Tabel I.2 Daftar Staf Kepegawaian PDBPR Bank Salatiga
Sampai Dengan Tahun 2010
Status Pegawai Jumlah
Pegawai Tetap 20 orang
Kontrak 15 orang
Sumber: Laporan RAT PD BPR Bank Salatiga Tahun 2011
B. Latar Belakang Masalah
Perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang perekonomian dan pembangunan bangsa Indonesia. Peran penting bank
tersebut tercermin pada fungsi utamanya yaitu sebagai wahana yang mampu menghimpun dan meyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien ke
arah peningkatan taraf hidup rakyat. Selain itu, bank merupakan lembaga perantara keuangan sekaligus prasarana pendukung yang amat vital bagi
kelancaran perekonomian bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang telah
diamandemen dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat BPR. Bank Perkreditan Rakyat BPR adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran Peraturan Bank Indonesia: 2006.
BPR memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam berpartisipasi mengembangkan perekonomian Indonesia khususnya di sektor Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah UMKM, umumnya usaha mikro yang mendapat
pelayanan keuangan dalam bentuk bantuan permodalan, pendapatannya meningkat. Sebagai lembaga Financial Intermediary lembaga perantara,
BPR memiliki salah satu fungsi pokok yaitu menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit.
Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pasal 1, butir 11, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu, dengan pemberian bunga. PD BPR Bank Salatiga selalu mengembangkan produk-produknya
terutama kredit, salah satunya pembiayaan kepada kelompok Usaha Mikro Kecil Menengah, pedagang kaki lima dan bekerjasama dengan perusahaan
swasta serta instansi lainnya. Hal tersebut dilakukan karena wilayah pasar terutama pengusaha kecil masih banyak yang harus dibiayai dalam memenuhi
kebutuhan modal. Selain itu, penyaluran dana dalam bentuk kredit ini merupakan usaha pokok yang memberikan kelangsungan hidup dan
perkembangan usaha perbankan itu sendiri. Walaupun usaha perkreditan merupakan sumber utama penghasilan
BPR namun untuk usaha ini dibutuhkan metode tersendiri dalam pengelolaannya. Dalam menyalurkan dana atau kredit, BPR memiliki
jangkauan yang cukup luas bagi sendi-sendi kehidupan masyarakat luas. Bukan hanya menyangkut segi-segi sosial namun juga menyangkut
kesejahteraan masyarakat.
Selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 kualitas kredit PD BPR Bank Salatiga mengalami peningkatan, dengan tingkat kesehatan bank dalam
kategori cukup sehat. Hal tersebut diproyeksikan akan terus mengalami peningkatan di tahun-tahun selanjutnya.
Agar proyeksi tersebut dapat tercapai, maka penyaluran kredit harus dilakukan secara aman dan sehat, tanpa mengesampingkan prinsip pemberian
kredit yang benar. Untuk dapat melaksanakan kegiatan perkreditan tersebut sebelum menyalurkan kredit pada masyarakat atau calon debitur diperlukan
adanya manajemen kinerja kredit yang baik. Manajemen kinerja kredit dapat berjalan dengan baik bila didukung dengan sumber daya manusia yang
handal, organisasi yang baik, kebijakan, pengawasan kredit, dan kegiatan analisis kredit yang cermat.
Analisis kredit akan menjadi suatu pedoman yang penting karena menyangkut dengan jalannya prosedur kegiatan perkreditan yang dijalankan
oleh bank setiap harinya yaitu dengan melakukan penilaian kredit dalam segala aspek, baik keuangan maupun non-keuangan untuk mengetahui
kemungkinan dapat atau tidak dapat dipertimbangkan suatu permohonan kredit, sehingga timbulnya kredit bermasalah dapat dicegah Suyatno, dkk,
1995: 70. Risiko yang dihadapi bank dalam pemberian kredit adalah timbulnya
kredit bermasalah atau kredit macet, yaitu suatu keadaan dimana debitur tidak dapat memenuhi kewajiban atas pembayaran bunga dan pokok pinjaman atas
kredit yang mereka peroleh. Kredit macet merupakan masalah yang harus
memperoleh perhatian khusus karena tidak hanya dapat merugikan BPR tetapi juga dapat membuat BPR dilikuidasi. Hal ini sangat memberikan
dampak buruk, sehingga perlu dilakukan upaya penanganan kredit macet yang serius oleh BPR. Upaya yang dapat dilakukan BPR untuk menjaga
kualitas kreditnya dengan cara pelaksanaan kinerja kredit yang baik, karena kinerja kredit dapat menentukan tingkat kesehatan bank tersebut.
Bahkan pemerintah telah menegaskan pentingnya penilaian tingkat kesehatan bank yang dituangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 1998, pasal 29 ayat 2, yang menyatakan bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan
kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Sebuah predikat kinerja suatu bank berdasarkan hasil identifikasi
tingkat kesehatan bank merupakan tolok ukur bagi manajemen bank dalam menilai prestasi atas pengelolaan usahanya. Bank Indonesia menegaskan
pentingnya tingkat kesehatan bank karena dijadikan sebagai dasar dalam menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank. Teridentifikasinya
tingkat kesehatan suatu bank sangat berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap bank, baik bagi pemilik dan pengelola bank, bagi
masyarakat sebagai pengguna jasa bank dan juga bagi Bank Indonesia. Motivasi penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan PD
BPR Bank Salatiga berdasar kinerja kredit, apabila dianalisis dengan faktor
likuiditas dan kualitas aset, yang menggunakan rasio Loan to Deposit Rate LDR, Non Performing Loan NPL, Kualitas Aset Produktif KAP, dan
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP, sesuai dengan pendekatan Peraturan Bank Indonesia No. 9 17 PBI 2007 tentang Tata Cara Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat BPR, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30 12 KEP DIR, Surat Edaran Bank Indonesia SE BI
No. 30 3 UPPB, dan Peraturan Bank Indonesia No. 8 19 PBI 2006 tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif
Bank Perkreditan Rakyat. Perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat, sehingga bank tidak
akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan. Bank yang beroperasi dan berhubungan dengan masyarakat diharapkan hanya bank yang
betul-betul sehat. Aturan tentang kesehatan bank yang diterapkan oleh Bank Indonesia mencakup berbagai aspek dalam kegiatan bank mulai dari
penghimpunan dana sampai dengan penggunaan dan penyaluran dana Peraturan Bank Indonesia: 2007.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian pada PD BPR Bank Salatiga dengan judul penelitian “ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PD BPR BANK SALATIGA BERDASAR
KINERJA KREDIT TAHUN 2007-2011” .
C. Rumusan Masalah