Persepsi dan partisipasi masyarakat desa sekitar hutan terhadap sistem PHBM di Perum Perhutani (Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat)

(1)

HUTAN TERHADAP SISTEM PHBM DI PERUM PERHUTANI

(Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat)

SUKESTI BUDIARTI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(2)

PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA SEKITAR

HUTAN TERHADAP SISTEM PHBM DI PERUM PERHUTANI

(Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat)

SUKESTI BUDIARTI

E14063032

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(3)

RINGKASAN

SUKESTI BUDIARTI. E14063032. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Desa Sekitar Hutan Terhadap Sistem PHBM di Perum Perhutani (Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat). Dibimbing oleh SUDARYANTO

Hutan merupakan salah satu kekayaan Negara Indonesia yang dikelola oleh Negara untuk kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan hutan dilakukan oleh salah satu Badan Umum Milik Negara (BUMN) yaitu Perum Perhutani KPH Cianjur yang mengelola hutan secara lestari untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Keberhasilan sistem PHBM ini dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa hutan dapat dilihat dari persepi dan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan PHBM Perum Perhutani KPH Cianjur. Jika persepsi masyarakat semakin tinggi maka tingkat partisipasi masyarakat dalam melakukan kegiatan PHBM semakin tinggi , sehingga kegiatan PHBM akan berjalan sesuai rencana dan kesejaheraan masyarakat meningkat.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu Kabupaten Cianjur pada bulan September sampai dengan bulan Oktober 2010. Data yang digunakan yaitu data primer berupa kuesioner dan data sekunder berupa data monografi desa. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan PHBM, mengetahui persepsi dan partisipasi serta memperoleh informasi mengenai faktor-faktor internal (usia, pendidikan, jumlah keluarga, pendapatan, pengalaman bertani dan jenis pekerjaan) dan eksternal (luas lahan milik) yang mempengaruhi persepsi dan partisipasi masyarakat. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 90 responden. Responden ini di wawancarai dengan menggunakan kuesioner dan data yang diperoleh dianalisis dengan analisis kuantitatif dan kualitatif.

Data penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kegiatan PHBM dibedakan menjadi kegiatan di dalam kawasan hutan seperti penanaman tanaman pokok, penebangan, tumpangsari dan penanaman kopi. Kegiatan di luar kawasan hutan meliputi ternak kambing, ternak sapi dan kegiatan di bidang sosial meliputi pembangunan sarana dan pasarana umum. Kegiatan ini mempengaruhi persepsi masyarakat sebesar 85,56% dari 90 responden memiliki persepsi yang tinggi terhadap kegiatan PHBM karena mereka merasakan manfaat dari kegiatan PHBM. Persepsi yang tinggi ini mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan PHBM. Tingkat partisipasi masyarakat Desa Sukajembar dan Desa Sukaratu berada pada kriteria Rendah sedangkan tingkat partisipasi masyarakat Desa Sukamekar berada pada kriteria Sedang. Pembentukan persepsi masyarakat Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu dipengaruhi oleh faktor internal seperti pengalaman bertani dan jenis pekerjaan dan faktor internal yang mempengaruhi partisipasi dari ketiga desa yaitu jenis pekerjaan dan pendidikan formal yang telah ditempuh oleh masyarakat. Luas lahan milik sebagai faktor eksternal ikut mempengaruhi persepsi dan partisipasi masyarakat di Desa Sukajembar dan Desa Sukaratu.


(4)

SUMMARY

SUKESTI BUDIARTI. E14063032. Public Perception and Participation of Forest Margin Villages Community Toward System Perum Perhutani’s FMC System (Case of Cianjur KPH Office of Perum Perhutani Unit III, West Java). Under the Supervision of SUDARYANTO

Forest is one of Indonesia's State assets managed by the State for the welfare of the community. Forest management carried out by one of the General Board of State-Owned Enterprise (SOE) is Perhutani office KPH Cianjur who manage forests sustainably to improve the welfare of the community with a system with the Community Forest Management (FMC). The success of FMC systems in improving the welfare of rural community can be seen from the perception and public participation in FMC activities Perhutani office KPH Cianjur. If the public perception of the higher the level of community participation in FMC activities higher, so that FMC activities will go as planned and for the walfare society increases.

The research was conducted in the village Sukajembar, village Sukamekar and village Sukaratu Cianjur regency in September to October 2010. The data used are primary data in the form of questionnaires and secondary data monograph village. The purpose of this research is to know the implementation of FMC activities, perception and participation as well as obtain information about internal factors (age, education, number of family, income, farming experience and type of work) and external (owned land area) that influence perceptions and participation community. The number of respondents used in this experiment were 90 respondents. These respondents are interviewed by using questionnaires and data were analyzed with quantitative and qualitative analysis

The research data showed that the FMC activities are divided into activities in forest areas such as staple crop planting, harvesting, intercropping and planting coffee. Activities outside the forest area include goats, cattle and social activities in the field include the construction of infrastructure and public pasarana. These activities affect the public perception of 85.56% from 90 respondents have a high perception of FMC activities because they feel the benefits of FMC activities. This high perception affects people's participation in FMC activities. The level of community participation in village Sukaratu and village Sukajembar located on Lower criteria while the level of community participation in village Sukamekar located on medium criteria. Establishment of public perception Sukajembar Village, Village Sukamekar and Village Sukaratu influenced by internal factors such as farming experience and the type of work and internal factors that influence the participation of the three villages namely the type of work and formal education which has been adopted by the community. Area of land as external factor influence the perceptions of and participation in rural communities village Sukajembar and village Sukaratu.


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Desa Sekitar Hutan Terhadap Sistem PHBM di Perum Perhutani (Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

Sukesti Budiarti E14063032


(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Desa Sekitar Hutan Terhadap Sistem PHBM di Perum Perhutani (Kasus di KPH Cianjur Perum Perutani Unit III, Jawa Barat )

Nama Mahasiswa : Sukesti Budiarti

Nomot Pokok : E14063032

Departemen : Manajemen Hutan

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Sudaryanto

NIP: 19480310 198003 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Manajemen Hutan IPB

Dr.Ir.Didik Suharjito, MS NIP: 19630401 199403 1 001


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 23 Agustus 1988 dari pasangan Budi Paryono dan Sutiah. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis yaitu Taman Kanak-kanak (TK) Angkasa Ria II pada tahun 1993-1994, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) Curug IV pada tahun 1994-2000, kemudian pada tahun 2000-2003 penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 7 Depok dan kemudian melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI) Panglima Besar Sudirman (PBS) pada tahun 2003-2006. Setelah lulus SMAI pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan berikutnya dengan menimba ilmu di Perguruan Tinggi Negeri Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), setelah satu tahun penulis mengikuti pendidikan Tingkat Persiapan Bersama (TPB) ditingkat pertama, selanjutnya penulis memilih Departemen Manajemen Hutan sebagai Mayor pada tahun kedua hingga sekarang.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi yaitu pengurus DKM Ibaddurahman dan pengurus Human Resource Development

(HRD) Himpro Manajemen Hutan Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2007-2008, pengurus Public Relation (PR) FMSC dan Sekretaris

International Forest Student Association Local Committe IPB (IFSA-LC IPB) pada tahun 2008-2009 dan pada tahun 2009-2010 menjadi bendahara IFSA LC-IPB. Selain itu penulis juga aktif dalam kepanitiaan diantaranya anggota panitia Bina Desa FMSC tahun 2007-2008, anggota panitia Beat The Heat tahun 2007, anggota panitia divisi acara Temu Manajer tahun 2008, ketua divisi Dana Usaha E-Green dan anggota panitia divisi PR (Public Relation) International Foterst Student Symphosium (IFSS) tahun 2008.

Penulis juga aktif melakukan praktek kerja lapang (magang) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi tahun 2007, Lintas Alam tahun 2008, Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di BKPH Sancang dan


(8)

BKPH Kamojang tahun 2008, asisten praktikum Inventarisasi Sumberdaya Hutan tahun 2008, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di HPGW tahun 2009 dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Austal Byna, Sikui-Kalimantan Tengah tahun 2010. Penulis melakukan praktek khusus (penelitian) dengan judul Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Desa Sekitar Hutan Terhadap Sistem PHBM di Perum Perhutani (Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat) di Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu di bawah bimbingan Ir. Sudaryanto sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Program Studi Manajemen Hutan IPB.


