44
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044U2002 Tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah juga menyebutkan
bahwa Komite Sekolah juga menyebutkan bahwa Komite Sekolah wajib memiliki AD dan ART, yang sekurang-
kurangnya memuat 1 nama dan tempat kedudukan; 2 dasar, tujuan dan kegiatan; 3 Keanggotaan dan
kepengurusan; 4 hak dan kewajiban anggota dan pengurus; 5 keuangan; 6 mekanisme dan rapat-rapat;
dan 7 perubahan AD dan ART, serta pembubaran organisasi.
2.6.4. Indikator Kinerja
MC. Donald dan Lawton dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih 2005: 174 mengemukakan indikator
kinerja antara lain: mengemukakan indikator kinerja antara lain: output oriented measures throughtput,
efficiency, effectiveness, Selanjutnya indikator tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang
menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara
masukan dan
keluaran dalam
penyelenggaraan publik. b.
Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik dalam bentuk
target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi.
45
Adapun indikator kinerja Komite Sekolah yang diakses dari Tim Pengembang Komite Sekolah Ditjen
Dikdasmen Depdiknas: 2004 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2.4.
Indikator Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya Sebagai Badan Pertimbangan Advisory Agency
Peran Komite
Sekolah Fungsi
Manajemen Pendidikan
Indikator Kinerja
Badan Pertimbangan
Advisory Agency
1. Perencaan
Sekolah a.
Identifikasi sumber daya pendidikan dalam
masyarakat b.
Memberikan masukan untuk penyusunan
RAPBS. c.
Penyelenggarakan rapat RAPBS sekolah, orang
tua siswa, Masyarakat d.
Memberikan pertimbangan RAPBS.
e. Ikut mengesahkan
RAPBS bersama kepala sekolah
2. Pelaksanaan
Program a.
Kurikulum b.
PBM c.
Penilaian a.
Memberikan masukan terhadap proses
pengelolaan pendidikan di sekolah.
b. Memberikan masukan
terhadap proses pembelajaran kepada
para guru.
3. Pengelolan
a. Identifikasi potensi
46 Sumber daya
pendidikan a.
SDM b.
SP c.
Anggaran sumber daya pendidikan
dalam masyarakat. b.
Memberikan pertimbangan tentang
tenaga kependidikan yang dapat
diberbantukan di sekolah.
c. Memberikan
pertimbangan tentang sarana dan prasarana
yang dapat diperbantukan di
sekolah.
d. Memberikan
pertimbangan tentang anggaran yang dapat
dimanfaatkan di sekolah.
47
Tabel 2.5.
Indikator Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya Sebagai Badan Pendukung Supporting Agency
Peran Komite
Sekolah Fungsi
Manejemen Pendidikan
Indikator Kinerja
Badan Pendukung
Supporting Agency
1. Pengelola
sumber daya a.
Memantau ketenagaan pendidikan di sekolah.
b. Mobilisasi guru
sukarelawan untuk menanggulangi
kekurangan guru di sekolah.
c. Mobilisasi tenaga
kependidikan non guru untuk mengisi
kekurangan di sekolah.
2. Pengelolaan
Sarana dan Prasarana
a. Memantau kondisi
antara sarana dan prasarana yang ada
disekolah.
b. Mobilisasi bantuan
sarana dan prasarana sekolah.
c. Mengkoordinasi
dukungan sarana dan prasarana sekolah
d. Mengevaluasi
pelaksanaan dukungan sarana dan prasarana
sekolah.
3. Pengelolaan
Anggaran a.
Memantau kondisi anggaran pendidikan di
sekolah.
48 b.
Memobilisasi dukungan terhadap anggaran
pendidikan di sekolah. c.
Mengkoordinasikan dukungan terhadap
anggaran pendidikan di sekolah.
d. Mengevaluasi
pelaksanaan dukungan anggaran di sekolah.
49
Tabel 2.6.
