digunakan ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan formulasi pellet yang telah sesuai dengan level perlakuan. Untuk menghindari ketengikan, pencampuran
konsentrat dilakukan satu kali dalam dua minggu dan pencampuran dilakukan dengan pengayakan. Pembuatan pellet dapat dilihat pada Lampiran 4.
6. Pemeliharaan Kelinci
Sebelum kelinci diberi perlakuan, dilakukan penimbangan bobot badan awal kelinci kemudian penimbangan kelinci dilakukan seminggu sekali. Pakan
yang diberi terbagi 2 macam yaitu pellet dan daun wortel, pellet diberikan pukul 08.00 WIB dan daun wortel diberikan pada pukul 17.00 WIB,
sementara penggantian air minum dilakukan pada pagi hari. Obat-obatan dan vitamin diberikan sesuai dengan kebutuhan kelinci seperti Wormectin untuk
obat cacing dan mencret dengan dosis 1 cc untuk 8 ekor kelinci, pemberiannya dengan cara menyuntikkan di bagian subkutan, B-complex sebagai vitamin
dengan dosis 0,25 cc untuk anak kelinci, disuntikkan secara intramuskuler di bagian paha kelinci dan anti bloat untuk obat mencret dan kembung dengan
dosis 1 sendok teh untuk 1 – 3 ekor, pemberiannya melalui mulut. Kandang, tempat pakan dan minum dibersihkan setiap hari pada pagi hari.
7. Pengumpulan Data
a. Bobot potong adalah bobot kelinci yang diperoleh dengan cara
penimbangan bobot akhir kelinci setelah dipuasakan selama 10 jam sebelum disembelih. Sedangkan persentase bobot potong adalah
perbandingan bobot potong dengan penimbangan bobot akhir kelinci dikali 100.
Universitas Sumatera Utara
b. Bobot karkas adalah bobot yang diperoleh dari hasil penimbangan dari
daging bersama tulang kelinci yang telah dipisahkan dari kepala sampai batas pangkal leher dan dari kaki sampai batas pergelangan kaki, isi
rongga perut, darah ekor dan kulit yang dihitung dalam gram. c.
Persentase karkas adalah perbandingan bobot karkas dengan bobot potong dikali 100.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Potong Kelinci
Bobot potong adalah bobot yang diperoleh dengan cara penimbangan bobot akhir kelinci setelah dipuasakan selama 6-10 jam sebelum disembelih. Ini
dilakukan untuk mengosongkan saluran pencernaan usus.
Gambar 4. Kelinci Rex saat makan pellet perlakuan sebelum pemuasaan
Muryanto dan Prawirodigdo 1993 menyatakan bahwa semakin tinggi bobot sapih pada seekor ternak maka semakin tinggi pula bobot potongnya. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan, dimana rataan bobot akhir badan kelinci selama penelitian adalah 1.900,10 g Lampiran 6. Tabel 13 dan setelah
dipuasakan selama 7 jam adalah 1.854,00 g Lampiran 6. Tabel 13. Data bobot akhir badan kelinci Rex selama penelitian dan bobot potong kelinci Rex jantan
dapat dilihat pada Grafik 1 dan Grafik 2 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Grafik 1. Bobot akhir kelinci Rex jantan pada penelitian gekor Dari grafik di atas dapat di lihat rataan bobot badan akhir tertinggi pada P3
yaitu sebesar 1.907,00 g, sedangkan rataan bobot badan akhir terendah terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar 1.894,50 g.
