Influence Of Liquidity And Leverage On The Profitability Of Coal Mining Companies In Indonesian Stock Exchange
KARA
DENGAN
AKTERIST
N RIWAYA
UNI
KARY
TIK PASIE
AT RAWA
MALIK M
A
FAKULT
IVERSITA
YA TULIS I
EN GAGA
AT INAP U
MEDAN TA
Oleh:
AGUS SAL
10010002
TAS KEDO
AS SUMAT
MEDAN
2013
ILMIAH
AL JANTU
ULANG DI
AHUN 201
LIM
7
OKTERAN
TERA UT
N
NG KONG
I RSUP HA
12
N
TARA
GESTIF
AJI ADAM
M
(2)
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR PENGESAHAN
Judul :
Karakteristik Pasien Gagal Jantung Kongestif Dengan Riwayat
Rawat Inap Ulang di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun
2012
Nama :
Agus Salim
NIM :
100100027
Pembimbing
Penguji I
dr. Refli Hasan, Sp.PD, Sp.JP(K)
Dr.Rr.Suzy Indharty,M.Kes, SpBS
NIP. 19610403 198709 1 001
NIP. 19730220 200501 2 001
Penguji II
dr.Hasanul
Arifin,
Sp.An,
KAP,
KIC
NIP. 19510423 197902 1 003
Medan, 31 Desember 2013
Dekan
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
Prof.dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH
NIP. 19540220 198011 1 0001
(3)
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Latar Belakang
: Rehospitalisasi menjadi salah satu faktor yang menentukan prognosis gagal
jantung kongestif.. Menurut NICOR tahun 2011, di eropa 18,43% pasien gagal jantung kongestif
mengalami rehospitalisasi dalam 1 tahun. Di Yogjakarta, prevalensi pasien gagal jantung
kongestif yang menjalani rawat inap ulang dalam satu tahun sebesar 52.21% sementara yang
dirawat ulang lebih dari satu kali dalam waktu satu tahun sebesar 44.79% (Majid, 2010). Di
Medan belum ada gambaran tentang rehospitalisasi pasien gagal jantung kongestif.
Tujuan
: Mengetahui karakteristik pasien gagal jantung kongestif yang menjalani rawa
inap ulang di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012.
Metode
: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain
cross sectional
. Peneliti
melakukan analisis terhadap data rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan.
Pemilihan sampel secara
total sampling
dengan jumlah sampel 64 orang.
Hasil
: Prevalensi rehospitalisasi pasien gagal jantung kongestif ialah 11,02% dengan
durasi rata-rata 11 hari. Penyebab tersering gagal jantung kongetif ialah CAD
(31,3%) sedangkan penyebab tersering rehospitalisasi ialah Pneumonia (15,6%).
Distribusi karakteristik pasien rehospitalisasi gagal jantung kongestif ialah usia 41-60
tahun (50%), laki-laki (59,4%), Wiraswasta (32,8%),
Stage
III (64,1%), hasil akhir
klinis dapat berobat jalan (85,9%).
Kesimpulan
: Penelitian selanjutnya diharapkan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian rehospitalisasi pasien gagal jantung kongestif
Kata Kunci
: Gagal Jantung Kongestif, Rehospitalisasi, Karakteristik
(4)
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Introduction
: Rehospitalization is one of the prognostic factor of congestive heart
failure (CHF). In 2011, Based on NICOR in Europe, prevalence of rehospitalization
of congestive heart failure in a year was 18,43%. In Yogjakarta, prevalence of once
rehospitalization of congestive heart failure in a year was 52,21% and prevalence of more
than once rehospitalization of congestive heart failure in a year was 44.79%. There wasn’t a
current description of congestive heart failure patient with rehospitalization.
Objective
: to determine the characteristic of rehospitalized patient with congestive
heart failure in RSUP Haji Adam Malik Hospital during 2012.
Methods
: this study is a descriptive study with cross sectional design. Data were
collected from medical record in Haji Adam Malik Hospital. 64 samples were
collected by total sampling.
Result
: The prevalence of rehospitalization of CHF patient was 11,02% with
duration of rehospitalization were 11 days. The most common cause of CHF was
CAD (31,3%) and the most common cause of rehospitalization was pneumonia
(15,6%). The characteristic of rehospitalization of CHF patient were 41-60 years old
(50%), Male (59,4%), enterpriser (32,8%), Stage III (64,1%), outpatient (85,9%).
Conclusion
: In further studies, recommended to analyzed factors associated with
rehospitalization of CHF.
Keywords
: Congestive Heart Failure, Rehospitalization, Characteristics
(5)
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian ini. Sebagai salah satu area
kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan hasil
penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan
di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan
laporan hasil penelitian ini, diantaranya:
1.
Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2.
Kepada dosen pembimbing dalam penulisan penelitian ini, dr. Refli Hasan,
Sp.PD,Sp.JP(K), yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu
untuk membimbing dan mengarahkan penulis, mulai dari awal penyusunan
penelitian, pelaksanaan di lapangan, hingga selesainya laporan hasil penelitian
ini.
3.
Kepada kedua orangtua, saudara, dan teman-teman penulis yang senantiasa
mendukung dan memberikan bantuan dalam menyelesaikan laporan penelitian
ini.
4.
Standing Committee on Research Exchange
Pemerintahan Mahasiswa
(SCORE-PEMA) FK USU, atas ilmu dan pengalaman yang berharga dalam
bidang penelitian yang telah diperoleh penulis selama ini.
(6)
Universitas Sumatera Utara
Pentingnya menyemarakkan semangat belajar sepanjang hayat dan upaya
peningkatan keilmuan terkini memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian
yang berjudul “Karakteristik Pasien Gagal Jantung Kongestif dengan Rawat Inap
Ulang di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2012” ini. Semoga penelitian ini
dapat menjadi dasar bagi penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan khusunya
di bidang ilmu kedokteran.
Tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
proposal ini pasti banyak kekurangan penulis. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca sebagai sarana evaluasi ke depannya.
Wassalam
Medan, 9 Desember 2013
Penulis
(7)
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman
Depan
………..……… i
Halaman Persetujuan
………. ii
Abstrak
……… iii
Abstract
……… iv
Kata
Pengantar
……… v
Daftar
Isi
………... vii
Daftar
Tabel
………..….. ix
Daftar
Gambar
……….…….. xi
Daftar Singkatan
……….……….. xii
Daftar Lampiran………
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang……….
1
1.2
Rumusan Masalah……….
3
1.3
Tujuan Penelitian………..
3
1.3.1
Tujuan Umum………...
3
1.3.2
Tujuan Khusus………..
3
1.4
Manfaat Penelitian………
4
1.4.1
Bagi Rumah Sakit………...
4
1.4.2
Bagi Masyarakat……….
4
1.4.3
Bagi Penulis………
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Gagal Jantung Kongestif………..
5
2.1.1
Definisi………...
5
2.1.2
Etiologi ……….……….
5
2.1.3
Patogenesis………. 9
(8)
Universitas Sumatera Utara
2.1.4
Kriteria diagnosis………
13
2.1.5
Klasifikasi……….. 14
2.2
Rawat Inap Ulang Pasien Gagal Jantung Kongestif……...
15
2.2.1
Epidemiologi……….. 15
2.2.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian rawat
inap ulang……….
16
2.3 Kerangka Teori………
20
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka
Konsep……….
21
3.2 Definisi
Operasional……….
22
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1
Jenis Penelitian……….
26
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian………...
26
4.3
Populasi dan Sampel………
26
4.3.1
Populasi……… 26
4.3.2
Sampel……….. 26
4.4
Metode Pengumpulan Data……….
27
4.5
Metode Analisis Data………..
28
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil………
29
5.2
Pembahasan………
36
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan……….
44
6.2
Saran……….. 45
DAFTAR PUSTAKA
………. 46
(9)
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Judul
Halaman
Tabel 2.1
Penyebab Gagal Jantung Kongestif………..………
9
Tabel 2.2
Kriteria Framingham dalam penegakan diagnosis gagal
jantung kongestif………...…
13
Tabel 2.3
Klasifikasi Gagal Jantung Kongestif……..………….…
14
Tabel 3.1
Definisi Operasional………..…
22
Tabel 5.1
Distribusi Proporsi Berdasarkan Umur……….
29
Tabel 5.2
Distribusi Proporsi Berdasarkan Jenis Kelamin…………
30
Tabel 5.3
Distribusi Proporsi Berdasarkan Status Pekerjaan………
30
Tabel 5.4
Distribusi Proporsi Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung
31
Tabel 5.5
Distribusi Proporsi Berdasarkan Penyebab Gagal Jantung
31
Tabel 5.6
Distribusi Proporsi Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap ..
32
Tabel 5.7
Distribusi Menurut Kejadian Rawat Inap Ulang dan
Variabel Independen ………...
33
Tabel 5.8
Distribusi Proporsi Berdasarkan Penyebab Rawat Inap
Ulang………..
