan potensi ekonomi yang muncul berdasarkan teori ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan (aid) kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional. implementasi kebijakannya mencakup pengurangan hambatan/batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut.

Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah terdapat beberapa analisis yang digunakan, antara lain:

Metode Langsung

Metode langsung dapat digunakan dengan survey langsung kepada pelaku usaha ke mana mereka memasarkan barang yang diproduksi dan dari mana mereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk menghasilkan produk tersebut. Dari jawaban yang diberikan, dapat ditentukan berapa persen produk yang dijual ke luar wilayah dan berapa persen yang dipasarkan di dalam wilayah. Hal yang sama juga dilakukan untuk bahan baku yang mereka gunakan. Untuk kepentingan analisis, perlu diketahui jumlah orang yang bekerja dan berapa nilai tambah yang diciptakan oleh kegiatan usaha tersebut.


(21)

Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi atau disebut metode asumsi. Dalam metode asumsi, berdasarkan kondisi wilayah tersebut (berdasarkan data sekuder), ada kegiatan tertentu yang diasumsikan sebagai kegiatan basis dan kegiatan lainnya sebagai kegiatan nonbasis. Kegiatan yang mayoritas produknya dijual ke luar wilayah atau mayoritas uang masuknya berasal dari luar wilayah langsung dianggap basis, sedangkan yang mayoritas produknya dipasarkan lokal dianggap nonbasis.

Metode Campuran

Suatu wilayah yang sudah berkembang, cukup banyak usaha yang tercampur antara kegiatan basis dan kegiatan nonbasis. Penggunaan metode asumsi murni akan memberikan kesalahan yang besar. Akan tetapi, penggunaan metode langsusng yang murni juga cukup berat, yang sering dilakukan adalah gabungan antara metode asumsi dengan metode langsung yang disebut metode campuran. Dalam metode campuran diadakan survey pendahuluan, yaitu pengumpulan data sekunder, biasanya dari instansi pemerintah atau lembaga pengumpul data seperti BPS. Dari data sekunder berdasarkan analisis ditentukan kegiatan mana yang dianggap basis dan yang nonbasis. Asumsi apabila 70% atau lebih produknya diperkirakan dijual ke luar wilayah maka kegiatan itu langsung dianggap basis. Sebaliknya, apabila 70% atau lebih produknya dipasarkan di tingkat lokal maka langsung dianggap nonbasis. Untuk menentukan porsi tersebut, harus dilakukan survey dan harus ditentukan sektor mana yang surveinya cukup


(22)

dengan pengumpulan data sekunder dan sektor mana yang mungkin membutuhkan sampling pengumpulan data langsung dari pelaku usaha. Jadi, untuk suatu wilayah yang ekonominya terbuka dan kegiatannya cukup beragam, tidak mungkin hanya menggunakan metode asumsi saja tetapi haruslah gabungan antara metode asumsi dan metode langsung.

Metode Location Quotients

Metode Location Quotients merupakan suatu alat yang dapat digunakan dengan mudah, cepat, dan tepat. Karena sederhanaannya, teknik Location Quotient dapat dihitung berulang kali dengan menggunakan berbagai perubahan acuan dan periode waktu. Analisis Location Quotient

dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan merumuskan komposisi dan pergesaran sektor-sektor basis suatu wilayah dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai indikator pertumbuhan wilayah (Adisasmita, 2005).

Dalam analisis ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi golongan, yaitu :

1. Sektor Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan.

2. Sektor Non Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri.

Metode LQ digunakan untuk mengidentifikasikan sektor unggulan diakomodasi dari Miller dan Wright (1991), Isserman (1997), dan Hood (1998).


(23)

Menurut Hood (1998), Location Quotient adalah suatu alat pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.

Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan.

Inti dari model ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh eksport wilayah. Eksport itu sendiri tidak terbatas pada bentuk barang-barang dan jasa, akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak (Budiharsono,2001).

Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor unggulan sebagai leading sektor suatu kegiatan ekonomi (industri). Dasar pembahasannya sering difokuskan pada aspek tenaga kerja dan pendapatan. Berdasarkan pemahaman terhadap teori ekonomi basis, teknik LQ relevan digunakan sebagai metode dalam menentukan sektor unggulan. Khususnya dari sisi penawaran (produksi atau populasi).


(24)

Untuk sektor yang berbasis lahan seperti tanaman pangan, holtikultura dan perkebunan, perhitungannya didasarkan pada lahan pertanian (area tanam atau area panen), produksi atau produktivitas.

Sedangkan untuk sektor pertanian yang tidak berbasis lahan seperti usaha ternak, dasar perhitungannya digunakan jumlah populasi (ekor). Setiap metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan demikian halnya dengan menggunakan metode LQ (Hendayana, 2003) :

a) Kelebihan metode LQ dalam mengidentifikasikan sektor unggulan antara lain penerapannya sederhana tidak memerlukan program pengolahan datayang rumit. Penyelesaian analisis cukup dengan spreed sheet dari excel atau program lotus serta alat perhtungan lainnya.

b) Keterbatasannya adalah karena sederhananya perhitungan LQ ini, maka yang dituntut adalah akurasi data. Sebaik apapun hasil olahan LQ tidakakan banyak memanfaatkannya jika data yang digunakannnya tidak valid. Oleh karena itu sebelum memutuskan menggunakan alat analisis ini maka validitas data sangat diperlukan. Disamping itu untuk menghindari bias musiman dan tahunan diperlukan bila rata-rata kurang dari 5 tahun. Sementara itu di lapangan, mengumpulkan data yang panjang ini sering mengalami hambatan.

Keterbatasan lainnya dalam mendefinisikan wilayah kajian. Untuk menetapkan batasan wilayah yang dikaji dalam ruang lingkup aktivitas, acuannya sering tidak jelas. Akibatnya hasil hitungan LQ terkadang aneh, tidak sama dengan apa yang kita duga.


(25)

Misalnya suatu wilayah provinsi yang diduga memiliki keunggulan disektor non pangan, yang muncul malah pangan dan sebalikya. Oleh karena itu data yang dijadikan sumber bahasan sebelum digunakan perlu diklarifikasikan terlebih dahulu dengan sumber data lainnya, sehingga mendapat gambaran tingkat konsistensi data yang mantap dan akurat.

Dasar pemikiran analisis ini adalah teori economic base yang intinya adalah karena industri basis menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa untuk pasar di daerah maupun diluar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut.

Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut, dan pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru. Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga menaikan permintaan akan sektor non basis. Kenaikan permintaan ini akan mendorong kenaikan investasi pada sektor yang bersangkutan sehingga investasi modal dalam sektor non basis merupakan investasi yang didorong sebagai akibat dari kenaikan sektor basis.


