Pembahasan ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

e. Gambaran persentase berdasarkan masa kerja

Tabel 20: Persentase berdasarkan masa kerja Masa kerja antecedent condition 1thn 1-2 thn 3-5 thn 6-10 thn 10 thn Total Komunikasi 28,57 35,71 23,21 7,14 5,36 100 Strktur 13,16 31,58 31,58 21,05 2,63 100 Variabel pribadi 23,91 34,78 19,57 17,39 4,35 100 Berdasarkan tabel 20 dapat diketahui bahwa faktor komunikasi, faktor struktur dan variabel pribadi paling banyak dipilih sebagai antecedent condition oleh subjek penelitian dengan masa kerja 1-2 tahun.

C. Pembahasan

Konflik organisasi adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat sudut pandang yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan Robins, 1996. Konflik bukan merupakan sesuatu yang statis, tetapi dinamis dan mempunyai proses. Konflik tidak terjadi secara tiba-tiba, namun ada kondisi yang melatar-belakanginya atau mendahului antecedent conditions terjadinya konflik. Kondisi ini disebut juga sebagai sumber terjadinya konflik, terdiri dari tiga ketegori, yaitu: komunikasi, struktur, dan variabel pribadi Robins, 1998 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitiann didapatkan kebanyakan karyawan tenaga pengajar menganggap faktor komunikasi merupakan antecedent condition timbulnya konflik organisasi. Kemudian diikuti oleh faktor variabel pribadi dan struktur. Hasil yang diperoleh dalam peneitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Achoka 1990, Bondesio 1992 dan Robbins 2004 yang juga menyatakan bahwa komunikasi memainkan peranan penting dalam pembentukan konflik. Ketiga penelitian tersebut menyimpulkan puncak konflik terletak pada faktor komunikasi, diikuti oleh faktor tingkah laku pribadi, dan faktor struktur. Fenomena munculnya konflik organisasi pada Yayasa Pendidikan X adalah akibat dari faktor komunikasi. Mengutip pendapat De Janasz, dkk 2002 yang mengemukakan bahwa ketika komunikasi tidak dapat berjalan lancar maka akan menimbulkan perbedaan persepsi antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, yang kemudian membentuk jurang dalam berkomunikasi. Apabila jurang tersebut tidak dikelola dengan baik, komunikasi tidak lagi menjadi efektif, bisa berakibat konflik, kerjasama tidak akan mungkin terwujud karena karyawan tidak mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan mereka, sehingga kinerja pun akan ikut terhambat De Janasz, dkk, 2002 Ruben 1978 juga mengatakan bahwa konflik merupakan hasil langsung daripada komunikasi yang tidak efektif karena sesungguhnya tujuan komunikasi dalam suatu organisasi adalah mutual understanding, dalam arti mencoba mencari saling sepemahaman antara anggota-anggota dalam organisasi tersebu. Jika komunikasi dalam suatu organisasi berjalan dengan baik maka kesepahaman antar karyawan dalam organisasi juga tentunya bisa berlangsung dengan baik. Pada “Yayasan Pendidikan X” gangguan dalam komunikasi membuka peluang terjadinya perbedaan persepsi antara pendiri dengan pengurus harian, antara guru dengan kepala sekolah atau dengan sesama guru dan pihak lainnya sehingga menjadikan Universitas Sumatera Utara pentransferan informasi, gagasan dan makna dari satu individu ke individu yang lain tidak dapat dihantarkan. Faktor variabel pribadi menjadi penyumbang terbesar kedua terhadap konflik organisasi. Setiap individu tentunya memiliki kebutuhan, keinginan, dan kepentingan yang harus dipenuhi dan hal tersebut seringkali terancam karena adanya tindakan, ucapan atau keputusan orang lain. Dengan demikian, setiap orang merupakan sumber konflik yang potensial bagi orang lain karena memiliki kebutuhan, keinginan dan kepentingan yang berbeda baik dalam kualitas maupun kuantitas, karena karakteristik pribadi yang bersifat khas Anoraga, 1998. Penilitan yang dilakukan Robins 2001 menunjukkan individu yang sangat otoriter, dogmatik, dan menghargai rendah orang lain, merupakan sumber konflik yang potensial. Pada Yayasan Pendidikan X faktor kepribadian dari pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi pekerjaan di Yayasan Pendidikan X dalam hal ini pihak manajemen atau pimpinan dengan para karyawan tenaga pengajar menjadi antecedent condition konflik organisasi. Pemimpin Yayasan cenderung ototriter dan perfeksionis, karyawan oleh pimpinan dianggap sebagai pelaksana keputusan atau perintah darinya Faktor Struktur organisasi menjadi penyumbang ketiga terhadap munculnya konflik organisasi pada Yayasan Pendidikan X. Struktur dalam hal ini menyangkut ukuran kelompok, spesialisasi bidang, wilayah kerja, kesamaan tujuan, sistem imbalan serta ketergantungan antar kelompok. Pada yayasan pendidikan X dengan sistem manajemen yang komplek memiliki berbagai tata aturan, tata kelola, serta struktur organisasi yang juga komplek dimana terjadi pembagian dan hirarki kekuasaan tentunya memudahkan terjadinya perbedaan pendapat dan ketegangan antara lapisan kekuasaan yang berujung pada konflik organisasi dalam Yayasan Pendidikan X. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan disimpulkan jawaban-jawaban dari permasalahan dalam penelitian ini, yang selanjutnya akan didiskusikan dan pada akhir bab dikemukakan saran-saran metodologis dan praktis bagi pihak-pihak yang berkepentingan

A. Kesimpulan

1. Gambaran umum antecedent condition konflik organisasi menujukkan bahwa faktor komunikasi merupakan penyebab utama munculnya konflik organisasi yang kemudian diikuiti oleh faktor variabel pribadi dan faktor struktur. 2. Berdasarkan aspek demografis didapati hasil sebagai berikut Berdasarkan jenis kelamin, pada perempuan dan laki-laki keduanya menyatakan bahwa faktor komunikasi sebagai anteceden conditon konflik organisasi. Berdasarkan unit sekolah didapatkan hasil yang bervariasi, karyawan tenaga pengajar pada unit SMP dan SMU menyatakan bahwa faktor komunikasi merupakan anteceden conditon konflik organisasi. Sedangkan karyawan tenaga pengajar pada unit SD menyatakan faktor variabel pribadi sebagai anteceden conditon konflik organisasi. Kemudian karyawan tenaga pengajar pada unit PGTK mengatakan bahwa faktor struktur sebagai anteceden conditon konflik organisasi. Berdasarkan usia, subjek pada kelompok usia 20-25 tahun dan 31-40 mengatakan faktor komunikasi sebagai anteceden conditon konflik organisasi. Adapun subjek pada kelompok usia 26-30 tahun dan 41-50 tahun mengatakan faktor variabel pribadilah yang merupakan penyebab utama konflik organisasi. Universitas Sumatera Utara