34
Tabel 5.9
Distribusi Proporsi Berdasarkan Hasil Akhir Klinis……
35
Tabel 5.10
Lama Rawatan Rata-Rata………
36
(10)
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Judul
Halaman
Gambar 2.1
Patofisiologi Gagal Jantung Kongestif……….…
11
Gambar 2.2
Grafik Penurunan Kompensasi Tubuh pada Pasien Gagal Jantung
Kongestif………... 12
Gambar 2.3
Bagan Kerangka Teori………
20
Gambar 3.1
Bagan Kerangka Konsep Penelitian ………...
22
Gambar 4.1
Alur Kerja Penelitian……….
28
(11)
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
AF
Atrial Fibrilation
AHA
American Heart Association
AKI
Acute Kidney Injury
ALI
Acute Limb Ischemic
APS
Antiphospholipid Syndrome
ASD
Atrial Septal Defect
BUN
Blood Urea Nitrogen
CABG
Coronary Artery Bypass Grafting
CAD
Coronary Arterial Disease
CHF
Congestive Heart Failure
COPD
Chronic Obstructive Pulmonary Disease
GFR
Glomerular Filtration Rate
HHD
Hypertensive Heart Disease
NICOR
National Institute for Cardiovascular Outcome Research
NSTEMI
Non ST Elevation Miokard Infark
NYHA
New York Heart Association
OAINS
Obat Anti Inflamasi Non Steroid
SIGN
Scottish Intercollegiate Guideline Network
PCI
Percutaneous Cardiac Intervention
PJK
Penyakit Jantung Koroner
PNS
Pegawai Negeri Sipil
RAAS
Renin Angiotensin Aldosteron System
STEMI
ST Elevation Miokard Infark
VSD
Ventricular Septal Defect
WHO
World Health Organization
(12)
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2
Daftar Induk Responden
Lampiran 3
Hasil Output SPSS
Lampiran 4
Surat Izin Penelitian
Lampiran 5 Surat Ethical Clearance
(13)
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Latar Belakang
: Rehospitalisasi menjadi salah satu faktor yang menentukan prognosis gagal
jantung kongestif.. Menurut NICOR tahun 2011, di eropa 18,43% pasien gagal jantung kongestif
mengalami rehospitalisasi dalam 1 tahun. Di Yogjakarta, prevalensi pasien gagal jantung
kongestif yang menjalani rawat inap ulang dalam satu tahun sebesar 52.21% sementara yang
dirawat ulang lebih dari satu kali dalam waktu satu tahun sebesar 44.79% (Majid, 2010). Di
Medan belum ada gambaran tentang rehospitalisasi pasien gagal jantung kongestif.
Tujuan
: Mengetahui karakteristik pasien gagal jantung kongestif yang menjalani rawa
inap ulang di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012.
Metode
: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain
cross sectional
. Peneliti
melakukan analisis terhadap data rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan.
Pemilihan sampel secara
total sampling
dengan jumlah sampel 64 orang.
Hasil
: Prevalensi rehospitalisasi pasien gagal jantung kongestif ialah 11,02% dengan
durasi rata-rata 11 hari. Penyebab tersering gagal jantung kongetif ialah CAD
(31,3%) sedangkan penyebab tersering rehospitalisasi ialah Pneumonia (15,6%).
Distribusi karakteristik pasien rehospitalisasi gagal jantung kongestif ialah usia 41-60
tahun (50%), laki-laki (59,4%), Wiraswasta (32,8%),
Stage
III (64,1%), hasil akhir
klinis dapat berobat jalan (85,9%).
Kesimpulan
: Penelitian selanjutnya diharapkan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian rehospitalisasi pasien gagal jantung kongestif
Kata Kunci
: Gagal Jantung Kongestif, Rehospitalisasi, Karakteristik
(14)
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Introduction
: Rehospitalization is one of the prognostic factor of congestive heart
failure (CHF). In 2011, Based on NICOR in Europe, prevalence of rehospitalization
of congestive heart failure in a year was 18,43%. In Yogjakarta, prevalence of once
rehospitalization of congestive heart failure in a year was 52,21% and prevalence of more
than once rehospitalization of congestive heart failure in a year was 44.79%. There wasn’t a
current description of congestive heart failure patient with rehospitalization.
Objective
: to determine the characteristic of rehospitalized patient with congestive
heart failure in RSUP Haji Adam Malik Hospital during 2012.
Methods
: this study is a descriptive study with cross sectional design. Data were
collected from medical record in Haji Adam Malik Hospital. 64 samples were
collected by total sampling.
Result
: The prevalence of rehospitalization of CHF patient was 11,02% with
duration of rehospitalization were 11 days. The most common cause of CHF was
CAD (31,3%) and the most common cause of rehospitalization was pneumonia
(15,6%). The characteristic of rehospitalization of CHF patient were 41-60 years old
(50%), Male (59,4%), enterpriser (32,8%), Stage III (64,1%), outpatient (85,9%).
Conclusion
: In further studies, recommended to analyzed factors associated with
rehospitalization of CHF.
Keywords
: Congestive Heart Failure, Rehospitalization, Characteristics
(15)
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Gagal jantung kongestif adalah kumpulan gejala klinis akibat kelainan
struktural ataupun fungsional jantung yang menyebabkan gangguan kemampuan
pengisian ventrikel dan ejeksi darah ke seluruh tubuh. Manifestasi yang khas pada
gagal jantung kongestif ialah dispnea,
fatigue
dan retensi cairan yang menyebabkan
edema paru dan edema perifer (AHA, 2001).
Diperkirakan 1-2% dari populasi dunia menderita penyakit gagal jantung
kongestif dengan prevalensi yang terus meningkat. Sekitar 5-10 orang diprediksi
menderita gagal jantung kongestif dari 1000 penduduk dunia (Mosterd, 2007). Di
Amerika Serikat, insidensi gagal jantung kongestif ditemukan sebanyak 500.000
orang dan prevalensi gagal jantung kongestif sebanyak 5 juta orang setiap tahun.
Angka mortalitas akibat gagal jantung kongestif juga cukup tinggi, kurang lebih
300.000 jiwa setiap tahun (AHA, 2001).
Gagal jantung kongestif merupakan penyakit yang bersifat progresif dengan
gejala yang sangat mempengaruhi kondisi vital pasien gagal jantung kongestif.
Kondisi ini mengharuskan pasien gagal jantung kongestif untuk menjalani rawat inap.
Dari tahun 1990-1999 insidensi rawat inap (
hospitalization
) di Amerika Serikat
sebanyak 810.000 hingga 1 juta jiwa, sedangkan prevalensi gagal jantung kongestif
yang menjalani rawat inap sebanyak 2.4 sampai 3.5 juta jiwa (Koelling
et. al
, 2004).
Pasien yang menjalani rawat inap dengan riwayat penyakit degeneratif rentan
untuk mengalami rawat inap ulang. Rawat inap ulang termasuk salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien-pasien penyakit degeneratif. Pada studi
retrospektif yang dilakukan oleh Allaudeen tahun 2011
terdapat 17% pasien yang
mengalami rehospitalisasi setelah 30 hari keluar dari rumah sakit. Salah satunya ialah
gagal jantung kongestif. Pasien gagal jantung kongestif yang selesai menjalani rawat
(16)
Universitas Sumatera Utara
inap rentan untuk kembali menjalani rawat inap ulang akibat eksaserbasi dari gejala
yang ditimbulkan oleh gagal jantung kongestif (Tsuchihashi
et. al
, 2001).
Kejadian rawat inap ulang (
readmission
) akibat gagal jantung kongestif
meningkat dengan persentase 29-47% setelah 3-6 bulan keluar dari rumah sakit (Rich
et. al
., 1995). Sedangkan di Yogjakarta, prevalensi pasien gagal jantung kongestif
yang menjalani rawat inap ulang dalam satu tahun sebesar 52.21% sementara yang
dirawat ulang lebih dari satu kali dalam waktu satu tahun sebesar 44.79% (Majid,
2010). Untuk Indonesia sendiri belum ada gambaran yang jelas mengenai prevalensi
kejadian rawat inap ulang khususnya untuk kota Medan.
Menurut studi yang dilakukan oleh Krumholz
et. al.
pada tahun 2000
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian rawat inap ulang
(
readmission
) diantaranya ialah infeksi (terutama infeksi saluran nafas seperti
pneumonia), infark miokard, disritmia jantung,
ischemic heart disease
, gagal ginjal
akut, dehidrasi, dan gagal nafas.
Menurut Majid dalam studi tahun 2010 mengatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi kejadian rawat inap ulang pasien gagal jantung kongestif ialah
hipertensi, derajat penyakit, dukungan keluarga dan sosial, kepatuhan (terapi, diet dan
cairan tubuh), tingkat aktivitas dan istirahat serta tingkat kecemasan pasien gagal
jantung kongestif.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa perlu untuk mengkaji karakteristik
pasien gagal jantung kongestif yang menjalani rawat inap ulang di RSUP Haji Adam
Malik Medan tahun 2012.
(17)
Universitas Sumatera Utara
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimanakah karakteristik pasien gagal jantung kongestif yang
menjalani rawat inap ulang di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik pasien gagal jantung kongestif yang
menjalani rawat inap ulang di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.
Mengetahui prevalensi kejadian rawat inap ulang pasien gagal jantung
kongestif di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2012.