(26)

2.2 Potensi Relatif Perekonomian Wilayah

Ada beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah. Alat analisis itu antara lain:

Keunggulan Komparatif

Ricardo (1917), mengemukakan bahwa apabila ada dua negara yang saling berdagang dan masing-masing negara mengkonsentrasikan diri untuk mengekspor barang yang bagi negara tersebut memiliki komparatif maka kedua negara tersebut akan beruntung. Ternyata ide tersebut bukan saja bermanfaat dalam perdagangan internasional tetapi juga sangat penting diperhatikan dalam ekonomi daerah. Keunggulan komparatif suatu komoditi bagi suatu negara atau daerah adalah bahwa komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di daerahnya. Pengertian unggulan dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan bukan dalam bentuk nilai tambah riil. Apabila keunggulan itu adalah dalam bentuk nilai tambah riil maka dinamakan keuggulan absolut. Komoditi yang memiliki keunggulan walaupun hanya dalam bentuk perbandingan, lebih menguntungkan untuk dikembangkan dibanding dengan komoditi lain yang sama-sama diproduksi oleh kedua negara atau daerah. Keunggulan komparatif adalah suatu kegiatan ekonomi yang menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan daerah (Tarigan, 2009).

Kuosien Lokasi

Location Quotient atau disingkat LQ adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besaranya


(27)

peranan sektor/industri tersebut secara nasional. Menggunakan LQ sebagai petunjuk adanya keunggulan komparatif dapat digunakan bagi sektor-sektor yang telah lama berkembang, sedangkan bagi sektor yang baru atau sedang tumbuh apalagi yang selama ini belum pernah ada, LQ tidak dapat digunakan karena produk totalnya belum menggambarkan kapasitas riil daerah tersebut.

Shift-Share

Analisis ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai sektor di suatu daerah dalam kaitannya dengan ekonomi nasional.

2.3 Pengembangan Sektor Unggulan sebagai Strategi Peluang Investasi Menurut Arsyad (1999:108) permasalahan pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang di dasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia.

Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan ekonomi. Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, ketimpangan ekonomi regional di Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai dan mengendalikan hampir sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan negara, termasuk


(28)

pendapatan dari hasil sumber daya alam dari sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan/kelautan. Akibatnya daerah-daerah yang kaya sumber daya alam tidak dapat menikmati hasilnya secara layak. Menurut pemikiran ekonomi klasik bahwa pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan di daerah yang miskin sumber daya alam.

Hingga tingkat tertentu, anggapan ini masih bisa dibenarkan, dalam artian sumber daya alam harus dilihat sebagai modal awal untuk pembangunan yang selanjutnya harus dikembangkan terus. Dan untuk ini diperlukan faktor-faktor lain, diantaranya yang sangat penting adalah teknologi dan sumber daya manusia (Tambunan, 2001:198).

Perbedaan tingkat pembangunan yang di dasarkan atas potensi suatu daerah, berdampak terjadinya perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara hipotesis dapat dirumuskan bahwa semakin besar peranan potensi sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB di suatu daerah, maka semakin tinggi laju pertumbuhan PDRB daerah tersebut.

Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, pertumbuhan yang cepat dalam sejarah pembangunan suatu bangsa biasanya berawal dari pengembangan beberapa sektor primer. Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola salju (snow ball effect) terhadap sektor-sektor lainnya, khususnya sektor sekunder.Pembangunan ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan selain berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh pada


(29)

perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional.Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain.

Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik.

Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di mana daerah memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan kemakmuran masyarakat.

Menurut Rachbini (2001) ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi sektor prioritas, antara lain:

1. Sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek permintaan tersebut

2. Karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif, maka fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas 3. Harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasilhasil produksi sektor


(30)

4. Sektor tersebut harus berkembang, sehingga mampu memberi pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya. Data PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu (provinsi/kabupaten/kota).

Dengan bantuan data PDRB, maka dapat ditentukannya sektor unggulan (leading sector) di suatu daerah/wilayah.Sektor unggulan adalah satu grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting terutama dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi di daerah.

Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu memberikan indikasi bagi perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi (technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan.

2.4 Analisis SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunities, and Threats Analysis)

SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strenghts dan Weakness

serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan antara faktor internal (kekuatan


(31)

dan kelemahan) dengan faktor eksternal (peluang dan ancaman) guna penentuan langkah strategis yang perlu dilakukan dalam rangka menarik minat investor untuk berinvestasi. Kekuatan (Strenghts) merupakan potensi internal yang dimiliki setiap jenis lapangan usaha strategis atau setiap sektor yang meliputi aspek kelembagaan, suber daya manusia, permodalan dan fasilitas.

Kelemahan (Weakness) adalah kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya pengembangan sektor unggulan atau jenis lapangan usaha strategis. Kesempatan

(Opportunities) adalah peluang yang kemungkinan dapat ditempuh dalam upaya pengembangan jenis lapangan usaha strategis maupun arahan pengembangan eksternal. Hambatan (Threats) adalah kendala atau ancaman yang kemungkinan timbul dari upaya pengembangan sektor unggulan atau jenis lapangan usaha strategis.

Dalam analisis SWOT ini akan diidentifikasi dan sekaligus dievaluasi permasalahan internal dan eksternal dalam kaitannya dengan potensi investasi. Kajian tersebut didasarkan atas identifikasi jenis lapangan usaha dan regional strategis serta kondisi ekonomi daerah dan potensi sumber daya yang ada.

2.5 Kerangka Konseptual

Investasi memegang peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Investasi akan masuk ke suatu daerah tergantung dari daya tarik daerah tersebut terhadap investasi serta adanya iklim investasi yang kondusif. Keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya tariknya terhadap investasi salah satunya tergantung dari kemampuan daerah untuk menentukan sektor unggulan yang digunakan sebagai salah satu penentu peluang investasi. Dalam menentukan


(32)

sektor unggulan dari suatu daerah dapat menggunakan analisis LQ dan analisis

shif-share. Setelah menentukan sektor unggulan yang dimiliki oleh suatu daerah kemudian dapat diidentifikasi potensi dan peluang investasi untuk daerah tersebut. .

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Potensi Umum

Potensi Ekonomi

Gambaran Umum Kota Medan

Lapangan Usaha PDRB

Sektor Unggulan

Sektor Prioritas Utama

Peluang Investasi Identifikasi Potensi Investasi


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengkaji peluang dan potensi investasi di Kota Medan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan, dan dari berbagai sumber lainnya yang mendukung.

3.3 Model Analisis Data 3.3.1 Location Quotient

Analisis LQ berguna untuk mengidentifikasi basis ekonomi (sektor basis) suatu wilayah. Dengan analisis ini dapat diketahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau unggulan (leading sektor) di suatu wilayah. Data yang digunakan adalah kesempatan kerja (tenaga kerja) dan PDRB. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah PDRB (Emilia, 2006:24).

Analisis LQ mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan ekonomi dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah tersebut dengan peranan kegiatan ekonomi sejenis pada lingkup yang lebih luas


(34)

Formulasi model Location Quotient :

LQ=

Dimana :

LQ : Location Quotient.

Yij : PDRB sektor i di Kota Medan Yj : PDRB total di Kota Medan .

