Fungsi pokok “mantel asam” kulit yaitu Tranggono dan Latifah, 2007: 1.
Sebagai penyangga buffer yang berusaha menetralisir bahan kimia yang terlalu asam atau terlalu alkalis yang masuk ke kulit.
2. Membunuh atau menekan pertumbuhan mikroorganisme yang
membahayakan kulit. 3.
Dengan sifat lembabnya sedikit banyak mencegah kekeringan kulit.
2.4 Bibir
Bibir memiliki ciri yang berbeda dari kulit bagian lain, karena lapisan jangatnya sangat tipis. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium
mendorong papila dengan aliran darah yang banyak tepat di bawah permukaan kulit. Pada kulit bibir tidak terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit
bibir sebelah dalam terdapat kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak selalu basah, sangat jarang terdapat kelenjar lemak pada bibir, menyebabkan bibir
hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering lapisan jangat akan cenderung mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang
melekat padanya mudah penetrasi ke stratum germinativum Ditjen POM, 1985. Pada permukaan luar, bibir dilapisi oleh integument jaringan penutup
permukaan kulit, dan permukaan dalam, membran selaput lendir oral menjadi satu dengan kulit bibir pada batas merah terang. Pada komponen dari bibir di
temukan otot oris orbikularis, arteri dan vena labial, susunan saraf, jaringan lemak dan kelenjar lemak. Kelenjar labial kelenjar air liur sejati terletak diantara
membran selaput lendir dan otot oris orbikularis. Bibir dibasahi oleh saliva atau air liur yang dihasilkan oleh kelenjar labial Balsam, 1972.
Universitas Sumatera Utara
Daerah vermillion adalah bingkai merah bibir, merupakan daerah transisi dimana kulit bibir bergabung ke dalam membran mukosa. Ini merupakan daerah
dimana wanita sering mengaplikasikan lipstik Woelfel and Scheild, 2002. Kosmetik rias bibir selain untuk merias bibir ternyata disertai juga dengan
bahan untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang merusak, misalnya sinar ultraviolet. Ada beberapa macam kosmetika rias bibir, yaitu lipstik,
lip crayon, krim bibir lip cream, pengkilap bibir lip gloss, penggaris bibir lip liner dan lip sealer Wasitaatmadja, 1997.
2.5 Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata kosmein Yunani yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha mempercantik diri ini, dahulu di ramu dari
bahan-bahan alami yang terdapat di alam sekitar. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga dari bahan sintetis untuk maksud
meningkatkan kecantikan Wasitaatmadja, 1997. Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445MenkesPermenkes1998 adalah sebagai
berikut : Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan epidermis, rambut kuku, bibir dan organ kelamin bagian
luar, gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,
memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit Tranggono dan Latifah, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Penggolongan kosmetik menurut kegunaaanya bagi kulit adalah sebagai berikut Tranggono dan Latifah, 2007:
1. Kosmetik perawatan kulit skin-care cosmetics
Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk didalamnya :
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit cleanser
b. Kosmetik untuk melembabkan kulit mouisturizer
c. Kosmetik pelindung kulit
d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit peeling
2. Kosmetik riasan dekoratif atau make-up
Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek
psikologis yang baik, seperti percaya diri self confidence.
2.5.1 Kosmetik Dekoratif
Kosmetik dekoratif fungsi utamanya hanya untuk mempercantik dan memperindah diri. Pewarna merupakan komponen utama dalam setiap formulasi
kosmetik dekoratif. Tujuan kosmetik dekoratif yaitu untuk memperbaiki penampilan, memberikan rona, meratakan warna kulit, menyembunyikan
ketidaksempurnaan, dan fungsi protektif Barel, et al, 2001. Persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain adalah warna yang
menarik, bau yang harum dan menyenangkan, tidak lengket, tidak menyebabkan kulit tampak berkilau, dan tidak merusak atau mengganggu kulit, bibir, kuku, dan
adeneksa lainnya Tranggono dan Latifah, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Kosmetik dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu Tranggono dan Latifah, 2007:
1. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, perona pipi, eye shadow, dan lain-lain.
2. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama
baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut,
dan preparat penghilang rambut.
Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetik dekoratif dapat dibagi menjadi Wasitaatmadja, 1997:
1. Kosmetik rias kulit wajah
2. Kosmetik rias bibir
3. Kosmetik rias rambut
4. Kosmetik rias mata
5. Kosmetik rias kuku.
2.6 Lipstik
Lipstik menambah warna pada wajah agar terlihat lebih sehat dan juga membentuk bibir. Lipstik dapat digunakan untuk harmonisasi wajah antara mata,
rambut, dan pakaian. Lipstik juga mampu menciptakan ilusi bibir agar terlihat lebih kecil atau lebih besar tergantung dari warnanya Barel, et al, 2001.