2.
Mengetahui distribusi proporsi pasien gagal jantung kongestif yang
menjalani rawat inap ulang berdasarkan sosiodemografi (usia, jenis
kelamin dan status pekerjaan).
3.
Mengetahui distribusi proporsi pasien gagal jantung kongestif yang
menjalani rawat inap ulang berdasarkan klasifikasi gagal jantung.
4.
Mengetahui distribusi proporsi pasien gagal jantung kongestif yang
menjalani rawat inap ulang berdasarkan frekuensi rawat inap ulang.
5.
Mengetahui distribusi proporsi pasien gagal jantung kongestif yang
menjalani rawat inap ulang berdasarkan survival/hasil akhir klinis.
6.
Mengetahui distribusi proporsi pasien gagal jantung kongestif yang
menjalani rawat inap ulang berdasarkan penyebab rawat inap ulang
7.
Mengetahui lamanya durasi rawat inap ulang pasien gagal jantung
kongestif di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012.
(18)
Universitas Sumatera Utara
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Sebagai informasi bagi rumah sakit mengenai karakteristik pasien rawat inap
ulang gagal jantung kongestif sehingga dapat dilakukan perencanaan program
perawatan dan pengobatan yang lebih baik.
1.4.2. Sebagai informasi tentang faktor yang menyebabkan terjadinya rawat inap
ulang pada pasien gagal jantung kongestif sehingga dapat dilakukan upaya
pencegahan.
1.4.3. Sebagai sumber inspirasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya.
1.4.4 Sebagai kesempatan bagi peneliti untuk mengintegrasikan ilmu yang telah
didapat di bangku kuliah dan sebagai prasyarat untuk menyelesaikan program
pendidikan Sarjana Kedokteran.
(19)
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Gagal Jantung Kongestif
2.1.1 Definisi
Gagal jantung kongestif adalah kumpulan gejala klinis akibat kelainan
struktural dan fungsional jantung sehingga mengganggu kemampuan pengisian
ventrikel dan pompa darah ke seluruh tubuh. Tanda-tanda kardinal dari gagal jantung
ialah dispnea
, fatigue
yang menyebabkan pembatasan toleransi aktivitas dan retensi
cairan yang berujung pada kongesti paru dan edema perifer. Gejala ini mempengaruhi
kapasitas dan kualitas dari pasien gagal jantung (AHA, 2001).
Gagal jantung kongestif adalah sindroma klinis kompleks akibat kelainan
jantung ataupun non-jantung yang mempengaruhi kemampuan jantung untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh seperti peningkatan
cardiac output
. Gagal
jantung dapat muncul akibat gangguan pada miokardium, katup jantung, perikardium,
endokardium ataupun gangguan elektrik jantung (SIGN, 2007).
2.1.2 Etiologi
Beberapa etiologi dari penyakit gagal jantung kongestif ialah :
a.
Penyakit Jantung Koroner
Seseorang dengan penyakit jantung koroner (PJK) rentan untuk
menderita penyakit gagal jantung, terutama penyakit jantung koroner dengan
hipertrofi ventrikel kiri. Lebih dari 36% pasien dengan penyakit jantung
koroner selama 7-8 tahun akan menderita penyakit gagal jantung kongestif (
Hellerman, 2003). Pada negara maju, sekitar 60-75% pasien penyakit jantung
koroner menderita gagal jantung kongestif (Mann, 2008). Bahkan dua per tiga
pasien yang mengalami disfungsi sistolik ventrikel kiri disebabkan oleh
Penyakit Jantung Koroner (Doughty dan White, 2007).
(20)
Universitas Sumatera Utara
b.
Hipertensi
Peningkatan tekanan darah yang bersifat kronis merupakan komplikasi
terjadinya gagal jantung (Riaz, 2012). Berdasarkan studi Framingham dalam
Cowie tahun 2008 didapati bahwa 91% pasien gagal jantung memiliki riwayat
hipertensi. Studi terbaru Waty tahun 2012 di Rumah Sakit Haji Adam Malik
menyebutkan bahwa 66.5% pasien gagal jantung memiliki riwayat hipertensi.
Hipertensi menyebabkan gagal jantung kongestif melalui mekanisme
disfungsi sistolik dan diastolik dari ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kiri
menjadi predisposisi terjadinya infark miokard, aritmia atrium dan ventrikel
yang nantinya akan berujung pada gagal jantung kongestif (Lip G.Y.H., Gibbs
C.R., Beevers D.G., 2000).
c.
Cardiomiopathy
Cardiomiopathy
merupakan kelainan pada otot jantung yang tidak
disebabkan oleh penyakit jantung koroner, hipertensi atau kelainan
kongenital.
Cardiomiopathy
terdiri dari beberapa jenis. Diantaranya ialah
dilated cardiomiopathy
yang merupakan salah satu penyebab tersering
terjadinya gagal jantung kongestif.
Dilated cardiomiopathy
berupa dilatasi
dari ventrikel kiri dengan atau tanpa dilatasi ventrikel kanan. Dilatasi ini
disebabkan oleh hipertrofi sel miokardium dengan peningkatan ukuran dan
penambahan jaringan fibrosis (Lip G.Y.H., Gibbs C.R., Beevers D.G., 2000).
Hipertrophic cardiomiopathy
merupakan salah satu jenis
cardiomiopathy
yang bersifat herediter autosomal dominan. Karakteristik dari
jenis ini ialah abnormalitas pada serabut otot miokardium. Tidak hanya
miokardium tetapi juga menyebabkan hipertrofi septum. Sehingga terjadi
obstruksi aliran darah ke aorta (
aortic outflow
). Kondisi ini menyebabkan
komplians ventrikel kiri yang buruk, peningkatan tekanan diastolik disertai
aritmia atrium dan ventrikel (Scoote M., Purcell I.F., Wilson P.A., 2005).
(21)
Universitas Sumatera Utara
Jenis lain yaitu
Restrictive and obliterative cardiomiopathy
.
Karakteristik dari jenis ini ialah berupa kekakuan ventrikel dan komplians
yang buruk, tidak ditemukan adanya pembesaran dari jantung. Kondisi ini
berhubungan dengan gangguan relaksasi saat diastolik sehingga pengisian
ventrikel berkurang dari normal. Kondisi yang dapat menyebabkan keadaan
ini ialah Amiloidosis, Sarcoidosis, Hemokromasitomatosis dan penyakit
resktriktif lainnya (Scoote M., Purcell I.F., Wilson P.A., 2005).
d.
Kelainan Katup Jantung
Dari beberapa kasus kelainan katup jantung, yang paling sering
menyebabkan gagal jantung kongestif ialah Regurgitasi Mitral. Regurgitasi
mitral meningkatkan
preload
sehingga terjadi peningkatan volume di jantung.
Peningkatan volume jantung memaksa jantung untuk berkontraksi lebih kuat
agar darah tersebut dapat didistribusi ke seluruh tubuh. Kondisi ini jika
berlangsung lama menyebabkan gagal jantung kongestif (Lip G.Y.H., Gibbs
C.R., Beevers D.G., 2000).
e.
Aritmia
Artial Fibrilasi secara independen menjadi pencetus gagal jantung
tanpa perlu adanya faktor
concomitant
lainnya seperti PJK atau hipertensi.
31% dari pasien gagal jantung ditemukan gejala awal berupa atrial fibrilasi
dan ditemukan 60% pasien gagal jantung memiliki gejala atrial fibrilasi
setelah dilakukan pemeriksaan echocardiografi. Aritmia tidak hanya sebagai
penyebab gagal jantung tetapi juga memperparah prognosis dengan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas
(Cowie
et.al.,
1998).
f.
Alkohol dan Obat-obatan
Alkohol memiliki efek toksik terhadap jantung yang menyebabkan
atrial fibrilasi ataupun gagal jantung akut. Konsumsi alkohol dalam jangka
(22)
Universitas Sumatera Utara
panjang menyebabkan
dilated cardiomiopathy
. Didapati 2-3% kasus gagal
jantung kongestif yang disebabkan oleh konsumsi alkohol jangka panjang.
Sementara itu beberapa obat yang memiliki efek toksik terhadap miokardium
diantaranya ialah agen kemoterapi seperti doxorubicin dan zidovudine yang
merupakan antiviral (Cowie, 2008).
g.
Lain-lain
Merokok merupakan faktor resiko yang kuat dan independen untuk
menyebabkan penyakit gagal jantung kongestif pada laki-laki sedangkan pada
wanita belum ada fakta yang konsisten (Lip G.Y.H., Gibbs C.R., Beevers
D.G., 2000).
Sementara diabetes merupakan faktor independen dalam mortalitas
dan kejadian rawat inap ulang pasien gagal jantung kongestif melalui
mekanisme perubahan struktur dan fungsi dari miokardium. Selain itu,
obesitas menyebabkan peningkatan kolesterol yang meningkatkan resiko
penyakit jantung koroner yang merupakan penyebab utama dari gagal jantung
kongestif. Berdasarkan studi Framingham disebutkan bahwa diabetes
merupakan faktor resiko yang untuk kejadian hipertrofi ventrikel kiri yang
berujung pada gagal jantung (Lip G.Y.H., Gibbs C.R., Beevers D.G., 2000).
