11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu dilakukan oleh saputro 2008 dengan judul: Faktor-Faktor Atribut Produk Yang menjadi Pertimbangan Dalam Pembelian
Notebook Dan Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Konsumen di Surakarta.” Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan
adalah merupakan respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan
pemakaianya. Kepuasan pelanggan merupakan suatu tanggapn emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa. Kepuasan
pelanggan merupakan evaluasi purna beli di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampui harapan pelanggan dan ketidakpuasan
timbul apabila hasil outcome tdak memenuhi harapan. Kepuasan konsumen pada dasarnya mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang
dirasakan oleh konsumen atau pelanggan. Tedjakusuma, Hartini, dan Muryani 2001 dengan judul: ”Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Pembelian Air Minum Mineral di Kotamadya Surabaya.” Kesimpulan dari penelitian ini bahwa
perilaku konsumen dalam pembelian air minum mineral dipengaruhi secara bersama-sama dan bermakna oleh faktor pendidikan, penghasilan, harga, kualitas,
distribusi dan promosi. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung = 34,677 lebih tinggi
12
dari Ftabel = 2,14, dengan koefisien korelasi R sebesar 0,7203 dan koefisien determinasi ganda R Squared sebesar 0,5188. Harga mempunyai pengaruh
dominan terhadap perilaku konsumen air minum mineral.
2.2. Tinjauan Teori
2.2.1. Konsep Pemasaran
Menjalankan kegiatan pemasaran di suatu perusahaan organisasi bisnis terutama yang berskala besar, baik dalam lingkungan regional maupun nasional
haruslah menggunakan falsafah pemasaran yang tepat. Salah satu falsafah pemasaran yang cukup mutakhir dalam penetapan arah strategi pemasaran adalah
Konsep Pemasaran. Konsep pemasaran selalu menekankan bahwa “kunci sukses untuk keberhasilan tujuan perusahaan adalah dengan mengutamakan pada
pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen melalui cara yang lebih efektif dan lebih efesien daripada yang dilakukan oleh pesaing-pesaingnya Kotler;
1994:18.” Konsep pemasaran memiliki 4 empat komponen utama yaitu: 1 pasar
yang terfokus; 2 berorientasi pada konsumen; 3 kegiatan pemasaran yang terpadu; dan 4 kemampulabaan bagi perusahaan melalui pemuasan kebutuhan
dan keinginan konsumen. Keempat komponen konsep pemasaran tersebut merupakan software bagi perusahaan untuk mengembangkan strategi pemasaran
yang kokoh. Apalagi dalam kondisi persaingan yang semakin ketat dan karakteristik pasar yang berkembang dari pasar yang dikuasai oleh pejual seller
market ke pasar yang dikuasai oleh pembeli buyer market.
13
Menghadapi kondisi persaingan yang semakin tajam dengan semakin banyaknya bermunculan produk-produk pesaing yang disertai dengan berbagai
strategi, maka pemasaran bagi perusahaan menjadi semakin penting. Pemasaran merupakan suatu aktivitas penting yang dilakukan perusahaan dalam usaha untuk
mempertahankan dan mengembangkan keberadaannya dan mendapatkan laba. Jadi, jelas sekali bahwa kegiatan pemasaran sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup suatu perusahaan. 2.2.2. Produk
Kotler 1997:8 mempunyai definisi tentang produk didefinisikan sebagai berikut:
“A product is anything that can be offered to a market for attentin, acquisition, used or cunsumption and that might satisfied a want or need:
it includes physical object, service, person, places, organization, and ideas.”
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat diartikan bahwa produk adalah apa saja yang ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, atau dikonsumsi
sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan didalamnya termasuk obyek fisik, pelayanan, tempat, orang, organisasi atau ide-ide.
Menurut Assael 1992:121 definisi produk adalah sebagai berikut: “A product as a set of tangible and intangible attributes, including
packaging, color, price, quality, and brand, plus seller’s service and reputation. A product may be a good, service, idea”.
14
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat diartikan bahwa produk adalah sekumpulan atribut berwujud dan tidak berwujud yang mencakup unsur-unsur
kemasan, warna, harga, kualitas, dan merek, serta pelayanan dan reputasi penjual. Suatu produk mungkin adalah barang berwujud, pelayanan, tempat, orang atau
ide. Dari kedua definisi dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan produk
adalah gejala sesuatu baik berwujud barang atau jasa yang digunakan untuk memuaskan konsumen, di mana tiap barang atau jasa tersebut memiliki manfaat
yang berbeda. Dapat dikatakan pelanggan dalam membeli barang tidak hanya membeli sekumpulan atribut fisiknya saja tetapi lebih dari itu, pelanggan tersebut
bersedia untuk membayar sesuatu yang diharapkan agar dapat memuaskan kebutuhan dan keinginannya.
2.2.3. Klasifikasi Produk
Banyak klasifikasi suatu produk yang dikemukakan ahli pemasaran, diantaranya pendapat yang dikemukakan oleh Tjiptono. Menurut Tjiptono
1997:98, produk dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu: 1
Berdasarkan wujudnya; produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok utama, yaitu:
a Barang
Barang merupakan produk yang berwujud fisik sehingga dapat diindera, baik dilihat, dirabadisentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan
perlakuan fisik lainnya.