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Desa Sekitar Hutan Terhadap Sistem PHBM di Perum Perhutani (Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat) dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Sudaryanto atas arahan, pemikiran dan bimbingannya selama ini serta segenap pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya tulis ini, sehingga dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pembaca. Akhirnya dengan kemampuan yang terbatas dan dengan segala kekurangan, Penulis memiliki harapan semoga karya kecil ini memiliki manfaat untuk penulis, pembaca, Pehutani serta dunia pendidikan dengan memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat sehingga dapat lebih bijaksana dalam mengelola dan memanfaatkan hutan.

Bogor, Maret 2011


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terimaksih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, dukungan dan semangat, baik selama penyusunan proposal, penelitian di lapangan, hingga penyusunan karya tulis ini.

Ucapan terimaksih yang tulus diucapkan oleh penulis kepada :

1. Ayah (Budi Paryono) dan Ibu (Sutiah), Kakak (Taufiq Prabowo dan Taufiq Hidayat), Adik (Nur Septiasari), Kakak Ipar (Anisa dan Suliana) dan Keponakan (Gilang Pratama Putra) yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, semangat, nasihat, harapan dan doa yang tak pernah terputus. 2. Bapak Ir. Sudaryanto selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi

yang telah senantiasa memberikan nasihat, pemikiran, arahan, pengalaman dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Surdiding Ruhendi, M.Sc, bapak Dr. Ir. Omo Rusdiana, M.Sc, dan Ibu Resti Meilani, S.hut, M.Si sebagai dosen penguji pada sidang komprehensif dan telah memberikan ilmu serta nasihat-nasihat kehidupan. 4. Ibu Siti, Ibu Yeli, Pak Yayat, Pak Dudi dan Pak Herlizyah dari KPH Cianjur

yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di KPH Cianjur dan telah banyak membantu dalam berjalannya penelitian dengan berdiskusi dan bertukar pikiran.

5. Bapak Didi Asper Sukanegara Selatan, Pak Juhana, Pak Yadi dan Pak Hendrik sebagai ketua LMDH serta keluarga yang banyak membantu dalam penelitian ini.

6. Sahabat Kos Pondok Irafan (Linda Z., Wiwin, Ani, Nesya, Ayu, Surya, Listi, Ridha, mba Lia dan mba Dian) yang telah menemani dan menghibur serta memberikan saran-saran dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh sahabat-sahabat FE (Andre, Andi, Yayat, Danesh, Linda S., Hania, Rahma dan Rika) atas dukungan dan kerjasama membantu memberikan semangat dan saran serta kesediaan membantu mempersiapkan seminar dan sidang.


(11)

8. Seluruh sahabat MNH 43 yang selalu kompak, kreatif dan menghibur di setiap saat (Dhani, Kris, Amel, Asri, Anita, Ifah, Sifa, Dola, Elisda, Miranti, Suci, Yani, Mae, Putri, Andin, Hasan, Macik, Ice, Aris, Agus, Cindera, Bayu, Zi, Upi, Devi, Ica, Budi, Subhan, dan Ifki) dan teman-teman MNH 43 lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu. MNH 42 yang telah membantu dan memberikan ilmu (Kak Afwan, Kak Sidiq, Kak Tantri, Ka Canny dan Kak Rofik).

9. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah turut membantu dan memberikan sumbangsih yang tidak ternilai terhadap penulisan skripsi ini.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) .... 5

2.1.1 Sejarah PHBM di Perum Perhutani ... 5

2.1.2 Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat ... 7

2.1.3 Pengertian Masyarakat Desa Hutan ... 9

2.1.4 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) ... 10

2.2 Persepsi ... 11

2.3 Partisipasi ... 12

2.4 Motivasi ... 15

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran ... 17

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

. 3.3 Alat dan Bahan ... 20

3.4 Sasaran Penelitian ... 20

3.5 Metode Pengambilan Data ... 20

3.5.1 Penentuan Desa Contoh dan Jumlah Responden ... 20

3.5.2 Jenis Dara dan Pengumpulan Data ... 22

3.6 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 23

3.6.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 27

3.6.2 Uji Korelasi dan Analisis Data Hubungan antar Peubah .... 28

3.7 Definisi Operasional ... 31

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Luas dan Batas Desa Penelitian ... 34

4.1.1 Desa Sukajembar ... 34

4.1.2 Desa Sukamekar ... 34

4.1.3 Desa Sukaratu ... 34

4.2 Kondisi Tofografi dan Kelerengan ... 34

4.3 Iklim dan Curah Hujan ... 35

4.4 Jenis Tanah ... 36

4.5 Status Lahan Desa Hutan ... 36


(13)

4.7 Mata Pencaharian ... 38

4.8 Pendidikan ... 40

4.9 Biologi ... 42

4.9.1 Vegetasi ... 42

4.9.2 Satwa ... 42

4.10 Sosial, Ekonomi dan Budaya ... 43

4.10.1 Sosial-Ekonomi ... 43

4.10.2 Budaya ... 43

4.11 Indeks Pembangunan Manusia Kota Cianjur ... 44

4.12 Perkembangan Pengelolaan Hutan KPH Cianjur ... 45

4.12.1 Perkembangan Wilayah Kerja ... 45

4.12.2 Produksi ... 45

4.12.3 Kegiatan PHBM ... 46

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Perum Perhutani KPH Cianjur ... 48

5.1.1 Kegiatan-kegiatan PHBM di Perum Perhutani KPH Cianjur ... 50

5.2 Karakteristik Responden Terpilih ... 62

5.2.1 Umur Responden ... 65

5.2.2 Pendidikan Formal Responden ... 67

5.2.3 Jumlah Anggota Keluarga Responden ... 68

5.2.4 Luas Lahan Milik Responden ... 69

5.2.5 Pendapatan Responden ... 70

5.2.6 Pengalaman Bertani Responden ... 71

5.2.7 Jenis Pekerajaan Responden ... 73

5.3 Persepsi, Motivasi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Kegiatan PHBM ... 74

5.3.1 Persepsi Masyarakat dalam Kegiatan PHBM ... 74

5.3.2 Motivasi Masyarakat dalam Kegiatan PHBM ... 79

5.3.3 Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan PHBM ... 80

5.4 Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi Persepsi dan Partisipasi 88 5.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Terhadap Kegiatan PHBM ... 88

5.4.2 Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat pada Tahapan Kegiatan ... 91

5.4.3 Faktor Ekternal yang Mempengaruhi Persepsi dan Partisipasi……….. 98

5.5 Peningkatan Pendapatan Masyarakat ... 102

5.5.1 Kontribusi Kegiatan PHBM Terhadap Pendapatan Masyarakat ……….. 102

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 104

6.2 Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Daftar Desa dan LMDH di Kabupaten Cianjur ... 21

2. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 23

3. Skor Pertanyaan pada Persepsi ... 24

4. Kategori Tingkat Persepsi ... 24

5. Skor Pertanyaan Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Perencanaan ... 24

6. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Perencanaan ... 25

7. Skor Pertanyaan Partisipasi dalam Tahap Pelaksanaan ... 25

8. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Pelaksanaan ... 25

9. Skor Pertanyaan Partisipasi dalam Tahap Pemanfaatan ... 25

10. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Pemanfaatan ... 25

11. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan PHBM ... 26

12. Data dan Pengolahan Karakteristik Responden ... 27

13. Tingkat Reliabilitas Metode Alpha Cronbach ... 28

14. Tingkat Keeratan Hubungan antar Variabel ... 31

15. Indikator Partisipasi Responden pada Tahap Kegiatan PHBM ... 33

16. Klasifikasi Kelerengan KPH Cianjur ... 35

17. Fungsi Kawasan Hutan KPH Cianjur ... 35

18. Status Lahan Desa Sukajembar, Sukamekar dan Sukaratu ... 37

19. Klasifikasi Penduduk Desa Sukajembar Berdasarkan Umur ... 37

29. Klasifikasi Penduduk Desa Sukamekar Berdasarkan Umur... 37

21. Klasifikasi Penduduk Desa Sukaratu Berdasarkan Umur ... 38

22. Klasifikasi Masyarakat Desa Sukajembar Berdasakan Mata Pencaharian . 38 23 Klasifikasi Masyarakat Desa Sukamekar Berdasarkan Mata Pencaharian. 39 24. Klasifikasi Masyarakat Desa Sukaratu Berdasarkan Mata Pencaharian .... 39

25. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sukajembar ... 40

26. Sarana Umum Desa Sukajembar ... 40

27. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sukamekar ... 40

28. Sarana Umum Desa Sukamekar ... 41

29. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sukaratu ... 41

30. Sarana Umum Desa Sukaratu… ………. 42


(15)