(23)
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Penyebab Gagal Jantung Kongestif
Main
Cause
Ischemic Heart Disease
(35-40%)
Cardiomiopathy expecially dilated
(30-34%)
Hypertension
(15-20%)
Other Cause
Cardiomyopathy undilated : Hyperttrophy/obstructive, restrictive
(amyloidosis, sarcoidosis)
Valvular heart disease (mitral, aortic, tricuspid)
Congenital heart disease (ASD,VSD)
Alcohol and drugs (chemotherapy-trastuzamab, imatinib)
Hyperdinamic circulation (anemia, thyrotoxicosis, haemochromatosis
)
Right Heart failure (RV infarct, pulmonary hypertension, pulmonary
embolism, COPD
Tricuspid incompetence
Arrhythmia (AF, Bradycardia (complete heart block, the sick sinus
syndrome))
Pericardial disease (constrictive pericarditis, pericardial effusion)
Infection (Chagas’ disease)
Sumber : Kumar, P., Clark, M., 2009. Cardiovascular disease.
In :
Clinical Medicine
Ed 7
th2.1.3 Patogenesis
Gagal Jantung Kongestif diawali dengan gangguan otot jantung yang tidak
bisa berkontraksi secara normal seperti infark miokard, gangguan tekanan
hemodinamik,
overload volume
, ataupun kasus herediter seperti
cardiomiopathy
.
Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan penurunan kapasitas pompa jantung. Namun,
pada awal penyakit, pasien masih menunjukkan asimptomatis ataupun gejala
simptomatis yang minimal. Hal ini disebabkan oleh mekanisme kompensasi tubuh
yang disebabkan oleh
cardiac injury
ataupun disfungsi ventrikel kiri (Mann, 2010).
(24)
Universitas Sumatera Utara
Beberapa mekanisme yang terlibat diantaranya: (1) Aktivasi
Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAA) dan Sistem Syaraf Adrenergik dan (2) peningkatan
kontraksi miokardium. Sistem ini menjaga agar
cardiac output
tetap normal dengan
cara retensi cairan dan garam. Ketika terjadi penurunan
cardiac output
maka akan
terjadi perangsangan baroreseptor di ventrikel kiri, sinus karotikus dan arkus aorta,
kemudian memberi sinyal aferen ke sistem syaraf sentral di
cardioregulatory center
yang akan menyebabkan sekresi Antidiuretik Hormon (ADH) dari hipofisis posterior.
ADH akan meningkatkan permeabilitas duktus kolektivus sehingga reabsorbsi air
meningkat (Mann, 2008).
Kemudian sinyal aferen juga mengaktivasi sistem syaraf simpatis yang
menginervasi jantung, ginjal, pembuluh darah perifer, dan otot skeletal. Stimulasi
simpatis pada ginjal menyebabkan sekresi renin. Peningkatan renin meningkatkan
kadar angiotensin II dan aldosteron. Aktivasi RAAS menyebabkan retensi cairan dan
garam melalui vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Mekanisme kompensasi
neurohormonal ini berkontribusi dalam perubahan fungsional dan struktural jantung
serta retensi cairan dan garam pada gagal jantung kongestif yang lebih lanjut (Mann,
2008).
(25)
v
s
d
m
2
Sumber
Perub
ventrikel kir
substansi ko
dan kemati
metabolism
2010).
Gamba
: Mann, D.L
bahan neuro
ri.
Remodeli
ontraktil mio
ian sel aut
miokardium
ar 2.1. Patofi
L. 2010. Hea
Cardiovasc
ohormonal,
ing
ventrike
osit; (3) pen
tophagia; (4
m; (6) peruba
fisiologi Gag
art Failure an
cular Medic
adrenergic d
l kiri berupa
nurunan jum
4) desensiti
ahan struktu
U
gal Jantung K
nd Cor Pulm
cine
Ed. 17
thdan sitokin
a (1) hipertr
mlah miosit a
isasi beta
ur matriks ek
Universitas S
Kongestif
monale.
In : H
.
menyebabka
rofi miosit;
akibat nekro
adrenergic;
kstraselular
Sumatera Uta
Harrison’s
an
remodeli
(2) perubah
osis, apopto
(5) kelain
miosit (Man
ara
ing
han
sis
nan
nn,
(26)
b
m
D
s
w
m
y
p
h
G
Remo
bentuk, dan
menjadi leb
Dilatasi pad
stroke volum
wall stress
memperpara
yang menga
Perub
penurunan
c
hal diatas be
Gambar 2.2.
Sumber
odeling
vent
komposisi
ih sferis seh
da ventrikel
me
. Pada
rem
yang meny
ah fungsi ven
ktivasi hiper
bahan struk
cardiac outp
erkontribusi
. Grafik penu
: Mann, D.L
trikel kiri da
jantung.
Re
hingga beba
kiri juga m
modeling
ven
yebabkan (
ntrikel kiri;
rtrofi ventrik
ktur jantung
put
, dilatasi v
dalam progr
urunan komp
L. 2010. Hea
Cardiovasc
apat diartika
emodeling
v
an mekanik j
mengurangi
ntrikel kiri j
1) hipoperf
(2) peningka
kel (Mann, 2
g akibat
re
ventrikel kir
resivitas pen
pensasi tubu
art Failure an
cular Medic
U
an sebagai p
entrikel kiri
jantung men
jumlah
aft
juga terjadi
fusi ke sub
atan stress o
2010).
emodeling
in
ri dan
overlo
nyakit gagal j
uh pada pasie
nd Cor Pulm
cine
Ed. 17
thUniversitas S
perubahan m
i merubah b
njadi semak
fterload
yan
peningkatan
bendokardium
oksidatif dan
ni yang be
oad
hemodi
jantung (Ma
en gagal jant
monale.
In : H
.
Sumatera Uta
massa, volum
bentuk jantu
kin meningk
ng menguran
n
end-diasto
m yang ak
n radikal beb
erperan dala
inamik. Keti
ann, 2010).
tung konges
Harrison’s
ara
me,
ung
kat.
ngi
olic
kan
bas
am
iga
stif
(27)
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Kriteria Diagnosis
Berdasarkan studi Framingham, diagnosis gagal jantung kongestif ditegakkan
apabila diperoleh :
Tabel 2.2. Kriteria Framingham dalam penegakan diagnosis gagal jantung kongestif
Kriteria Mayor
Dispnea/orthopnea Nocturnal Parkosismal
Distensi vena leher
Ronki
Kardiomegali
Edema pulmonary akut
Gallop-S3
Peningkatan tekanan vena (>16 cmH
2O)
Waktu sirkulasi >
25 detik
Reflex hepatojugularis
Kriteria Minor
Edema pretibial
Batuk malam
Dispnea saat aktivitas
Hepatomegali
Efusi pleura
Kapasitas vital paru menurun 1/3 dari maksimal
Takikardia (>120 kali/menit)
Kriteria Mayor atau Minor
Penurunan berat badan > 4.5 Kg dalam 5 hari
Sumber : Marantz
et. al.,
1988. The relationship between left ventricular systolic
function and congestive heart failure diagnosed by clinical criteria. In :
Circulation
.
Ed. 77 : 607-612.
1 atau dua kriteria mayor + dua kriteria minor
(28)
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Klasifikasi
New York Heart Association
membagi klasifikasi Gagal Jantung Kongestif
berdasarkan tingkat keparahan dan keterbatasan aktivitas fisik :
Tabel 2.3. Klasifikasi Gagal Jantung Kongestif
Kelas I
Tidak ada keterbatasan dalam aktivitas fisik. Aktivitas
fisik tidak menyebabkan sesak nafas,
fatigue
, atau
palpitasi.
Kelas II
Sedikit mengalami keterbatasan dalam aktivitas fisik.
Merasa nyaman saat beristirahat tetapi saat melakukan
aktivitas fisik mulai merasakan sedikit sesak,
fatigue
, dan
palpitasi
Kelas III
Mengalami keterbatasan dalam aktivitas fisik. Merasa
nyaman saat istirahat namun ketika melakukan aktivitas
fisik yang sedikit saja sudah merasa sesak,
fatigue
, dan
palpitasi.
Kelas IV
Tidak bisa melakukan aktivitas fisik. Saat istirahat gejala
bisa muncul dan jika melakukan aktivitas fisik maka
gejala akan meningkat.
Sumber : European Society of Cardiology (ESC), 2012.
Guideline for the Diagnosis
and Treatment of Acute and Chronic heart Failure
.
(29)
Universitas Sumatera Utara
2.2
Rawat Inap Ulang Pasien Gagal Jantung Kongestif
2.2.1 Epidemiologi
Rawat inap ulang atau
readmission
pada penyakit gagal jantung kongestif
diakibatkan oleh eksaserbasi dari gejala klinis gagal jantung kongestif. Beberapa
dipicu oleh faktor
concomitant
kardiovaskular seperti takiaritmia,
unstable coronary
syndrome
. Selain itu juga bisa disebabkan oleh gangguan
Serebrovaskular
dan
ketidakpatuhan dalam diet dan terapi (AHA, 2009).