Indikator Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya Sebagai Badan Pengontrol Controlling Agency
Peran Komite
Sekolah Fungsi
Manejemen Pendidikan
Indikator Kinerja
Badan Pengontrol
Controlling Agency
1. Mengontrol
perencanaan pendidikan di
sekolah a.
Mengontrol proses pengambilan keputusan di
sekolah. b.
Mengontrol kualitas kebijakan di sekolah.
c. Mengontrol proses
perencanaan pendidikan di sekolah.
d. Pengawasan terhadap
kualitas perencanaan sekolah
e. Pengawasan terhadap
kualitas program sekolah. 2.
Memantau pelaksanaan
program sekolah
a. Memantau organisasi
sekolah b.
Memantau penjadwalan program sekolah
c. Memantau alokasi
anggaran untuk pelaksanaan program
sekolah.
d. Memantau sumber daya
pelaksana program sekolah. e.
Memantau partisipasi stake holder pendidikan dalam
pelaksanaan program sekolah.
3. Memantau
a. Memantau hasil ujian
50 output
pendidikan akhir.
b. Memantau angka
partisipasi sekolah c.
Memantau angka mengulang sekolah
d. Memantau angka bertahan
di sekolah
51
Tabel 2.7.
Indikator Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya Sebagai Badan Penghubung Mediator Agency
Peran Komite
Sekolah Fungsi
Manejemen Pendidikan
Indikator Kinerja
Badan Penghubung
Mediator Agency
1. Perencanaan a. Menjadikan penghubung
antara Komite sekolah dengan masyarkat, Komite
Sekolah dengan sekolah, dan Komite Sekolah
dengan Dewan Pendidikan.
b. Mengidentifikasi aspirasi
masyarakat untuk perencanaan pendidikan.
c. Membuat usulan
kebijakan dan program pendidikan kepada
sekolah.
2. Pelaksanaan
program a.
Mensosialisasikan kebijakan dan program
sekolah kepada masyarakat.
b. Memfasilitasi berbagai
masukan kebijakan program terhadap sekolah.
c. Menampung pengaduan
dan keluhan terhadap kebijakan dan program
sekolah.
d. Mengkomunikasikan
pengaduan dan keluhan masyarakat terhadap
sekolah.
52 3.
Pengelolaan sumber daya
pendidikan a.
Mengidentifikasi kondisi sumber daya di sekolah.
b. Mengidentifikasi sumber-
sumber daya masyarakat. c.
Memobilisasi bantuan masyarakat untuk
pendidikan di sekolah. d.
Mengkoordinasikan bantuan masyarakat.
2.7. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang berhubungan dengan Kinerja Komite
Sekolah, yang
dilaksanakan oleh
peneliti diantaranya adalah yang dilakukan oleh Mulyati 2009
yang dalam penelitiannya meneliti peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SDN Ngegong
Kota Madiun menyimpulkan bahwa peran Komite Sekolah di sekolah tersebut berjalan baik sehingga berdampak
pada mutu sekolah, manajemen sekolah dan hasil belajar siswa.
Sedangkan penelitian
yang dilakukan
Asri Yumilarsih 2015 dalam bentuk Tesis dengan judul
Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di SMP N 24 Semarang, hasil penelitiannya
diantaranya
pertama: komite
sekolah memberikan
pertimbangan pada sekolah dalam penyusunan visi-misi sekolah, komite memberikan masukan dan pertimbangan
untuk kegiatan sekolah. Kedua: perencanaan dalam hal sebagai pendukung supporting agency baik berwujud
finansial,
pemikiran, maupun
tenaga dalam
penyelenggara pendidikan disatuan pendidikan. Ketiga: dalam perannya sebagai penghubung mediator agency
antara sekolah dan masyarakat terinci pada program
53
kegiatan komite sekolah. Komite sebagai mediasi antara sekolah dengan pemerintah, elemen masyarakat, wali
murid serta dunia industri. Keempat: komite sekolah sebagai pengontrol controlling agency dalam transparansi
dan
akuntabilitas penyelenggaraan
dan keluaran
pendidikan disatuan pendidikan. Penelitian Ali Mursidi 2013 dalam bentuk jurnal
dengan judul
Pengelolaan komite
sekolah dalam
peningkatan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. Hasilnya adalah pengelolaan komite sekolah
dalam peningkatan mutu pendidikan sudah cukup baik. Dilaksanakan dengan pengoptimalkan empat peran
komite sekolah, yakni: advisory agency, supporting agency, controlling agency, dan mediator agency.