Hakekat fungsi dari lipstik adalah untuk memberikan warna bibir menjadi merah yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat nan menarik. Akan
tetapi kenyataan kemudian warna lain pun mulai digemari orang, sehingga corak
Universitas Sumatera Utara
warna lipstik bervariasi mulai dari warna kemudaan hingga warna sangat tua dengan corak warna dari merah jambu, merah jingga, hingga merah biru bahkan
ungu Ditjen POM, 1985. Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat
dari campuran lilin dan minyak dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikendaki. Suhu lebur lipstik
yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-38
o
C. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat
lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang 62
o
C, biasanya berkisar antara 55-75
o
C Ditjen POM, 1985. Adapun persyaratan untuk lipstik adalah sebagai berikut Tranggono dan
Latifah, 2007: 1.
Melapisi bibir secara mencukupi 2.
Dapat bertahan di bibir selama mungkin 3.
Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket 4.
Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir 5.
Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya 6.
Memberikan warna yang merata pada bibir 7.
Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya 8.
Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau berbintik-bintik, atau memperlihatkan hal-hal lain yang tidak menarik.
Universitas Sumatera Utara
2.6.1 Komponen utama dalam sediaan lipstik
Adapun komponen utama dalam sediaan lipstik terdiri dari minyak, lilin , lemak dan zat warna
1. Minyak
Minyak yang digunakan dalam lipstik harus memberikan kelembutan, kilauan, dan berfungsi sebagai medium pendispersi zat warna Poucher,
2000. Minyak yang sering digunakan antara lain minyak jarak, minyak mineral, dan minyak nabati lain. Minyak jarak merupakan minyak nabati
yang unik karena memiliki viskositas yang tinggi dan memiliki kemampuan melarutkan staining-dye dengan baik. Minyak jarak
merupakan salah satu komponen penting dalam banyak lipstik modern. Viskositasnya yang tinggi adalah salah satu keuntungan dalam menunda
pengendapan dari pigmen yang tidak larut pada saat pencetakan, sehingga dispersi pigmen benar benar merata Balsam, 1972.
2. Lilin
Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada lipstik dan menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat. Campuran lilin yang
ideal akan menjaga lipstik tetap padat setidaknya pada suhu 50 dan
mampu mengikat fase minyak agar tidak keluar atau berkeringat, tetapi juga harus tetap lembut dan mudah dioleskan pada bibir dengan tekanan
serendah mungkin. Lilin yang digunakan antara lain carnauba wax, candelilla wax, beeswax, ozokerites, spermaceti dan setil alkohol.
Carnauba wax merupakan salah satu lilin alami yang yang sangat keras karena memiliki titik lebur yang tinggi yaitu 85
. Biasa digunakan dalam
Universitas Sumatera Utara
jumlah kecil untuk meningkatkan titik lebur dan kekerasan lipstik Balsam, 1972.
3. Lemak
Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut,
meningkatkan kekuatan lipstik, dan dapat mengurangi efek berkeringat dan pecah pada lipstik. Fungsinya yang lain dalam proses pembuatan
lipstik adalah sebagai pengikat dalam basis antara fase minyak dan fase lilin dan sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat yang biasa
digunakan dalam basis lipstik adalah lemak coklat, lanolin, lesitin, minyak nabati terhidrogenasi dan lain-lain Jellineck, 1976.
4. Zat warna
Zat warna dalam lipstik dibedakan atas dua jenis yaitu staining dye dan pigmen. Staining dye merupakan zat warna yang larut atau terdispersi
dalam basisnya, sedangkan pigmen merupakan zat warna yang tidak larut tetapi tersuspensi dalam basisnya. Kedua macam zat warna ini masing-
masing memiliki arti tersendiri, tetapi dalam lipstik keduanya dicampur dengan komposisi sedemikian rupa untuk memperoleh warna yang
diinginkan Balsam, 1972.
2.6.2 Zat tambahan dalam sediaan lipstik
Zat tambahan dalam lipstik adalah zat yang ditambahkan dalam formula lipstik untuk menghasilkan lipstik yang baik, yaitu dengan cara menutupi
kekurangan yang ada tetapi dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak toksik, tidak menimbulkan alergi, stabil, dan dapat bercampur dengan bahan-bahan lain
Universitas Sumatera Utara
dalam formula lipstik. Zat tambahan yang digunakan yaitu antioksidan, pengawet dan parfum Senzel, 1977.