Rawat inap menjadi salah satu pilihan terapi bagi pasien gagal jantung
kongestif. Berdasarkan hasil
National Institute for Cardiovascular Outcomes
Research
(NICOR)
tahun 2011 disebutkan bahwa periode April hingga Maret 2011
diperoleh 36.901 pasien yang menjalani rawat inap. Dari 36.901 pasien yang
menjalani rawat inap, 30.099 pasien menjalani rawat inap yang pertama dengan
durasi rata-rata 11 hari, sedangkan 6.802 pasien menjalani rawat inap ulang atau
rehospitalisasi
dengan durasi rata-rata 13 hari.
Menurut penelitian Tsuchihashi
et. al.
tahun 1999 sekitar 40% pasien gagal
jantung kongestif menjalani rawat inap ulang dalam 1 tahun setelah rawat inap
sebelumnya. 10 tahun berikutnya menurut penelitian Majid (2010) persentase pasien
gagal jantung yang menjalani rawat inap ulang sebesar 52%.
Rehospitalisasi menjadi salah satu faktor yang menentukan prognosis gagal
jantung kongestif. Pasien yang mengalami rehospitalisasi, 50% meninggal pada 6
bulan setelah rehospitalisasi dan 25-35% meninggal pada 12 bulan setelah
rehospitalisasi (AHA, 2009). Menurut studi yang dilakukan Zaya (2012) bahwa
setelah menjalani rawat inap yang ke dua atau ketiga resiko kematian bagi pasien
gagal jantung kongestif sebesar 30%.
(30)
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Rawat Inap Ulang
Kejadian rawat inap ulang pasien gagal jantung kongestif terjadi
karena eksaserbasi dari gejala klinis
overload
volume dan penurunan
cardiac
output.
Gejala yang menyebabkan pasien CHF mengalami rehospitalisasi
ialah Angina (nyeri dada), sesak nafas dan Edema. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi rehospitalisasi pasien CHF ialah :
a.
Faktor Kardiovaskular
Salah satu gangguan kardiovaskular yang menyebabkan rawat inap
ulang ialah iskemik dan infark miokard. Infark miokard dapat berupa STEMI
(
ST Elevation Miocard
Infarction) ataupun NSTEMI (
Non ST Elevation
Miocard
Infarction). Infark miokard menyebabkan jantung kekurangan nutrisi
untuk berkontraksi terutama ventrikel. Adanya thrombosis pada arteri koroner
sebagai cabang utama yang memperdarahi miokardium juga menyebabkan
kekurangan nutrisi pada miokardium yang menyebabkan kegagalan kontraksi
ventrikel. Kegagalan kontraksi ventrikel menyebabkan penurunan
ejection
fraction
(Zaya, 2012). Penurunan
ejection fraction
menyebabkan peningkatan
volume cairan tubuh yang memperparah kondisi pasien CHF.
Faktor lainnya ialah hipertensi yang tidak terkontrol. Hipertensi tidak
terkontrol merupakan faktor komorbid yang menyebabkan rawat inap ulang
sebanyak 41% melalui mekanisme peningkatan afterload (Zaya, 2012).
Demam reumatik merupakan gejala yang ditimbulkan akibat sequele
dari infeksi
Streptococcus
grup A pada saluran nafas atas. Infeksi tersebut
menyebabkan tubuh membentuk antibodi untuk menyerang antigen tubuh
sendiri yang menyerupai
Streptococcus
grup A. Salah satunya terdapat pada
katup jantung (Parrilo, 2012). Demam Reumatik paling sering menyebabkan
regurgitasi mitral. Regurgitasi mitral meningkatkan
preload
sehingga terjadi
peningkatan volume di jantung. Peningkatan volume jantung memaksa
jantung untuk berkontraksi lebih kuat agar darah tersebut dapat didistribusi ke
(31)
Universitas Sumatera Utara
seluruh tubuh (Lip G.Y.H., Gibbs C.R., Beevers D.G., 2000), kondisi ini
memperburuk kondisi pasien CHF.
Selain itu beberapa faktor lain seperti atrial fibrilasi, pemanjangan
interval QT dan takikardi juga turut berperan dalam perburukan gejala klinis
yang mengharuskan pasien gagal jantung menjalani rawat inap ulang (Zaya,
2012).
Beberapa penyakit
Peripheral Vascular Disease
(PVD) seperti
Acute
Limb Ischemic
(ALI),
Deep Vein Trombosis
(DVT) biasanya terjadinya secara
bersamaan dengan atrial fibrilasi. Gejala yang muncul ialah nyeri, parasthesia
bahkan ganggren pada ekstremitas yang mengalami iskemik (Kasirajan,
2007).
b.
Faktor Non-Kardiovaskular
1.
Faktor Psikososial
Ketidakpatuhan terhadap terapi tentu akan memperburuk
kondisi umum dari pasien gagal jantung kongestif. menurut studi
analitik yang dilakukan majid (2010), 72.5% pasien gagal jantung
yang menjalani rawat inap ulang disebabkan oleh ketidakpatuhan
terhadap terapi. Sedangkan ketidakpatuhan terhadap diet sebesar 73%.
ketidakpatuhan terhadap terapi bisa disebabkan oleh karena depresi,
sehingga pasien tidak patuh terhadap terapi dan memiliki pola makan
yang tidak sesuai dengan anjuran.
Selain itu, dukungan keluarga dan lingkungan sekitar juga
penting. Kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar pasien menjadi
faktor independen yang menyebabkan kejadian rawat inap ulang
pasien gagal jantung kongestif. 57% pasien gagal jantung yang
menjalani rawat inap ulang kurang mendapat dukungan dari keluarga
dan sosial (Majid, 2010).
2.
Penyakit Paru
(32)
Universitas Sumatera Utara
Pneumonia dan penyakit obstruksi paru seperti Asma dan
PPOK menyebabkan kejadian rawat inap ulang sebesar 28% setelah
6-9 bulan sebelumnya menjalani rawat inap (Zaya, 2012).
Infeksi paru seperti tuberkulosis, pneumonia dan bronkitis
merupakan gangguan pada intrapulmonal. Gejala yang ditimbulkan
ialah nyeri dada, sesak nafas, batuk dan batuk darah (Ginzburg, 2006).
Sesak nafas dan nyeri dada merupakan gejala yang menyebabkan
pasien gagal jantung mengalami rehospitalisasi.
Gagal jantung kongestif menyebabkan edema paru akibat
retensi cairan tubuh (AHA, 2001). Namun, edema paru sendiri dapat
memperparah kondisi CHF. Penumpukan cairan di alveolus paru
menimbulkan sesak nafas. Berbeda dengan edema paru, efusi pleura
terjadi penumpukan cairan di ekstraparu intrathorakal. Hal ini
menyebabkan paru tidak dapat mengembang secara maksimal yang
menimbulkan
short of breathness
.
3.
Penggunaan Obat
Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) digunakan untuk
menghentikan inflamasi melalui mekanisme penghambatan COX
sehingga tidak terbentuk prostaglandin (Katzung, 2010).
Pada pasien gagal jantung kongestif terjadi vasokontriksi
vaskular sebagai mekanisme sistem RAA dan aktivasi sistem simpatis.
Kondisi ini menyebabkan tubuh melakukan mekanisme kompensasi
untuk vasodilatasi. Salah satunya ialah pelepasan prostaglandin (PGL)
sebagai vasodilator (Page, 2000). Penggunaan OAINS pada pasien
gagal jantung kongestif akan menghambat pembentukan PGL. Hal ini
tentu akan memperparah kondisi pasien gagal jantung kongestif.
Digitalis atau digoksin merupakan obat yang hingga saat ini
masih sering digunakan dalam terapi pasien kardiovaskular termasuk
CHF. Namun, penggunaan dosis tinggi ataupun adanya gangguan
(33)
Universitas Sumatera Utara
fungsi ginjal menyebabkan intoksikasi digitalis. Salah satu efek
samping yang ditimbulkan ialah disritmia, mual, muntah dan diare
(Suprobo
et. al.,
2011). Hal ini menyebabkan eksaserbasi gejala CHF
berupa sesak nafas dan nyeri dada sehingga kembali menjalani rawat
inap ulang.
4.
Penyakit Imun
Antiphospholipid Syndrome
(APS) ialah penyakit autoimun
yang membentuk antibodi untuk menyerang phospoholipid. Akibatnya
timbul thrombosis di arteri atau vena (Belilos, 2012). Sumbatan dapat
terjadi diberbagai tempat salah satunya di jantung. Antiphospholipid
menimbulkan thrombosis pada arteri koroner jantung dan penerasan
katup jantung (Tincani
et.al.,
2006). Kerusakan yang timbulkan oleh
antibodi ini menambah beban kerja jantung sehingga semakin
memperparah kondisi pasien CHF.
5.