32. Kegiatan LMDH Wana Sukamekar ... 56

33. Kegiatan LMDH Ratu Kencana ... 60

34. Karakteristik Responden Desa Sukajembar ... 63

35 Karakteristik Responden Desa Sukamekar ... 64

36. Karakteristik Responden Desa Sukaratu ... 65

37. Nilai Validitas dari Pertanyaan Persepsi ... 74

38. Tingkat Persepsi Responden Terhadap Sistem PHBM ... 75

39. Tingkat Motivasi Masyarakat….……….………. 80

40 Nilai Validitas Pertanyaan Perencanaan ... 81

41. Tingkat Partisipasi Responden Tahap Perencanaan ... 82

42. Nilai Validitas Pertanyaan Pelaksanaan ... 83

43. Tingkat Partisipasi Responden Tahap Pelaksanaan ... 84

44. Nilai Validitas Pertanyaan Pemanfaatan ... 85

45 Tingkat Partisipasi Responden pada Tahapan Pemanfaatan ... 86

46. Tingkat Partisipasi Masyarakat ... 88

47. Hubungan Faktor Internal dengan Persepsi Masyarakat dengan Uji Spearman ... 89

48. Hubungan Faktor Internal dengan Persepsi Masyarakat dengan Uji Chi-Kuadrat ... 89

49. Hubungan faktor Internal dengan Partisipasi Masyarakat Tahap Perencanaan dengan Uji Spearman ... 91

50. Hubungan Faktor Internal dengan Partisipasi Masyarakat Tahap Perencanaan dengan Uji Chi-Kuadrat ... 91

51. Hubungan Faktor Internal dengan Partisipasi Masyarakat Tahap Pelaksanaan dengan Uji Spearman ... 93

52. Hubungan Faktor Internal dengan Partisipasi Masyarakat Tahap Pelaksanaan dengan Uji Chi-Kuadrat ... 94

53. Hubungan Faktor Internal dengan Partisipasi Masyarakat Tahap Pemanfaatan dengan Uji Spearman ... 95

54. Hubungan Faktor Internal dengan Partisipasi Masyarakat Tahap Pemanfaatan dengan Uji Chi-Kuadrat ... 95

55. Hubungan Faktor Internal dengan Partisipasi Masyarakat dengan Uji Spearman ... 97


(16)

56. Hubungan Faktor Internal dengan Partisipasi Masyarakat dengan

Uji Chi-Kuadrat ... 97 57. Hasil Uji Faktor Eksternal Terhadap Persepsi dengan Uji Spearman ... 99 58. Hasil Uji Faktor eksternal Terhadap Partisipasi Masyarakat dengan Uji

Spearman ... 100 59. Data Pendapatan Masyarakat dari Hasil Hutan dan Non Hutan ... 102


(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Proses Pembentukan Persepsi ... 12

2. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 19

3. Histogram IPM Kota Cianjur ... 44

4. Kegiatan LMDH Tumpangsari Cabai dan Kopi ... 54

5. Kegiatan LMDH Ternak Sapi dan Tumpang Sari Sawi ... 58

6. Hitogram Umur Responden antar Desa ... 66

7. Histogram Perbandingan Jenjang Pendidikan antar Desa. ... 67

8. Histogram Perbandingan Jumlah Anggota Keluarga antar Desa ... 69

9. Histogram Perbandingan Luasan Lahan Responden antar Desa ... 70

10. Histogram Pendapatan Responden dari Setiap Desa ... 71

11. Histogram Pengalaman Bertani Responden antar Desa ... 72

12. Histogram Perbandingan Jenis Pekerjaan disetiap Desa ... 73


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Pengkodean Karakteristik Responden, Persepsi dan Partisipasi Desa

Sukajembar ... 109

2. Pengkodean Karakteristik Responden, Persepsi dan Partisipasi Desa Sukamekar ... 110

3. Pengkodean Karakteristik Responden, Persepsi dan Partisipasi Desa Sukaratu ... 111

4. Pendapatan Masyarakat Desa Sukajembar dari Kegiatan Hutan ... 112

5. Pendapatan Masyarakat Desa Sukamekar dari Kegiatan Hutan ... 118

6. Pendapatan Masyarakat Desa Sukaratu dari Kegiatan Hutan. ... 123

7. Pendapatan Masyarakat Desa Sukajembar dari Kegiatan Non Hutan ... 129

8. Pendapatan Masyarakat Desa Sukamekar dari Kegiatan Non Hutan ... 133

9. Pendapatan Masyarakat Desa Sukaratu dari Kegiatan Non Hutan ... 138

10. Pendapatan Total Masyarakat Desa Sukajembar ... 143

11. Pendapatan Total Masyarakat Desa Sukamekar ... 144

12. Pendapatan Total Masyarakat Desa Sukaratu ... 145

13. Dokumentasi Kegiatan LMDH ... 146

14. Implementasi Kegiatan LMDH Desa Sukajembar ... 148

15. Implementasi Kegiatan LMDH Desa Sukamekar ... 151

16. Implementasi Kegiatan LMDH Desa Sukaratu ... 154

17. Sketsa Peta Lokasi Lahan Garapan Responden Desa Sukajembar ... 156

18. Sketsa Peta Lokasi Lahan Garapan Responden Desa Sukamekar ... 157

19. Sketsa Peta Lokasi Lahan Garapan Responden Desa Sukaratu ... 158

20. Perjanjian Kerjasama LMDH ... 159

21. Form Penilaian LMDH ... 164

22. Peta Lokasi Penelitian Desa Sukajembar ... 172

23. Peta Lokasi Penelitian Desa Sukamekar ... 173


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Menurut Suharjito (1998), kepemilikan sumberdaya alam hutan memiliki status

public property. Sesuai dengan UUD 1945 bahwa bumi, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya adalah rahmat Tuhan dan dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut UU No. 41 Tahun 1999, salah satu penyelenggaraan kehutanan bertujuan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi, yang seimbang dan lestari. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran bahwa dalam pengelolaan hutan sebagai sumberdaya alam dengan status public property bermanfaat untuk kemakmuran rakyat sehingga perlu adanya kerjasama dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan secara lestari. Karena dalam prakteknya penyelenggara Negara ditangani oleh lembaga milik negara, maka lembaga milik negara itulah yang memegang mandat rakyat dan mempertanggungjawabkan penyelenggaraan kegiatan terhadap rakyat.

Perusahaan kehutanan di Indonesia yang memiliki status sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Perum Perhutani maupun berstatus swasta seperti HPH, telah memiliki kegiatan yang terencana untuk mempertahankan eksistensinya dan menjadi good business. Kegiatan yang akan dilakukan harus disesuaikan dengan tujuan perusahaan. Salah satu contohnya adalah kegiatan yang berbasis sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Perum Perhutani.

Kegiatan-kegiatan yang berbasis sistem tersebut dilakukan bersama pula dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan Pemerintah Daerah serta


(20)

pihak terkait lainnya. PHBM merupakan salah satu sistem kerja sama dalam mengelola hutan yang dikenalkan oleh Departemen Kehutanan dan Perkebunan yang memiliki tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang hidup di dalam dan di sekitar hutan.

Pelaksanaan sistem PHBM bukanlah sekedar untuk merealisasikan kewajiban yang bersifat tanggung jawab moral, tetapi kegiatan PHBM diharapkan mampu menjadi salah satu bentuk kekuatan investasi sosial (social investment) yang dapat menghadirkan ketenangan berusaha serta meningkatkan interaksi sosial, ekonomi, dan budaya antara komunitas sosial masyarakat dengan unit manajemen perusahaan dan diharapkan mampu mewujudkan terciptanya aspek perlindungan dan keamanan hutan.

Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Perhutani untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan perlindungan serta keamanan hutan yang salah satu diantaranya adalah sistem PHBM. Namun pada kenyataannya di lapangan, terkadang sistem PHBM belum berjalan sesuai rencana sehingga sistem PHBM belum dirasa optimal manfaatnya bagi Perhutani dan masyarakat. Maka untuk mengetahui apakah program PHBM sudah dipandang optimal manfaatnya atau belum bagi Perhutani dan masyarakat diperlukan penggalian informasi dengan melakukan penelitian untuk mengkaji persepsi masyarakat dan partisipasi masyarakat terhadap sistem PHBM di Perhutani. Penggalian informasi dari persepsi dan partisipasi masyarakat membantu Perum Perhutani untuk mengetahui dan mengevaluasikan kegiatan yang sudah dilakukan sudah memiliki manfaat atau belum memiliki manfaat bagi masyarakat desa hutan.