Yi : PDRB sektor i di Provinsi Sumatera Utara Y : PDRB total di Provinsi Sumatera Utara

Setelah dihitung, maka hasil LQ tersebut dapat diinterpretasikan. Kriteria pengukuran menurut Bendavid Val ada tiga kemungkinan yang terjadi yaitu (Choliq, 2007:56):

a. Jika LQ > 1 maka sektor tersebut dikategorikan sektor basis, artinya tingkat spsesialisasi kabupaten/kota lebih tinggi dari tingkat provinsi. Produksi sektor yang bersangkutan sudah melebihi kebutuhan konsumsi di daerah dimana sektor tersebut dihasilkan dan kelebihannya dapat dijual keluar daerah (ekspor) atau lapangan usaha/komoditi yang bersangkutan berspesialisasi dan terkonsentrasi di Kota Medan tersebut.

b. Jika LQ = 1 maka tingkat spesialisasi kabupaten/kota sama dengan di tingkat provinsi. Produksi sektor yang bersangkutan hanya cukup untuk kebutuhan daerah setempat. Produksi sektor tersebut belum mencukupi kebutuhan konsumsi di daerah yang bersangkutan dan pemenuhannya didatangkan dari daerah lain atau lapangan usaha/komoditi yang bersangkutan tidak terkonsentrasi di Kota Medan tersebut.

c. Jika LQ < 1 maka sektor tersebut dikategorikan sektor non basis, artinya tingkat spesialisasi kabupaten/kota lebih rendah dari tingkat provinsi atau


(35)

lapangan usaha/komoditi yang bersangkutan tidak berspesialisasi dan tidak terkonsentrasi di Kota Medan tersebut.

3.3.2 Analisis Shift Share

Analisis Shift Share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode itu dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pertumbuhan sektor di daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional. Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor yang lamban pertumbuhannya akan tumbuh dibawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah di atasnya.

Shift Share merupakan teknik yang sangat berguna dalam Analisis menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Analisis ini bertujuan untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar.

Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu dengan yang lainnya, yaitu:

a. Komponen Pertumbuhan Nasional (KPN) merupakan komponen share dan sering disebut sebagai national share. KPN adalah perubahan produksi pada suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi secara umum. KPN adalah kebijakan ekonomi nasional dan kebijakan lain yang mapu mempengaruhi sektor perekenomian dalam suatu wilayah.


(36)

b. Komponen Pertumbuhan Proposional (KPP) adalah perubahan produksi pada suatu wilayah yang disebabkan oleh komposisi sektor-sektor industri pada wilayah tersebut, perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir serta perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. KPP merupakan proportional shift yaitu penyimpangan (deviation) dari national share dalam perumbuhan wilayah.

c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW) adalah perubahan produksi atau kesempatan kerja pada suatu wilayah yang disebabkan oleh keunggulan komparatif wilayah tersebut, dukungan kelembagaan, prasarana social, ekonomi serta kebijakan lokal pada wilayah tersebut. KPPW merupakan komponen differential shift yang sering disebut sebagai komponen lokasional atau regional atau sisa lebihan.

Model analisis Shift Share adalah sebagai berikut: PE : KPN + KPP + KPPW

PE :

PE : ( Ra – 1 ) + ( Ri – 1 ) + ( ri – Ri ) Dimana:

PE : Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Lokal KPN : Komponen Pertumbuhan Nasional KPP : Komponen Pertumbuhan Proporsional KPPW : Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Yt : Jumlah total PDRB Provinsi Sumatera Utara akhir tahun analisis Yo : Jumlah total PDRB Provinsi Sumatera Utara awal tahun analisis Yit : Jumlah PDRB sektor i di Sumatera Utara akhir tahun analisis Yio : Jumlah PDRB sektor i di Sumatera Utara awal tahun analisis yit : Jumlah PDRB sektor i di Kota Medan akhir tahun analisis yio : Jumlah PDRB sektor i di Kota Medan awal tahun analisis


(37)

Jika KPP > 0, maka Kota Medan akan berspesialisasi pada sektor yang di tingkat propinsi tumbuh lebih cepat. Sebaliknya jika KPP < 0, maka Kota Medan akan berspesialisasi pada sektor yang di tingkat propinsi tumbuh lebih lambat.

Bila KPPW > 0, maka pertumbuhan sektor i di Kota Medan mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) dan bila KPPW < 0, maka pertumbuhan sektor i di Kota Medan tidak mempunyai keunggulan komparati atau tidak dapat bersaing.

3.3.3 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah instrumen perencanaaan strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman, instrumen ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi.

Instrumen ini menolong para perencanaan apa yang bisa dicapai, dan hal‐hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka. Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori yang digunakan untuk merencanakan sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT.

SWOT adalah sebuah singkatan dari, S adalah Strenght atau Kekuatan, W adalah Weakness atau Kelemahan, O adalah Oppurtunity atau Kesempatan, dan T adalah Threat atau Ancaman. SWOT ini biasa digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana untuk melakukan sesuatu.

Menurut Freddy Rangkuti (2005), SWOT adalah identitas berbagai faktor secara sistematis untuk merumusakan strategi. Analisis ini berdasarkan logika


(38)

yang dapat memaksimalkan peluang namun secara bersamaan dapat meminimalkan kekurangan dan ancaman.

Analisis SWOT di dalamnya terdapat Matriks Internal Factor Analysis Summary (IFAS) dan Matriks Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS). Analisis Matrik IE (Internal dan Eksternal) digunakan untuk memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus yang sedang terjadi dan memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah.

Tabel 3.1 Strategi Matriks

STRENGTHS (S) WEAKNESSES(W)

OPPORTUNITIES(O)

STRATEGI-SOMenciptakan Strategi

yang menggunakan strengthuntuk memanfaatkan opportunity

STRATEGI-WOMenciptakan strategi

yang menanggulangi

weakness dengan memanfaatkan opportunity

THREATS(T)

STRATEGI-STMenciptakan strategi

yang menggunakan

strengthuntuk mengatasi

threat

STRATEGI-WTMenciptakan strategi

yang memperkecil

weakness dan menghindari

threat

3.4 Definisi Operasional

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga konstan.

2. Sektor Unggulan (leading sektor) adalah sektor yang memiliki peranan (share) relatif besar dibanding sektor-sektor lainnya terhadap ekonomi wilayah (PDRB).


(39)

3. Potensi ekonomi adalah segala sesuatu yang dimiliki daerah yang dapat dikembangkan.

4. Sektor prioritas utama adalah sektor unggulan yang paling utama yang dijadikan sebagai dasar dalam penentuan peluang dan potensi investasi.


(40)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Medan

Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Propinsi Sumatera Utara, kedudukan, fungsi dan peran Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.

Kota medan terletak antara 3°.27’ - 3°.47’ Lintang Utara dan 98°.35’ - 98°.44’ Bujur Timur. Dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota medan berbatasan dengan sebelah utara, selatan, Barat dan Timur dengan Kabupaten deli Serdang. Kota Medan merupakan salah satu dari 30 daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain.

Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar. Secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional/nasional.


(41)

Secara administratif, wilayah Kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain.

Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

4.2 Peranan Ekonomi Kota Medan

Dalam penyususnan PDRB sektoral, sektor ekonomi disesuaikan dengan klasifikasi lapangan usaha Indonesia yaitu dibagi menjadi 9 sektor ekonomi, Adapun perkembangan ekonomi Kota Medan secara sektoral dan peranannya pada setiap sektor ekonomi dapat diuraikan sebagai berikut:


(42)

Sektor Primer

Dalam sektor primer yang terdiri dari sektor pertanian dan penggalian, pada tahun 2012 sektor primer ini memberikan kontribusinya terhadap perekonomian Kota Medan sebesar 2,45 persen, mengalami penurunan jika dibandingkan pada tahun 2011 yaitu sebesar 2,51 persen, dan merupakan sektor yang paling kecil peranannya terhadap perekonomian di Kota Medan.

Tabel 4.1

Struktur Ekonomi menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2008 - 2012 (%)

Lapangan Usaha / Sektor  2008  2009  2010  2011*)  2012**) 

[1]  [4]  [5]  [6]  [6]  [6] 

PRIMER  2.82  2.79  2.67  2.51  2.45 

Pertanian  2.82  2.79  2.67  2.51  2.45 

Penggalian  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00  Sumber : BPS Kota Medan

Adapun peranan tiap sektor/ lapangan usaha di kelompok sektor primer ini dapat diuraikan sebagai berikut :

 Pertanian

Pada tahun 2012 sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 2,45 persen dan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu sebesar 2,51 persen.

 Pertambangan

Di Kota Medan sektor pertambangan dan penggalian yang ada hanya sub sektor penggalian saja. Sektor ini pada tahun 2012


(43)

pertumbuhannya turun sebesar -0,82 persen. Sedangkan peranan sektor ini terhadap total PDRB Kota Medan hanya 0,001 persen.

Sektor Sekunder

Sektor sekunder terdiri dari sektor industri, sektor listrik, gas dan air, dan sektor bangunan. Pada tahun 2012 sektor sekunder memberikan kontribusi sebesar 26,13 persen terhadap perekonomian Kota Medan, dan mengalami perlambatan jika dibandingkan pada tahun 2011 yang memberikan kontribusi sebesar 26,57 persen, sektor ini merupakan sektor kedua yang memberikan kontribusi paling besar terhadap perekonomian Kota Medan.

Tabel 4.2

Struktur Ekonomi menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2008 - 2012 (%)

Lapangan Usaha / 

Sektor  2008  2009  2010  2011*)  2012**) 

[1]  [4]  [5]  [6]  [6]  [6] 

SEKUNDER  25.26  26.20  26.35  26.57  26.13 

Industri  15.96  14.95  14.97  14.38  13.82  Listrik, Gas dan Air  1.75  1.71  1.70  1.69  1.54  Bangunan  9.55  9.54  9.78  10.50  10.77  Sumber : BPS Kota Medan

 Industri Pengolahan

Untuk sektor industri pengolahan pertumbuhannya pada tahun 2012 sebesar 3,70 persen, pertumbuhannya meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu tumbuh sebesar 3,51 persen. Sektor industri ini memberikan sumbangan kontribusinya terhadap total PDRB Kota


(44)

Medan sebesar 13,82 persen, dan mengalami perlambatan jika dibandingkan tahun 2011 yaitu sebesar 14,38 persen.

 Listrik, Gas, dan Air Bersih

Pertumbuhan sektor listrik, gas, dan air bersih tahun 2012 adalah sebesar 2,64 persen, pertumbuhannya melambat jika dibandingkam dengan tahun 2011 yaitu tumbuh sebesar 4,33 persen. Peranan sektor listrik, gas, dan air bersih terhadap total PDRB Kota Medan tahun 2012 sebesar 1,69 persen.

 Bangunan

Sektor bangunan pada tahun 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 7,05 persen, pertumbuhannya melambat jika dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu tumbuh sebesar 7,57 persen. Adapun peranan sektor bangunan dalam PDRB tahun 2012 sebesar 10,77 persen terhadap total PDRB, dan mengalami sedikit kenaikan jika dibandingkan pada tahun 2011 yaitu sebesar 10,55 persen.

Sektor Tersier

Sektor-sektor yang termasuk dalam sektor tersier adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan sektor jasa. Sektor ini memberian kontribusi sebesar 71,47 persen terhadap perekonomian Kota Medan dan mengalami peningkatan jika dibandingkan pada tahun 2011 yaitu sebesar 70,93 persen, dan sektor tersier ini merupakan sektor yang paling besar kontribusinya terhadap perekonomian Kota Medan.


(45)

Tabel 4.3

Struktur Ekonomi menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2008 - 2012 (%)

Lapangan Usaha / Sektor  2008  2009  2010  2011*)  2012**) 

[1]  [4]  [5]  [6]  [6]  [6] 

TERSIER  69.92  71.00  70.86  70.93  71.47 

Perdagangan  25.92  26.85  26.92  25.92  25.52  Angkutan & Komunikasi  19.08  19.63  18.95  19.02  19.27  Keuangan  14.63  13.85  14.27  15.11  15.55 

Jasa  10.29  10.67  10.72  10.88  11.13 

Sumber : BPS Kota Medan

 Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor ini sangat berperan sebagai penunjang kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa. Pada tahun 2012 sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 7,55 persen dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang tumbuh sebesar 7,04 persen. Peranan sektor ini terhadap total PDRB merupakan yang terbesar yaitu sebesar 25,52 persen dan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang perannannya sebesar 25,92 persen.

 Pengangkutan dan Komunikasi

Pada tahun 2012 sektor ini pertumbuhannya mengalami peningkatan sebesar 8,90 persen, dan pertumbuhannya lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan ditahun 2011 yaitu sebesar 7,74 persen. Kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi ini terhadap total PDRB tahun 2012 adalah sebesar 19,27 persen dan lebih tinggi jika


(46)

dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 19,02 persen, dan sektor ini merupakan penyumbang nomor dua terbesar terhadap total PDRB.  Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Tahun 2012 sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 8,67 persen, pertumbuhannya melambat jika dibandingkan tahun 2011 yang tumbuh sebesar 9,07 persen. Kontribusi sektor ini terhadap total PDRB adalah sebesar 15,52 persen dan lebih tinggi jika dibandingan tahun 2011 yang perannya sebesar 15,11 persen.

 Jasa-jasa

Pertumbuhan sektor ini pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 10,08 persen, dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang tumbuh sebesar 9,22 persen. Kontribusi sektor ini terhadap total PDRB pada tahun 2012 adalah 11,13 persen, dan mengalami peningkatan jika dibandingkan pada tahun 2011 yaitu sebesar 10,88 persen.

4.3 Hasil Analisis dan Pembahasan

4.3.1 Analisis Sektor Unggulan Kota Medan Berdasarkan Metode Location Quotient (LQ)

Untuk menganalisis sektor unggulan di Kota Medan digunakan metode analisis Location Quotient (LQ). LQ merupakan suatu perbandingan tentang besarnya sektor tersebut di tingkat Provinsi Sumatera Utara. Maka dalam perhitungannya dibutuhkan sumbangan PDRB tiap sektor dan PDRB baik di Kota Medan maupun Provinsi Sumatera Utara.