Penelitian lain dilakukan Agus Budi Santoso dan Sumani pada tahun 2014 dalam bentuk jurnal yang
berjudul Peranan Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar di Kota Madiun. Hasil dari
penelitiannya adalah Komite sekolah telah melakukan kerjasama dengan sekolah dalam meningkatkan sarana
dan prasarana sekolah guna meningkatkan mutu pendidikan. Sejalan dengan penelitian Murjini 2015 yang
berjudul evaluasi pendidikan dalam peningkatan mutu pendidikan studi di SD Negeri Sukomarto Jumo
Temanggung. Hasil penelitiannya ditemukan kinerja komite sekolah sebagai badan pertimbangan, badan
pendukung, badan pengontrol, dan badan pendukung belum seluruhnya berhasil dibuktikan kinerja Komite
Sekolah sebagai penghubung antara Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan belum maksimal.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Mawan
Kriswantoro 2013
yang menyimpulkan
bahwa Komite
Sekolah telah
melaksanakan perannya sebagai badan pertimbangan,
54
pendukung dan penghubung. Namun hal pengontrol kebijakan dan program sekolah, Komite Sekolah belum
sepenuhnya melaksanakannya, karena Komite Sekolah sebagai organisasi organisasi yang bersifat sosial dan
masing-masing anggota Komite mempunyai kesibukan dalam profesi masing-masing sehingga belum mampu
melaksanakan kontrol secara langsung di sekolah.
Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh A.T. Alabi 2012 dengan penelitiannya yang berjudul
Utilization of Commitee System and Secondary School Principals’
Administrative Effectiveness
in Ilorin
Metropolis, Nigeria. Pemanfaatan Sistem Komite dan Keefektifan Administrasi Kepala Sekolah Menengah SMP,
SMA di Kota Ilorin, Nigeria, yang menyimpulkan bahwa: Administrasi yang efektif merupakan prasyarat bagi
keberhasilan administrasi sekolah menengah. maksud dari hal tersebut adalah bahwa, perkembangan dari
hubungan yang harmonis di sekolah menengah oleh kepala sekolah melalui pemanfaatan sistem komite
membantu dalam meningkatkan hasil pendidikan dan meningkatkan hasil pendidikan secara optimal. Semakin
banyaknya kebutuhan akan melibatkan lebih banyak staf di sekolah menengah administrasi telah membuat
argumen untuk penggunaan komite lebih masuk akal.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Joyce Nyandoro 2013 dengan penelitiannya yang berjudul
“Effective Of School Development Commitee In Financial Management In Chimanimami West Circuit Primary Schools
In Zimbabwe” Keefektifan Komite Sekolah dalam Membangun Manajemen Keuangan di Cimani-cimani
Barat
Studi di
Sekolah Dasar
Zimbabwe yang
menyimpulkan bahwa: Ada tiga kegagalan yang muncul dari penelitian ini. Pertama beberapa pengembangan
sekolah komite di Chimanimani lingkungan seberlah
55
barat dioperasikan tanpa undang-undang pasal 87 tahun 1992. Kegagalan kedua untuk mematuhi Undang-Undang
pasal 87
tahun 1992
yang telah
mendapatkan persetujuan mengalami penurunan pemahaman isinya
oleh sebagian komite pengembangan sekolah. Kegagalan ketiga oleh masyarakat untuk membentuk komite
pengembangan sekolah yang efektif yang bisa menggalang dana dari berbagai sumber.