Grafik 2. Bobot potong kelinci Rex jantan pada penelitian gekor
1.896,00 1.894,50
1.897,50 1.907,00
1.905,50
1.888,00 1.890,00
1.892,00 1.894,00
1.896,00 1.898,00
1.900,00 1.902,00
1.904,00 1.906,00
1.908,00
P0 P1
P2 P3
P4
Bobot akhir kelinci Rex
jantan gekor
Perlakuan
1.847,50 1.847,50
1.861,25 1.870,00
1.843,75
1.830,00 1.835,00
1.840,00 1.845,00
1.850,00 1.855,00
1.860,00 1.865,00
1.870,00 1.875,00
P0 P1
P2 P3
P4
Bobot potong kelinci
Rex jantan gekor
Perlakuan
Universitas Sumatera Utara
Dari Grafik 2 di atas juga terlihat rataan bobot potong tertinggi pada P3 adalah 1.870,00 g, sedangkan bobot potong terendah pada perlakuan P4 yaitu
sebesar 1.843,75 g. Untuk mengetahui pengaruh dari substitusi dedak padi dengan daging
buah kakao fermentasi ini terhadap bobot potong kelinci Rex maka dilakukan analisis keragaman seperti yang terlihat pada Tabel 9 dibawah ini :
Tabel 9. Analisis keragaman bobot potong kelinci Rex jantan SK
DB JK
KT F Hitung
F tabel 0,05 0,01
Perlakuan 4 1.992,50 498,13
1,74
tn
3,13 5,01 Galat 15
4.287,50 285,83
Total 19
6.280,00
Keterangan: tn = tidak nyata
Berdasarkan analisis keragaman pada Tabel 8 diketahui bahwa substitusi dedak padi dengan daging buah kakao fermentasi dalam ransum pelet kelinci Rex
jantan tidak memberikan perbedaan yang nyata P0,05 terhadap bobot potong. Hal ini terlihat pada analisis keragaman, nilai F Hitung lebih kecil dari F Tabel.
Ini membuktikan perlakuan yang menggunakan dedak padi dapat digantikan atau disubstitusikan dengan daging buah kakao fermentasi, dimana penggunaan daging
buah kakao fermentasi ini dalam setiap perlakuan adalah P0 0, P1 5, P2 10, P3 15 dan P4 20. Jadi daging buah kakao fermentasi ini dapat menggantikan
dedak padi hingga 100 dari 20 bahan baku pembuatan pellet. Setelah pemuasaan selama 7 jam terjadi pengosongan organ bagian dalam
yang mempengaruhi bobot badan, dimana data persentase bobot potongnya dapat dilihat dari Grafik 3 dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Grafik 3. Persentase bobot potong kelinci Rex jantan Dari Grafik 3 di atas terlihat rataan persentase bobot potong tertinggi
terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar 98,10, sedangkan rataan persentase terendah terdapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar 96,77. Total rataan persentase
bobot potong yaitu sebesar 97,58 Lampiran 6. Tabel 15. Untuk mengetahui pengaruh dari substitusi dedak padi dengan daging buah kakao fermentasi ini
terhadap persentase bobot potong kelinci Rex maka dilakukan analisis keragaman seperti yang terlihat pada Tabel 10 dibawah ini :
Tabel 10. Analisis keragaman persentase bobot potong kelinci Rex jantan SK DB JK
KT F
Hitung F tabel
0,05 0,01 Perlakuan
4 4,69
1,17 0,87
tn
3,13 5,01 Galat
15 20,26
1,35 Total
19 24,95
Keterangan: tn = tidak nyata
Dari analisis keragaman diatas terlihat F Hitung lebih kecil dari F Tabel P0,05, dapat disimpulkan substitusi dedak padi dengan daging buah kakao
fermentasi dalam ransum pelet kelinci Rex jantan juga tidak memberikan
97,45 97,54
98,1 98,06
96,77
96 96,5
97 97,5
98 98,5
P0 P1
P2 P3
P4
Persentase bobot potong
Perlakuan
Universitas Sumatera Utara
perbedaan yang nyata terhadap persentase bobot potong. Bobot potong dan persentase bobot potong ini sangat dipengaruhi oleh konsumsi. Jadi, pemuasaan
pada kelinci dilakukan untuk melihat agar tidak ada pengaruh dari pakan terhadap bobot potong.