(47)

Dalam penelitian ini, sektor-sektor yang dimaksud dibagi ke dalam sembilan sektor yaitu :

1. Pertanian

2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air Minum 5. Bangunan dan Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel, Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Keuangan, Asuransi, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa

Dari hasil perhitungan nilai koefisien LQ, maka sektor-sektor akan dikategorikan ke dalam sektor unggulan atau sektor tindak unggul. Suatu sektor dikatakan unggul apabila sektor tersebut memiliki nilai koefisien dari hasil perhitungan nilai koefisien LQ, maka sektor-sektor akan dikategorikan ke dalam sektor basis (unggul) atau sektor non basis (tidak unggul).

Suatu sektor dikatakan basis/unggul apabila sektor tersebut memiliki nilai koefisien LQ > 1, yang sekaligus mengindikasikan bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang potensial (unggul) untuk dikembangkan dalam upaya peningkatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Kota Medan.

Sedangkan suatu sektor dikatakan non-basis (tidak unggul) apabila sektor tersebut memiliki nilai koefisien LQ < 1, yang mengindikasikan bahwa sektor tersebut kurang potensial (unggul) untuk dikembangkan dalam upaya peningkatan


(48)

Jenis Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012 LQ Rata-Rata

Pertanian 0.098231588 0.096253527 0.090794641 0.088436044 0.089294915 0.093

Pertambangan 0.001477166 0.001436229 0.001288457 0.001206086 0.001166543 0.001

Industri Pengolahan 0.63096092 0.615753961 0.607381787 0.615581073 0.607997632 0.616 Listrik, Gas & Air Minum 1.935318989 1.899278427 1.872327053 1.803424283 1.766323222 1.855 Bangunan & Konstruksi 1.651275185 1.654183045 1.629389527 1.613352196 1.596352574 1.629

Perdagangan 1.409014117 1.429642841 1.475181876 1.445692007 1.431028265 1.438

Pengangkutan 2.150393695 2.153301768 2.071911876 2.026984091 2.012409238 2.083

Keuangan 2.072783409 1.982189478 1.915257158 1.836863409 1.77157252 1.916

Jasa-Jasa 1.030970867 1.024284395 1.011179184 1.018839146 1.029237884 1.023

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Kota Medan. Berdasarkan formulasi/rumus LQ, maka ada tiga kemungkinan nilai LQ yang dapat diperoleh, yaitu :

Tabel 4.4

Hasil LQ Analisis Nilai PDRB Kota Medan Tahun 2008-2012

Sumber : Hasil Data Diolah

Berikut adalah uraian hasil analisis location quotient (LQ) secara sektoral : a. Sektor Pertanian

Sektor pertanian berdasarkan analisis LQ selama lima tahun terakhir menunjukkan nilai rata-rata LQ nya dibawah angka 1, yaitu 0,093. Artinya sektor ini merupakan sektor non basis, dimana sektor pertanian tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di Kota Medan.

b. Sektor Pertambangan

Sektor pertambangan menunjukkan nilai rata-rata LQ yang sangat kecil dibawah angka 1 yaitu 0,001. Artinya sektor ini merupakan sektor non basis, dimana sektor pertambangan tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di Kota Medan.


(49)

c. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan di Kota Medan berdasarkan analisis LQ selama lima tahun terakhir menunjukkan nilai rata-rata LQ sebesar 0,616. Sektor ini merupakan sektor non basis yang berarti sektor industri tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di Kota Medan.

d. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sektor listrik, gas dan air bersih berdasarkan hasil analisis LQ selama lima tahun terakhir menunjukkan nilai rata-rata LQ nya diatas angka 1 yaitu 1,855. Sektor ini merupakan sektor basis dimana sektor listrik, gas dan air bersih mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di Kota Medan.

e. Sektor Bangunan

Sektor bangunan di Kota Medan mempunyai peran yang cukup besar juga Berdasarkan analisis LQ nya selama lima tahun terakhir sektor bangunan menunjukkan nilai rata-rata LQ sebesar 1,629, artinya sektor ini merupakan sektor basis, dimana sektor Bangunan juga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di Kota Medan.

f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor perdagangan di Kota Medan apabila dilihat berdasarkan analisis LQ selama lima tahun terakhir sektor perdagangan menunjukkan nilai rata-rata LQ nya sebesar 1,438. Artinya sektor ini merupakan sektor basis, berarti sektor perdagangan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di Kota Medan.


(50)

g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi di Kota Medan apabila dilihat berdasarkan analisis LQ selama lima tahun terakhir sektor pengangkutan dan komunikasi menunjukkan nilai rata-rata LQ 2,083. Artinya sektor ini merupakan sektor basis, berarti sektor pengangkutan dan komunikasi mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Medan.

h. Sektor Keuangan

Sektor keuangan berdasarkan analisis LQ selama lima tahun terakhir menunjukkan nilai rata-rata LQ nya diatas angka 1 yaitu sebesar 1,916 . Hal ini artinya sektor ini merupakan sektor basis. Dimana sektor keuangan juga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Medan.

i. Sektor Jasa-Jasa

Sektor jasa-jasa di Kota Medan apabila dilihat berdasarkan analisis LQ selama lima tahun terakhir, sektor ini menunjukkan nilai rata-rata LQ nya diatas angka 1 yaitu sebesar 1,023. Hal ini artinya sektor ini merupakan sektor basis, berarti sektor jasa-jasa juga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di Kota Medan.

Dapat disimpulkan dari perhitungan analisis LQ tahun 2008-2012 terdapat enam sektor atau jenis lapangan usaha yang merupakan sektor basis. Antara lain, sektor pengangkutan dan komunikasi (2,083), sektor keuangan (1,916), sektor listrik, gas dan air bersih (1,855), sektor bangunan dan konstruksi (1,629), sektor perdagangan, hotel dan restoran (1,438) dan sektor jasa-jasa (1,023).


(51)

Dan berdasarkan analisis LQ pada tahun 2008-2012 juga menunjukkan bahwa terdapat tiga sektor non basis di Kota Medan. Antara lain adalah sektor industry dan pengolahan (0,616), sektor pertanian (0,093), sektor pertambangan (0,001). Ketiga sektor ini menunjukkan nilai rata-rata LQ nya dibawah angka 1. 4.3.2 Analisis Sektor Unggulan Kota Medan Berdasarkan Metode Analisis

Shift-Share

Analisis Shift Share dipakai untuk menganalisis perubahan kegiatan ekonomi di Kota Medan tahun 2008-2012 yang dibandingkan pada tingkat Provinsi Sumatera Utara tahun 2008-2012. Dalam perhitungannya menggunakan Produk Nasional Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 berdasarkan lapangan usaha Kota Medan dan harga konstan 2000 menurut lapangan usaha Provinsi Sumatera Utara tahun 2008-2012.

Hasil analisis ini digunakan untuk mengetahui bagaimana perkembangan suatu sektor di Kota Medan dibandingkan secara relatif dengan sektor lainnya apakah tumbuh cepat atau lambat.

