Gangguan Kulit dan Dekubitus Meilisa Maretta Arif, S.Ked406080047
d. Derajat 4. Kulit seluruhnya mengalami kerusakan yang lebih lanjut, ada
jaringan yang nekrosis, kerusakan dari otot, tulang atau jaringan pendukung seperti tendon dan joint kapsul. Derajat 4 ini dapat mengakibatkan infeksi
pada tulang atau sendi.
Lokasi tersering pada pasien yang berbaring adalah di samping atau belakang kepala, siku, punggung, panggul, lutut, atau di mana pun bagian yang
bersentuhan dengan tempat tidur dengan jangka waktu lama. Hal ini terlihat pada gambar berikut:
Pada pasien yang menggunakan kursi roda dan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk duduk juga dapat terkena dekubitus, lokasi-lokasi yang
sering terkena dekubitus terlihat pada gambar di bawah ini:
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
258
Gangguan Kulit dan Dekubitus Meilisa Maretta Arif, S.Ked406080047
FAKTOR RESIKO
Pasien-pasien tua yang tidak mampu bergerak seperti: stroke, demensia lanjut, patah tulang panggul, inkontinensia, malnutrisi, diabetes mellitus, pemakaian urin
kateter, fraktur merupakan pasien-pasien yang berisiko tinggi untuk terkena ulkus dekubitus. Banyak faktor resiko bagi berkembangnya ulkus dekubitus, namun semua
penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan untuk bergerak meningkatkan faktor resiko tersebut. Penelitian pada orang-orang tua yang dipasang alat penghitung otomatis
pada tempat tidurnya ditemukan bahwa pada pasien dengan 51 gerakan spontan pada malam hari tidak menyebabkan dekubitus, namun pada 90 pasien dengan 20 gerakan
spontan pada malam hari mengalami dekubitus.
Peningkatan umur meningkatkan angka terjadinya dekubitus. Umur berhubungan dengan berubahnya fisiologi di kulit pasien.
Jadi faktor risiko dekubitus pada lansia adalah : D
: Delirium, dementia, dependence.
E : Elderly.
K : Kontraktur.
U : Urinary incontinence.
B : Bowel incontinence.
I : Immobility.
T : Tension oxygen low.
U : Under nourishment.
S : Spastic.
Skala Norton sering dipakai untuk mengidentifikasi pasien-pasien dengan risiko tinggi, dimana pada skala ini menggunakan 5 variabel yaitu: kondisi fisik, status mental,
derajat aktivitas, mobilitas, inkontinensia.
Skala Norton Untuk Mendeteksi Pasien Berisiko Terkena Ulkus Dekubitus. Nama Pasien
Skor Tanggal
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
259
Gangguan Kulit dan Dekubitus Meilisa Maretta Arif, S.Ked406080047
Kondisi fisik
umum: - Baik
- Lumayan - Buruk
- Sangat buruk 4
3 2
1
Kesadaran: - Compos mentis
- Apatis - Soporconfuse
- Stuporkoma 4
3 2
1
Aktifitas: - Ambulan
- Ambulan dengan bantuan
- Hanya bisa duduk - Tidur
4 3
2 1
Mobilitas: - Bergerak bebas
- Sedikit terbatas - Sangat terbatas
- Tak bisa bergerak 4
3 2
1
Inkotinensia: - Tidak ada
- Kadang-kadang - Sering inkotinensia
urn - Inkotinensia urin
dan alvi 4
3 2
1
Skor total
KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi akibat dekubitus adalah :
Sepsis merupakan komplikasi yang paling sering dari dekubitus.
Infeksi lokal, selulitis, dan osteomielitis.
Pyarthrosis atau ulkus yang berpenetrasi ke rongga sendi. Hal ini terjadi pada dekubitus yang terinfeksi sangat dalam.
