17
Gambar 3 . Spektrum absorpsi senyawa X dan Y tumpang tindih dua
arah. Tidak ada panjang gelombang dimana masing- masing senyawa dapat diukur tanpa mengalami gangguan
oleh yang lainnya
2.7 Validasi Metode
Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut
memenuhi persyaratan untuk penggunaannya Harmita, 2004. Suatu metode analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa
parameter-parameter kerjanya cukup mampu untuk mengatasi masalah analisis dan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel dan
tahan pada kisaran analit yang dianalisis Rohman, 2007. Validasi metode analisis dilakukan dengan uji laboratorium, dengan
demikian dapat ditunjukkan bahwa karakteristik kinerjanya telah memenuhi persyaratan untuk diterapkan dalam analisis senyawa atau sediaan yang
bersangkutan Satiadarma, dkk, 2004. Parameter analisis yang ditentukan pada
Universitas Sumatera Utara
18
validasi adalah akurasi, presisi, spesifisitas, limit deteksi, limit kuantitasi, kelinieran dan rentang Rohman, 2007.
Akurasi kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen
perolehan kembali recovery analit yang ditambahkan dan dapat ditentukan melalui dua cara yaitu metode simulasi spiked placebo recovery dan metode
penambahan bahan baku standard addition method. Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni senyawa pembanding kimia ditambahkan kedalam
campuran bahan sediaan farmasi plasebo, lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar standar yang ditambahkan kadar
sebenarnya. Dalam metode adisi penambahan bahan baku, sejumlah sampel yang dianalisis ditambah analit dengan konsentrasi tertentu biasanya 80 sampai
120 dari kadar analit yang diperkirakan, dicampur dan dianalisis kembali. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya hasil yang
diharapkan. Dalam kedua metode tersebut, persen perolehan kembali dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang sebenarnya Harmita,
2004: Perolehan Kembali =
C
F
- C
A
C
A
×100
Keterangan: C
F
= Kadar sampel setelah penambahan larutan baku C
A
= Kadar sampel sebelum penambahan larutan baku C
A
= Kadar larutan baku yang ditambahkan Presisi adalah derajat kesesuaian di antara masing-masing hasil uji, jika
prosedur analisis ditetapkan berulang kali pada sejumlah cuplikan yang diambil dari satu sampel homogen. Presisi dinyatakan sebagai deviasi standar atau deviasi
Universitas Sumatera Utara
19
standar relatif. Presisi dapat diartikan pula sebagai reprodusibilitas reproducibility atau keterulangan repeatability dari prosedur analisis pada
kondisi kerja normal Satiadarma, dkk, 2004. Parameter-parameter seperti standar deviasi, simpangan baku relatif dan derajat kepercayaan haruslah dikalkulasi
untuk mendapatkan tingkat presisi tertentu. Nilai RSD dinyatakan memenuhi persyaratan jika 10 - 20 Ermer dan Miller, 2005.
Simpangan baku relatif RSD = 100
× X
SD
Batas deteksi adalah nilai parameter, yaitu konsentrasi analit terendah yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan
blanko Harmita, 2004. Batas deteksi merupakan batas uji yang secara spesifik menyatakan apakah analit yang dianalisis berada di atas atau di bawah nilai
tertentu Rohman, 2007. Menurut Harmita 2004, batas deteksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Batas deteksi LOD =
slope SB
x 3
Batas kuantitasi adalah jumlah analit terkecil dalam sampel yang masih dapat diukur dalam kondisi percobaan yang sama dan memenuhi kriteria ceermat
dan seksama Harmita, 2004. Batas kuantitasi LOQ =
slope SB
x 10
Kelinieran suatu metode analisis adalah kemampuan untuk menunjukkan bahwa nilai hasil uji langsung atau setelah diolah secara matematika, proporsional
dengan konsentrasi analit dalam sampel dalam batas rentang konsentrasi tertentu Satiadarma, dkk, 2004. Linieritas dapat diukur dengan melakukan pengukuran
Universitas Sumatera Utara
20
tunggal pada konsentrasi yang berbeda-beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan slope, intersep dan
koefisien korelasinya Rohman, 2007.
Universitas Sumatera Utara
21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan di Laboratorium Kimia Farmasi
Kualitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dimulai dari Desember 2013 sampai Februari 2014.
3.2 Bahan-bahan 3.2.1 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah minuman isotonik yang diperoleh dari pusat perbelanjaan Carrefour, Jalan Jenderal Gatot Subroto.
3.2.2 Pereaksi
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan yang berkualitas pro analis dari E. Merck yaitu asam benzoat, asam sitrat, natrium
hidroksida, kalium hidrogen ftalat, fenoftalein kecuali aquadest CV. Rudang Jaya. Digunakan asam benzoat dan asam sitrat berkualitas pro analis karena tidak
tersedianya asam benzoat dan asam sitrat Baku Pembanding Farmakope Indonesia BPFI.
3.3 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer UV- Visible Hitachi U-2900, neraca analitik Mettler Teledo, statif, klem, spatula,
Universitas Sumatera Utara