Berikut adalah uraian perubahan produksi dipengaruhi oleh 3 komponen pertumbuhan wilayah:

1. Komponen Pertumbuhan Nasional (KPN)

Perhitungan berdasarkan Komponen Pertumbuhan Nasional (KPN) KPN  :

    :        x 100

: 26,65 %


(52)

Yit Yio Provinsi Sumatera

Utara

Provinsi Sumatera Utara

2012 2008

1 Pertanian Rp 30,778,669.87 Rp 25,300,636.80 2 Pertambangan dan

Penggalian 1,525,315.87Rp Rp 1,304,347.23 3 Industri Pengolahan Rp 27,371,501.02 Rp 24,184,358.85 4 Listrik, Gas dan Air Bersih Rp 976,089.62 Rp 772,943.16 5 Bangunan Rp 9,348,159.85 Rp 7,090,648.44 6 Perdagangan, Hotel, dan

Restoran Rp 25,406,772.01 Rp 19,515,522.71 7 Angkutan dan Komunikasi Rp 13,856,596.53 Rp 9,883,239.41 8 Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan Rp 11,111,510.30 Rp 7,479,836.46 9 Jasa-Jasa Rp 13,947,739.22 Rp 10,519,959.39

134,322,354.29

Rp Rp 106,051,492.45 TOTAL

No Sektor Ekonomi

2. Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP)

KPP bernilai positif (KPP > 0) pada wilayah/daerah yang berspesialisasi dalam sektor di tingkat provinsi tumbuh lebih cepat.

KPP bernilai negatif (KPP < 0) pada wilayah/daerah yang berspesialisasi dalam sektor di tingkat provinsi tumbuh lambat.

Perhitungan berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP) Tabel 4.5

Data PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008-2012


(53)

KPP (Yit / Yio - Yt / Yo)

[Ri - Ra]

1 Pertanian -0.05005915 2 Pertambangan dan

Penggalian -0.097167379 3 Industri Pengolahan -0.13479148 4 Listrik, Gas dan Air Bersih -0.003754756 5 Bangunan 0.05180195 6 Perdagangan, Hotel, dan

Restoran 0.035298298 7 Angkutan dan Komunikasi 0.135453089 8 Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 0.218951762 9 Jasa-Jasa 0.059259096

No Sektor Ekonomi

Maka hasil analisis perhitungan Komponen Pertumbuhan Proporsional: Tabel 4.6

KPP Tiap Sektor PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008-2012

Sumber: Hasil Data Diolah Tabel 4.7

Interpretasi Komponen KPP

No Sektor Ekonomi KPP KETERANGAN

1 Pertanian -0.05005915 Spesialisasi dalam sektor yang

tumbuh lambat 2 Pertambangan dan

Penggalian -0.097167379

Spesialisasi dalam sektor yang tumbuh lambat 3 Industri Pengolahan -0.13479148 Spesialisasi dalam sektor yang

tumbuh lambat 4 Listrik, Gas dan Air

Bersih -0.003754756

Spesialisasi dalam sektor yang tumbuh lambat

5 Bangunan 0.05180195 Spesialisasi dalam sektor

yang tumbuh cepat 6 Perdagangan, Hotel, dan

Restoran 0.035298298

Spesialisasi dalam sektor yang tumbuh cepat 7 Angkutan dan

Komunikasi 0.135453089

Spesialisasi dalam sektor yang tumbuh cepat 8 Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan 0.218951762 Spesialisasi dalam sektor yang tumbuh cepat

9 Jasa-Jasa 0.059259096 Spesialisasi dalam sektor

yang tumbuh cepat Sumber : Hasil Data Diolah


(54)

Yit Yio yit yio Provinsi Sumatera

Utara

Provinsi Sumatera

Utara Kota Medan Kota Medan

2012 2008 2012 2008

1 Pertanian Rp 30,778,669.87 Rp 25,300,636.80 Rp 849,530,000,000.00 Rp 735,250,000,000.00 2 Pertambangan dan

Penggalian 1,525,315.87Rp Rp 1,304,347.23 Rp 550,000,000.00 Rp 570,000,000.00 3 Industri Pengolahan Rp 27,371,501.02 Rp 24,184,358.85 Rp 5,144,020,000,000.00 Rp 4,514,290,000,000.00 4 Listrik, Gas dan Air Bersih Rp 976,089.62 Rp 772,943.16 Rp 532,920,000,000.00 Rp 442,540,000,000.00 5 Bangunan Rp 9,348,159.85 Rp 7,090,648.44 Rp 4,612,720,000,000.00 Rp 3,463,840,000,000.00 6 Perdagangan, Hotel, dan

Restoran Rp 25,406,772.01 Rp 19,515,522.71 Rp 11,238,280,000,000.00 Rp 8,134,820,000,000.00 7 Angkutan dan Komunikasi Rp 13,856,596.53 Rp 9,883,239.41 Rp 8,619,360,000,000.00 Rp 6,287,380,000,000.00 8 Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan Rp 11,111,510.30 Rp 7,479,836.46 Rp 6,084,630,000,000.00 Rp 4,586,680,000,000.00 9 Jasa-Jasa Rp 13,947,739.22 Rp 10,519,959.39 Rp 4,437,330,000,000.00 Rp 3,208,580,000,000.00 No Sektor Ekonomi

Berdasarkan hasil analisis perhitungan KPP tiap sektor PDRB Provinsi Sumatera Utara tahun 2008-2012 maka dapat dilihat bahwa sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air bersih bernilai negatif, yang artinya pada wilayah/daerah yang berspesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat.

Sedangkan sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa memiliki nilai yang positif. Yang artinya pada wilayah/daerah yang berspesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lebih cepat.

3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW)

KPPW bernilai positif (KPPW > 0) pada sektor yang mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) di wilayah/daerah tersebut. KPPW bernilai negatif (KPPW < 0) pada sektor yang tidak mempunyai keunggulan komparatif atau tidak dapat bersaing.

Perhitungan berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional Wilayah (KPPW).

Tabel 4.8

Data PDRB Kota Medan dan PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008-2012


(55)

KPPW (yit / yio - Yit /Yio)

[ri - Ri]

1 Pertanian -0.061087471 2 Pertambangan dan

Penggalian -0.204497087 3 Industri Pengolahan 0.007711753 4 Listrik, Gas dan Air Bersih -0.058591865 5 Bangunan 0.013299441 6 Perdagangan, Hotel, dan

Restoran 0.079628172 7 Angkutan dan Komunikasi -0.031131306 8 Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan -0.158941522 9 Jasa-Jasa 0.057121728

-0.356488157 No Sektor Ekonomi

TOTAL

Maka hasil analisis perhitungan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah:

Tabel 4.9

KPPW Tiap Sektor PDRB Kota Medan dan PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008-2012

   