15
b Jasa Services
Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual dikonsumsi pihak lain. Seperti halnya bengkel reparasi, salon
kecantikan, hotel dan sebagainya. 2
Berdasarkan aspek daya tahannya, produk dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a Barang tidak tahan lama non durable goods
Barang tidak tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pengkonsumsian dan umur
ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun, misalnya sabun, minuman dan makanan ringan, gula, garam dan lainnya.
b Barang tahan lama durable goods
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya mampu untuk digunakan dalam waktu yang relatif lama lebih panjang dari produk
tidak tahan lama, misalnya kulkas, televisi, mobil dan lain-lain. 3
Berdasarkan tujuan konsumsi yaitu didasarkan pada siapa konsumennya dan untuk apa produk itu dikonsumsi, maka produk diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu: a
Barang konsumsi consumer’s goods Barang konsumsi merupakan suatu produk yang langsung dapat
dikonsumsi tanpa melalui pemrosesan lebih lanjut untuk memperoleh manfaat dari produk tersebut.
16
b Barang industri industrial’s goods
Barang industri merupakan suatu jenis produk yang masih memerlukan pemrosesan lebih lanjut untuk mendapatkan suatu manfaat tertentu.
Biasanya hasil pemrosesan dari barang industri diperjualbelikan kembali. Menurut Sun 2002 dalam Sularto 2008:588-589 bahwa produk juga
bisa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan media pemasarannya yaitu media penjualan online. Adapun pengelompokkan produk ini
meliputi:
1. Produk yang kaya informasi Information rich products
Produk dimana konsumen harus melakukan penelitian penting sebelum membuat keputusan pembelian. WWW memungkinkan para pemasar untuk
menyajikan informasi lengkap tentang suatu produk dimana konsumen dapat dengan bebas berinteraksi dengannya sesuai waktu yang diinginkan konsumen.
Contoh dari produk ini adalah produk elektronik, dan mobil. Konsumen merasa kurang nyaman masuk ke show room mobil tanpa memiliki pengetahuan
tentang nilai dari mobil, fitur yang ada dan lain-lain, terutama jika konsumen merasa bahwa akan ada penjual yang akan berusaha keras agar dagangannya
terjual. Dengan menjadikan konsumen lebih memiliki informasi awal tentang suatu produk, konsumen akan mengunjungi show room untuk membuat
keputusan pembelian dengan lebih baik.
2. Produk mahal High-priced products
Dilihat dari demografi pengguna internet, terlihat bahwa penjualan produk mahal akan menarik untuk dipasarkan di Internet. Hal ini mirip dengan produk
17
yang kaya informasi, karena umumnya produk mahal adalah produk kaya informasi dan beresiko pembelian tinggi.
3. Produk baru New products
Internet adalah media yang sangat berguna untuk memasarkan produk baru. Terdapat beberapa alasan, antara lain karena konsumen membutuhkan proses
pembelajaran sebelum membeli suatu produk baru. Internet memungkinkan konsumen untuk berinteraksi dan menerima informasi sebanyak-banyaknya.
Internet sangat efektif untuk mempelopori suatu produk baru di pasaran karena sebagian karakter orang yang menggunakan internet adalah seorang inovator
atau mungkin bisa disebut juga pemakai awal. Karakter konsumen seperti ini cenderung membeli produk baru dan bersedia mengambil resiko karena
melakukan pembelian tersebut secara lebih cepat dibandingkan konsumen yang menunggu konsumen lain membeli, kemudian baru bisa membuat keputusan.
4. Produk teknik Technical products
Karena internet adalah media teknologi tinggi, maka para penggunanya umumnya lebih menguasai teknologi, sehingga kecenderungannya para
pengguna internet akan membeli produk yang berhubungan dengan teknologi.
5. Produk gaya hidup Lifestyle products
Produk yang menawarkan kenyamanan agar bisa mengikuti gaya hidup juga menarik jenis konsumen yang menggunakan Internet.
18
2.2.4. Atribut Produk
Atribut produk adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk
meliputi merek, kualitas, resiko dan sebagainya.
• Merek Brand
Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbollambang, desain, warna, gerak atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan
dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing. Pada dasarnya suatu merek juga merupakan janji penjual untuk secara konsisten
menyampaikan serangkaian ciri-ciri, manfaat dan jasa tertentu kepada para pembeli.
Tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi pembeli untuk bersedia membeli barang dan jasa perusahaan disamping barang lain pada
saat mereka membutuhkan. Dengan mempelajari minat beli konsumen dan kemudian mengidentifikasinya untuk mengadakan segmentasi pasar.
Salah satunya adalah melalui proses pengembangan strategi pemasaran suatu produk yaitu mengenai masalah merek. Merek ini dapat
menambah nilai suatu produk sehingga merupakan salah satu aspek yang hakiki.
