dari semua dramamasalahsandiwara yang dihadapi dan bahkan gereja dapat memberikan pengalaman yang baik dimana mereka
didukung dengan kasih dan diterima dengan tulus.
3. Orang meninggalkan gereja karena konflik yang tidak terselesaikan.
Seperti disebutkan di atas, semua gereja akan selalu ada konflik, tetapi komunitas yang sehat dan hidup adalah komunitas yang
mempraktekkan cara hidup berjemaat yang sehat, mencari jalan keluar atas konflik komunitas dengan tujuan menjaga hubungan
tetap baik dan utuh. Beberapa gereja melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam
membantu mendamaikan tiap pribadi dalam permasalahan- permasalahan mereka dengan cara yang penuh kasih dengan
mengurangi ketegangan, sementara yang lain mempunyai pikiran miring atau pendapat yang tidak sama atas proses pendamaian tsb.
Terlalu sering orang-orang yang terluka diberi tahu bahwa respon emosional mereka adalah salah atau berdosa. Kita terkadang
memberi nasihat yang tidak tepat, seperti “meminta mereka dengan cepat melupakan atau bahkan berkata “Tidak ada alasan utk
merasakan hal yang demikian”. Kita gagal utk menyadari bahwa orang-orang yg terluka memerlukan perasaan mereka dimengerti
dan butuh tempat utk mengeluarkan kepahitan dan unek-unek mereka serta keinginan utk didengar. Jika kita ingin org berhenti
meninggalkan gereja, kita perlu mengembangkan kerendahan hati dan menjadi pembawa damai seperti Yesus.
4. Orang meninggalkan gereja karena pemimpin yang otoriter dan guru yang tidak terlatih.
Pemimpin itu membuat dan bisa juga menghancurkan sebuah organisasi, tak terkecuali dengan gereja. Ketika seorang Gembala
atau Pemimpin gereja menjadi otoriter, ia sedang menciptakan lingkungan yang tidak nyaman bagi para anggota-anggotanya. Tidak
ada seorangpun yang ingin dikontrol atau dipimpin dengan cara seperti itu dalam gereja, bahkan orang yang paling mudah membaur
dalam lingkungan seperti itupun tidak akan menyukainya. Sebaliknya, orang-orang ingin merasa didengar dan termasuk
menjadi bagian dalam setiap pembuatan keputusan atau rencana- rencana jangka panjang.
Demikian juga anda bisa memiliki sebuah gereja dengan komunitas yang menyenangkan dan Gembala yang sangat menyanyangi
jemaatnya, tetapi tidak terampil berkhotbah dan mengajar. Kondisi ini tidaklah baik. Orang-orang akan meninggalkan gereja yang
demikian. Khotbah yg buruk adalah hal yang mengerikan dalam sebuah jemaat. Kita perlu memastikan kita menempatkan orang di
dalam posisi untuk melayani sesuai dengan Kemampuan, bukan hanya Keinginan. Alkitab memberikan syarat khusus untuk seorang
pemimpin, yaitu “cakap mengajar orang” 1 Timotuis 3:2.
5. Orang meninggalkan gereja karena mereka ditolak oleh tingkatan sosial, geng dan nepotisme.
Tingkatan sosial saya gambarkan sebagai fenomena dimana orang harus mendapatkan sejumlah pencapaian tertentu dari “Kredit
Sosial” dengan orang-orang yang berpengaruh sebelum mereka dapat melayani dan diakui. Sebagai hasilnya, orang-orang ternama
di gereja mengumpulkan banyak pengikut dan mengumpulkan kekuatan, seperti sistem yang mengharuskan anda utk bermain
dalam “game” dengan orang-orang yang berpengaruh jika ingin termasuk dalam suatu anggota grupperkumpulan.
Perjunjukkan seperti ini dalam sebuah gereja harus kita tolak secara tegas. Kita harus percaya bahwa semua jemaat sama di mata Tuhan.
Nepotisme juga sama mengerikan. Nepotisme sangat merusak gereja. Tingkat pelayanan tidak boleh ditentukan karena hubungan
darah atau keluarga dekat. Posisi dan pelayanan dalam sebuah gereja ditentukan oleh panggilan pelayanan, kemampuan atau
Keahlian.
6. Orang meninggalkan gereja karena mereka merasa seperti menjadi salinan suatu pribadi atau teladan hanya
agar dapat menjadi bagian dan dihargai. Ketika saya melihat suatu gereja, hal yg pertama yang saya cari
adalah pengakuan imannya atau doktrin yang diajarkan. Itu bukan sekedar karena saya peduli tentang apa yg mereka percayai, tetapi
juga karena saya ingin tahu apakah saya diharuskan utk menjadi tiruankloning dari kelompok atau orang lain agar dapat diterima
atau saya diajar untuk menjadi diri sendiri sebagaimana Tuhan memanggil saya.
Pengajaran-pengajaran yang diajarkan dalam sebuah gereja membentuk kita agar semakin menyerupai Yesus Kristus, bukan
menyerupai organisasi gereja. Ketika seseorang dipaksa agar menjadi seperti anggota komunitas itu, orang akan menjauh.
Kebanyakan orang tidak ingin menjadi sama dengan yang lain atau membeo. Ketika suatu budaya mengatakan mereka harus menjadi
tiruankloning sebagai syarat untuk diterima, akan banyak orang yang pergi. Demikian juga dengan gereja
7. Orang meninggalkan gereja karena mereka lelah dibilang bagaimana “Orang Kristen yg baik” akan memilih dalam
pemilu. Salah satu aspek yg paling sering membuat frustasi banyak orang
Kristen kebanyakan bukan lagi soal doktrin, atau program gereja, tetapi dari pergerakan politik. Ketika masih dalam seminary saya
menulis tentang hal ini dengan judul “deification of western values pendewaan dari nilai-nilai barat” karena kebiasaan banyak
orang kristen yang mengambil beberapa isu politik yang hangat dan opini politik, lalu mengikatkannya dengan iman mereka. Kita lelah
akan semua itu. Kedalaman kasih kita kepada Tuhan bukan ditentukan oleh pilihan
politik kita, dan juga bukan dilihat dari bendera partai politik yg kita pilih atau dari kandidat pemimpin politik yang kita pilih meskipun
kebenaran Alkitab berimplikasi juga pada bidang politik Kecuali idiologi politik yang secara terang-terangan berlawanan dengan
prinsip Alkitab. Kita dapat mengasihi Yesus dengan tulus tanpa harus menjadi anggota partai Kristen tertentu.
Berhentilah membuat orang merasa bersalah apabila mereka memilih partai atau kandidat yang berbeda. Pengikut-pengikut Yesus
memegang aturan luas atas keyakinan politik, dan itu tidak masalah. Hanya saja mereka tahu bahwa hal itu bukanlah teologi
walaupun beberapa org ingin membuat itu menjadi teologi. Orang Kristen yang bijaksana merangkul perbedaan politik dalam tubuh
kekristenan.
8. Orang meninggalkan gereja karena mereka mencari sesuatu yang otentik.