Sejalan dengan penelitian Ravik Karasidik dkk berjudul Parrent Involvement on School Committees as
Sosial Capital to Improve Student Achivement yang dimuat dalam jurnal International Excellens in Higher Education 4
2013:
1-6. Penelitian
ini mengupas
bagaimana partisipasi orang tau melalui komite sekolah dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian ini menghasilkan tiga temuan kualitatif: sebagai besar
partisipasi orang tua hanya dalam bentuk pemenuhan aspek material, seperti uang sekolah dan buku; sebagian
besar orang tua memiliki pemahaman yang salah bahwa sekolah
hanya harus
tanggungjawab sepenuhnya
terhadap pendidikan anak; orang tua yang sibuk cenderung tidak peduli terhadap perkembangan proses
belajar anak-anaknya.
Oleh karena itu, disarankan pertama bahwa pemerintah melalui kantor-kantor provinsi memastikan
bahwa dalam melengkapi undang-undang pasal 87 Tahun 1992 dan panduan terkait lainnya dengan semua sekolah
untuk kesuksesan program desentralisasi keuangan. Kedua, bahwa Kementerian Pendidikan, Seni, Olahraga
dan Kebudayaan melalui tim supervisi memastikan bahwa komite pengembangan sekolah memahami kebijakan dari
kementerian
melalui beberapa
pelatihan sebelum
menerapkan kebijakan tersebut. Ketiga, para pembuat kebijakan tersebut mengembangkan buku pegangan
56
untuk Komite Sekolah yang ditulis dalam bahasa yang lebih sederhana untuk orang-orang level awam untuk
mengerti dan menggunakannya. Buku pegangan harus mencakup
isu-isu seperti
bagaimana sumber,
penggunaan dan melestarikan sumber daya untuk sekolah dan bagaimana untuk mendirikan komite
pengembangan sekolah yang efektif. Keempat, para pembuat kebijakan juga membuat kebijakan responsif
terhadap komunitas yang berbeda sebuhungan dengan ekonomi mereka, latar belakang dan kemampuan untuk
membangun komite pengembangan sekolah yang efektif. Kelima, bahwa komite pengembangan sekolah harus
bekerja sebagai kelompok dan menjadi organisasi pembelajaran, berbagai ide pada tingkat yang sama
kesulitan dan pengembangan strategi bahwa organisasi non pemerintah, seperti SNV, program sekolah, yang lebih
baik dari Zimbabwe dan lainnya yang bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Seni, Olahraga dan
Budaya secara ekonomis menggunakan upaya mereka, waktu dan dana untuk mencakup semua orang tuawali
termasuk
Para kepala
desa setiap
kali mereka
menyelenggarakan lokakaryaseminar untuk memastikan mereka semua akrab dengan peran mereka sehingga
orang tua dan juga sebagai komite pengembang sekolah. Dan akhirnya, bahwa menteri pendidikan tertinggi juga
turus andil melalui kebijakan kurikulum-nya untuk menyertakan program desentralisasi dan manajemen
pembangunan pad guru untuk memastikan mereka mereka akan membantu dalam pelatihan orang tua dan
anggota komite pengembangan sekolah. Peneliti cukup yakin bahwa ini akan membantu pemerintah untuk
meningkatkan efektivitas komite pengembangan sekolah di seluruh penjuru Negeri.
57
Peneliti lainnya berpendapat Zulkoflo Matondang 2011 tentang komite sekolah dalam meningkatkan
kualitas manajemen sekolah di Kota Tebing Tinggi Sumatera
Utara dalam
melaksanakan peran
dan fungsinya.
Berdasarkan penelitian
diperoleh pemberdayaan komite sekolah masih rendah. Pengurus
komite banyak yang belum paham peran dan fungsinya dalam mendukung program sekolah, dan masih sedikit
yang memiliki ADART.