1.2 Perumusan Masalah

Rendahnya tingkat kesejahteraan hidup masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan disebabkan karena beberapa faktor diantaranya adalah tingkat pendidikan dan pengetahuan rendah, akses Sumber Daya Alam (SDA) rendah, keterampilan rendah, ketidakberdayaan dan pengangguran serta resistensi terhadap perubahan. Hal ini dipengaruhi oleh letak desa hutan yang berada di sepanjang batas hutan relatif lebih jauh dari pusat pemerintahan, pusat pendidikan dan pusat pertumbuhan ekonomi, serta bercirikan areal pertanian tadah hujan.


(21)

Beberapa permasalahan di atas mendorong Perhutani sebagai BUMN untuk melakukan kegiatan yang bergerak dibidang kehutanan dan berkewajiban mengelola hutan dengan salah satu tujuan yang dijelaskan oleh undang-undang No. 41 tahun 1999 bahwasanya pengelolaan hutan dilakukan dengan tujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Masyarakat diharapkan dapat membantu melaksanakan pengelolaan hutan secara lestari dan masyarakat dapat merasakan manfaat hutan dalam kehidupan. Maka Perhutani mencanangkan sistem PHBM dengan pola kolaborasi yang bersinergi antara Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau para pihak yang berkepentingan dalam upaya mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya hutan yang optimal dan peningkatan Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) yang bersifat fleksibel, partisipatif dan akomodatif.

Sistem ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang hidup di dalam dan di sekitar hutan serta diharapkan mampu mewujudkan terciptanya aspek perlindungan dan keamanan hutan. Namun kenyataannya di lapangan, upaya Perhutani tersebut belum terlaksana secara optimal dan masih memiliki kendala yang harus ditangani secara cepat agar tujuan sistem ini tersampaikan dan manfaat sistem PHBM ini dirasakan optimal oleh masyarakat.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka dapat dirinci beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut :

1. Peranan sistem PHBM terhadap kehidupan masyarakat desa sekitar hutan. 2. Persepsi masyarakat terhadap sistem PHBM dan tingkat partisipasi mereka

dalam sistem PHBM.

3. Faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi persepsi dan partisipasi masyarakat dalam melakukan kegiatan PHBM.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pelaksanaan kegiatan-kegiatan PHBM di Perum Perhutani KPH Cianjur.

2. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap sistem PHBM dan partisipasi mereka dalam kegiatan PHBM di KPH Cianjur.

3. Memperoleh Informasi mengenai faktor-faktor internal dan ekternal yang mempengaruhi persepsi dan partisipasi masyarakat dalam sistem PHBM.


(22)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi kepada Perhutani tentang persepsi dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan berbasis sistem PHBM di Perum Perhutani.

2. Memberikan informasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi persepsi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan PHBM.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) 2.1.1 Sejarah Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Perum Perhutani

Perum Perhutani dalam kaitannya dengan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) ini memiliki sejarah panjang dari masa ke masa dengan landasan utama kerja sama. Pada masa Kolonial Belanda, pemerintah Hindia Belanda membutuhkan tenaga kerja murah untuk kerja hutan. Oleh karena itu, diciptakan sistem tumpang sari dalam kegiatan penanaman hutan, dengan memberikan kesempatan kepada tenaga kerja penanaman hutan (pesanggem) untuk nama palawija (tanaman pangan) dalam mencukupi kebutuhan pangannya. Dalam pelaksanaannya, banyak diterapkan persyaratan-persyaratan tertentu yang berkaitan dengan kepentingan pihak kehutanan atau pengelola hutan. Selain itu, masyarakat diikat dengan kontrak untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban tertentu yang berkaitan dengan pengelolaan hutan dengan imbalan (uang kontrak) yang jumlahnya relatif sangat kecil. Selain itu, pemerintah Hindia Belanda juga mewajibkan pemerintah desa pada saat itu untuk menyediakan tenaga blandong (Suharjito 2000).

Pada pertengahan tahun 1970-an FAO dan SIDA mempertemukan kelompok ahli tentang kehutanan dan pembangunan masyarakat lokal. Hasil pertemuan itu telah mendorong untuk menggali kembali pengalaman-pengalaman berbagai program kehutanan masyarakat yang diselenggarakan dibeberapa Negara, antara lain social forestry di India, village woodlots di Korea, forest villages di Thailand, village forestation di Tanzania dan tumpangsari di Jawa. Upaya pengembangan kehutanan masyarakat mendapatkan dukungan dari para ahli dan praktisi kehutanan sedunia dengan mengadakan Kongres Kehutanan Sedunia VIII pada 16-28 Oktober 1978 di Jakarta dengan tema pokok ‘Forest for People’. Gagasan forest for people dalam perkembangannya dituntut bukan hanya diwujudkan melalui penyediaan hasil hutan bagi masyarakat atau melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan, melainkan juga menempatkan masyarakat


(24)

sebagai aktor utama pengelolaan hutan, baik sebagai pengelola hutan yang di usahakan pada lahan sendiri maupun lahan Negara (Suharjito 2000).

Dalam kepustakaan terdapat beberapa istilah yang digunakan secara bergantian atau saling melengkapi yakni community forestry, social forestry,

participatory farm forestry, agroforestry dan lain-lain. Pada umumnya istilah

social forestry digunakan sebagai istilah payung yang mencakup program-program dan kegiatan kehutanan yang sedikit atau banyak melibatkan peranan masyarakat atau rakyat lokal atau yang dikembangkan untuk kepentingan masyarakat banyak.

Pardo (1995) dalam Suharjito (2000) menyatakan bahwa pada tahap akhir perkembangan social forestry adalah perubahan yang fundamental pada peranan pemerintah, dari sebagai pengelola lahan (Land Manager) menjadi penyuluh (Extension forester). Dari konsepsi-konsepsi social/communityforestry yang telah dijelaskan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan pengertian bagi praktek kehutanan masyarakat, yaitu sistem pengelolaan hutan yang dilakukan oleh individu, komunitas, atau kelompok pada lahan Negara, lahan komunal, lahan adat atau lahan milik (individual/rumah tangga) untuk memenuhi kebutuhan individu/rumah tangga dan masyarakat, serta diusahakan secara komersial.

Negara Indonesia dikenal beberapa istilah berkaitan dengan sistem pengelolaan hutan yang bermaksud menempatkan masyarakat sebagai pelaku utamanya, yaitu perhutanan sosial, kehutanan masyarakat, kehutanan sosial dan hutan kemasyarakatan. Kartasubrata (1988) memandang bahwa perhutanan sosial, kehutanan sosial dan hutan kemasyarakatan sebagai padanan kata dengan istilah

social forestry. Istilah perhutanan sosial digunakan pertama kali dalam penyelenggaraan program oleh Perum Perhutani di Jawa pada tahun 1986 dan proyek percontohan oleh kantor Wilayah Departemen Kehutanan yang salah satunya adalah di Belangian. Pengembangan program perhutanan sosial oleh Perum Perhutani di Jawa merupakan penyempurnaan program-program prosperity approach, yaitu intensifikasi tumpangsari dan PMDH (Pembinaan Masyarakat Desa Hutan.)

Perkembangan ini mendorong Perhutani membuat sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat yang dikenal dengan PHBM pada tahun 1999 yang


(25)

berbeda dengan kegiatan yang berbasiskan masyarakat seperti MALU (Mantri Lurah), Pengelolaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH), perhutanan sosial dan lain sebagainya. Sistem PHBM ini menempatkan masyarakat menjadi mitra sejajar Perum Perhutani yang mampu membangun, melindungi, dan memanfaatkan sumberdaya hutan di dalam sistem PHBM. Perum Perhutani bersama-sama dengan stakeholder lain yang aktif memfasilitasi masyarakat untuk menumbuhkembangkan budaya dan tradisi pengelolaan sumberdaya hutan di lahan-lahan desa pada beberapa wilayah yang kurang berkembang. Sistem ini diangankan secara mendasar dapat berbagi kewenangan, berbagi tugas, dan dengan demikian dapat membangun model pengelolaan hutan bersama yang sejati, serta akhirnya berbagi hasil secara adil dengan masyarakat sekitar hutan. Oleh karena itu, maka budaya tanggung jawab masyarakat terhadap pengelolaan hutan dapat terbangun dan pada akhirnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat itu sendiri (Suharjito 2000).

2.1.2 Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)

Pengelolaan Sumberdaya Hutan adalah kegiatan yang meliputi penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya hutan, pemanfaatan sumberdaya hutan dan kawasan hutan, serta perlindungan sumberdaya hutan konservasi alam. Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat merupakan kebijakan perusahaan yang menjiwai strategi, struktur dan budaya perusahaan dalam pengelolaan sumberdaya hutan. Jiwa yang terkandung dalam pengelolaan sumberdaya hutan bersama masyarakat merupakan kesediaan perusahaan, masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan untuk berbagi dalam pengelolaan sumberdaya hutan sesuai dengan kaidah-kaidah keseimbangan, keberlanjutan, kesesuaian dan keselarasan (Natalia 2005).