Bobot karkas Kelinci
Menurut Kartadisastra 1997, karkas pada ternak kelinci adalah bagian yang sudah dipisahkan dari kepala, jari-jari kaki, kulit, ekor dan jeroan. Besarnya
bobot karkas tergantung pada besar kecilnya tubuh kelinci, penanganan kelinci, jenis kelinci, sistem pemeliharaan, kualitas bibit, macam dan kualitas pakan, serta
kesehatan ternak. Sejalan dengan pernyataan Kartadisastra 1997, Muryanto dan Prawirodigdo 1993 menyatakan bobot potong yang tinggi akan menghasilkan
bobot karkas yang tinggi pula. Rataan bobot karkas kelinci Rex jantan selama penelitian dapat di lihat
pada Grafik 4 berikut :
952,5 965
955 961,25
963,75
946 948
950 952
954 956
958 960
962 964
966
P0 P1
P2 P3
P4
Bobot karkas kelinci
Rex jantan
gekor
Perlakuan
Universitas Sumatera Utara
Dari Grafik 4 di atas dapat di lihat rataan bobot karkas tertinggi pada P2 yaitu sebesar 965,00 g, sedangkan rataan bobot karkas terendah terdapat pada
perlakuan P1 yaitu sebesar 952,50 g. Sementara dari Tabel 16 Lampiran 6 dapat di lihat rataan bobot karkas yaitu sebesar 959,50 g.
Gambar 5. Karkas kelinci Rex jantan
Untuk mengetahui pengaruh dari substitusi dedak padi dengan daging buah kakao fermentasi ini terhadap bobot karkas kelinci Rex maka dilakukan
analisis keragaman seperti yang terlihat pada Tabel 11 dibawah ini : Tabel 11. Analisis keragaman bobot karkas kelinci Rex jantan
SK DB JK KT F
Hitung F tabel
0,05 0,01 Perlakuan 4
482,50 120,63
0,35
tn
3,13 5,01 Galat 15
5112,50 340,83
Total 19
5595,00
Keterangan: tn = tidak nyata
Berdasarkan analisis keragaman pada Tabel 11 di ketahui bahwa substitusi dedak padi dengan daging buah kakao fermentasi dalam ransum pelet kelinci Rex
jantan tidak memberikan perbedaan yang nyata P0,05 terhadap bobot karkas. Hal ini terlihat pada analisis keragaman, nilai F Hitung lebih kecil dari F Tabel.
Sejalan dengan bobot potong, analisis keragaman di atas juga membuktikan
Universitas Sumatera Utara
perlakuan yang menggunakan dedak padi dapat digantikan atau disubstitusikan dengan daging buah kakao fermentasi, dimana penggunaan daging buah kakao
fermentasi ini dalam setiap perlakuan adalah P0 0, P1 5, P2 10, P3 15 dan P4 20. Jadi daging buah kakao fermentasi ini dapat menggantikan dedak padi
hingga 100 dari 20 bahan baku pembuatan pellet. Menurut Kartadisastra 1997, besarnya bobot karkas tergantung pada besar kecilnya tubuh kelinci,
penanganan kelinci, jenis kelinci, sistem pemeliharaan, kualitas bibit, macam dan kualitas pakan, serta kesehatan ternak. Pada penelitian ini jenis ternak yang
digunakan adalah kelinci Rex yang merupakan jenis kelinci penghasil bulu dan daging yang cukup bagus. Sementara untuk pakan, susunan bahan pakan
disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi kelinci sehingga kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan kelinci terpenuhi.
Persentase Bobot Karkas Kelinci
Menurut Soeparno 1994, persentase bobot karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dan bobot hidup yang mempunyai faktor penting dalam
produksi ternak potong sebenarnya, karena dalam bobot hidup masih terdapat saluran pencernaan dan organ dalam yang beratnya untuk masing-masing ternak
berbeda. Persentase karkas dipengaruhi oleh bertambahnya umur serta bobot hidup dan akan diikuti dengan peningkatan bobot karkas yang dihasilkan, selain
itu persentase karkas juga dipengaruhi oleh umur potong dan jenis kelamin. Rataan persentaase bobot karkas kelinci Rex jantan setiap perlakuan selama
penelitian dapat dilihat pada Grafik 5 berikut :
Universitas Sumatera Utara
Grafik 5. Persentase bobot karkas kelinci Rex jantan Dari Grafik 5 dapat di lihat rataan persentase karkas tertinggi terdapat pada
pelakuan P4 yaitu sebesar 52,27, sedangkan rataan persentase karkas terendah terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar 51,31. Dari Tabel 17 Lampiran 6
dapat di lihat rataan persentase karkas yaitu sebesar 51,76. Besarnya rataan persentase ini sesuai dengan pernyataan dari Kartadisastra 1997 yang
menyatakan bahwa berat karkas yang baik berkisar antara 50 sampai 55 dari berat badan hidupnya.