Gangguan Fungsi Ginjal
Acute Kidney Injury
(AKI) atau
Acute Renal Failure
(ARF)
merupakan salah satu gangguan fungsi ginjal yang menyebabkan
penurunan
Glomerular Filtration Rate
(GFR). Pada AKI, pemeriksaan
fungsi ginjal memperlihatkan adanya peningkatan nilai
Blood Urea
Nitrogen
(BUN) dan kreatinin, dengan ration BUN terhadap kreatinin
20 : 1 (Workeneh, 2013). Peningkatan nilai BUN dan Penurunan GFR
menyebabkan retensi cairan sehingga volume cairan tubuh semakin
overload (Zaya, 2012). Retensi cairan menyebabkan edema paru dan
edema perifer (AHA, 2001) sehingga pasien gagal jantung dapat
kembali mengalami rawat inap ulang akibat eksaserbai dari gejala
CHF.
(34)
Universitas Sumatera Utara
1.3
Kerangka Teori
Gambar 2.3 Kerangka Teori
ETIOLOGI
1. Penyakit Jantung Koroner
2. Hipertensi
3.
Cardiomiopathy
4. Kelainan Katup Jantung
5. Aritmia
6. Alkohol & Obat-obatan
Gagal Jantung Kongestif
Rawat Inap
Stabil
Gangguan Kardiovaskular
(Iskemik dan Infark Miokard, Hipertensi
tidak terkontrol, AF, PVD, Demam
reumatik)
Gangguan Fungsi Paru
(Infeksi, Penyakit paru obstruktif, Edema
Paru, Efusi Pleura)
Gangguan Fungsi Ginjal
(Acute Tubular Necrosis, Gagal Ginjal
Akut, Gagal Ginjal Kronis)
Pengaruh Psikososial
(Ketidakpatuhan terapi dan diet, depresi,
kurangnya dukungan keluarga dan
Rawat Inap Ulang
Meninggal
Dunia
Berobat
Jalan
(35)
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Prevalensi penyakit gagal jantung kongestif semakin meningkat. Hal ini
sebanding dengan prevalensi rawat inap pasien gagal jantung yang juga terus
meningkat. Banyak faktor yang mempengaruhi pasien gagal jantung kongestif yang
sudah keluar dari rumah sakit untuk kembali menjalani rawat inap ulang diantaranya
ketidakpatuhan terhadap terapi dan diet, infeksi, perburukan dari jantung itu sendiri
dan lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian rawat inap ulang
berhubungan erat dengan sosiodemografi dari pasien gagal jantung kongestif seperti
usia, jenis kelamin dan pekerjaan.
Selain itu, tingkat keparahan gagal jantung kongestif menurut klasifikasi
NYHA juga berhubungan dengan kejadian rawat inap ulang pasien gagal jantung
kongestif. Adapun indikator yang penting dalam kejadian rawat inap ulang pasien
gagal jantung kongestif ialah seberapa sering pasien tersebut menjalani rawat inap
ulang dan berapa lama pasien gagal jantung kongestif menjalani rawat inap ulang.
Kejadian rawat inap ulang pasien gagal jantung kongestif menjadi salah satu
indikator prognosis bagi pasien gagal jantung kongestif. Apakah pasien tersebut akan
bertahan (
survival
), meninggal dunia atau justru pulang secara paksa.
(36)
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik
Sosiodemografi
o
Usia
o
Jenis Kelamin
o
Status Pekerjaan
Klasifikasi gagal jantung
Frekuensi rawat inap
ulang
Durasi rawat inap ulang
Faktor-faktor Penyebab
Survival/Hasil Akhir
Klinis
Berdasarkan uraian diatas terdapat beberapa poin yang akan dianalisis sebagai
karakteristik dari pasien gagal jantung kongestif dengan rawat inap ulang. Adapun
kerangka konsep penelitian berdasarkan teori diatas adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1. Bagan kerangka konsep penelitian
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel
Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Hasil
Pengukuran
Skala
1
Rawat inap
ulang
Manajemen perawatan
pasien gagal jantung
kongestif dimana pasien
diinapkan di rumah sakit
dengan frekuensi lebih
dari 1 kali selama tahun
2012
Rekam
Medis
Tidak, apabila
hanya 1 kali
menjalani
rawat inap
selama 2012
Ya, apabila
menjalani
rawat inap
ulang selama
2012
Nominal
Pasien Gagal Jantung
Kongestif dengan Rawat Inap
Ulang
(37)
Universitas Sumatera Utara
2
Gagal
Jantung
Kongestif
Penyakit gangguan
struktur dan fungsi
jantung dengan
diagnosis gagal jantung
kongestif berdasarkan
kriteria diagnostik
Framingham
(1 atau 2 kriteria mayor
+ 2 kriteria minor)
Rekam
Medis
Ya, apabila
berdasarkan
kriteria
diagnostik,
pasien
didiagnosis
menderita
gagal jantung
kongestif
Tidak, jika
berdasarkan
kriteria
diagnostik
pasien
didiagnosis
tidak menderita
gagal jantung
kongestif
Nominal
3 Usia
Usia pasien gagal
jantung kongestif
dengan rawat inap ulang
yang tercatat di rekam
medis
Rekam
medis
20-40 tahun
41-60 tahun
> 60 tahun
Ordinal
4
Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin pasien
gagal jantung kongestif
dengan rawat inap ulang
yang tercatat di rekam
medis
Rekam
medis
Laki-laki
Perempuan
Nominal
(38)
Universitas Sumatera Utara
5 Pekerjaan
Jenis mata pencaharian
pasien gagal jantung
kongestif dengan rawat
inap ulang yang tercatat
di rekam medis
Rekam
medis
Pensiunan
PNS
Pegawai swasta
Wiraswasta
Petani
Ibu rumah
tangga
Lain-lain
Nominal
6
Klasifikasi
Gagal
Jantung
Pengelompokan
tingkat/derajat
keparahan penyakit
gagal jantung
berdasarkan kriteria
New
York Heart Association
(NYHA)
Rekam
medis
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
Ordinal
7
Frekuensi
rawat inap
ulang
Frekuensi/seberapa
sering pasien gagal
jantung mengalami
rawat inap ulang selama
tahun 2012
Rekam
medis
1 kali
2 kali
3 kali
4 kali
rasio
8
Durasi
rawat inap
ulang
Jumlah hari rawat inap
ulang pasien gagal
jantung kongestif
Rekam
medis
Data lengkap di
dalam rekam
medis
Rasio
9
Faktor-faktor
pencetus
Faktor-faktor yang
menyebabkan pasien
gagal jantung kongestif
mengalami rawat inap
Rekam
medis
Data lengkap di
dalam rekam
medis
nominal
(39)
Universitas Sumatera Utara
ulang
10
Survival/Ha
sil akhir
klinis
Kondisi terakhir pasien
gagal jantung kongestif
setelah keluar dari
rumah sakit
Rekam
medis
Meninggal
dunia
Sembuh
Pulang paksa
Nominal
(40)
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif observasional dengan desain penelitian
yaitu
cross sectional
retrospektif, dimana peneliti menggunakan rekam medis untuk
mengetahui karakteristik dan faktor yang mempengaruhi kejadian rawat inap ulang
pasien gagal jantung kongestif.
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan pada bulan September 2013. Rumah sakit ini dipilih karena
merupakan rumah sakit tipe A dan menjadi rumah sakit rujukan utama untuk wilayah
Sumatera Utara dan sekitarnya.
4.3
Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien gagal jantung kongestif yang
tercatat dalam rekam medis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
pada Januari sampai Desember 2012.
4.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan metode
Total Sampling,
dimana semua subjek di populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
dimasukkan ke dalam sampel penelitian.
Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah :
1.
Kriteria Inklusi
a.
Pasien gagal jantung kongestif yang memiliki riwayat rawat inap
ulang, dimana rawat inap sebelumnya juga disebabkan oleh
penyakit gagal jantung kongestif.
b.
Rentang waktu antara rawat inap sebelumnya dengan rawat inap
ulangan masih dalam periode Januari sampai desember 2012.
c.
Pasien dengan data rekam medis yang lengkap
(41)
Universitas Sumatera Utara
4.5
Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang diperoleh dari bagian instalasi rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan. Pengumpulan data akan dilakukan dengan metode observasi
menggunakan rekam medis.
Gambar 4.1 Alur kerja penelitian
Rekam medis pasien gagal jantung kongestif di RSUP H. Adam Malik Medan
Kriteria inklusi
Karakteristik
Sosiodemografi
o
Usia
o
Jenis Kelamin
o
Status Pekerjaan
Klasifikasi gagal jantung
Frekuensi rawat inap ulang
Durasi rawat inap ulang
Faktor-faktor pencetus
Survival/Hasil Akhir Klinis
Pasien gagal jantung yang menjalani
rawat inap ulang selama 2012
Analisis sampel penelitian
(42)
Universitas Sumatera Utara
4.6
Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan diproses dan dianalisis dengan
menggunakan program aplikasi analisis statistik, untuk mengetahui karakteristik
pasien gagal jantung kongestif dengan rawat inap ulang di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan pada Januari sampai Desember 2012.
(43)
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang
berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, Kelurahan Kemenangan Tani,
Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah Sakit ini merupakan rumah sakit
umum daerah wilayah sumatera utara dan merupakan rumah sakit rujukan tipe
A. Pasien gagal jantung kongestif di RSUP Haji Adam Malik Medan
berjumlah 780 orang. Pasien gagal jantung kongestif yang mengalami rawat
inap ulang berjumlah 86 orang. Namun berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi maka sampel pada penelitian ini berjumlah 64 orang.