Menurut Keputusan Direksi PT. Perhutani (Persero) yang sekarang menjadi Perum Perhutani No. 001/KPTS/DIR/2002 tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) merupakan suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan bersama oleh Perum Perhutani dengan Masyarakat desa hutan atau Perum Perhutani dan Masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proposional.


(26)

Salah satu maksud dan tujuan dilaksanakannya PHBM untuk memberikan arah pengelolaan sumberdaya hutan dengan memadukan aspek ekonomi, ekologi, dan sosial secara proporsional dan profesional. Peningkatan peran dan tanggung jawab yang dilakukan oleh Perum Perhutani, masyarakat desa hutan dan pihak lain yang berkepentingan terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan, melalui pengelolaan sumberdaya hutan dengan model kemitraan.

Dalam Keputusan tersebut dimaksud dengan :

1. Masyarakat desa hutan adalah kelompok orang yang bertempat tinggal di desa hutan dan melakukan kegiatan yang berinteraksi dengan sumberdaya hutan untuk mendukung kehidupannya.

2. Kelompok masyarakat desa hutan adalah perkumpulan orang-orang desa hutan berbentuk kelompok ekonomi, kelompok sosial maupun kelompok budaya yang tumbuh dari keswadayaan.

3. Pihak yang berkepentingan adalah pihak-pihak di luar perusahaan dan masyarakat desa hutan yang mempunyai perhatian dan berperan mendorong proses optimalisasi serta berkembangnya PHBM, yaitu Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga Ekonomi Masyarakat, Lembaga Sosial Masyarakat, Usaha swasta, Lembaga pendidikan dan Lembaga Donor.

Adapun Tujuan Pengelolaan hutan bersama masyarakat secara lengkap sebagaimana disebutkan yaitu :

1. Meningkatkan tanggung jawab perusahaan, masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan.

2. Meningkatkan peran perusahaan, masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan terhadap pengelolaan sumberdaya hutan.

3. Menyelaraskan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan sesuai dengan kegiatan pembangunan wilayah sesuai dengan kondisi dan dinamika sosial masyarakat desa hutan.

4. Meningkatkan mutu sumberdaya hutan sesuai karakteristik wilayah.

5. Meningkatkan pendapatan perusahaan, masyarakat desa hutan serta pihak yang berkepentingan secara stimulan.


(27)

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat digantungkan berbagai harapan yang diantaranya, bahwa melalui PHBM keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan terasa lebih nyata. PHBM memiliki semangat kebersamaan yang mengandung arti berbagi, baik dalam peran, ruang, waktu maupun keuntungan.

PHBM dimaksudkan memberikan akses kepada masyarakat (kelompok masyarakat) di sekitar hutan dan para pihak terkait (stakeholder) sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing untuk mengelola hutan secara partisipatif tanpa mengubah status dan fungsi hutan berlandaskan azas manfaat, kelestarian, kebersamaan, kemitraan, keterpaduan, kesederajatan dan bagi hasil (system sharing) (Perhutani 2001). Dengan demikian, masyarakat dapat ikut berperan serta secara aktif dalam mengelola hutan, sehingga diharapkan akan tumbuh rasa memiliki dan rasa turut bertanggung jawab terhadap keberadaan dan kelestarian hutan.

2.1.3 Pengertian Masyarakat Desa Hutan

Masyarakat (community) adalah sekumpulan orang yang mendiami suatu tempat tertentu, yang terikat dalam suatu norma, nilai dan kebiasaan yang disepakati bersama oleh kelompok yang bersangkutan. Berdasarkan pada tipologinya, masyarakat desa hutan adalah masyarakat yang mendiami wilayah yang berada disekitar atau di dalam hutan dan mata pencaharian (pekerjaan) masyarakatnya tergantung pada interaksi terhadap hutan (Perhutani 2002). Masyarakat juga sebagai masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul, adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di dalam kabupaten yang biasa disebut sebagai Desa.

Desa Hutan begitu mereka menyebut desa-desa yang berada di tepian hutan. Sebenarnya, desa itu sama saja seperti desa-desa yang lainnya, kecuali secara geografis letaknya berbatasan dengan hutan, atau bahkan berada di dalam hutan. Desa Hutan didefinisikan sebagai wilayah desa yang secara geografis dan administratif berbatasan dengan kawasan hutan atau di sekitar kawasan hutan (Perhutani 2001). Desa didalam hutan merupakan desa yang berada didalam lingkungan hutan yang telah ditetapkan sebagai desa sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan desa yang berada di sekitar hutan adalah desa-desa yang berada


(28)

di sekitar kawasan hutan. Maka masyarakat di dalam dan di sekitar hutan adalah penduduk yang bermukim di dalam dan di sekitar kawasan hutan, yang memiliki kesatuan komunitas sosial dengan mata pencaharian yang bergantung pada hutan.

Sebagian besar desa hutan memiliki ciri-ciri sebagai berikut aksesibilitas yang terbatas hampir di semua dimensi, baik aksesibilitas terhadap informasi, pendidikan, teknologi, permodalan, pasar, dan sumberdaya lainnya, pembangunannya tertinggal, letaknya berada di sepanjang batas hutan, relatif lebih jauh dari pusat pemerintahan, pusat pendidikan dan pusat pertumbuhan ekonomi, serta bercirikan areal pertanian tadah hujan.

Selain itu, masyarakat perlu dilakukan pembinaan dan pemberdayaan agar tujuan mensejahterahkan masyarakat dapat dilakukan secara optimal. Kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat (SDM), meningkatkan akses terhadap sumberdaya alam serta penguatan kelembagaan agar secara individu maupun bersama-sama mampu meningkatkan kualitas hidup atau kesejahteraannya.

2.1.4 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH)

Lembaga adalah wadah dimana sekumpulan orang berinisiatif untuk memenuhi kebutuhan bersama, dan yang berfungsi mengatur akan kebutuhan bersama tersebut dengan nilai dan aturan bersama. Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) adalah suatu lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa yang berada di dalam atau di sekitar hutan untuk mengatur dan memenuhi kebutuhannya melalui interaksi terhadap hutan dalam konteks sosial, ekonomi, politik dan budaya (Awang 2008).

Pihak yang terlibat di dalam proses pengembangan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) ini adalah seluruh anggota dan pengurus dari LMDH, pemerintah daerah (desa sampai kabupaten) dan pihak terkait sesuai dengan kebutuhan (dinas atau instansi terkait), pihak yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan lembaga (investor, perguruan tinggi, LSM), dan fasilitator yang dapat dipilih dari masyarakat sendiri atau pihak luar.


(29)

2.2 Persepsi

Persepsi pada hakikatnya adalah pandangan, interpretasi, penilaian, harapan dan atau aspirasi seseorang terhadap objek yang dibentuk melalui serangkaian proses (kognisi) yang diawali dengan menerima rangsangan (stimulus) dari objek oleh indera (mata, hidung, telinga, kulit dan mulut) dan dipahami dengan interpretasi atau penaksiran tentang objek yang dimaksud. Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan hasil respon seorang manusia terhadap sesuatu yang ditangkap oleh panca indera. Stimulus adalah segala sesuatu yang mengenai reseptor dan menyebabkan aktifnya organisme. Stimulus dapat berupa benda, isyarat, informasi maupun situasi dan kondisi tertentu. Pendapat lain tentang persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat 2005).

Menurut Sudaryanto et al (1987) persepsi adalah proses mental yang menghasilkan bayangan pada diri individu, sehingga dapat mengenal suatu objek dengan jalan asosiasi pada suatu ingatan tertentu, baik secara indera penglihatan, indera peraba dan sebagainya sehingga akhirnya bayangan tersebut dapat disadari. Selain itu, persepsi juga merupakan pandangan atau sikap lahir yang dibentuk dari pemahaman dan motivasi sesuai dengan pedoman yang berlaku.