Kotler 2000:75 mengemukakan pengertian merek sebagai suatu nama, istilah, tanda, lambang, atau desain atau gabungan semua yang
diharapkan mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang penjual atau
19
sekelompok penjual dan diharapkan akan membedakan barang atau jasa dari produk-produk milik pesaing.
Sedangkan Swasta 2000:135 memberikan pengertian bahwa merek merupakan suatu nama, istilah, simbol, atau desain rancangan atau
kombinasinya yang dimaksudkan untuk memberi tanda pengenal barang atau jasa dari seseorang penjual atau sekelompok penjual dan untuk
membedakannya dari barang-barang yang dihasilkan oleh pesaing. Menurut Nitisemito 2001:34 merek didefinisikan sebagai suatu
tanda atau simbol yang memberikan identitas untuk suatu barang atau jasa tertentu yang dapat berupa rata-rata, gambar, atau kombinasi. Dan Tjiptono
2000:104 mengidentifikasikan merek sebagai berikut : ”Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau lambang, desain, warna, gerak atau
kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing.
Dari pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa merek merupakan suatu nama, istilah, tanda, simbol atau lambang, desain
rancangan, warna, gerak atau kombinasi atribut produk lainnya yang memberikan identitas untuk suatu barang atau jasa tertentu yang dapat
berupa rata-rata, gambar, atau kombinasi, dari seseorang penjual atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang atau jasa yang
dihasilkan oleh pesaing.
20
Indikator dari Merk adalah : a
Nama merek Nama merek adalah nama yang menunjukkan merek notebook tersebut,
yang juga menunjukkan kualitas atau tidaknya suatu notebook. Saputro 2008
b Reputasi merek
Reputasi merek adalah nama baik perusahaan produsen notebook. Saputro 2008
• Kualitas
Kualitas merupakan derajat atau tingkat karakteristik yang melekat pada produk yang m encukupi persyaratan atau keinginan yang diharapkan
konsumen. Meurut kotler et. Al 1999, P30 kualitas produk merupakan
keseluruhan cirri atau sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun yang
tersirat. Setiap perusahaan menginginkan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan, maka akan berusaha membuat produk berkualitas,
yang ditampilkan baik melalui cirri – cirri luar design produk maupun inti produk itu sendiri. Hal ini menunjukan bahwa kualitas produk merupakan
spesifikasi rancangan yang tepat atau layak untuk digunakan sebaik mungkin sesuai dengan tingkatan spesifikasinya.
Saat ini semua produsen meyakini pentingnya memenuhi kepuasan pelanggan pada segala aspek produk barang dan atau jasa yang dijual ke
21
pasar. Para petinggimanajemen puncak perusahaan juga umumya semakin menyadari dan mempercayai adanya hubungan langsung antara customer
satisfaction kepuasan pelanggan terhadap peningkatan raihan pangsa pasar market share. Kepuasan pelanggan sangat penting dan menentukan. Salah
satu tolok ukurnya adalah kualitas. Namun yang menjadi pertanyaan besar adalah “kualitas” seperti apa yang sesunguhnya diinginkan oleh konsumen?.
Menyangkut apa saja dan apa parameternya?. Bukankah produk dengan reliability dan performa tinggi sudah cukup memuaskan customer?.
Banyak lembaga konsultan ternama di AS mempublikasikan hasil penelitiaanya dengan “sinyal” yang sangat jelas bahwa customer satisfaction
dengan indeks kepuasan “tinggi” mengalami peningkatan pertumbuhan penjualan dalam periode tertentu. Sebaliknya produk dengan level indeks
kepuasan rendah, pertumbuhan penjualannya cenderung “minus”. Tren volume penjualan yang terus menurun adalah awal kehancuran dan telah
dialami banyak perusahaan. Temuan ini tentu sangat mengagetkan dan menjadi tantangan besar khusunya para jajaran manajemen puncak.
Merancang dan mengembangkan produk dengan fokus pada keinginan dan kepuasan pelanggankonsumen nampaknya sesuatu yang tidak dapat
ditawar-tawar lagi. Delapan Dimensi Kualitas Garvin memberikan pelajaran dan
gagasan berharga bagi para produsen khusunya bagian pengembangan produk dengan cakupan yang lengkap dan luas. Produk yang diinginkan
konsumen dan memenuhi kualitas yang mereka harapkan adalah ketika
22
semua unsur pengembangan produk diterapkan secara maksimal. Tim inti product development bagian marketingpemasaran, desain dan teknik harus
duduk bersama dan memikirkan semua aspek kualitas produk yang hendak dikembangkan
Indikator dari kualitas adalah:P a.
Bandel Adalah Daya tahan produk adalah kekuatan dan ketahanan produk
tersebut. Saputro 2008 b.
Mudah dioperasikan Kemudahan mengoperasikan adalah fitur-fitur dan fasilitas yang
mendukung kemudahan dalam pengoperasian. Saputro 2008 c.
Compatible Kesesuaian “compatible” adalah kecocokan hardware notebook dengan
yang tertera di notebook. Saputro 2008 d.
Berbobot Ringan Desain berat atau ringan adalah bentuk dari notebook yang sangat variatif.
