commit to user
22
2.2.6 Unsur-unsur dan Karakteristik Layanan Perpustakaan
Layanan perpustakaan
mempunyai unsur-unsur
dan karakteristik sebagai berikut:
2.2.6.1 Unsur-unsur Perpustakaan 1. Koleksi, dibina untuk dilayankan, bukan untuk hiasan
atau pajangan, bagaimana pengembangannya serta pengaturannya.
2. Fasilitas, bagaimana ragam layanan, sistem, aturan layanan, lokasi penempatan gedung, dan lain-lain.
3. Pelayanan petugas, sebagai jembatan penghubung dapat berupa seorang ahli, tehnisi ataupun membantu
teknisi. 4. Pemakai, perorangan yang memanfaatkan layanan, dapat
seorang ahli,
pelajar, mahasiswa,
atau umum.
Mudhoffir, 1986: 63 Bila salah satu unsur tersebut tidak ada, atau masing-
masing diselenggarakan asal jadi saja, tidak diselenggarakan dengan baik, pelayanan tidak akan tercipta seperti yang
dikehendaki. 2.2.6.2 Karateristik Pelayanan
1. Mudah dimengerti
commit to user
23
Menggunakan cara yang mudah dimengerti oleh pengunjung atau pemakai maupun oleh petugas itu
sendiri. 2. Efisien dan ekonomis
Menggunakan peralatan atau bahan-bahan pelengkap dengan jumlah macam sesedikit-sedikitnya.
3. Kelambatan yang minimal Mengusahakan tidak adanya kelambatan dalam melayani
pemakai, jikalau ada hendaknya diperkecil. Mudhoffir, 1986: 63
2.2.7 Pengertian Pustaka Rekreatif
Pustaka rekreatif terdiri dari kata pustaka dan rekreatif. Pustaka sendiri memiliki arti kitab; buku, buku primbon Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1996: 802. Istilah pustaka berkaitan erat dengan bahan pustaka. Sebenarnya bahan pustaka artinya sama saja
dengan pustaka. Bahan pustaka mencakup: a.
Karya cetak karya grafis seperti buku, majalah, surat kabar, disertasi dan laporan
b. Karya noncetak karya rekam seperti piringan hitam, rekaman audio, kaset dan video
c. Bentuk mikro seperti microfilm, microfis, dan microopaque serta
commit to user
24
d. Karay dalam bentuk elektronik seperti disket, pita megnetik, dan kelongsong elektronik cartridge yang diasosiakan dengan
komputer Sulistyo-Basuki, 1991: 8 Sedangkan kata rekreatif berasal dari kata rekreasi yang
berarti penyegaran kembali badan dan pikiran, sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan, piknik
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996: 829. Maka pustaka rekreatif dapat diartikan sebagai buku atau koleksi yang berisi informasi yang
dapat memberikan penggunanya suatu hiburan dan penyegaran pikiran kembali.
Bacaan ringan merupakan bacaan yang digunakan sebagai hiburan serta menambah khasanah rohaniah pembaca. Karena hal
tersebut maka bacaan ringan dapat pula disebut sebagai bacaan rekreasi kultural. Rekreasi kultural berbeda dengan rekreasi fisik
karena rekreasi fisik memiliki tujuan yang lebih mengarah pada keperluan jasmani, sebagai contohnya adalah kegiatan piknik dan
bersepeda. Sulistyo-Basuki, 1991: 7
commit to user 25
BAB III GAMBARAN UMUM UPT PERPUSTAKAAN INSTITUT SENI
INDONESIA SURAKARTA
3.1 Sejarah Singkat Berdirinya UPT Pperpustakaan ISI Surakarta
Institut Seni Indonesia ISI Surakarta pada mulanya adalah sebuah akademi dengan nama Akademi Seni Karawitan Indonesia ASKI Surakarta
berdasarkan SK Mendikbud RI No. 0681964 tanggal 15 Juli 1964 yang didirikan sebagai salah satu wadah untuk merintis perkembangan seni tradisional. Untuk
menopang kegiatan akademik menggunakan fasilitas milik Konservatori Karawitan Indonesia sekarang SMKISMK Negeri 8 Surakarta.
Sebagai penunjang kegiatan akademik maka didirikanlah perpustakaan pada tanggal 13 Januari 1971 dengan bahan pustaka dan sarana seadanya. Pada tahun
1972 ASKI pindah ke Keraton Kasunanan Surakarta menempati gedung di sebelah barat Pagelaran. Pada tahun 1975 ASKI pindah di lingkungan Keraton
Surakarta Hadiningrat yang terletak di Siti Hinggil dengan menempati bangsal bagian timur paling selatan. Di sinilah perpustakaan mulai berkembang meskipun
dengan peralatan dan ruangan yang sangat kecil, sederhana dan semua serba terbatas.
Selanjutnya ASKI mengalami peningkatan status menjadi Sekolah Tinggi Seni Indonesia STSI Surakarta berdasarkan SK Mendikbud No. 0446O1988
tanggal 12 September 1988 dan menempati kampus di Kentingan, Jebres, Surakarta. Dengan beralihnya status lembaga induknya, maka perpustakaan