5.1.2 Distribusi Proporsi Berdasarkan Umur
Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Pasien Gagal Jantung Kongestif dengan
Riwayat Rawat Inap Ulang berdasarkan Umur di RSUP H. Adam
Malik Medan Januari-Desember 2012
Umur Persentase
(%)
20-40 tahun
31,3
41-60 tahun
50
>60 tahun
18,8
Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh bahwa kelompok usia yang paling
banyak mengalami rawat inap ulang ialah kelompok usia 41-60 tahun yang
berjumlah 32 orang (50%). Kemudian usia 20-40 tahun dengan persentase
31,3% (20 orang), sementara persentase untuk usia diatas 60 tahun sebesar
18,8% (12 orang).
(44)
Universitas Sumatera Utara
5.1.3 Distribusi Proporsi Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Pasien Gagal Jantung Kongestif dengan
Riwayat Rawat Inap Ulang Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP H.
Adam Malik Medan Januari - Desember 2012
Jenis Kelamin
Persentase (%)
Laki-laki 59,4
Perempuan 40,6
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki lebih
banyak mengalami rawat inap ulang dibanding perempuan, dimana 38 orang
pasien rawat inap ulang gagal jantung kongestif (59,4%) ialah laki-laki,
sedangkan 26 orang (40.6%) ialah perempuan.
5.1.4 Distribusi Proporsi Berdasarkan Status Pekerjaan
Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Pasien Gagal Jantung Kongestif dengan
Riwayat Rawat Inap Ulang berdasarkan Status Pekerjaan di RSUP
H. Adam Malik Medan Januari - Desember 2012
Status Pekerjaan
Persentase (%)
Honorer 1,6
IRT 18,8
Pensiun 7,8
Petani 9,4
PNS 18,8
Belum Bekerja
10,9
Wiraswasta 32,8
Berdasarkan tabel 5.3 Diperoleh bahwa pasien gagal jantung kongestif
yang mengalami rawat inap ulang paling banyak adalah wiraswasta dengan
jumlah pasien 21 orang (32,8%). Kemudian ibu rumah tangga dan pegawai
negeri sipil dengan jumlah pasien masing-masing 12 orang (18.8%). Jumlah
pasien rawat inap ulang gagal jantung kongestif dengan pekerjaan sebagai
petani 6 orang (9,4%), pensiunan 5 orang (7,8%) dan yang belum bekerja 7
orang (10,9%). Jumlah terkecil adalah pekerja honorer yang berjumlah 1
orang (1,6%).
(45)
Universitas Sumatera Utara
5.1.5 Distribusi Proporsi Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung Kongestif
Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Pasien Gagal Jantung Kongestif dengan
Riwayat Rawat Inap Ulang Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung
di RSUP H. Adam Malik Medan Januari - Desember 2012
Klasifikasi Gagal Jantung
Persentase (%)
II 28,1
III 64,1
IV 7,8
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh bahwa yang paling banyak
mengalami rawat inap ulang ialah pasien gagal jantung kongestif kelas III
dengan persentase 64,1% (41 orang), kemudian kelas II dengan jumlah 18
orang (28,1%) dan kelas IV dengan jumlah 5 orang (7,8%).
5.1.6 Distribusi Proporsi Berdasarkan Penyebab Gagal Jantung Kongestif
Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Pasien Gagal Jantung Kongestif dengan
Riwayat Rawat Inap Ulang berdasarkan Penyebab Gagal Jantung di
RSUP H. Adam Malik Medan Januari - Desember 2013
Penyebab Gagal Jantung
Persentase (%)
CAD 31,3
CAD +
Cardiomiopathy
1,6
CAD + HHD
15,6
CAD + Kelainan Katup
1,6
Cardiomiopathy
6,3
HHD 6,3
Kelainan Katup
36
Kelainan Katup + HHD
1,6
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa CAD merupakan
penyebab tersering penyakit gagal jantung kongestif. Gagal jantung yang
disebabkan oleh CAD saja berjumlah 20 orang (31,3%), sedangkan CAD
disertai HHD berjumlah 10 orang (15,6%), CAD disertai kelainan katup dan
CAD disertai
Cardiomiopathy
masing-masing berjumlah 1 orang (1,6%).
Penyebab lain yang cukup sering ialah kelainan katup dengan 23 pasien
(36%), sementara kelainan katup disertai CAD dan kelainan katup disertai
(46)
Universitas Sumatera Utara
HHD masing-masing berjumlah 1 orang (1,6%).
Cardiomiopathy
saja dan
HHD saja masing-masing 4 orang (6,3%).
5.1.7 Distribusi Proporsi Berdasarkan Frekuensi Rehospitalisasi
Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Pasien Gagal Jantung Kongestif dengan
Riwayat Rawat Inap Ulang Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap di
RSUP H. Adam Malik Medan Januari - Desember 2013
Frekuensi Rawat Inap Ulang
Persentase (%)
1 81,3
2 14,1
3 1,6
5 1,6
6 1,6
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa frekuensi rawat inap
ulang yang paling banyak dalam setahun di RSUP H. Adam Malik tahun 2012
ialah 1 kali rawat inap ulangan dengan jumlah pasien 52 orang (81,3%).
Kemudian rawat inap ulang 2 kali sebanyak 9 orang (14,1%). Rawat inap 3
kali, 5 kali dan 6 kali masing-masing sebanyak 1 orang (1,6%).
Dari hasil analisis bivariat untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi kejadian rawat inap ulang pasien gagal jantung kongestif
diperoleh tabel sebagai berikut
(47)
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7
Distribusi menurut kejadian rawat inap ulang dan variabel
independen di RSUP Haji Adam Malik Medan
Januari-Desember 2012
No. Variabel
Kategori
Frekuensi Rawat
Inap Ulang
OR
p
Value
1X (%) > 1X (%)
1. Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
84,2
76,9
15,8
23,1
1,6 0,463
2. Usia
<40 Tahun
>40 Tahun
75
84,1
25
15,9
0,568 0,388
3 Aktivitas
Fisik
Keterbatasan
Tanpa Keterbatasan
77,8
82,6
22,2
17,4
0,737 0,656
4
Status
Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
80
83,3
20
16,7
0,8 0,741
5
Lama
Rehospitalisasi
<7Hari
>7 Hari
79,1
82,5
20,8
17,5
0,806 0,741
6
Penyebab
Gagal Jantung
CAD
Non CAD
81,3
81,3
18,8
18,8
1 1
7
Penyebab
Rehospitalisasi
Kardiovaskular
Non Kardiovaskular
84,4
78,1
15,6
21,9
1,512 0,522
Berdasarkan tabel diatas diperoleh p value untuk semua variabel
>0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada satupun variabel
independen yang berhubungan dengan dengan kejadian rawat inap ulang
pasien gagal jantung kongestif di RSUP Haji Adam Malik. Berhubung
Dikarenakan semua variabel independen memiliki p value > 0,25 maka tidak
dapat dilanjutkan dengan uji analisis multivariat.
(48)
Universitas Sumatera Utara
5.1.8 Distribusi Proporsi Berdasarkan Penyebab Rawat Inap Ulang
Tabel 5.8
Distribusi Proporsi Pasien Gagal Jantung Kongestif dengan
Riwayat Rawat Inap Ulang Berdasarkan Penyebab Rawat Inap
Ulang di RSUP H. Adam Malik Medan Januari - Desember
2013
Penyebab Rawat Inap Ulang
Persentase (%)
AKI 1,6
ALI 1,6
APS 1,6
Atrial Fibrilasi
17,2
Bronkitis 1,6
Demam Reumatik Recurrent
6,3
Edema Paru
1,6
Efusi Pleura
7,8
Hipertensi 1,6
Intoksikasi Digitalis
1,6
NSTEMI 4,7
Percutaneous Cardiac Intervention
7,8
Pneumonia 15,6
Pneumonia + AKI
3,1
Pneumonia + Atrial Fibrilasi
1,6
Pneumonia + Sepsis
1,6
PPOK 3,1
Coronary Artery Bypass Grafting
4,7
Sepsis 3,1
STEMI 4,7
TB Paru
4,7
TB Paru + Atrial Fibrilasi
1,6
Trombosis Koroner
1,6
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rawat inap ulang paling
sering disebabkan oleh Pneumonia. Pneumonia saja berjumlah 10 orang
(15,6%), Pneumonia disertai AKI 2 orang (3,1%), Pneumonia disertai atrial
fibrilasi dan Pneumonia disertai sepsis masing-masing 1 orang (1,6%). Selain
Pneumonia, Kelainan pada sistem respirasi yang menyebabkan pasien gagal
jantung mengalami rawat inap ulang diantaranya ialah PPOK dengan jumlah 2
pasien (3,1%), kemudian TB Paru dengan 3 pasien (4,7%) dan TB paru
(49)
Universitas Sumatera Utara
disertai atrial fibrilasi 1 pasien (1,6%). 1 orang pasien menjalani rawat inap
ulang akibat edema paru, 5 orang pasien (7,8%) akibat efusi pleura dan 1
orang akibat bronkitis.