Saputro 2008 e.
Pilihan warna Pilihan warna adalah variasi warna yang bervariatif dari notebook tersebut.
Saputro 2008 f.
Petunjuk pengoperasian penggunaan Petunjuk pengoperasian penggunaan adalah tersedianya buku petunjuk
pengoperasian penggunaan notebook tersebut. Saputro 2008
23
g. Fasilitas Hardisk
Fasilitas Hardisk adalah besarnya daya tampung dari hardisk notebook tersebut. Saputro 2008
h. Ketersediaan Wi-Fi
Ketersediaan Wi-Fi adalah tersedianya fasilitas internet menggunakan jaringan WIFI. Saputro 2008
i. Nilai hiburan
Nilai hiburan adalah tersedianya game-game dan fasilitas hiburang dalam notebook tersebut. Saputro 2008
j. Portabilitas
Portabilitas adalah fasilitas portabilitas yang dimiliki notebook tersebut. Saputro 2008
k. Bahan Rancangan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan notebook juga harus berkualitas baik dan di rancang semenarik mungkin untuk menambah nilai kualitas
notebook tersebut. Penilaian kulaitas sering didasarkan pada factor seperti performa, dapat
dipercaya, tahan lama, keahlian kerja, bahanrancangan. Gilbert 2003
24
• Resiko
Kualitas merupakan derajat atau tingkat karakteristik yang melekat pada produk yang m encukupi persyaratan atau keinginan yang diharapkan
konsumen. Sesuatu yang tidak pasti uncertain dapat berakibat
menguntungkan atau merugikan.menurut Wideman, ketidak pastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang
Opportunity, sedangkan ketidak pastian yang menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah risiko Risk.
Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang
merugikan. Bagaimana jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar sedangkan kalaupun rugi hanya kecil sekali?
Misalnya membeli loterei. Jika beruntung maka akan mendapat hadiah yang sangat besar tetapi jika tidak beruntung uang yang digunakan membeli
loterei relatif kecil.Apakah ini juga tergolong Risiko? jawabannya adalah hal ini juga tergolong risiko. Selama mengalami kerugian walau sekecil apapun
hal itu dianggap risiko. a.
Ketidaktersediaan sparepart Ketersediaan sparepart adalah kelengkapan sparepart di seluruh outlet
notebook. Saputro 2008 b.
Tidak terdapat Garansi resmi
25
Garansi resmi pabrikan adalah adanya jaminan service yang diberikan notebook tersebut. Saputro 2008
c. Tidak tersedianya Layanan purna jual
Layanan purna jual adalah tersedianya layanan purna jual yang disediakan notebook tersebut.Saputro 2008
d. Umur baterai tidak tahan lama
Umur baterai adalah jangka waktu baterai notebook tersebut dapat bertahan. Saputro 2008
e. Tidak terdapat Unsur keamanan
Unsur keamanan adalah jaminan keamanan yang diberikan notebook. Saputro 2008
2.2.5. Kepuasan Pelanggan
Persaingan yang semakin ketat, dimana semakin banyak produsen yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, menyebabkan
setiap perusahaan harus menempatkan orientasi pada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama. Dewasa ini semakin diyakini bahwa kunci utama untuk
memenangkan persaingan adalah memberikan nilai dan kepuasan kepada pelanggan melalui penyampaian produk yang berkualitas dengan harga bersaing,
penampilan produk yang menarik, dan kemudahan dalam memperolehnya.
26
Berikut ini akan dijelaskan pengertian tentang kepuasan pelanggan, pentingnya pengukuran kepuasan pelanggan, dan pengukuran kepuasan pelanggan.
1. Pengertian Kepuasan Pelanggan
Menurut Day yang dikutip oleh Tjiptono 1997: 24 menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan adalah “respon pelanggan terhadap evaluasi
ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya.” Dalam mengevaluasinya,
pelanggan akan menggunakan harapannya sebagai standar atau acuan. Dengan demikian, harapan pelangganlah yang melatarbelakangi mengapa dua organisasi
pada bisnis yang sama dapat dinilai berbeda oleh pelanggannya. Dalam konteks kepuasan pelanggan, harapan adalah perkiraaan atau keyakinan pelanggan tentang
apa yang akan diterimanya ketika akan membelimengkonsumsi suatu produk Tjiptono, 2002:147.
Kotler 1997:36 menyatakan: Kepuasan adalah perasaan senangkecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja
hasil suatu produk dan harapan-harapannya. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pengertian
kepuasan mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi yang dilakukan oleh
pelanggan setelah mengkonsumsi produk, di mana kinerja atribut-atribut produk yang menjadi pertimbangan pelanggan sekurang-kurangnya sama atau melampaui
harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil tidak memenuhi harapan atau kepentingan.
