Universitas Sumatera Utara
2.2 Rawat Inap Ulang Pasien Gagal Jantung Kongestif
2.2.1 Epidemiologi
Rawat inap ulang atau readmission pada penyakit gagal jantung kongestif diakibatkan oleh eksaserbasi dari gejala klinis gagal jantung kongestif. Beberapa
dipicu oleh faktor concomitant kardiovaskular seperti takiaritmia, unstable coronary syndrome. Selain itu juga bisa disebabkan oleh gangguan Serebrovaskular dan
ketidakpatuhan dalam diet dan terapi AHA, 2009. Rawat inap menjadi salah satu pilihan terapi bagi pasien gagal jantung
kongestif. Berdasarkan hasil National Institute for Cardiovascular Outcomes Research NICOR tahun 2011 disebutkan bahwa periode April hingga Maret 2011
diperoleh 36.901 pasien yang menjalani rawat inap. Dari 36.901 pasien yang menjalani rawat inap, 30.099 pasien menjalani rawat inap yang pertama dengan
durasi rata-rata 11 hari, sedangkan 6.802 pasien menjalani rawat inap ulang atau rehospitalisasi dengan durasi rata-rata 13 hari.
Menurut penelitian Tsuchihashi et. al. tahun 1999 sekitar 40 pasien gagal jantung kongestif menjalani rawat inap ulang dalam 1 tahun setelah rawat inap
sebelumnya. 10 tahun berikutnya menurut penelitian Majid 2010 persentase pasien gagal jantung yang menjalani rawat inap ulang sebesar 52.
Rehospitalisasi menjadi salah satu faktor yang menentukan prognosis gagal jantung kongestif. Pasien yang mengalami rehospitalisasi, 50 meninggal pada 6
bulan setelah rehospitalisasi dan 25-35 meninggal pada 12 bulan setelah rehospitalisasi AHA, 2009. Menurut studi yang dilakukan Zaya 2012 bahwa
setelah menjalani rawat inap yang ke dua atau ketiga resiko kematian bagi pasien gagal jantung kongestif sebesar 30.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Rawat Inap Ulang
Kejadian rawat inap ulang pasien gagal jantung kongestif terjadi karena eksaserbasi dari gejala klinis overload volume dan penurunan cardiac
output. Gejala yang menyebabkan pasien CHF mengalami rehospitalisasi ialah Angina nyeri dada, sesak nafas dan Edema. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi rehospitalisasi pasien CHF ialah :
a. Faktor Kardiovaskular Salah satu gangguan kardiovaskular yang menyebabkan rawat inap
ulang ialah iskemik dan infark miokard. Infark miokard dapat berupa STEMI ST Elevation Miocard Infarction ataupun NSTEMI Non ST Elevation
Miocard Infarction. Infark miokard menyebabkan jantung kekurangan nutrisi untuk berkontraksi terutama ventrikel. Adanya thrombosis pada arteri koroner
sebagai cabang utama yang memperdarahi miokardium juga menyebabkan kekurangan nutrisi pada miokardium yang menyebabkan kegagalan kontraksi
ventrikel. Kegagalan kontraksi ventrikel menyebabkan penurunan ejection fraction Zaya, 2012. Penurunan ejection fraction menyebabkan peningkatan
volume cairan tubuh yang memperparah kondisi pasien CHF. Faktor lainnya ialah hipertensi yang tidak terkontrol. Hipertensi tidak
terkontrol merupakan faktor komorbid yang menyebabkan rawat inap ulang sebanyak 41 melalui mekanisme peningkatan afterload Zaya, 2012.
Demam reumatik merupakan gejala yang ditimbulkan akibat sequele dari infeksi Streptococcus grup A pada saluran nafas atas. Infeksi tersebut
menyebabkan tubuh membentuk antibodi untuk menyerang antigen tubuh sendiri yang menyerupai Streptococcus grup A. Salah satunya terdapat pada
katup jantung Parrilo, 2012. Demam Reumatik paling sering menyebabkan regurgitasi mitral. Regurgitasi mitral meningkatkan preload sehingga terjadi
peningkatan volume di jantung. Peningkatan volume jantung memaksa jantung untuk berkontraksi lebih kuat agar darah tersebut dapat didistribusi ke
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara seluruh tubuh Lip G.Y.H., Gibbs C.R., Beevers D.G., 2000, kondisi ini
memperburuk kondisi pasien CHF. Selain itu beberapa faktor lain seperti atrial fibrilasi, pemanjangan
interval QT dan takikardi juga turut berperan dalam perburukan gejala klinis yang mengharuskan pasien gagal jantung menjalani rawat inap ulang Zaya,
2012. Beberapa penyakit Peripheral Vascular Disease PVD seperti Acute
Limb Ischemic ALI, Deep Vein Trombosis DVT biasanya terjadinya secara bersamaan dengan atrial fibrilasi. Gejala yang muncul ialah nyeri, parasthesia
bahkan ganggren pada ekstremitas yang mengalami iskemik Kasirajan, 2007.
b. Faktor Non-Kardiovaskular 1. Faktor Psikososial
Ketidakpatuhan terhadap terapi tentu akan memperburuk kondisi umum dari pasien gagal jantung kongestif. menurut studi
analitik yang dilakukan majid 2010, 72.5 pasien gagal jantung yang menjalani rawat inap ulang disebabkan oleh ketidakpatuhan
terhadap terapi. Sedangkan ketidakpatuhan terhadap diet sebesar 73. ketidakpatuhan terhadap terapi bisa disebabkan oleh karena depresi,
sehingga pasien tidak patuh terhadap terapi dan memiliki pola makan yang tidak sesuai dengan anjuran.