Amyloidosis terjadi pada dekubitus kronik.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
260
Dengan penilaian Skor 12
= resiko tinggi Skor 12 – 13 = resiko sedang
Skor 14 = resiko rendah
Gangguan Kulit dan Dekubitus Meilisa Maretta Arif, S.Ked406080047
Hal ini juga menjadi sumber penularan nokosomial di rumah sakit karena resistensi dari antibiotic.
Tanda-tanda mulainya terjadi infeksi dari ulkus adalah :
Terdapat nanah pus yang berwarna kuning atau hijau.
Tercium bau tidak enak dari luka.
Di sekitar luka memerah, membengkak dan empuk saat dipegang fluktuasi. Tanda-tanda infeksi tersebut sudah meluas adalah :
Suhu meningkat, tidak bisa konsentrasi, detak jantung cepat dan lemah.
PENATALAKSANAAN
Tindakan pencegahan adalah langkah pertama dalam menghindari timbulnya dekubitus. Selain mengurangi biaya perawatan, pencegahan terjadinya ulkus dekubitus
juga merupakan langkah yang dapat mempertahankan kualitas hidup pasien. Pencegahan untuk mencegah terjadinya luka dekubitus terdiri dari 3 kategori, yaitu :
1. Perawatan kulit dan penanganan dini a. Diawali dengan mengenal penderita yang beresiko tinggi untuk
terjadinya dekubitus. b. Meramalkan akan terjadinya dekubitus dengan memakai skor Norton.
Skor di bawah 14 menunjukkan adanya resiko tinggi terjadinya dekubitus.
c. Menjaga kebersihan kulit penderita dengan memandikan setiap hari. Sesudah dikeringkan dengan baik, digosok dengan lotion, terutama di
bagian kulit yang terdapat tonjolan-tonjolan tulang. Bisa juga dibubuhkan bedak tabur secara teratur. Sambil digosok di lakukan masase untuk
melancarkan sirkulasi darah ke kulit.
d. Meningkatkan status kesehatan penderita Umum : memperbaiki dan menjaga keadaan umum penderita, misalnya
hipoalbuminemia dikoreksi, nutrisi dan hidrasi yang cukup, vitamin C dan mineral Zn ditambahkan.
Khusus : mengobati penyakit-penyakit yang ada pada penderita, misalnya DM yang belum terkontrol dengan baik, paru, dsb.
e. Mengurangi meratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran darah Alih posisi tidur selang-seling paling lama tiap 2 jam sekali yaitu : 2
jam miring ke kiri, 2 jam terlentang, 2 jam miring ke kanan.
2. Penggunaan berbagai matras atau kasur Saat ini telah dikembangkan berbagai macam kasur anti dekubitus yang berisi
sabut kelapa keset, karena serabut-serabut halus pada keset sabut kelapa tersebut dapat lebih melancarkan peredaran darah, sehingga oksigenasi ke jaringan-
jaringan tubuh yang iskemik juga dapat diperbaiki. Selain kasur dari bahan sabut kelapa juga telah banyak dibuat bantal anti dekubitus yang juga terbuat dari
bahan sabut kelapakeset tersebut. Kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi pada tubuh
penderita. Karena pada kasur tidur busa biasa, berat tubuh pasien hanya
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
261
Gangguan Kulit dan Dekubitus Meilisa Maretta Arif, S.Ked406080047
didistribusikan pada beberapa tempat tertentu, sehingga resiko terjadi dekubitus menjadi besar.
Gambar 1. Penderita berbaring terlentang di atas kasur busa biasa.
Berat tubuh penderita akan didistribusikan pada beberapa tempat tertentu. Resiko terjadinya dekubitus besar sekali.
Gambar 2. Penderita berbaring terlentang di atas kasur biasa, tetapi dibantu dengan beberapa bantal kecil penyangga tubuh.
Berat tubuh berhasil dibagi lebih merata, sehingga resiko terjadinya dekubitus diperkecil.
Gambar 3.Penderita berbaring di atas kasur khusus kasur anti dekubitus dengan memakai sistem gelombang udara yang naik turun bergantian.