27
Pemahaman terhadap pendapat tersebut didukung ilustrasi yang dikemukakan oleh Tjiptono 2002:147 yang mendeskripsikan mengenai konsep
kepuasan pelanggan. Adapun ilustrasi pendapat tersebut disajikan dalam gambar berikut:
Tujuan Perusahaan
Kebutuhan dan keinginan
Pelanggan Produk
Harapan Pelanggan
Nilai Produk Bagi Pelanggan
Tingkat Kepuasan Pelanggan
28
Gambar 2.1. Konsep Kepuasan pelanggan
Sumber: Tjiptono, Fandy, 2002, Manajemen Pemsaran Jasa, Yogyakarta: ANDI, Hal 147.
Berdasarkan ilustrasi pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa kepuasan pelanggan dapat terbentuk karena keterkaitan antara dua variabel yaitu produk dan
harapan pelanggan. Jika produk yang ditawarkan perusahaan sesuai atau melebihi harapan pelanggan, maka akan tercipta kepuasan pelanggan, dan demikian pula
berlaku sebaliknya.
2. Pentingnya Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Untuk memenangkan persaingan, produk harus mampu memberikan kepuasan kepada para pelanggannya, baik kepuasan atas produknya maupun
kepuasan dari pelayanan yang lebih baik daripada para pesaingnya. Supranto 1997:2 menyatakan bahwa “pelanggan memang harus
dipuaskan, sebab kalau mereka tidak puas akan meninggalkan perusahaan dan menjadi pelanggan pesaing, hal ini akan menyebabkan penurunan penjualan dan
pada gilirannya akan menurunkan laba dan bahkan kerugian”. Oleh sebab itu pimpinan produk harus berusaha mengetahui tingkat kepuasan pelanggannya agar
segera mengetahui variabel apa dari suatu produk yang bisa membuat pelanggan puas atau tidak puas.
Mengukur tingkat kepuasan pelanggan tidak semudah mengukur berat badan para pelanggan. Data yang diperoleh bersifat subyektif, sesuai dengan
29
jawaban para responden menurut pengalaman mereka dalam menggunakan suatu jenis produk tertentu.
Tingkat kepuasan pelanggan sangat tergantung pada kualitas suatu produk. Kualitas menurut Montgomery 1985:23 adalah: “Quality is the extent to which
products meet the requirements of people who use them”. Jadi, suatu produk dikatakan bermutu bagi seseorang kalau produk tersebut dapat memenuhi
kebutuhannya. Pengukuran tingkat kepuasan berkaitan dengan pengukuran faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan tersebut. Pengukuran kepuasan bermanfaat bagi pimpinan bisnis yaitu: mengetahui dengan baik bagaimana jalannya atau
bekerjanya proses bisnis, mengetahui dimana harus melakukan perubahan dalam upaya melakukan perbaikan secara terus-menerus, terutama untuk hal-hal yang
dianggap penting oleh para pelanggannya, dan menentukan apakah perubahan yang dilakukan mengarah ke perbaikan improvement”.
Pengetahuan persepsi dan sikap pelanggan tentang organisasi bisnis produk akan meningkatkan peluangnya untuk membuat keputusan bisnis
menjadi lebih baik. Menurut Assael 1992:112 menyatakan: Persepsi adalah proses mengumpulkan dan menginterprestasikan lingkungan yang ada di sekitar
kita. Dalam konteks ini perusahaan harus mengetahui dan memahami persepsi pelanggan terhadap produk perusahaan perusahaan dapat menggunakan persepsi
dan sikap pelanggan untuk memperkirakan mutu produk. Instrumen atau alat pengukuran kepuasan harus benar-benar dapat mengukur dengan tepat persepsi
dan sikap pelanggan tersebut. Kalau alat ukur tersebut kurang baik sehingga tidak
30
dapat mewakili pendapat pelanggan, keputusan berdasarkan informasi ini akan mengganggu tercapainya sukses bisnis, keputusan bisa salah. Sebaliknya, produk
sebagai organisasi bisnis dengan informasi akurat tentang persepsi pelanggan, akan dapat membuat keputusan yang lebih baik, khususnya di dalam memberikan
produk dan pelayanan yang lebih baik kepada para pelanggannya sehingga mereka merasa puas dan dapat menjadi pelanggan yang loyal Supranto, 1997:5.
3. Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Pemantauan dan pengukuran terhadap kepuasan pelanggan telah menjadi hal yang sangat esensial bagi setiap perusahaan. Hal ini dikarenakan langkah
tersebut dapat memberikan umpan balik dan masukan bagi keperluan pengembangan dan implementasi strategi peningkatan kepuasan pelanggan.
Metode survei merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam pengukuran kepuasan pelanggan. Menurut Tjiptono, 1997:149, pengukuran
kepuasan pelanggan melalui metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :
1. Pengukuran kepuasan langsung directly reported satisfaction
Pengukuran dilakukan secara langsung dengan pertanyaan seperti “ungkapkan seberapa puas Saudara terhadap pelayanan PT. X pada skala
berikut : sangat tidak puas, tidak puas, netral, puas, sangat puas 2.
Ketidakpuasan yang dirasakan derived dissatisfaction Pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal utama, yakni besarnya
harapan pelanggan terhadap atribut tertentu dan besarnya kinerja yang mereka rasakan.
