Suppurative Streptococcal Disease Faringitis

GAS melepaskan sejumlah besar protein kesekitar lingkungannya. Dua jenis streptokinase yang berbeda dihasilkan Streptokinase A dan Streptokinase B. Streptokinase membentuk ikatan kompleks dengan aktivator plasminogen dan mengkatalisasi perubahan plasminogen menjadi plasmin dan selanjutnya akan mecerna fibrin dan melisiskan bekuan darah. Akibatnya enzim akan melisiskan bekuan darah dan simpanan fibrin serta memfasilitasi penyebaran S.pyogenes pada jaringan yang terinfeksi dengan cepat. Antibodi terhadap enzim ini anti-streptokinase antibody bermanfaat sebagai petanda infeksi. 3,5 Hyaluronidase menghydrolysis asam hyaluronik yang ditemukan didasar jaringan ikat. Sebagai tambahan, streptokokus juga memproduksi proteinase, nicotinamide adenin dinucleotidase, adenosis triphosphatase, neuroaminidase, lipoproteinase dan toksin cardiohepatik. 1

IV. Gambaran Klinis

4.1 Suppurative Streptococcal Disease Faringitis

Streptokokus grup A sering berkolonisasi di tenggorokan orang yang sehat. Frekuensi pembawa diantara anak usia sekolah bervariasi berdasarkan letak geografis dan pengaruh musim. Pada beberapa studi, frekuensi pembawa berkisar 15-20. 6 Faringitis biasanya terjadi 2 sampai 4 hari setelah terpapar patogen, ditandai dengan munculnya sakit di tenggorokan secara mendadak, demam, malaise, dan sakit kepala. 5,6 Faring posterior terlihat merah dengan adanya eksudat disertai limfadenopathy kelenjar leher yang mencolok. Dari gejala ini, sulit membedakan faringitis yang disebabkan oleh Streptokokus dengan yang disebabkan oleh virus. Diagnosis yang spesifik hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan bakteriologik atau serologi. 5 Selama fase akut dari infeksi tonsilofaringeal, streptokokus grup A tipe M umumnya dijumpai dalam jumlah besar pada hidung dan tenggorokan. Pada kakus yang tidak diobati, organisme menetap selama beberapa minggu, meskipun gejala penyakit mereda dalam beberapa hari. Pada masa konvalesen, jumlah mikroorganisme berkurang disertai penurunan kadar protein M. 6 Temuan laboratorium menunjukkan adanya kultur usap tenggorokan yang positif terhadap streptokokus hemolisis β, jumlah lekosit yang meningkat mencapai 12.000mm 3 dengan peningkatan jenis lekosit polimorfonuklear. Uji C-reactive protein biasanya positif. 6 Scarlet fever merupakan komplikasi dari faringitis streptokokus yang terjadi saat strain bakteri yang menginfeksi dilisogeni oleh bakteriofaga yang menstimulasi produksi dari eksotoksin yang pirogen. Dalam 1 sampai 2 hari setelah simptom klinik awal, muncul ruam Universitas Sumatera Utara eritematus yang difus di bagian dada dan menyebar ke ekstremitas, kecuali area sekitar mulut yang terlihat sebagai circumoral pallor , demikian juga pada telapak tangan dan kaki. Pada lidah terdapat gambaran strawberry tongue . Ruam akan menghilang setelah 5 sampai 7 hari dan diikuti dengan proses deskuamasi. Komplikasi menjadi proses supuratif cth., abses peritonsilar dan retrofaringeal jarang dijumpai sejak adanya terapi antibiotik. 5 Pyoderma Pyoderma impetigo merupakan infeksi kulit bernanah yang berbatas, biasanya timbul pada area yang terpapar wajah, lengan, kaki. Infeksi terjadi oleh karena adanya kolonisasi S. pyogenes akibat kontak langsung dari orang yang terinfeksi. Organisme masuk ke jaringan subkutan melalui kerusakan kulit seperti garukan dan gigitan serangga. Terbentuk vesikel kemudian menjadi pustula dan kemudian pecah. Kelenjar getah bening regional dapat membesar, tetapi tanda infeksi sistemik jarang dijumpai. Penyebaran sekunder umumnya disebabkan oleh garukan. 