Tindak Pidana Dan Unsur-Unsurnya

Menurut aliran modern tujuan hukum pidana adalah melindungi masyarakat terhadap kejahatan. 24 Titik sentral pemikiran aliran modern adalah pada diri pelaku kejahatan.ketika terjadi suatu tindak pidana, maka tidaklah otomatis pelakunya dijatuhi sanksi pidana tertentu sesuai dengan ketentuan hukum pidana. Yang pertama kali harus dilakukan adalah pembuktian terlebih dahulu apa yang sesungguhnya menjadi latar belakang dan moyivasi dari pelaku saat melakukan tindak pidana, sehingga akhirnya dari pembuktian tersebut bisa dipastikan bahwa pelaku memang patut dicela atas tindak pidana yang telah dilakukannya itu. 25 Aliran neo klasik berkembang selama abad XIX dan mulai mempertimbangkan kebutuhan adanya pembinaan individual terhadap pelaku tindak pidana.Aliran neoklasik berpangkal dari aliran klasik yang dalam perkembangannya kemudian dipengaruhi aliran modern.Karena aliran neoklasik merupakan modifikasi dari aliran klasik dan di pengaruhi juga oleh aliran modern, maka tema sentral pemikirannya adalah pada aspek perbuatan pidana dan pelaku dari perbuatan pidana secara seimbang. Suatu pidana haruslah di dasarkan atas pertimbangan-pertimbangan secara matang dan seimbang antara fakta berupa telah terjadinya tindak pidana yang dilakukan seseorang maupun kondisi subjektif dari pelaku tindak pidana khususnya saat ia berbuat. Gabungan anatara keduanya harus bisa melahirkan keyakinan bahwa orang tersebut memang pelaku sebenarnya dan tindak pidana yang terjadi dan untuk itu ia memang patut dicela, yaitu dalam bentuk pengenaan pidana kepadanya. 26

c.Tindak Pidana Dan Unsur-Unsurnya

Tindak pidana menurut Simons adalah tindak pidana adalah kelakuan yang di ancam pidana “yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab. Sedangkan 24 Bambang Poernomo.,op.,cit hlm 19 25 Mahrus ali.,op.,cit., hlm 16 26 Mahrus ali.,op.,cit., hlm 17-18 menurut van Hammel strafbaar feit adalah kelakuan orang yang dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan hukum, yang patut di pidana dan dilakukan dengan kesalahan 27 Menurut ilmu pengetahuan hukum pidana, sesuatu tindakan itu dapat merupakan “ een doen” atau “een niet doen” atau dapat merupakan “hal melakukan se suatu” ataupun “hal tidak melakukan sesuatu”. 28 Hal melakukan sesuatu atau “een doen ” adalah melakukan suatu tindakan pidana seperti pencurian,pembunuhan. Sedangkan hal tidak melakukan sesuatu adalah suatu hal seperti seorang ibu yang tidak memberikan makan pada anaknya hingga meninggal maka ibu tersebut telah melakukan perbuatan pidana yang berupa “een niet doen.Setiap tindak pidana yang terdapat dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana KUHP pada dasarnya dapat dijabarkan kedalam unsur-unsur yang dapat di bagi menjadi dua macam yaitu unsur- unsur subyektif dan unsur-unsur obyektif. 1 Unsur Subyektif Yang dimaksud unsur subyektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk kedalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. 29 Unsur-unsur subyektif dari suatu tindak pidana adalah: 30 a. kesengajaan atau tidak kesengajaan dolus atau culpa 27 Moeljano, Azas-azas Hukum Pidana,Jakarta: Bina Aksara, 1984, hlm. 56 28 Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung:Sinar Baru, 1983, hlm 183 29 Lamintang, op.,cit, hlm 184 30 ibid b. maksud voormen pada suatu percobaan poging seperti yang dimaksud dalam Pasal 53 ayat 1 KUHP c. macam macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya di dalam kejahatan- kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan, dan lain lain. d. merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad seperti yang misalnya terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP e. perasaan takut atau vrees antara lain yang terdapat dalam rumusan tindak pidana menurut Pasal 308 KUHP 2 Unsur Obyektif unsur obyektif adalah unsur yang ada hubungannya dengan keadaan keadaan, yaitu dalam keadaan keadaan mana tindakan si pelaku harus dilakukan a. sifat melanggar hukum atau wederrechtlijkheid b. Kualitas dari si pelaku. “keadaan sebagai seorang pegawai negeri” di dalam kejahatan jabatan menurut pasal 415 KUHP atau “keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu per seroan terbatas” di dalam kejahatan menurut pasal 398 KUHP c. Kausalitas, yakni hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat.

d.Unsur-Unsur Delik 1.pengertian dan unsur-unsur penggelapan.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Kasus Tindak Pidana dalam Investasi Fiktif PT.Global Transmedia Indonesia T1 312012020 BAB I

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Kasus Tindak Pidana dalam Investasi Fiktif PT.Global Transmedia Indonesia

0 0 15

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kekuatan Pembuktian Tindak Pidana ECommerce Berbasis Nilai Keadilan T1 BAB II

0 0 42

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat dalam Penyelesaian Tindak Pidana: Studi Kasus di Desa Banyubiruabupaten Semarang T1 BAB II

1 1 59

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggungjawab Pidana Korporasi dalam Tindak Pidana Pembakaran Hutan T1 BAB IV

0 0 3

T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggungjawab Pidana Korporasi dalam Tindak Pidana Pembakaran Hutan T1 BAB III

0 0 11

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggungjawab Pidana Korporasi dalam Tindak Pidana Pembakaran Hutan T1 BAB II

0 1 29

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggungjawab Pidana Korporasi dalam Tindak Pidana Pembakaran Hutan T1 BAB I

0 0 12

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Kesusilaan dalam PerundangUndangan Indonesia T1 BAB II

0 0 22

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sanksi Pidana terhadap Pelaku Tindak Pidana Terorisme Berbasis Keadilan Bermartabat T1 BAB II

0 0 48