32
media yang berupa gambaran nyata dari situasi yang terjadi dalam kehidupan. Media ini akan memudahkan, memotivasi, dan merangsang siswa agar lebih
terampil menulis naskah drama satu babak. Penggunaan media foto dalam pembelajaran menulis naskah drama satu
babak adalah dengan penerapan secara langsung. Siswa diberi beberapa media foto. Antara media foto yang satu dengan yang lain merupakan rangkaian suatu
kejadian. Siswa kemudian menuliskan dialog-dialog yang mungkin terjadi dalam kejadian tersebut. Dialog yang dituliskan merupakan gambaran imajinasi dan
kreatifitas siswa dalam mencermati media foto.
2.3 Kerangka Berpikir
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang bersifat produktif. Keterampilan ini memerlukan latihan yang berulang untuk mendapatkan hasil
yang memuaskan. Tanpa latihan dan kemauan yang keras, kemampuan menulis tidak akan meningkat. Begitu pula dengan menulis naskah drama satu babak,
tanpa latihan yang teratur akan sulit membuat naskah drama satu babak yang bermutu.
Beberapa pembelajaran menulis di tingkat SMP masih terkesan monoton. Hal ini mengakibatkan kejenuhan dalam proses pembelajaran menulis. Suasana
dan pemilihan media atau metode yang menarik tentu dapat mengubah kejenuhan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Hal tersebut dapat membangkitkan
kecintaan siswa dalam menulis yang selama ini terkesan membosankan.
33
Untuk mengatasi keterbatasan media dalam pembelajaran menulis naskah drama satu babak, peneliti menggunakan media foto. Media foto akan digunakan
siswa dalam proses pembelajaran. Keunggulan dari media foto ini adalah suasana yang disajikan lebih realistis atau sesuai dengan kenyataan. Media yang
digunakan dapat digunakan untuk menggali informasi dan membangkitkan imajinasi untuk menuliskan dialog-dialog yang mungkin terjadi dalam foto
tersebut. Dialog yang dituliskan pun tergantung pada imajinasi dan penafsiran masing-masing siswa. Siswa mengamati kemudian menuliskannya dalam bentuk
naskah drama sesuai dengan media foto yang mereka dapatkan. Pembelajaran yang dilakukan terdiri dari dua siklus. Siklus I ditandai
dengan tahap perencanaan kegiatan dalam kelas yaitu langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan. Siklus I ini terdiri dari dua pertemuan. Pada
tahap tindakan peneliti melakukan tindakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Tindakan yang dilakukan adalah dengan
mengadakan proses pembelajaran menulis naskah drama satu babak dengan media foto. Tahap observasi dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung. Hasil
yang diperoleh kemudian direfleksi. Kelebihan yang ada dalam siklus I dipertahankan, sedangkan kelemahannya diperbaiki dan dipecahkan pada siklus
II. Siklus II dimulai dengan tahap perencanaan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan pembelajaran pada siklus I. pada tahap ini, peneliti menyusun rencana pembelajaran dengan tindakan yang berbeda dengan siklus I. Tahap
observasi dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung. Peneliti menjelaskan
34
kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam siklus I. Hasil yang diperoleh kemudian direfleksi. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis naskah drama
satu babak, dilakukan perbandingan hasil anatara siklus I dan siklus II.
2.4 Hipotesis Tindakan