Beberapa pendapat diatas mengenai persepsi, dapat diketahui bahwa proses pembentukan persepsi merupakan suatu proses yang terjadi pada diri manusia. Proses ini dapat dipengaruhi oleh berbagai hal yang dialami oleh pribadi masing-masing dalam merespon segala sesuatu. Persepsi setiap manusia akan berbeda-beda satu dengan lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terjadi baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dari diri seseorang yang mempengaruhi pola pikir dan pandangannya terhadap suatu objek atau permasalahan tertentu seperti karakteristik sosial yang diantaranya adalah tingkat kecerdasan atau pendidikan dan pengetahuan, kebutuhan, usia dan lain-lain. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar yang mempengaruhi (stimulus) pola pikir dan pandangan seseorang yang berkaitan dengan objek atau permasalahan tertentu atau pengalaman orang lain


(30)

yang dilihatnya atau yang diketahuinya berkenaan dengan hal tersebut dan struktur sosial yang mengatur kehidupan sosial seperti jumlah keluarga.

Adapun pembentukan persepsi ada tiga mekanisme yaitu selectivity, closure, dan interpretation menurut model persepsi Littere Asngari (1984) dalam Harihanto (2001) yang dijelaskan pada Gambar 1.

Gambar 1 Proses pembentukan persepsi.

Melihat dari bagan pada Gambar 1 persepsi terbentuk karena ada informasi dan pengalaman masa lalu yang diterima oleh individu kemudian diseleksi oleh individu tersebut sehingga dapat diartikan melalui pandangan kemudian dibentuk menjadi pola pikir yang mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang. Orang yang konsep dirinya positif, ia akan tetap yakin dan percaya diri dalam berkomunikasi sehingga memperteguh citra baik yang telah dimilikinya, sebaliknya orang yang konsep dirinya negatif dengan terlalu memperhitungkan respon orang sehingga kredibilitasnya tidak nampak karena tertutupi oleh pandangan negatif terhadap sesuatu dan sikap yang tidak percaya diri.

Persepsi ini akan melahirkan sikap seseorang yang apabila dikaitkan dengan motivasi akan menentukan perilaku seseorang. Penelitian ini diharapkan persepsi dapat menentukan perilaku berupa partisipasi masyarakat dalam kegiatan PHBM.

2.3 Partisipasi

Partisipasi merupakan bentuk kegiatan ikut serta menyumbangkan sesuatu yang dimiliki sebagai respon terhadap sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Sebenarnya definisi partisipasi sangat beragam. Menurut Nasdian (2003), partisipasi adalah proses aktif dimana inisiatif diambil oleh masyarakat sendiri,

Informasi sampai ke individu

Prilaku Persepsi

Closure Selectivity

Interpretasi Pengalaman masa lalu


(31)

dibimbing oleh cara berpikir sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat melakukan kontrol efektif. Definisi ini memberikan pengertian bahwa masyarakat diberi kemampuan untuk mengelola potensi yang dimiliki secara mandiri. Partisipasi komunitas dalam pengembangan masyarakat adalah suatu proses bertingkat dari perdistribusian kekuasaan pada komunitas sehingga mereka memperoleh kontrol lebih besar untuk hidup mereka sendiri.

Menurut Suradisastran 1995 dalam Sianturi (2007), partisipasi masyarakat dalam segala aspek pembangunan sebagai keikutsertaan yang lebih dipengaruhi oleh kehendak sendiri dengan sukarela dan itu merupakan partisipasi secara spontan. Jika keikutsertaan dalam keadaan terpaksa maka keikutsertaan tersebut dapat dikatakan bukan partisipasi.

Cohen dan Uphoff (1980) dalam Ramadyanti (2009), menyatakan partisipasi yang dibagi dari dimensi partisipasi yaitu

1. Jenis partisipasi yang diharapkan meliputi :

a. Partisipasi dalam mengambil keputusan (perencanaan) b. Partisipasi dalam pelaksanaan

c. Partisipasi dalam menerima manfaat d. Partisipasi dalam evaluasi

2. Siapa yang berpartisipasi terdiri dari : a. Penduduk setempat

b. Pemimpin setempat, meliputi: pemimpin informal, pemimpin organisasi formal, dan pemerintah setempat.

c. Orang luar desa

3. Bagaimana proses partisipasi itu berlangsung, meliputi beberapa hal : a. Apakah inisiatif partisipasi itu timbul dari atas atau dari bawah? b. Apakah dorongan untuk berpartisipasi itu bersifat bebas atau paksaan? c. Bagaimana struktur partisipasi masyarakat?

d. Bagaimana saluran partisipasi, apakah secara individu atau secara kolektif, apakah melalui organisasi formal atau informal, apakah partisipasi itu langsung atau tidak langsung?


(32)

f. Lingkup partisipasi

g. Kemampuan masyarakat untuk memperoleh manfaat sesuai yang diharapkan sebagai hasil partisipasinya.

Berdasarkan pernyataan diatas, tipe-tipe partisipasi didasarkan atas tahap-tahap kegiatan, yang dapat digolongkan antara lain tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil, dan evaluasi. Bentuk sumbangan dapat digolongkan, antara lain pikiran, tenaga, waktu, dan modal.

Beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat menurut Pangestu (1995) dalam Ramadyanti (2009) adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal, yaitu mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok.

2. Faktor eksternal, meliputi hubungan yang terjalin antara pihak mengelola proyek dengan sasaran dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan mengutungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan pelayanan pengelola kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran itu akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut.

Menurut Silaen (1988) dalam Ramadyanti (2009), semakin tua umur seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang bersifat baru. Faktor jumlah beban keluarga, menurut Ajiwarman (1996) dalam Ramadyanti (2009), menunjukkan bahwa semakin besar jumlah beban keluarga menyebabkan waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan akan berkurang karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga.

Murray dan Lappin (1976) dalam Ramadyanti (2009) menyatakan bahwa lama tinggal adalah faktor internal yang mempengaruhi partisipasi. Semakin lama tinggal di suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai


(33)

bagian dari lingkungan, sehingga timbul keinginan untuk selalu menjaga dan memelihara lingkungan dimana dia tinggal.

Selain faktor pendorong terdapat pula faktor-faktor penghambat partisipasi antara lain adalah masalah struktural. Masalah struktural mengalahkan lapisan bawah terhadap interest pribadi aparatur pemerintah yang lebih kuat (Nasdian 2003). Selain masalah struktural, faktor lain yang menghambat partisipasi masyarakat adalah budaya yang tumbuh dalam masyarakat, yaitu sikap masyarakat yang pasrah terhadap nasib dan terlalu lama tergantung kepada pemimpin sehingga masyarakat kurang kreatif. Budaya tersebut secara langsung dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Secara garis besar partisipasi dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Partisipasi aktif yaitu masyarakat secara langsung terlibat aktif dalam kegiatan pengelolaan hutan sedangkan partisipasi pasif dapat dilihat dari kegiatan masyarakat yang secara tidak langsung menunjang keberadaan hutan secara lestari dengan menjaga hutan sesuai dengan waktu yang relatif jarang. Tingkat keterlibatan masyarakat dalam kegiatan kehutanan tersebut dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Sesuai dengan derajat partisipasinya dapat diturunkan dari derajat terendah sampai tertinggi yaitu kelompok yang hanya terlibat dalam pelaksanaan, kelompok yang terlibat sampai tingkat perencanaan serta kelompok yang terlibat sampai tingkat pengambilan keputusan (Harjanto 2003 dalam Sitanggang 2009).

2.4 Motivasi

Motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan pembuatannya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1998).

Wahjosumidjo (1987) menyatakan bahwa motivasi merupakan proses psikologis yang terjadi pada diri seseorang yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, keputusan yang terjadi pada seseorang dan sebagainya. Selanjutnya ia mengatakan bahwa motivasi sebagai proses psikologis timbul


(34)

diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut instrinsik atau faktor di luar diri seseorang yang disebut faktor ekstrinsik. Faktor didalam diri seseorang atau faktor intrinsik dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan. Sedangkan faktor diluar diri atau ekstrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber antara lain pimpinan, kolega atau faktor lain yang sangat kompleks.

Ada tiga jenis atau tingkatan motivasi seseorang, yaitu : pertama, motivasi yang didasarkan atas ketakutan (fear motivation). Dia melakukan sesuatu karena takut jika tidak maka sesuatu yang buruk akan terjadi. Motivasi kedua adalah karena ingin mencapai sesuatu (achievement motivation). Motivasi ini jauh lebih baik dari motivasi yang pertama, karena sudah ada tujuan didalamnya, seseorang mau melakukan sesuatu karena dia ingin mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu. Sedangkan motivasi yang ketiga adalah motivasi yang didorong oleh kekuatan dari dalam (inner motivation), yaitu karena didasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya, seseorang yang telah menemukan misi hidupnya bekerja berdasarkan nilai (values) yang diyakininya (Farhan 2010).