Sumber : Hasil Data Diolah 

Tabel 4.10

Interpretasi Komponen KPPW

No Sektor KPPW KETERANGAN

1 Pertanian -0.061087471 Tidak mempunyai daya saing

2 Pertambangan dan

Penggalian -0.204497087 Tidak mempunyai daya saing

3 Industri Pengolahan 0.007711753 Mempunyai daya saing 4 Listrik, Gas dan Air

Bersih -0.058591865 Tidak mempunyai daya saing

5 Bangunan 0.013299441 Mempunyai daya saing

6 Perdagangan, Hotel, dan

Restoran 0.079628172 Mempunyai daya saing

7 Angkutan dan

Komunikasi -0.031131306 Tidak mempunyai daya saing

8 Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan -0.158941522 Tidak mempunyai daya saing


(56)

KPN KPP KPPW Pertumbuhan Ekonomi Pergeseran Bersih (Yt / Yo - 1 ) (Yit / Yio - Yt / Yo) (yit / yio - Yit /Yio)

[Ra - 1] [Ri - Ra] [ri - Ri]

1 Pertanian 0.266576747 -0.05005915 -0.061087471 0.155430126 -0.111146621

2 Pertambangan dan

Penggalian 0.266576747 -0.097167379 -0.204497087 -0.035087719 -0.301664466

3 Industri Pengolahan 0.266576747 -0.13479148 0.007711753 0.139497019 -0.127079727

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.266576747 -0.003754756 -0.058591865 0.204230126 -0.062346621

5 Bangunan 0.266576747 0.05180195 0.013299441 0.331678138 0.065101391

6 Perdagangan, Hotel, dan

Restoran 0.266576747 0.035298298 0.079628172 0.381503217 0.11492647

7 Angkutan dan Komunikasi 0.266576747 0.135453089 -0.031131306 0.37089853 0.104321783

8 Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 0.266576747 0.218951762 -0.158941522 0.326586987 0.06001024

9 Jasa-Jasa 0.266576747 0.059259096 0.057121728 0.38295757 0.116380823

KPN + KPP + KPPW KPP + KPPW No Sektor Ekonomi

Berdasarkan hasil ananlisis KPPW tiap sektor PDRB Kota Medan dan PDRB Provinsi Sumatera Utara tahun 2008-2012 maka dapat dilihat bahwa terdapat empat sektor yang bernilai positif yang mempunyai keunggulan komparatif di wilayah/daerah tersebut. Sektor tersebut antara lain, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa-jasa.

Sedangkan KPPW yang bernilai negatif ada lima sektor dimana sektor-sektor tersebut tidak mempunyai keunggulan komparatif atau tidak dapat bersaing. Sektor tersebut adalah sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor listrik,gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan.

Berikut adalah hasil perhitungan pertumbuhan ekonomi berdasarkan jumlah nilai KPN, KPP dan KPPW serta Pergeseran Bersih.

Tabel 4.11

Hasil Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi dan Pergeseran Bersih


(57)

KPP KPPW (Yit / Yio - Yt / Yo) (yit / yio - Yit /Yio)

[Ri - Ra] [ri - Ri]

1 Pertanian -5.01% -6.11% -11.11% Mundur

2 Pertambangan -9.72% -20.45% -30.17% Mundur

3 Industri Pengolahan -13.48% 0.77% -12.71% Mundur

4 Listrik, Gas, Air Bersih -0.38% -5.86% -6.23% Mundur

5 Bangunan 5.18% 1.33% 6.51% Progresif

6 Perdagangan 3.53% 7.96% 11.49% Progresif

7 Angkutan 13.55% -3.11% 10.43% Progresif

8 Keuangan 21.90% -15.89% 6.00% Progresif

9 Jasa-Jasa 5.93% 5.71% 11.64% Progresif

-6.23%

No Sektor Ekonomi KETERANGAN

-11.11% -30.17% -12.71%

Pergeseran Bersih KPP + KPPW

KOREKSI

((yt - yo)/yo)*100%

6.00% 11.64% 11.49% 6.51% 10.43% Tabel 4.12

Interpretasi Pergeseran Bersih (PB)

Sumber : Hasil Data Diolah

Dari hasil perhitungan pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa sektor yang pertumbuhannya pesat adalah sektor keuangan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa, sektor bangunan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.Sedangkan sektor yang pertumbuhannya lambat adalah sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, dan sektor listrik, gas dan air bersih.

Sektor yang mengalami peningkatan daya saing terhadap daerah lain yang ada di Provinsi Sumatera Utara adalah sektor sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa. Hal ini dikarenakan nilai KPPW dari semua sektor tersebut adalah positif. Sedangkan sektor yang tidak mengalami peningkatan daya saing terhadap daerah lain yang di Provinsi Sumatera Utara adalah sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan.


(1)

STRENGTH/KEKUATAN (S) WEAKNESS/KELEMAHAN (W)

STRATEGI S-O STRATEGI W-O

STRATEGI S-T STRATEGI W-T 1.Meningkatkan kualitas kinerja sumber daya

manusia agar semakin kompetitif dan berkualitas dan tidak terpengaruh dengan budaya asing akibat masuknya budaya-budaya luar. 2.Meningkatkan kualitas hotel-hotel kecil melalui peningkatan fasilitas dan pelayanan sehingga mampu bersaing dan tetap dapat diminati oleh masyrakat. 3.Meningkatkan kualitas kuliner dengan memasok bahan-bahan dari tradisional ataupun lokal sehingga dapat meningkatkan pendapatan para pelaku usaha tradisional di Kota Medan.

1.Mengoptimalkan pelayanan administrasi pemerintahan dan pelayanan publik. 2.Meningkatkan peraturan dan perijinan dalam mendirikan minimarket sehingga keberadaan ritel tidak merugikan toko kelontong tradisional 3.Pemerintah meningkatkan peraturan terhadap masuknya barang dari pasar internasional sehingga tidak mendominasi pasar lokal.

THREATS/ANCAMAN (T) OPPORTUNITIES/PELUANG (O)

1.Belum optimalnya pelayanan pemerintahan dan pelayanan publik yang disebabkan oleh belum tertatanya kelembagaan secara memadai, dan belum konsistennya manajemen pemerintahan dan pembangunan kota berbasis kinerja. 2.Belum optimalnya pengelolaan infrastruktur perekonomian (jalan, listrik, telepon, dan air) yangmenghambat pengembangan usaha dan pelayanan publik. 3.Toko kelontong tradisional kalah bersaing dengan keberadaan toko modern 4.Pemerintah daerah mengalami kendala dalam melakukan penertiban pedagang kaki lima.

1.Infrastruktur yang memadai yang dapat mendukung sektor perdagangan hotel dan restoran. 2.Memiliki sarana dan prasarana transportasi yang memadai dan berkembang 3.Ritel berkembang pesat (terutama indomaret) 4.Pertumbuhan hotel sangat tinggi dengan dibangunnya hotel mewah seperti Aston dan Mariot. 5.Wisata kuliner yang menjadi andalan Kota Medan.

1.Perluasan jaringan transportasi akan

meningkatkan mobilitas penduduk dan barang. 2.Perluasan pasar regional dan internasional akan meningkatkan kegiatan investasi sektor perdagangan hotel dan restoran. 3.Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi 4.Perluasan jaringan dan kerjasama pariwisata lokal, nasional dan internasional. 5.Perkembangan restoran, café dan tempat makan lainnya.

1. Memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam rangka meningkatkan promosi wisata kuliner yang menjadi andalan Kota Medan. 2.Meningkatkan kualitas sarana prasarana infrastruktur serta memperluas jaringan transportasi sehingga melancarkan mobilitas perdagangan. 3. Memanfaatkan hotel-hotel mewah untuk membangun maupun mengembangkan restoran-restoran disekitar hotel dengan kualitas yang bertaraf internasional.

1.Meningkatkan kualitas dalam pengelolaan infrastruktur agar tidak menghambat kegiatan investasi sektor perdagangan, hotel dan restoran 2.Pembangunan pasar modern harus memperhatikan jarak antara pasar modern dengan pasar tradisional dan pasar modern dengan pertokoan, koperasi dan pengusaha kecil sehingga dapat dihindari timbulnya persaingan yang tidak sehat. 3.Meningkatkan koordinasi antara pemerintah, provinsi dan kota agar menoptimalkan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur kota. 4.Meningkatkan penyediaan lokasi penjualan melalui promosi yang berbasi teknologi dan informasi

1.Terjadinya degradasi budaya lokal akibat arus globalisasi. 2.Kurang ketatnya ijin pendirian minimarket dari pemerintah daerah sehingga terlalu banyak minimarket yang lokasinya saling berdekatan 3.Arus masuk barang dari pasar internasional akan cenderung mendominasi pasar lokal. 4.Hotel-hotel kecil milik masyarakat daerah atau milik pribumi mulai merasakan penurunan atau pengurangan jumlah tamu.

Tabel 4.15

Strategi SWOT

INTERNAL

EKSTERNAL


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

Dari uraian dan analisis dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1.

Berdasarkan hasil penghitungan indeks

location quotient

menunjukkan

sektor yang menjadi sektor basis adalah sektor lisrik, gas dan air bersih,

sektor bangunan, sektorperdagangan, hotel dan restoran, sektor

pengangkutan dan komunikasi,sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan, dan sektor jasa-jasa.

2.

Dari hasil perhitungan

shift-share

maka sektor yang pertumbuhannya pesat

adalah sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor

pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan, dan sektor jasa-jasa.

3.

Dari hasil perhitungan LQ dan

Shift-Share

menunjukkan bahwa sektor yang

menjadi sektor unggulan prioritas utama adalah sektor perdagangan, hotel

dan restoran. Sektor ini memiliki keunggulan komparatif dan kemampuan

spesialisasi, memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan

tingkat provinsi, memiliki keunggulan kompetitif atau daya saing, dan laju

pertumbuhanannya termasuk progresif (maju).

4.

Strategi

Strength-Opportunities

adalah memanfaatkan keberadaan

hotel-hotel mewah untuk membangun maupun mengembangkan restoran-restoran


(3)

5.

Strategi

Weakness-Opportunities

adalah pembangunan pasar modern harus

memperhatikan jarak antara pasar modern dengan pasar tradisional dan

pasar modern dengan pertokoan, koperasi dan pengusaha kecil sehingga

dapat dihindari timbulnya persaingan yang tidak sehat.

6.

Strategi

Strength-Threaths

adalah meningkatkan kualitas hotel-hotel kecil

melalui peningkatan fasilitas dan pelayanan sehingga mampu bersaing dan

tetap dapat diminati oleh masyrakat.

7.

Strategi

Weakness-Threats

adalah meningkatkan peraturan dan perijinan

dalam mendirikan minimarket sehingga keberadaan ritel tidak merugikan

toko kelontong tradisional

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, penulis menyarankan beberapa hal,

yaitu:

1.

Pemerintah Kota Medan dapat mengoptimalkan sektor perdagangan hotel

dan restoran karena memiliki kontribusi terbesar dalam perekonomian Kota

Medan dan perlu mendapatkan prioritas pengembangan dengan tidak

mengabaikan sektor-sektor perekonomian lainnya.

2.

Meningkatkan sektor-sektor unggulan lainnya sebagai pendorong

pertumbuhan ekonomi selain sektor perdagangan,hotel dan restoran

terhadap PDRB sehingga sektor perdagangan, hotel dan restoran dapat

menjadi pendukung bagi tumbuh dan berkembang sektor-sektor lainnya.


(4)

3.

Sektor perdagangan,hotel dan restoran sebagai sektor unggulan semakin

ditingkatkan sehingga kegiatan investasi pada sektor perdagangan,hotel dan

restoran akan semakin meningkat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R, 2005.

Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah

, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Adisasmita, R, 2008.

Ekonomi Archipelago

, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Arsyad, Lincolin, 1999.

Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi

Daerah

. BPFE, Yogyakarta.

Boediono. 2002.

Ekonomi Makro,

Edisi Empat, BPFE, Yogyakarta.

Buku Pegangan Perencanaan Pembangunan Daerah 2014 Memantapkan

Perekonomian Nasional Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Yang

Berkeadilan

.

http://www.bappenas.go.id/files/6613/7890/3137/2.Handbook_2014.pdf

Fachrurrazy,2009.

Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah

Kabupaten Aceh Utara

dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB

[tesis].

Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara,Medan

Ghufron, Muhammad,2008.

Analisis Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor

Unggulan Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

[skripsi] Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Halim, Abdul, 2003.

Analisis Investasi.

Edisi Pertama, Salemba Empat,Jakarta

Hidayati, Solikhah Retno, ST.

Analisis Ekonomi Basis Metode LQ & Shift Share.

Hilal, Almulaibari. 2011.

Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kota Tegal

Tahun 2004-2008

[skripsi]. Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro,

Semarang.

Jati Purnomo, Dian dan Eduardus.

Analisis Peluang dan Potensi Investasi

Wilayah Perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah (Kabupaten Brebes,

Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan)

, Universitas Jendral

Soedirman

Jhingan, M. L, 1992.

Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan,

Terjemahan D.

Guritno. Rajawali, Jakarta


(6)

Rachbini, Didik J, 2001.

Pembangunan Ekonomi & Sumber Daya Manusia

.

Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Medan Tahun Anggaran 2013

.

http://pemkomedan.go.id/RADPPK/RKPD%20Kota%20Medan.pdf

Setyowati, Sandra Yulia. 2013.

Analisis Pengembangan Sektor Potensial

Kabupaten Klaten Dalam Kawasan Subosuka Wonosraten

.

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj

Sukirno, Sadono. 2004.

Makro Ekonomi Edisi II,

Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.

Tambunan, Tulus T. H, 2001.

Transformasi Ekonomi di Indonesia: Teori &

Penemuan Empiris

. Salemba Empat, Jakarta.

Tarigan, Robinson, 2005.

Perencanaan Pembangunan Wilayah

, Edisi Revisi,

Bumi Aksara, Jakarta.

Tarigan, Robinson, 2007.

Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi,

Edisi Revisi,

Bumi Aksara, Jakarta.

Tim Kajian Profil Sektor Riil : Sektor Perdagangan, Hotel, Dan Restoran

http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Profil%20Sektor%20Riil.pdf

Woyanti, Nenik, 2002.

Profil Investasi dan Potensi Ekonomi Kabupaten Blora

.