Untuk mengetahui pengaruh substitusi dedak padi dengan daging buah kakao fermentasi terhadap persentase bobot karkas maka dilakukan analisis
keragaman seperti pada tabel dibawah ini. Tabel 12. Analisis keragaman persentase bobot karkas kelinci Rex jantan
SK DB
JK KT
F Hitung F tabel
0,05 0,01 Perlakuan
4 3,40
0,85 0,76
tn
3,13 5,01
Galat 15 16,76
1,12 Total 19
20,16
Keterangan: tn = tidak nyata
51,55 52,23
51,31 51,42
52,27
50,8 51
51,2 51,4
51,6 51,8
52 52,2
52,4
P0 P1
P2 P3
P4
Persentase bobot karkas
Perlakuan
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel analisis keragaman di atas diketahui bahwa substitusi dedak padi dengan daging buah kakao fermentasi dalam ransum pelet kelinci Rex jantan
tidak memberikan perbedaan yang nyata P0,05 terhadap bobot karkas. Hal ini terlihat pada analisis keragaman, nilai F Hitung lebih kecil dari F Tabel. Sejalan
dengan bobot karkas, substitusi dedak padi dengan daging buah kakao fermentasi ini juga tidak mempengaruhi persentase bobot karkas kelinci Rex jantan selama
penelitian. Menurut Soeparno 1994, persentase karkas dipengaruhi oleh bertambahnya umur serta bobot hidup dan akan diikuti dengan peningkatan bobot
karkas yang dihasilkan, selain itu persentase karkas juga dipengaruhi oleh umur potong dan jenis kelamin.
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Rekapitulasi hasil penelitian dari substitusi dedak padi dengan daging buah kakao fermentasi dalam ransum pelet terhadap bobot potong, persentase
bobot potong, karkas dan bobot karkas dapat dilihat pada Grafik 6.
Grafik 6. Rekapitulasi hasil penelitian
P0 P1
P2 P3
P4 Bobot potong gekor
1.847,50 1.847,50
1.861,25 1.870,00
1.843,75 Persentase bobot potong
97,45 97,54
98,10 98,06
96,77 Bobot karkas gekor
952,50 965,00
955,00 961,25
963,75 Persentase bobot karkas
51,55 52,23
51,31 51,42
52,27 0,00
200,00 400,00
600,00 800,00
1.000,00 1.200,00
1.400,00 1.600,00
1.800,00 2.000,00
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Grafik 6 hasil rekapitulasi di atas diperoleh bahwa sustitusi dedak padi dengan daging buah kakao fermentasi tidak memberikan perbedaan
yang nyata terhadap bobot potong, persentase bobot potong, bobot karkas dan persentase bobot karkas. Hal ini menunjukkan substitusi dedak padi dengan
daging buah kakao fermentasi tidak mempengaruhi bobot potong, persentase bobot potong, bobot karkas, persentase bobot karkas kelinci Rex jantan selama
penelitian, yang artinya daging buah kakao fermentasi dapat menggantikan dedak padi hingga 100 dari 20 bahan baku pembuatan pellet.
