Media dalam Perspektif Kritis Media, dalam pandangan kritis,

47 menambah komprehensivitas referensi di bidang media massa yang berbasis penelitian. Pada level pragmatik, hasil penelitin dapat menjadi masukan bagi pihak Dewan Pers dan Komisi Penyiaran Indonesia K I untuk menyusun regulasi yang dapat menjamin terwujudnya independensi media dalam memberitakan Pemilu 2014 maupun pemilu selanjutnya. Sedangkan bagi pelaku media, hasil riset ini dapat menjadi masukan dan sekaligus kritik atas kinerja mereka dari aspek independensi. Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan para pengelola media mendapatkan alasan kuat untuk membongkat isu independensi di internal mereka.

E. Penerima Manfaat

Adapun para penerima langsung dari manaan penelitian ini adalah masyarakat pemerhati media, masyarakat pada umumnya, Dewan Pers, Jurnalis, pihak penyelenggara siaran televisi, pelaku media pada umumnya, Parpol Peserta Pemilu 2014, Komisi Penyiaran Indonesia, Komisi Pemilihan Umum, Bawaslu, dan akademisi komunikasi dan media.

BAB 2 KERANGKA TEORI DAN

METODE A. Kerangka Teori

1. Media dalam Perspektif Kritis Media, dalam pandangan kritis,

dipandang sebagai medan pertarungan ideologi antar berbagai kelompok dan kelas dalam masyarakat. Berbagai perangkat ideologi, dalam bentuknya sebagai entitas wacana, diangkat dan diperkuat oleh media massa, diberikan legitimasi, disebarluaskan secara persuasif – sering secara mencolok – kepada khalayak yang besar jumlahnya. Dalam proses ini, gagasan-gagasan dari sebuah ideologi tertentu akan disajikan berulang-ulang sehingga mendapatkan perhatian, memperoleh arti penting, serta memperkokoh makna dan penerimaannya. 10 Namun, dalam pertarungan ideologi tersebut, media bukanlah sarana netral yang menampilkan berbagai ideologi dan kelompok apa adanya, tetapi media adalah subjek yang lengkap dengan pandangan, kepentingan, serta keberpihakan ideologisnya. Janet Woollacott dan David Barrat menegaskan pandangan para teoritisi Marxis bahwa ideologi yang dominanlah yang akan tampil dalam media. 11 Media berpihak pada kelompok dominan, menyebarkan ideologi mereka 10. James Lull, Media, Communication, Culture: A Global Approach, Cambridge: Polity Press, 1995, hal. 8-11. 11. David Barrat, Media Sociology, London and New York: Routledge, 1994, hal. 51-52. 12. Tony Bennet, “Media, Reality, Signiication”, dalam Michael Gurevitch, Bennet, James Curran dan James Wollacott eds., Culture, Society and The Media, London: Methuen, 1982, hal. 287-288. 48 sekaligus mengontrol dan memarginalkan wacana dan ideologi kelompok-kelompok lain. Seperti penegasan Tony Bennett, media adalah agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas sesuai dengan kepentingannya. 12 Bagi James Lull, bukan sebatas media berpihak kepada kelompok dominan melainkan bahkan para produsen ideologi dominan tersebut menjadi elit informasi. Mereka menguasai lembaga-lembaga yang menyalurkan bentuk-bentuk simbolik dari komunikasi, termasuk media massa. Media komunikasi misalnya surat kabar atau televisi cenderung dimiliki oleh para anggota kelas berada yang diharapkan menjalankan media tersebut bagi kepentingan kelas mereka sendiri.

2. Konglomerasi Media dan