Motivasi merupakan suatu istilah umum yang berhubungan dengan keadaan di dalam organisme, tingkah laku dan tujuan kearah mana tingkah laku itu ditunjukkan. Faktor yang berpengaruh terhadap motivasi individu, dalam kaitannya dengan suatu pekerjaan meliputi karakteristik biografikal (umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman), latar belakang atau status sosial ekonomi, pendidikan, kepribadian, nilai-nilai yang dianut dan persepsi individu terhadap kegiatannya. Motivasi dapat mendorong seseorang untuk berperan aktif dalam melaksanakan kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya maupun dalam mengambil keputusan untuk mengelola hutan.


(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Perum Perhutani merupakan Badan Umum Milik Negara yang bergerak dibidang kehutanan. Selain memupuk keuntungan, Perum Perhutani juga memiliki tugas untuk mensejahterahkan masyarakat di sekitar hutan dengan pembinaan masyarakat desa sekitar hutan dan melakukan kegiatan berbasis Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). PHBM didefinisikan sebagai suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa atau pihak Perhutani dengan masyarakat desa hutan dengan pihak lain yang berkepentingan dengan jiwa berbagi, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proporsional.

Kerjasama dalam pelaksanaan sistem PHBM ini tidak hanya Perhutani dengan masyarakat saja, namun Perhutani dan masyarakat dapat pula bekerjasama dengan pihak-pihak terkait yang mempunyai tujuan dan berperan mendorong proses optimalisasi serta berkembangnya PHBM. Pihak terkait yaitu seperti pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM), Lembaga Sosial Masyarakat, Lembaga Pendidikan dan Lembaga Donor dan lain-lain.

Kegiatan berbasis sistem PHBM yang dilakukan diharapkan dapat terlaksana dengan sukses sesuai rencana. Tingkat keberhasilan dari kegiatan yang dilakukan dapat diketahui dari persepsi masyarakat, motivasi dan tingkat partisipasi masyarakat terhadap sistem PHBM ini. Persepsi dan motivasi masyarakat terhadap kegiatan PHBM diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai partisipasi yang akan dilakukan masyarakat terhadap kegiatan dari sistem PHBM. Persepsi yang baik akan tercermin dengan adanya dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan persepsi masyarakat ini merupakan pandangan masyarakat terhadap suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh faktor internal (faktor individu) dan faktor eksternal (faktor sosial) yang dialami oleh individu.


(36)

Persepsi dan motivasi dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan berbasis sistem PHBM. Partisipasi masyarakat merupakan respon tindakan yang dilakukan masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan yang dapat dilihat dari peran aktif masyarakat melalui sumbangan pemikiran, tenaga maupun pengorbanan waktu. Tahapan kegiatan berbasis sistem PHBM ini terdiri dari kegiatan perencanaan, kegiatan pelaksanaan dan kegiatan pemanfaatan bagi hasil. Beberapa faktor internal yang diduga berhubungan dengan persepsi dan tingkat partisipasi masyarakat adalah umur, tingkat pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, pengalaman bertani dan jenis pekerjaan (faktor internal). Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi dan partisipasi yaitu luas lahan milik, penyuluhan dan pendidikan serta pelatihan dan fasilitas yang tersedia.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi persepsi dan patisipasi masyarakat diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran implementasi pada tahapan pelaksanaan kegiatan PHBM. Pelaksanaan sistem PHBM bukanlah sekedar untuk merealisasikan kewajiban yang bersifat tanggung jawab moral, namun diharapkan mampu menjadi salah satu bentuk kekuatan investasi sosial (social investment) yang dapat menghadirkan ketenangan berusaha, meningkatkan interaksi sosial, ekonomi, dan budaya antara komunitas sosial masyarakat dengan unit manajemen perusahaan serta diharapkan mampu mewujudkan terciptanya aspek perlindungan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan keamanan hutan. Berdasarkan pemikiran ini maka dapat dibentuk kerangka pemikiran secara sederhana yang ditunjukkan pada gambar 2.


(37)

Mitra

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian.

19

Pihak terkait ( Investor, LSM, LEM, Pemerintah Daerah, lembaga

donor dan lain-lain) (membantu dan memberdayakan

masyarakat serta memfasilitasi pendanaan dengan skema dan

aturan tertentu yang telah disepakati bersama)

PHBM

Perum Perhutani (Regulator dan Fasilitator)  

LMDH

(Penggerak dan Wadah Masyarakat)  

Kesejahteraan masyarakat meningkat dan keamanan hutan tetap terjaga Faktor Ekternal :

‐ Luas Lahan Milik

‐ Penyuluhan

‐ Pendidikan dan Pelatihan

‐ Fasilitas (Sarana dan Prasarana)

Persepsi Motivasi

Partisipasi Masyarakat (Pelaku)

Faktor Internal :

‐ Umur

‐ Pendidikan

‐ Pendapatan

‐ Pengalaman bertani

‐ Pekerjaan


(38)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu (Perum Perhutani KPH Cianjur) Kabupaten Cianjur (Lampiran 22, 23 dan 24). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2010.

3.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner sebagai interview guide disertai alat tulis menulis dan alat rekam untuk wawancara di lapangan, kamera untuk keperluan dokumentasi, kalkulator, komputer, SPSS (Statistical Program for Social Science) 17.0, Microsoft Excel

dan Microsoft Word.

3.4 Sasaran Penelitian

Sasaran atau objek penelitian adalah masyarakat yang tinggal di desa-desa sekitar Perum Perhutani Cianjur sebagai peserta sistem PHBM. Masyarakat yang menjadi responden ini telah berpartisipasi dalam KTH, LMDH (Anggota dan Pengurus LMDH), Perhutani dan pihak terkait lainnya yang berkontribusi serta sebagai pelaku dalam kegiatan PHBM seperti LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), Lembaga Ekonomi Masyarakat, Lembaga Sosial Masyarakat dan lain-lain.

3.5 Metode Pengambilan Data

3.5.1 Penentuan Desa Contoh dan Jumlah Responden

Penentuan Desa Contoh yang dapat mewakili KPH Cianjur ditentukan dengan cara purposive sampling sesuai dengan kriteria keberhasilan organisasi dalam sistem PHBM. Total desa yang digunakan sebagai desa contoh yaitu sebanyak 3 desa dari 31 desa yang berada dibawah naungan Perhutani Cianjur yang telah dilakukan penilaian kinerja (Tabel 1). Ketiga desa yang dipilih yaitu Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu. Pemilihan desa ini ditentukan oleh Perum Perhutani dari hasil penilaian kinerja LMDH pada form penilaian (Lampiran 21) yang dimiliki oleh setiap desa. Hasil penilaian ini akan menentukan LMDH memiliki kriteria Sangat Baik, Baik dan Sedang sesuai dengan skor penilaian yang didapatkan serta mempertimbangkan akses dan konflik masyarakat yang terjadi. Hasil dari pertimbangan yang dilakukan oleh


(39)

Perum Perhutani dalam menentukan desa contoh yaitu Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu sebagai desa yang diteliti dan diharapkan desa yang terpilih ini dapat menjadi wakil desa-desa hutan lainnya.

Tabel 1 Daftar desa dan LMDH di Kabupaten Cianjur

No. Ketua LMDH Desa BKPH Total Nilai Kriteria Keterangan

1 Juhana Wana Suka Mekar Sukamekar Sukanegara Utara 1.031 Sangat Baik 2 H.M

Kusmana Mekar Tani Cikangkareng Tanggeung 927 Baik

>1000 :

Sangat Baik

3 Drs. Husen Kemang Lestari Kemang

Ciranjang

Selatan 915 Baik

676-1000 : Baik 4 Toni Kurniawan Cega Rimba Lestari Ciguha Sukanegara

Selatan 905 Baik

450-675 :Sedang

5 Eden

Mahmud Sugih Mukti Sukadana Ciangjur 889 Baik

<450 :