Tidak adanya perbedaan yang nyata antar tiap perlakuan dapat disebabkan oleh kandungan nutrisi pakan yang berimbang, seperti terlihat pada Lampiran 5
protein pakan pada perlakuan P0 17,88, P1 17,90, P3 17,92, P4 17,95 dan P5 17,96. Berimbangnya kandungan protein semua perlakuan dikarenakan
kandungan protein daging buah kakao fermentasi mampu mengimbangi kandungan protein dedak padi. Terlihat pada Tabel 5 dedak padi mengandung
12 protein sementara daging buah kakao fermentasi 12,38. Sejalan dengan kandungan nutrisi pakan perlakuan di atas, kebutuhan protein kelinci muda sekitar
16-18 Tabel 4 juga terpenuhi. Protein memiliki peranan penting terutama untuk kelinci muda yang sedang mengalami pertumbuhan karena pada saat
pertumbuhan terjadi pembentukan jaringan tubuh. Apabila kebutuhan protein ini tidak dapat terpenuhi maka pertumbuhan ternak dapat terhambat dan dapat
mengakibat pertumbuhan yang tidak nornal, seperti bobot ternak yang rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rukmana 2011 yang menyatakan bahwa protein
dalam ransum ternak mempunyai peranan penting diantaranya untuk pembentukan jaringan tubuh, misalnya urat-urat, daging dan kulit. Selain itu,
Universitas Sumatera Utara
protein juga berfungsi memproduksi air susu, pertumbuhan badan dan pertumbuhan bulu. Oleh sebab itu, protein sangat dibutuhkan hewan muda yang
sedang dalam pertumbuhan dan induk yang sedang menyusui. Kekurangan protein pada ternak kelinci dan hewan lainnya dapat menghambat pertumbuhan sehingga
ternak tumbuhnya tidak normal. Pernyataan di atas juga dipertegas oleh pernyataan Muslih et al. 2005
yang menyatakan bahwa selain kebutuhan gizi, kelinci pedaging juga harus terpenuhi kebutuhan bahan keringnya. Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai
dengan kebutuhan kelinci sesuai umur dan bobotnya. Jumlah pakan yang kurang menyebabkan kenaikan bobot tubuh kelinci akan lambat. Sementara itu, jumlah
pakan yang berlebihan hanya menyebabkan pemberian pakan tidak efesien dan menambah biaya produksi. Selama penelitian rataan konsumsi bahan kering
kelinci adalah 112.33 gekorhari, menurut NRC 1977 kebutuhan bahan kering kelinci muda sekitar 112-173 gekorhari. Jadi, bila dibandingkan dengan
kebutuhan bahan kering sebenarnya maka kebutuhan bahan kering untuk kelinci selama penelitian terpenuhi.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penggunaan daging buah kakao yang difermentasi Rhizopus sp, Saccharomyces sp
dan Lactobacillus sp dapat menggantikan penggunaan dedak padi dalam ransum pellet kelinci Rex jantan lepas sapih hingga 100 dari 20
bahan baku pembuatan pellet.
Saran
Disarankan dalam menggantikan dedak padi sebagai pakan ternak sebaiknya menggunakan daging buah kakao fermentasi karena kandungan nutrisi
daging buah kakao fermentasi mampu mengimbangi kandungan nutrisi dedak padi.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Amiroenas, D.E. 1990. Mutu Ransum Berbentuk Pellet Dengan Bahan Serat Biomassa Pod Coklat Theobrama cacao l., untuk Pertumbuhan Sapi
Perah Jantan . Tesis. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Bogor. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Utara, 2012. Statistik
Peternakan 2011 .
Ewan, C.V., Moor and A Seo. 1992. Isoflavon Aglycones and Volatiles Compound in Soybeans, Effect of Soaking Treatment
., Journal Food Science, 57,677-682.
Ginting, N. 2010. Compost Centre. Guidelines, Training On Compost : A Takakura Method
. Sumatera Utara University Campus. Medan. Hartadi, H, Reksohardiprodjo, S, dan Tillman, A, D,. 1997. Komposisi Bahan
Pakan Untuk Indonesia . Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Herman, R. M. Duldjaman dan N. Sugana., 1983. Irisan Komersil Karkas Kelinci dan Proporsi Dagingnya
. Media Peternakan
.
Kartadisastra, H. R., 1994. Kelinci Unggul. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Kartadisastra, H. R., 1997. Ternak Kelinci Teknologi Pascapanen. Kanisius,
Yogyakarta. Lay, B.W dan S. Hastowo. 1992. Mikrobiologi. Rajawali Pers. Jakarta.
Laconi, E. B., 1998. Peningkatan Kualitas Kakao Melalui Amoniasi Dengan Urea
dan Biofermentasi Dengan Phanerochaete Chrysosporium serta Penjabarannya Dalam Formula Ransum Ruminansia.
Disertasi. Program Pacasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Masanto, R dan Agus., A. 2010. Beternak Kelinci Podong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Muryanto dan S. Prawirodigdo., 1993. Pengaruh Jenis Kelamin dan Bobot Potong Terhadap Persentase Karkas dan Non-karkas Pada Kelinci Rex.
Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Klepu 1:33-38.
Muslih, D., Pasek, I.W., Rossuarti, dan Brahmantyo, B., 2005. Tata Lakasana Pemberian Pakan untuk Menunjang Agribisnis Ternak Kelinci, Lokakarya
Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci. Balai
Penelitian Ternak Bogor.
Universitas Sumatera Utara
Nutrient Reseatch Council, Committeon Animal Nutrion., 1977. Nutrient Requierment of Domestic Animals
. II. Nutrient Requierment of Swine. Parrakasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Penerbit Angkasa.
Bandung. Postlethwait dan Hopson. 2006. Modern Biology. Holt, Rinehart and Winston.
Texas. Priyatna, N. 2011. Beternak dan Bisnis Kelinci Pedaging. AgroMedia Pustaka.
Jakarta. Rasidi, 2002. 302 Formula Pakan Lokal Alternatif Untuk Unggas. Penebar
Swadaya, Jakarta. Rukmana, 2011. Sukses Beternak Kelinci. Penebar Angkasa, Bandung.
Sarwono, B., 2001.Kelinci Potong dan Hias. Agromedia Pustaka, Jakarta. Siregar, T.H.S., Slamet, R., dan Laeli, N.,. 2009. Budi Daya Cokelat. Penebar
Swadaya. Depok. Soeparno, 1994. Ilmu dan teknologi daging. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. Suriaatmadja, M. 1980. Beternak Kelinci di Pekarangan untuk Perbaikan Gizi
Keluarga . Ed Sebtember 1980, No 4Tahun I. Darmais.
http:coklat-chocolate.blogspot.com200803kulit-buah-kakaopulp-buah.html, 2013 [ diakses pada tanggal 1 April 2013 pukul 19.00 wib]. Medan.
http:id.wikipedia.orgwikiSaccharomyces [ diakses pada tanggal 1 April 2013 pukul 21.00 wib]. Medan.
http:id.wikipedia.orgwikiLactobacillus [ diakses pada tanggal 1 April 2013 pukul 22.00 wib]. Medan.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Pembuatan Inokulen Cair Dimasukkan air sumur sebanyak 10 liter ke
dalam galon air mineral
Dimasukkan air tebu sebanyak 1,5 liter
Dimasukkan ragi tempe sebanyak 60 gram
Dimasukkan ragi tape sebanyak 60 gram Dimasukkan yakult sebanyak 15 ml
Diaduk seluruh bahan sampai merata
Ditutup dengan kantong plastik dan dibiarkan selama tiga 3 hari
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Pembuatan Tepung Daging Buah Kakao Pengambilan buah kakao
Pengupasan buah kakao
Pengambilan daging buah kakao
Pengerendaman menggunakan tawas selama 30 menit
Perebusan selama 30 menit
Penjemuran hingga kering
Penggilingan di grinder
Tepung daging buah kakao
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Fermentasi Daging Buah Kakao Pembuatan inokulan cair
Pencampuran 100 kg tepung daging buah kakao dengan inokulan cair + dedak padi 5
dari bahan
Campuran tersebut ditutup dengan selimut sabuk kelapa selama 7 hari
Diukur suhunya dengan termometer
Daging buah kakao fermentasi di jemur angin sampai kering
Siap digunakan
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Pembuatan Pakan Bentuk Pellet
Bahan baku digiling hingga menjadi tepung dengan mesin grinder Bahan baku
Ditimbang menurut formula yang sudah ditetapkan
Diaduk hingga merata ditempat pengadukan
Ditambahkan air kedalam molasses dengan perbandingan air dengan molasses 1 : 5 kemudian aduk hingga merata
Diaduk kembali hingga bahan cair tercampur rata dalam bahan
Bahan baku berbentuk adonan dengan kebasahan 60
Adonan dimasukkan kealat pencetak pellet
Dihasilkan pellet ukuran 5-7 mm
Pellet dioven selama 12 jam dengan temperature 50 C dan pellet
siap diberikan sebagai pakan kelinci
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Formula Konsentrat Pakan Kelinci No
Bahan Perlakuan P
P
1
P
2
P
3
P
4
1. Dedak padi