1. Antioksidan
Antioksidan digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak jenuh lain yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHT, BHA dan vitamin E adalah
antioksidan yang paling sering digunakan Poucher, 2000. Antioksidan yang digunakan harus memenuhi syarat Wasitaatmadja S, 1997:
a. Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam
kosmetika b.
Tidak berwarna c.
Tidak toksik d.
Tidak berubah meskipun disimpan lama. 2.
Pengawet Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan lipstik
sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapi ketika lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasi
pada permukaan lipstik sehingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik.
Pengawet yang sering digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben Poucher, 2000.
3. Parfum
Parfum digunakan untuk memberikan bau yang menyenangkan, menutupi bau dari lemak yang digunakan sebagai basis, dan dapat menutupi bau
Universitas Sumatera Utara
yang mungkin timbul selama penyimpanan dan penggunaan lipstik Balsam, 1972.
2.7 Evaluasi Lipstik 2.7.1 Pemeriksaan titik lebur lipstik
Penetapan suhu lebur lipstik dapat dilakukan dengan berbagai metode. Ada dua metode yang biasanya digunakan yaitu metode melting point dan metode
drop point. Metode melting point menggunakan pipa kapiler sedangkan metode drop point menggunakan pelat tipis. Syarat lipstik melebur pada metode melting
point adalah 60 atau lebih, sedangkan untuk metode drop point adalah diatas 50 Balsam, 1972.
Penetapan suhu lebur lipstik dilakukan untuk mengetahui pada suhu berapa lipstik akan meleleh dalam wadahnya sehingga minyak akan keluar. Suhu
tersebut menunjukkan batas suhu penyimpanan lipstik yang selanjutnya berguna dalam proses pembentukan, pengemasan, dan pengangkutan lipstik Balsam,
1972.
2.7.2 Pemeriksaan kekuatan lipstik
Evaluasi kekerasan lipstik menunjukkan kualitas patahan lipstik dan juga kekuatan lipstik dalam proses pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan.
Evaluasi ini dapat dilakukan untuk mengetahui kekuatan lilin dalam lipstik Balsam, 1972.
Pengamatan dilakukan terhadap kekuatan lipstik dengan cara lipstik diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira ½ inci dari tepi, digantungkan beban
yang berfungsi sebagai pemberat. Berat beban ditambah secara berangsur-angsur
Universitas Sumatera Utara
dengan nilai yang spesifik pada interval waktu 30 detik, dan berat dimana lipstik patah merupakan nilai breaking point Vishwakarma, et al., 2011.
2.7.3 Uji oles
Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada kulit punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel
dengan perlakuan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya kita menggunakan lipstik Keithler, 1956.
2.7.4 Penentuan pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Sampel di buat dalam konsentrasi 1 yaitu 1 gram sampel dalam 100 ml akuades
Rawlins, 2003.
2.7.5 Pemeriksaan stabilitas sediaan
Pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan
pada suhu kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari ke-30 Vishwakarma, et al., 2011.
2.8 Uji Tempel Patch Test
Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud
untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak Ditjen POM, 1985.
Iritasi umumnya akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah pelekatan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi
Universitas Sumatera Utara
tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder. Tanda-tanda reaksi kulit yang ditimbulkan yaitu hiperemia,
eritema, edema atau vesikula kulit. Reaksi kulit yang demikian bersifat lokal pada daerah kulit yang rusak saja Ditjen POM, 1985.
Panel uji tempel meliputi manusia sehat dan penderita. Manusia sehat yang dijadikan panel uji tempel sebaiknya wanita, usia diantara 20-30 tahun, berbadan
sehat jasmani dan rohani, dan menyatakan kesediaannya dijadikan panel uji tempel Ditjen POM, 1985.
Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel
adalah bagian punggung, lengan tangan, lipatan siku, dan bagian kulit di belakang telinga Ditjen POM, 1985.
Teknik uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan uji pada luas tertentu lokasi lekatan, biarkan terbuka selama lebih kurang 24 jam, amati
reaksi kulit yang terjadi. Reaksi kulit akibat iritan primer terjadi antara beberapa menit hingga satu jam setelah pelekatan Ditjen POM, 1985.
Prosedur uji tempel preventif adalah prosedur uji tempel yang dilakukan sebelum penggunaan kosmetika untuk mengetahui apakah pengguna peka
terhadap sediaan ini atau tidak. Uji tempel preventif dilakukan dengan teknik uji tempel terbuka atau tertutup, waktu pelekatannya ditetapkan 24 jam, daerah lokasi
lekatan di belakang telinga atau bahu. Pengamatannya reaksi kulit positif atau negatif Ditjen POM, 1985
Universitas Sumatera Utara
2.9 Uji Kesukaan Hedonic Test