31
3. Analisis masalah problem analysis
Konsumen yang dijadikan responden diminta untuk menuliskan masalah- masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan
dan juga diminta untuk menuliskan perbaikan-perbaikan yang mereka sarankan.
4. Analisis kepentingan-kinerja importance-performance analysis
Responden diminta untuk meranking berbagai elemen atribut dari penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik
kinerja perusahaan dalam masing-masing elemenatribut tersebut. 4. Variabel-variabel Pembentuk Kepuasan Pelanggan
Menurut Tjiptono 1997: 25-26, variabel yang sering digunakan dalam mengevaluasi kepuasan terhadap suatu produk antara lain meliputi:
Kinerja performance yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti, keistimewaan tambahan features yaitu karakteristik sekunder atau
pelengkap, keandalan reliability yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai, kesesuaian dengan spesifikasi conformance
to specifications yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya, daya tahan
durability berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan, service ability meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan,
mudah direparasi, serta penanganan keluhan yang memuaskan, aesthethics yaitu daya tarik produk terhadap panca indera, dan kualitas
32
yang dipersepsikan perceived quality yaitu citra dan reputasi produk serta tanggungjawab perusahaan terhadap konsumen.
Tiap variabel yang diajukan tersebut mempunyai kontribusi terhadap kepuasan. Keseluruhan dari penilaian konsumen terhadap dimensi kualitas produk
tersebut dengan sendirinya akan menentukan tingkat kepuasan konsumen terhadap kualitas produk itu sendiri.
5. Indikator Kepuasan Pelanggan
Menurut Tjiptono 1997: 28, terdapat berbagai indikator yang digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu:
a. Terpenuhinya semua kebutuhan konsumen dari produk yang dibeli
b. Rendahnya tingkat kekecewaan pelanggan terhadap kinerja produk
c. Timbulnya rasa senang dengan merek produk
d. Keinginan untuk mempertahankan pemakaian produk
2.2.6. Keputusan Pembelian Konsumen
Menurut Schiffman dan Kanuk 1994 sebagaimana dikutip oleh Sumarwan 2003:289 menyatakan bh suatu keputusan sebagai pemilihan suatu
tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternatif. Seorang konsumen
yang ingin membeli sebuah sedan, ia dihadapkan kepada beberapa merek kendaraan: Toyota, Suzuki, Hyundai, Honda. Dengan demikian, ia harus
mengambil keputusan merek apa yang akan dibelinya, atau ia harus memilih satu dan beberapa pilihan merek. Jika konsumen tidak memiliki pilihan alternatif,
seperti pembelian obat menurut resep dokter. Hal ini bukanlah suatu situasi
33
konsumen lakukan keputusan. Suatu keputusan tanpa pilihan disebut sebagai sebuah Hobson’s choice.
Menurut Kotler 2000:182: “Purchase intention is also influenced by unexpected situasional faktor. The consumer may form a purchase intention based
on faktors such as expected family income, expected price, and expected benefits from the product. When the consumer is about to act, unexpected situational
faktors may arise to change the purchase intention.” Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil sebuah pemahaman bahwa
keputusan pembelian konsumen diawali oleh keinginan membeli yang timbul karena terdapat berbagai faktor yang berpengaruh seperti pendapatan keluarga,
harga yang diinginkan, keuntungan atau manfaat yang bisa diperoleh dari produk bersangkutan. Ketika konsumen mengambil keputusan, mungkin bisa terjadi
perubahan faktor situasional yang bisa mempengaruhi intensitas pembelian.
2.2.6.1. Tipe pengambilan keputusan pembelian konsumen
Menurut Kotler dan Armstrong 2001:221, konsumen mempunyai empat tipe keterlibatan yaitu keterlibatan tinggi dan keterlibatan rendah karena
perbedaan merek pada produk-produk yang ditemui di pasar. Empat tipe pengambilan keputusan pembelian konsumen adalah sebagai berikut:
1. Perilaku membeli yang kompleks 2. Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan
3. Perilaku membeli yang mencari variasi 4. Perilaku membeli karena kebiasaan
34
Gambar 2.2. menunjukkan empat tipe pengambilan keputusan konsumen dengan deskripsi sebagai berikut:
Keterlibatan tinggi Keterlibatan rendah
Perbedaan mendasar yang ada diantara merek
Perilaku membeli yang kompleks
Perilaku membeli yang mencari variasi
Sedikit perbedaan di antara merek yang ada
Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan
Perilaku membeli karena kebiasaan
Gambar 2.2. Empat Tipe Perilaku Membeli
Sumber: Kotler dan Armstrong 2001:221. Keterangan:
1. Perilaku membeli yang komplek timbul ketika konsumen dihadapkan pada
adanya perbedaan mendasar yang ada diantara merek dan keterlibatan konsumen tinggi. Contoh pembelian komputer yang dilakukan oleh
konsumen, konsumen akan mempertimbangkan” “Chip Pentium Pro”, “Resolusi Super VGA”, RAM 64 Mega, hal ini karena diantara produk
mempunyai keunggulan berbeda yang mempengaruhi kinerja komputer. 2.
Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan dihadapkan pada berbagai produk yang mempunyai sedikit perbedaan di antara merek yang ada dan
tingkat keterlibatan konsumen tinggi. Contoh pembelian karpet, mungkin menghadapi keputusan dengan keterlibatan tinggi karena harga karpet mahal
dan karpet mencerminkan ekspresi diri, namun pembeli mempertimbangkan hampir semua merek karpet yang berada pada rentang harga tertentu sama
saja. Perbedaan merek dianggap tidak besar, pembeli mungkin berkeliling dan melihat-lihat karpet yang tersedia, namun dengan cepat membeli, mungkin
mereka pertama merespons harga yang baik dan kenyamanan berbelanja.
35
3. Perilaku membeli karena kebiasaan dihadapkan pada berbagai produk yang
mempunyai sedikit perbedaan di antara merek yang ada dan tingkat keterlibatan konsumen rendah. Contoh pembelian garam, dimana konsumen
sedikit sekali terlibat dalam kategori produk ini, mereka hanya pergi ke toko dan meraih merek apa saja, jika mereka tetap meraih merek yang sama,
kejadian ini lebih merupakan kebiasaan daripada loyalitas terhadap merek. 4.
Perilaku membeli yang mencari variasi timbul ketika konsumen dihadapkan pada adanya perbedaan mendasar yang ada diantara merek dan keterlibatan
konsumen rendah. Contoh pembelian kue, dimana konsumen mungkin memiliki beberapa keyakinan, memilih merek kue tanpa banyak evaluasi lalu
mengevalusi merek tersebut untuk dimakan, tetapi pada waktu selanjutnya konsumen mungkin mengambil merek lain agar tidak bosan.
Menurut Kuncoro 1997:24 keputusan pembelian konsumen merupakan keinginan atau hasrat untuk melakukan pembelian terhadap sebuah produk. Tinggi
rendahnya keputusan pembelian konsumen sangat tergantung pada kuat lemahnya faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian, diantaranya, daya beli
konsumen, urgensitas kebutuhan untuk dipenuhi, keberadaan produk lainnya.
2.2.6.2. Proses keputusan pembelian konsumen
Menurut Kotler dan Armstrong 2001:222 keputusan pembelian konsumen tidak terlepas dari tahap-tahap keputusan pembelian. Adapun tahap-
tahap keputusan pembelian tersebut adalah sebagai berikut:
Pengenalan kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi berbagai Alternatif
Keputusan membeli
Perilaku pasca pembelian
36
Gambar 2.3. Model Proses Keputusan Lima Tahap
Sumber: Kotler dan Armstrong 2001:222. Berdasarkan kajian tersebut terlihat bahwa masing-masing tahap dari
keputusan pembelian menentukan terhadap realisasi pembelian yang dilakukan konsumen.
1. Pengenalan kebutuhan
Tahap pertama proses keputusan membeli dimana konsumen mengenali suatu masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata
dengan keadaan yang diinginkan, kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang: seperti rasa lapar, haus,
seks, muncul pada tingkat yang cukup tinggi untuk menjadi dorongan. Suatu kebutuhan juga bisa dipicu oleh rangsangan eksternal, misalnya kebutuhan
hobi baru ketika musim kerja menurun, seperti kebutuhan kamera setelah seseorang berbicara dengan temannya mengenai fotografi dan melihat iklan
kamera. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan timbul ketika konsumen menyadari perlunya untuk memenuhi sebuah kebutuhan, dan ketika konsumen
tidak menyadarinya, maka kebutuhan tersebut tidak ada karena tidak disadari oleh konsumen.
2. Pencarian informasi
Tahap proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen telah tertarik untuk mencari lebih banyak informasi, konsumen mungkin hanya
meningkatkan perhatian atau mungkin aktif mencari informasi. Pencarian informasi dalam hal ini adalah untuk melengkapi kebutuhan informasi atas
37
suatu produk di benak konsumen. Informasi yang diterima konsumen atas suatu produk mempengaruhi pemahaman konsumen atas produk yang
ditawarkan perusahaan. Informasi produk tersebut harus lengkap sehingga mampu menekan kemungkinan kesalahpahaman konsumen. Seorang
konsumen yang telah tertarik mungkin mencari lebih banyak informasi. Jika dorongan konsumen begitu kuatnya dan produk yang memuaskan berada
dalam jangkauan, konsumen kemungkinan besar akan membelinya. Jika tidak, konsumen mungkin menyimpan kebutuhannya dalam ingatan atau melakukan
pencarian informasi yang berkaitan dengan kebutuhan itu. 3.
Evaluasi berbagai alternatif Tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen
menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternatif dalam satu susunan pilihan. Evaluasi alternatif dalam hal ini jika terdapat lebih dari
satu pilihan bagi konsumen. Konsumen yang dihadapkan pada lebih dari satu pilihan, maka konsumen akan memilih produk-produk yang bisa dibelinya.
Setiap konsumen dimungkinkan mempunyai berbagai pertimbangan yang berbeda dalam memilih sebuah produk diantara produk lainnya. Untuk itu,
setelah mendapatkan informasi maka konsumen akan mengevaluasi berbagai alternatif untuk mendapatkan produk terbaik.
