D. Prosedur Pemungutan Pajak Restoran
Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data-data pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi kepada
wajib pajak atau wajib pajak retribusi serta pengawasan penyetoran. Pelaksanaan pemungutan pajak restoran dilakukan dengan Official
Assesment System. Official Assesment system adalah sistem dimana pemungutan pajak dilakukan oleh fiskus, menetapkan pajak terutang melalui
data-data atau dengan kata lain pajak yang terutang dan ditetapkan oleh petugas pajak,sedangkan Self Assesment System adalah sistem dimana wajib
pajak dipercayakan melakukan sendiri mengenai perhitungan,membayar,dan melaporkan sendiri pajak terutangnya ke kas daerah.
Adapun Prosedur pemungutan pajak restoran menurut peraturan yang berlaku adalah sebagai berikut :
1. Wajib Pajak Restoran adalah pengusaha restoran yang mendaftarkan usahanya ke DISPENDA dengan cara mengambil dan mengisi formulir
pendaftaran 2. Formulir yang sudah di isi Wajib Pajak dikembalikan ke DISPENDA guna
mendaftarkan NPWP 3.
Wajib Pajak
yang mendapatkan NPWP, wajib
pajak dapat
menghitung,memperhitungkan,membayar,dan melaporkan
sendiri pajak terutang dengan mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah SPTPD
Universitas Sumatera Utara
4. Berdasarkan SPTPD tersebut wajib pajak dapat menyetorkan pajak terutangnya ke kas daerah dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah
Tata Cara Pemungutan Pajak Tata cara pemungutan pajak terdiri atas stelsel pajak, asas pemungutan
pajak, dan sistem pemungutan pajak Suandy, 2002 : 11. 1. Stelsel Pajak, pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga stelsel,
yaitu: a. Stelsel nyata rill, menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan
pada objek yang sesungguhnya terjadi untuk PPh maka objeknya adalah penghasilan. Oleh karena itu pemungutan pajak baru
dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah semua penghasilan dalam satu tahun pajak diketahui.
b. Stelsel anggapan fictieve, menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang.
Sebagai contoh penghasilan satu tahun dianggap sama dengan penghasilan tahun sebelumnya sehingga pajak yang terutang pada
satu tahun sama dengan tahun sebelumnya. Dengan stelsel ini berarti besarnya pajak yang terutang pada tahun berjalan sudah
dapat ditetapkan atau diketahui pada awal tahun yang bersangkutan.
c. Stelsel campuran, menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada
awal tahun dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada
Universitas Sumatera Utara
akhir tahun besarnya pajak disesuiakan dengan penghasilan yang sebenarnya.
2. Asas Pemungutan Pajak, terdiri atas tiga asas, yaitu: a. Asas domisili, menyatakan bahwa negara berhak mengenakan
pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun
luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri. b. Asas sumber, menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak
atas penghasilan
yang bersumber
diwilayahnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. c. Asas
kebangsaan, menyatakan
bahwa pengenaan
pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya pajak
bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di
Indonesia. Asas ini berlaku untuk wajib pajak luar negeri.
E. Ketentuan