Salah satu penyebab paling sering pasien gagal jantung kongestif
kembali menjalani rawat inap ulang ialah atrial fibrilasi, dimana ditemukan 11
orang pasien (17,2%), Kelainan kardiovaskular lain seperti demam reumatik
recurrent
sebanyak 4 pasien (6,3%), STEMI dan NSTEMI masing-masing 3
orang pasien (4,7%), hipertensi krisis 1 orang, trombosis koroner 1 orang, dan
Acute Limb Injury
1 orang (1,6%).
Selain kelainan kardio-respirasi penyebab lain ialah
Acute Kidney
Injury
1 orang,
Antiphospholipid syndrome
1 orang,
Liver Congestion
1
orang, dan intoksikasi digitalis 1 orang . Kemudian intervensi medis juga
mengharuskan seorang pasien gagal jantung kongestif untuk mengalami rawat
inap ulang seperti PCI dan CABG (
Coronary artery Bypass Grafting
).
Dimana ada 5 orang pasien (7,8%) dengan PCI dan 3 pasien (4,7%) dengan
CABG.
5.1.9 Distribusi Proporsi Berdasarkan Hasil Akhir Klinis
Tabel 5.9
Distribusi Proporsi Pasien Gagal Jantung Kongestif dengan
Riwayat Rawat Inap Ulang berdasarkan Hasil Akhir Klinis di
RSUP H. Adam Malik Medan Januari - Desember 2013
Hasil Akhir Klinis
Persentase (%)
Pindah Rumah Sakit
1,6
Dapat Berobat Jalan
85,9
Pulang Paksa
3,1
Meninggal Dunia
9,4
Berdasarkan tabel diatas hasil akhir klinis yang paling banyak ialah
dapat berobat jalan 55 orang (85,9%). Kemudian meninggal dunia sebanyak 6
pasien (9,4%), 2 orang pulang paksa (3,1%) dan pindah rumah sakit 1 orang
(1,6%).
(50)
Universitas Sumatera Utara
5.1.10 Lama Rawatan Rata-Rata Pasien Gagal Jantung Kongestif dengan
Rawat Inap Ulang
Tabel 5.10
Lama Rawatan Rata-Rata Pasien Gagal Jantung Kongestif
dengan Rawat Inap Ulang di RSUP H. Adam Malik Medan
Januari - Desember 2013
Lama Rawatan Rata-Rata
Penderita Gagal Jantung dengan Rawat Inap Ulang
Mean 10.97
Standard Deviasi
8.670
Varian 75.174
Nilai Maksimum
53
Nilai Minimum
2
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh bahwa lama rawatan rata-rata
pasien gagal jantung kongestif dengan rawat inap ulang ialah 11 hari. Lama
rawatan paling lama yaitu 53 hari dan paling cepat yaitu 2 hari.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Prevalensi Rawat Inap Ulang Pasien Gagal Jantung Kongestif
Berdasarkan hasil penelitian, pasien gagal jantung kongestif yang
menjalani rawat inap ulang di RSUP Haji Adam Malik sebanyak 86 orang
dari 780 pasien gagal jantung kongestif yang menjalani rawat inap dengan
persentase sebesar 11,02%. Hasil ini mendekati hasil survey
National Institute
for Cardiovascular Outcome Research
(NICOR) yaitu 18,43% pasien gagal
jantung kongestif akan mengalami rawat inap ulang. Hasil penelitian ini
memiliki perbedaan signifikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Tsucihashi
et.al.
(2001), dimana 40% pasien gagal jantung kongestif
mengalami rawat inap ulang dalam 1 tahun. Hal yang sama juga diperoleh
dari hasil penelitian Majid (2010) yaitu 52,21% pasien gagal jantung
kongestif mengalami rawat inap ulang.
(51)
Universitas Sumatera Utara
5.2.2 Distribusi Proporsi Berdasarkan Umur
Usia menjadi salah satu faktor resiko untuk kejadian rawat inap ulang.
Selain itu usia juga menjadi salah satu unsur yang menentukan prognosis
pasien gagal jantung kongestif. Semakin bertambah usia maka akan semakin
bertambah pula resiko seseorang untuk menderita gagal jantung kongestif
(Philbin dan Disalvo,2004). Tidak hanya penyakit jantung, penyakit yang
berhubungan dengan organ tubuh lainnya juga akan semakin rentan seiring
dengan pertambahan usia. Hal ini dikarenakan perubahan anatomis, fisiologi
dan patologi anatomi tubuh pada orang dengan usia lanjut (Farid, 2006).
Semakin bertambah usia maka semakin rentan pasien gagal jantung kongestif
untuk mengalami rawat inap ulang.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kelompok usia 21-40
lebih rendah prevalensinya dibanding kelompok usia 41-60 tahun. Kelompok
usia diatas 60 tahun lebih rendah dibandingkan dengan kelompok usia 41-60
tahun Perbedaan yang ada mungkin dikarenakan usia harapan hidup di
Indonesia lebih rendah dibanding negara-negara maju. Sehingga jumlah
kasus yang dapat ditemukan pada usia diatas 60 tahun rendah.
Menurut Krumholz (2000), rata-rata usia pasien rawat inap gagal
jantung ialah 78,9 tahun, kemudian menurut penelitian Zai
et.al.
(2013) dari
Harvard Medical School
diperoleh usia rata-rata pasien gagal jantung yang
mengalami rawat inap ulang ialah 66,8 tahun. Hasil tersebut berbeda dengan
hasil penelitian ini, dimana usia rata-rata ialah 47,1 tahun. Hal ini juga
disebabkan usia harapan hidup di Indonesia yang lebih rendah dibandingkan
dengan Negara-negara maju. Pada penelitian ini juga banyak ditemui pasien
usia muda (20-30 tahun) akibat kelainan katup, sementara sampel penelitian
Krumholz merupakan pasien gagal jantung berusia lanjut yang penyakit gagal
jantungnya sebagian besar disebabkan oleh penyakit gangguan kardiovaskular
bersifat kronik seperti penyakit jantung koroner dan hipertensi yang lebih
sering diderita oleh pasien berusia lanjut.
(1)
13.
Uji Chi Square Jenis Kelamin Dengan Hasil Akhir Klinis
survival Total
Meninggal dunia
Tidak Meninggal Dunia
Sex Laki-laki 3 35 38
Perempuan 3 23 26
Total 6 58 64
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .241a 1 .623
Continuity Correctionb .003 1 .956
Likelihood Ratio .237 1 .626
Fisher's Exact Test .680 .469
Linear-by-Linear Association .237 1 .626
N of Valid Cases 64
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.44. b. Computed only for a 2x2 table
14.
Uji Chi Square Usia Dengan Hasil Akhir Klinis
survival Total
Meninggal dunia
Tidak Meninggal Dunia
umur
=< 40 tahun 4 16 20
> 40 tahun 2 42 44
Total 6 58 64
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 3.865a 1 .049
(2)
Universitas Sumatera Utara
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.88.b. Computed only for a 2x2 table
15.
Uji Chi Square Status Pekerjaan Dengan Hasil Akhir Klinis
survival Total
Meninggal dunia
Tidak Meninggal Dunia
kerja Bekerja 3 37 40
Tidak bekerja 3 21 24
Total 6 58 64
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .441a 1 .506
Continuity Correctionb .049 1 .825
Likelihood Ratio .429 1 .513
Fisher's Exact Test .664 .402
Linear-by-Linear Association .434 1 .510
N of Valid Cases 64
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.25. b. Computed only for a 2x2 table
16.
Uji Chi Square Keterbatasan Aktivitas Fisik Dengan Hasil Akhir Klinis
survival Total
Meninggal dunia
Tidak Meninggal Dunia
aktivitasfisik
Tanpa Keterbatasan Fisik yang berarti
1 17 18
Keterbatasan fisik 5 41 46
Total 6 58 64
(3)
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .430a 1 .512
Continuity Correctionb .032 1 .858
Likelihood Ratio .473 1 .492
Fisher's Exact Test .667 .454
Linear-by-Linear Association .423 1 .515
N of Valid Cases 64
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.69. b. Computed only for a 2x2 table
17.
Uji Chi Square Frekuensi Rehospitalisasi Dengan Hasil Akhir Klinis
survival Total
Meninggal dunia
Tidak Meninggal Dunia
rehos
1 x rehospitalisasi 4 48 52
> 1 x rehospitalisasi 2 10 12
Total 6 58 64
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .924a 1 .336
Continuity Correctionb .170 1 .680
Likelihood Ratio .807 1 .369
Fisher's Exact Test .312 .312
Linear-by-Linear Association .910 1 .340
N of Valid Cases 64
(4)
Universitas Sumatera Utara
18.
Uji Chi Square Durasi Rehospitalisasi Dengan Hasil Akhir Klinis
survival Total
Meninggal dunia
Tidak Meninggal Dunia
lama =< 7 Hari 2 22 24
> 7 Hari 4 36 40
Total 6 58 64
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .049a 1 .825
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .050 1 .823
Fisher's Exact Test 1.000 .598
Linear-by-Linear Association .048 1 .826
N of Valid Cases 64
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.25. b. Computed only for a 2x2 table
(5)
L
(6)