4. Keputusan membeli
Tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar- benar membeli produk. Keputusan pembelian merupakan fase sesudah
pemilihan alternatif yang dilakukan oleh konsumen. Lebih jauh berkaitan
38
dengan keputusan pembelian tersebut, keputusan pembelian merupakan harapan bagi penjual produsen berkaitan dengan pemasaran produk yang
dilakukan. Keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan
keputusan pembelian. 5.
Perilaku pasca pembelian Tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen
mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan yang mereka rasakan. Perilaku pembelian merupakan suatu
bentuk kepuasan atau ketidakpuasan konsumen atas pengkonsumsian produk yang dilakukan oleh konsumen. Perilaku konsumen akan menunjukkan
kecenderungan melakukan pembelian ulang jika pembelian yang dilakukan mampu menyentuh kepuasan pelanggan. Demikian juga sebaliknya yaitu
minat pembelian ulang tidak akan menjadi kenyataan jika konsumen tidak merasakan suatu kepuasan. Konsumen mendasarkan harapan mereka pada
informasi yang mereka terima dari penjual, teman, dan sumber lainnya. Jika penjual melebih-lebihkan kinerja produk, harapan konsumen tidak akan
terpenuhi, dan hasilnya adalah ketidakpuasan. Proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternative seseuai dengan
kepentingan tertentu dengan menetapkan pilihan yang dianggap paling menguntungkan,
Menurut Schiffman dan Kanuk 1994 indicator pembeliannya adalah;
39
1.Pembelian ulang Notebook Toshiba berdasarkan pmebelian ulang Notebook Toshiba.
Schiffman dan Kanuk 2000 Kepuasan yang diperoleh seorang konsumen dapat mendorong ia untuk melakukan pembelian ulang repeat purchase
2.Pembelian notebook Toshiba berdasarkan referensi. Amrullah 2002 Pembelian seseorang dipengaruhi baik secara langsung
ataupun tidak oleh kelompok – kelompok tertentu seperti keluarga, teman seprofesi, tetangga dll. Kelompok inilah yang menjadi referensi bagi
konsumen.
2.3. Pengaruh Antar Variabel
1. Pengaruh Kualitas dengan Pembelian Saputro 2008 menjelaskan bahwa kualitas sebuah produk menjadi
pertimbangan untuk melakukan pembelian. Semakin tinggi kualitas sebuah produk semakin kuat intensitas pembelian konsumen. Demikian juga berlaku
sebaliknya yaitu ketika kualitas dipersepsikan menurun, maka intensitas pembelian konsumen juga semakin rendah. Menurut Kotler 1999:30 kualitas
produk merupakan keseluruhan ciri sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas produk merupakan spesifikasi rancangan yang tepat atau layak untuk dipergunakan sebaik mungkin karena semakin baik kualitas
produk akan mempengaruhi kenaikan penjualan. 2. Pengaruh Risiko dengan Pembelian
40
Saputro 2008 menjelaskan bahwa salah satu pertimbangan konsumen melakukan pembelian dan memilih salah satu produk diantara produk yang ada
adalah untuk mengibdari risiko. Untuk itu, semakin rendah resiko yang bisa ditawarkan sebuah produk, maka semakin kuat intensitas pembelian konsumen.
Pembelian yang keterlibatannya tinggi terjadi pada produk penting bagi konsumen seperti produk kaya informasi kategori teknologi. Pembelian seperti ini
menunjukkan resiko yang tinggi bagi konsumen Assael, 1998:33 3. Pengaruh Merek dengan Pembelian
Saputro 2008 menjelaskan bahwa merek memberikan sebuah identias terhadap konsumen dan merk menggambarkan seberapa tinggi kepercayaan
konsumen terhadap kinerja produk. Untuk itu, merek menjadi pertimbangan konsumen untuk melakukan pembelian, di mana ketika persepsi merek semakin
baik maka semakin kuat intnsitas pembelian konsumen. Merek harus mempunyai image yang positive sehingga dapat meningkatkan pembelian konsumen.
Keputusan membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai. Menurut Kotler 2002:204 “Suatu tindakan konsumen untuk membentuk
referensi diantara merek-merek dalam kelompok pilihan dan pembelian produk yang disukai.
4. Pengaruh Pembelian dengan Kepuasan Tjiptono 2007 menjelaskan bahwa dalam proses pembelian secara
keseluruhan, maka setelah melakukan pembelian konsumen akan melakukan evaluasi mengenai kepuasan atas kinerja merek. Untuk itu, kepuasan selalu
didasarkan pada intensitas pembelian. Dan semakin kuatnya intensitas pembelian
41
memungkinkan kepuasan semakin rendah karena terlalu tingginya harapan konsumen sebelum melakukan pembelian. Menurut Saputro 2008 bila
konsumen memperoleh kepuasan dari pembeliannya akan suatu produk maka hal tersebut akan menciptakan sikap positif, sehingga konsumen akan melakukan
pembelian.
2.4. Kerangka Konseptual Penelitian