2 Pyoderma biasanya terjadi selama musim panas dengan kelembaban dan suhu yang hangat, terutama pada anak kecil dengan higinitas dan status ekonomi yang jelek. Meskipun S. pyogenes bertanggung jawab pada sebagian besar infeksi kulit streptokokal, namun Streptokokus grup C dan G juga dapat dijumpai. Stafilokokus aureus umumnya juga dapat dijumpai pada lesi tersebut. Strain streptokokus tipe M yang menyebabkan infeksi kulit berbeda dengan yang menyebabkan faringitis secara serotipe dan genotipe. 5,6 Strain kulit dan tenggorokan dapat dibedakan dengan marker genetik. 6 Erysipelas Erisipelas merupakan infeksi kulit akut, disertai rasa nyeri, inflamasi, pembesaran kelenjar getah bening disertai tanda sistemik demam, menggigil, lekositosis. Area kulit yang terlibat ditandai dengan adanya peninggian dan berbeda dari kulit yang sehat. Erisipelas paling sering terjadi pada anak atau lansia, pada daerah wajah tetapi sekarang lebih sering terjadi di kaki dan biasanya diawali oleh infeksi saluran nafas atau kulit oleh S.pyogenes . 5 Selulitis Selulitis melibatkan kulit dan jaringan subkutan, dan batas antara kulit sehat dan yang terinfeksi tidak jelas. Seperti halnya erisipelas, inflamasi lokal dan gejala sistemik harus diobservasi. Identifikasi dengan tepat dari organisme penyebab mutlak diperlukan, oleh karena banyak organisme berbeda yang dapat menyebabkan selulitis. 5 Fasciitis nekrotik Necrotizing Fasciitis Universitas Sumatera Utara Disebut juga gangren streptokokus, merupakan infeksi yang terjadi di jaringan subkutan yang dalam, menyebar di sepanjang bidang fasia serta ditandai dengan kerusakan otot dan lemak yang luas. Organisme masuk ke jaringan melalui kerusakan pada kulit luka atau trauma, infeksi virus vesikular, luka bakar, pembedahan. Toksisitas sistemik, kegagalan multiorgan, dan kematian merupakan komplikasi dari penyakit ini, sehingga diperlukan intervensi medis yang tepat untuk menyelamatkan pasien. Selain pemberian antibiotik, fasciitis juga harus diatasi secara agresif dengan melakukan pembedahan debridement dari jaringan yang terinfeksi. 5 Streptococcal toxic shock syndrome STSS Pasien yang mengalami kondisi ini awalnya mengalami inflamasi jarinan lunak pada lokasi infeksi, nyeri, gejala inflamasi non-spesifik seperti demam, menggigil, malaise, mual, muntah, dan diare. Rasa nyeri semakin hebat seiring dengan progresitas penyakit menuju syok dan kegagalan organ ginjal, paru, hati dan jantung. Meskipun semua orang dari berbagai kelompok umur rentan terhadap streptococcal toxic shock syndrome, namun pasien dengan kondisi tertentu lebih berisiko tinggi, seperti pada pasien dengan infeksi HIV, kanker, diabetes melitus, penyakit jantung dan paru, infeksi virus varicella-zooster, serta pecandu alkohol dan narkotika suntik. Strain dari S.pyogenes yang bertanggung jawab terhadap sindroma ini berbeda dari strain yang menyebabkan faringitis, dimana yang paling banyak adalah serotipe M 1atau 3 dan banyak yang memiliki kapsul asam hialuronat mukopolisakarida yang prominen strain mukoid. Produksi dari eksotoksin yang pirogenik, khususnya SpeA dan SpeC, juga merupakan gambaran prominen dari organisme ini. 5 Bakterimia S.pyogenes merupakan salah satu jenis streptokokus hemolisis β yang paling sering diisolasi dari kultur darah. Pasien dengan infeksi yang terlokalisir seperti faringitis, pyoderma, dan erisipelas jarang mengalami bakterimia. Kultur darah dari sebagian besar pasien fasciitis nekrotik atau toxic shock syndrome positif terdapat organisme ini, dan mortalitas dari pasien yang mengalami bakterimia mencapai 40. 5

4.2 Nonsuppurative Streptococcal Disease Demam rematik Rheumatic fever