Berat tubuh lebih berhasil dibagi merata, resiko dekubitus lebih diperkecil.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
262
Gangguan Kulit dan Dekubitus Meilisa Maretta Arif, S.Ked406080047
Gambar 4.Penderita berbaring di atas kasur air, dengan temperatur air dapat diatur sesuai yang diinginkan.
Beban berat tubuh benar-benar merata pada seluruh bagian tubuh yang kontak dengan alas, sehingga faktor tekanan sangat diperkecil dan resiko terjadinya
dekubitus akibat faktor ini menjadi minimal. Regangan pada kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah
setempat terganggu, dapat dikurangi antara lain dengan cara: -
Menjaga posisi pasien, apakah dengan ditidurkan rata di tempat tidurnya, atau didudukkan di kursi.
- Memberi bantalan dari balok penyangga pada kedua kaki, bantal-bantal kecil
untuk menahan tubuh penderita, “kue donat” dekubitus ring untuk tumit, ini semua dapat mendukung usaha pencegahan dan pengobatan dekubitus.
3. Edukasi pasien Tim medis yang terlibat didalam edukasi pasien agar menyadari bahwa
tindakannya dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pasien untuk mencegah terjadinya luka dekubitus, akan sangat mempengaruhi pasien
untuk melakukan tindakan-tindakan pencegahan terjadinya dekubitus.
Pengobatan bila sudah terjadi dekubitus Bila sudah terjadi dekubitus, maka harus ditentukan terlebih dulu derajat dari
dekubitus tersebut. Karena tindakan medisnya akan disesuaikan dengan derajat tersebut.
a. Dekubitus derajat I Bila reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, maka kulit yang
kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, lalu diberi lotion, kemudian dimasase 2-3 kali sehari.
b. Dekubitus derajat II Perawatan ulkus luka yang sudah terjadi harus memenuhi syarat-syarat aseptik
dan antiseptik. Daerah yang luka digosok dengan es dan dihembus dengan udara hangat
bergantian untuk merangsang sirkulasi. Dapat diberikan salep antibiotik topikal untuk merangsang tumbuhnya jaringan mudagranulasi. Penggantian balutan dan
salep jangan terlalu sering karena dapat merusak pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
c. Dekubitus derajat III Ulkus lebih dalam, ulkus menggaung sampai pembungkus otot dan sudah
terinfeksi, maka diusahakan luka selalu bersih dan eksudat diusahakan dapat
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
263
Gangguan Kulit dan Dekubitus Meilisa Maretta Arif, S.Ked406080047
mengalir keluar. Balutan jangan terlalu tebal, sebaiknya transparan sehingga permeabel untuk masuk-keluarnya udara oksigen dan penguapan. Kelembaban
luka dijaga agar tetap basah, karena dapat mempermudah regenerasi sel-sel kulit. Luka yang kotor dapat dicuci dengan larutan NaCl fisiologis dan diberi
antibiotik lokal dan sistemik. Pilihan untuk antibiotik lokal : Salep kloramfenikol 2. Pilihan untuk antibiotik sistemik : antibiotik spektrum luas, seperti
amoksisilin 4 x 500 mg selama 15-30 hari , atau siklosporin 1-2 ghari selama 3- 10 hari.
d. Dekubitus derajat IV Terdapat perluasan ulkus sampai ke tulang dan sering disertai jaringan nekrotik.
Maka semua langkah-langkah di atas tetap dilakukan dan jaringan nekrotik yang ada harus dibersihkan, karena akan menghalangi pertumbuhan jaringan
epitelisasi. Setelah jaringan nekrotik dibuang dan luka bersih, penyembuhan luka dapat secara alami. Beberapa usaha mempercepat penyembuhan dengan
memberikan oksigenasi pada daerah luka, tindakan dengan ultrasono untuk membuka sumbatan-sumbatan pembuluh darah dan transplantasi kulit setempat.
Setelah ulkus sembuh, harus diperhatikan kemungkinan timbulnya kembali ulkus di daerah yang sama
Proses penyembuhan luka dekubitus Penyembuhan luka dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
1. Fase inflamasi lag fase