Selain itu, dukungan keluarga dan lingkungan sekitar juga penting. Kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar pasien menjadi
faktor independen yang menyebabkan kejadian rawat inap ulang pasien gagal jantung kongestif. 57 pasien gagal jantung yang
menjalani rawat inap ulang kurang mendapat dukungan dari keluarga dan sosial Majid, 2010.
2. Penyakit Paru
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Pneumonia dan penyakit obstruksi paru seperti Asma dan
PPOK menyebabkan kejadian rawat inap ulang sebesar 28 setelah 6-9 bulan sebelumnya menjalani rawat inap Zaya, 2012.
Infeksi paru seperti tuberkulosis, pneumonia dan bronkitis merupakan gangguan pada intrapulmonal. Gejala yang ditimbulkan
ialah nyeri dada, sesak nafas, batuk dan batuk darah Ginzburg, 2006. Sesak nafas dan nyeri dada merupakan gejala yang menyebabkan
pasien gagal jantung mengalami rehospitalisasi. Gagal jantung kongestif menyebabkan edema paru akibat
retensi cairan tubuh AHA, 2001. Namun, edema paru sendiri dapat memperparah kondisi CHF. Penumpukan cairan di alveolus paru
menimbulkan sesak nafas. Berbeda dengan edema paru, efusi pleura terjadi penumpukan cairan di ekstraparu intrathorakal. Hal ini
menyebabkan paru tidak dapat mengembang secara maksimal yang menimbulkan short of breathness.
3. Penggunaan Obat Obat anti inflamasi non-steroid OAINS digunakan untuk
menghentikan inflamasi melalui mekanisme penghambatan COX sehingga tidak terbentuk prostaglandin Katzung, 2010.
Pada pasien gagal jantung kongestif terjadi vasokontriksi vaskular sebagai mekanisme sistem RAA dan aktivasi sistem simpatis.
Kondisi ini menyebabkan tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk vasodilatasi. Salah satunya ialah pelepasan prostaglandin PGL
sebagai vasodilator Page, 2000. Penggunaan OAINS pada pasien gagal jantung kongestif akan menghambat pembentukan PGL. Hal ini
tentu akan memperparah kondisi pasien gagal jantung kongestif. Digitalis atau digoksin merupakan obat yang hingga saat ini
masih sering digunakan dalam terapi pasien kardiovaskular termasuk CHF. Namun, penggunaan dosis tinggi ataupun adanya gangguan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara fungsi ginjal menyebabkan intoksikasi digitalis. Salah satu efek
samping yang ditimbulkan ialah disritmia, mual, muntah dan diare Suprobo et. al., 2011. Hal ini menyebabkan eksaserbasi gejala CHF
berupa sesak nafas dan nyeri dada sehingga kembali menjalani rawat inap ulang.
4. Penyakit Imun Antiphospholipid Syndrome APS ialah penyakit autoimun
yang membentuk antibodi untuk menyerang phospoholipid. Akibatnya timbul thrombosis di arteri atau vena Belilos, 2012. Sumbatan dapat
terjadi diberbagai tempat salah satunya di jantung. Antiphospholipid menimbulkan thrombosis pada arteri koroner jantung dan penerasan
katup jantung Tincani et.al.,2006. Kerusakan yang timbulkan oleh antibodi ini menambah beban kerja jantung sehingga semakin
memperparah kondisi pasien CHF. 5. Gangguan Fungsi Ginjal
Acute Kidney Injury AKI atau Acute Renal Failure ARF merupakan salah satu gangguan fungsi ginjal yang menyebabkan
penurunan Glomerular Filtration Rate GFR. Pada AKI, pemeriksaan fungsi ginjal memperlihatkan adanya peningkatan nilai Blood Urea
Nitrogen BUN dan kreatinin, dengan ration BUN terhadap kreatinin 20 : 1 Workeneh, 2013. Peningkatan nilai BUN dan Penurunan GFR
menyebabkan retensi cairan sehingga volume cairan tubuh semakin overload Zaya, 2012. Retensi cairan menyebabkan edema paru dan
edema perifer AHA, 2001 sehingga pasien gagal jantung dapat kembali mengalami rawat inap ulang akibat eksaserbai dari gejala
CHF.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1.3 Kerangka Teori