Sedangkan Slamet Lesatari 2006: 71 dalam jurnalnya
juga mengatakan
keberhasilan dalam
pemberdayaan komite sekolah dinilai berhasil jika telah tercapai beberapa indikator yaitu: 1 Proses pembentu-
kan komite
sekolah dilakukan
secara demokrasi,
transparan dan akuntabel, 2 tidak ada lagi komite sekolah stempel dan eksekutor, 3 bila ada permasalahan
antara Sekolah dan Komite Sekolah dapat diselesaikan secara mandiri oleh tim fasilitator, 4 Secara berharap
diharapkan
agar Komite
Sekolah segera
dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal.
Menurut Sri Wardiah, Murniati, Djailani 2015: 12 Strategi komite sekolah merupakan salah satu faktor
keberhasilan program
pendidikan yang
meliputi pengetahuan dan motivasi dalam peningkatan mutu
pendidikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana program komite sekolah, strategi pendekatan
komite sekolah dan kendala komite sekolah dalam peningkatan
mutu pendidikan.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1 program komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan meliputi: rapat rutin
komite sekolah setiap semester, ikut mengesahkan RKASRAPBS, Menyampaikan usulan dan rekomendari
kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan sekolah,
58
namun dalam pelaksanaannya belum efektif, 2 strategi komite sekolah dalam peningkatan mutu penididkan
melalui kegiatan diantaranya: rapat rutin dengan warga sekolah pada setiap akhir semester, bersama-sama
sekolah membuat rumusan visi dan misi sekolah, menyusun RKAS RAPBS sertan mengembangkan potensi
kearah lebih baik, 3 kendala yang dihadapi komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan adalah
kurangnya komunikasi antara sekolah dengan komite sekolah, sehingga menyebabkan program komite sekolah
menjadi kurang efektif.
Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja komite sekolah di berbagai tempat berbeda-
beda. Ada komite sekolah yang kinerjanya sudah sesuai dengan peran dan fungsinya, sementara ditempat lain
belum bisa dilaksanakan.
Maka peneliti akan membahas tentang kinerja komite di SD N Purwosari1 Sayung, kelebihan dan
kekurangan, faktor-faktor yang menghambat kinerja komite sekolah sampai kepada sumber daya komite
sekolah serta peran dan fungsi komite sekolah sesuai Kemendiknas 044U2002 yang menjadi landasan dasar
kinerja komite SD N Purwosari 1 Sayung. Peneliti juga akan mengevaluasi kinerja komite sekolah dalam
peningkatan mutu pendidikan supaya nanti kinerja komite sekolah yang ada di SD N Purwosari 1 Sayung
Demak bisa melaksanakan peran dan fungsi komite sekolah secara maksimal sehingga mutu pendidikan yang
ada di SD N Purwosari 1 bisa meningkat menjadi lebih baik dan berkembang kearah kemajuan.
59
2.8. Kerangka Pikir Penelitian
Untuk penyederhanaan Alur kerangka pikir dalam penelitian evaluasi kontek, input, proses dan produk
CIPP. Maka
peneliti mendeskripsikan
penelitiannya dengan menggunakan model evaluasi CIPP Context, Input,
Process, Product, akan dilihat dari kinerja komite sekolah secara ideal, menurut Kemendiknas 044U2002 tentang
peranan fungsi komite secara ideal dan komprehenshif, dengan model evaluasi CIPP context, input, process,
product nanti bisa dianalisis dari kontek, input, proses, dan produk tekait kinerja komite sekolah.
Peranan komite sekolah sudah sesuai Kemendiknas 044U2002 atau belum sepenuhnya diimplementasikan,
diantaranya peran komite sekolah sebagai badan pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol, dan mediator.
Kemudian faktor kendala atau hambatan yang dihadapi pada pelaksanaan program, hasil dari evaluasi nanti akan
mendapat sebuah saran rekomendasi untuk perbaikan kinerja komite sekolah sehingga mutu pendidikan yang
ada di SD N Purwosari 1 Sayung Demak.