Kurang

6 Abudin Wana Tani Mekar Mekar Sari Tanggeung 847 Baik

7 Ayi Sobari Bukit Walet Cihea

Ciranjang

Selatan 827 Baik

8 Ayi Jana Mekar Galih Jaya Mekar Galih

Ciranjang

Utara 827 Baik

9 H. Solahudin Mandiri Kertajadi Sindangbarang 822 Baik

10 Dadang S. Mukti Jaya Jatisari Tanggeung 817 Baik

11 Adang Giri Karya Cikanyere Cianjur 807 Baik

12 A. Suparman Sinar Harapan Balegede Cibarengkok 803 Baik

13 Tatam Sumber Tani Sirnasari Tanggeung 793 Baik

14 Rohidin Sukaluyu Sukaluyu Sindangbarang 763 Baik

15 A. Suhendi Ratu Kencana Sukaratu Cianjur 761 Baik

16 Sumeri Giri Langgeung Karangnunggal Cianjur 757 Baik

17 Enen

Wana Mekar

Harapan Cisaranten Ciranjang

Selatan 753 Baik

18 A. Rahman Boga Sari Muaracikadu Cibarengkok 741 Baik

19 H. Ocim M. Mekar Mukti Bojongpetir Sindangbarang 728 Baik

20 Apep Bina Wana Sukamanah Tanggeung 727 Baik

21 Acep Baehaki Sukamanah Girijaya

Sukanegara

Utara 725 Baik

22 Adang R. Giri Tegar Rahayu Lembahsari Cibarengkok 721 Baik

23 Sodikin

Lembah Sari

Lestari Mekarjaya Ciranjang

Utara 703 Baik

24 Ridwansyah Giri Mekar Lestari Karangjaya

Ciranjang

Utara 701 Baik

25 A. Suharna Tirta Jaya Sukarame Cibarengkok 699 Baik

26 Usep S.

Wana Karya

Mekar Sukajembar Sukanegara

Selatan 681 Baik

27 Mulyadi Rimba Lestari Sukajembar

Sukanegara

selatan 651 Sedang

28 M.Dadih Cigunung Herang Sukamulya

Ciranjang

Utara 607 Sedang

29 Dama Giri Mulya Leuwikoja Sindangbarang 582 Sedang

30 Ade S. Sumber Rejeki Sukasirna Cianjur 581 Sedang

31 Aman Sukasirna

Sukanrgara

Utara 573 Sedang


(40)

Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu yang sudah terpilih menjadi desa contoh dalam penelitian ini seperti yang dijelaskan pada Tabel 1 yang kemudian dari masing-masing desa tersebeut akan dipilih sebanyak 30 orang masyarakat yang tergabung dalam LMDH yang menjadi responden sebagai objek penelitian secara random sampling. Jumlah responden yang dipilih dari standar minimal penelitian survey adalah sebanyak 30 orang (Singarimbun dan Effendi 1995). Sehingga dalam penelitian peneliti menggunakan total responden dari Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu sebanyak 90 orang.

3.5.2 Jenis Data dan Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden sedangkan data sekunder merupakan data yang berkaitan dengan penelitian namun diperoleh secara tidak langsung dari responden namun informasi yang diperoleh dari dokumen, arsip dan laporan. Data-data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, data persepsi dan partisipasi serta gambaran umum kondisi hutan yang dikelola bersama masyarakat yang merupakan pengetahuan mereka. Data-data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi kondisi umum lokasi penelitian, struktur organisasi masyarakat (LMDH), struktur organisasi Perhutani dan data-data lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

Teknik-teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data primer dan sekunder yaitu:

1. Teknik wawancara (tanya jawab) terstruktur dengan menggunakan kuesioner dan wawancara secara tidak terstruktur dengan mengadakan tanya jawab secara langsung tanpa menggunakan kuesioner kepada responden.

2. Teknik pengamatan langsung terhadap kegiatan-kegiatan PHBM yang dilakukan oleh responden di lapangan.

3. Studi pustaka yaitu dengan cara mencatat dan mempelajari laporan, dokumen, literatur, karya ilmiah, hasil penelitian dan arsip-arsip yang berhubungan dengan penelitian ini yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan.


(41)

Teknik pengumpulan data yang telah dijelaskan diatas digunakan untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Data primer dan data sekunder diperoleh dengan teknik pengumpulan yang berbeda-beda seperti yang dijelaskakan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jenis data dan teknik pengumpulan data

No. Jenis data Teknik pengumpulan data

1 Data primer

a. Karakteristik responden (umur, pendidikan, jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga, pendapatan, luas lahan dan pengalaman bertani).

Wawancara terstruktur dengan kuesioner

b. Persepsi dan partisipasi masyarakat Wawancara terstruktur dengan

kuesioner c. Informasi gambaran umum kegiatan PHBM

Wawancara tidak terstruktur tanpa kuesioner dan teknik pengamatan langsung di lapangan

2 Data Sekunder

a. Kondisi umum lokasi penelitian, keadaan tanah,topografi, jumlah penduduk dan keadaan penduduk

Studi pustaka dari dokumen dan arsip Desa serta pengamatan langsung di lapangan b. Struktur organisasi masyarakat (LMDH) dan struktur

organisasi Perum Perhutani

Studi pustaka dari dokumen dan arsip lembaga dan Perhutani

c. Informasi dan data lain yang mendukung penelitian

Studi pustaka dari dokumen, arsip dan penelitian terdahulu (skripsi dan tesis)

Sumber: Data rekapan jenis data dan teknik pengumpulan data penelitian tahun 2010

Tabel 2 menjelaksan bahwa pengumpulan data persepsi dan partisipasi (data primer) diperoleh dari hasil wawancara terstruktur dengan kuesioner terbuka dan tertutup dengan mengajukan sejumlah pertanyaan mengenai beberapa hal mengenai persepsi dan partisipasi masyarakat. Kuesioner tertutup menggunakan pilihan jawaban dengan menggunakan skala likert. Pilihan jawaban untuk persepsi masyarakat terhadap kegiatan PHBM yaitu (5) Sangat Setuju (SS), (4) Setuju (S), (3) Ragu-ragu (R), (2) Tidak Setuju (TS) dan (1) Sangat Tidak Setuju (STS) sedangkan pilihan jawaban untuk partisipasi yaitu (5) Selalu melakukan, (4) Sering melakukan, (3) Jarang melakukan,(2) Pernah melakukan dan (1) Tidak Pernah melakukan kegiatan PHBM.

3.6 Pengolahan Data dan Analisis Data

Pengolahan data dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan menjadi beberapa tahapan yaitu :

1. Sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di KPH Cianjur dan Kegiatan PHBM di LMDH Rimba Jaya, Wana Sukamekar dan Ratu Kencana.


(42)

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabulasi dan gambar untuk mendapatkan gambaran mengenai sistem PHBM dan kegiatan sistem PHBM di Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu. 2. Persepsi Masyarakat Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu Persepsi masyarakat terhadap kegiatan PHBM diukur berdasarkan jumlah skor dari 10 pertanyaan dari kuesioner dengan menggunakan skala likert. Masing-masing pertanyaan memiliki skor seperti pada Tabel 3 dan Tabel 4 :

Tabel 3 Skor pertanyaan pada persepsi

No. Kategori Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Ragu-ragu 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber: Data kuesioner penelitian tahun 2010 Tabel 4 Kategori tingkat persepsi

No. Kategori Skor

1 Sangat Tinggi 42≤x<50

2 Tinggi 34≤x<42

3 Sedang 26≤x<34

4 Rendah 18≤x<26

5 Sangat Rendah 10≤x<18

Sumber: Data perhitungan penelitian tahun 2010

3. Partisipasi Masyarakat Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu

Partisipasi masyarakat (responden) diukur berdasarkan jumlah skor dari 21 pertanyaan dengan menggunakan skala likert. Kegiatan partisipasi dalam kegiatan PHBM meliputi:

a. Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Perencanaan

Partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan terdapat 10 pertanyaan yang masing-masing pertanyaan memiliki skor seperti Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 5 Skor pertanyaan partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan

No. Kategori Skor

1 Selalu Melakukan 5

2 Sering Melakukan 4

3 Kadang-kadang Melakukan 3

4 Jarang Melakukan 2

5 Tidak Pernah Melakukan 1


(43)

Tabel 6 Kategori tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan

No. Kategori Skor

1 Sangat Tinggi 42≤x<50

2 Tinggi 34≤x<42

3 Sedang 26≤x<34

4 Rendah 18≤x<26

5 Sangat Rendah 10≤x<18

Sumber: Data perhitungan penelitian tahun 2010

b. Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Pelaksanaan

Partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan kegiatan terdapat 6 pertanyaan yang masing-masing pertanyaan memiliki skor seperti Tabel 7 dan Tabel 8:

Tabel 7 Skor pertanyaan partisipasi dalam tahap pelaksanaan

No. Kategori Skor

1 Selalu Melakukan 5

2 Sering Melakukan 4

3 Kadang-kadang Melakukan 3

4 Jarang Melakukan 2

5 Tidak Pernah Melakukan 1

Sumber: Data kuesioner penelitian tahun 2010

Tabel 8 Kategori tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan

No Kategori Skor

1 Sangat Tinggi 25,2≤x<30

2 Tinggi 20,4≤x<25,2

3 Sedang 15,6≤x<20,4

4 Rendah 10,8≤x<15,6

5 Sangat Rendah 6≤x<10,8

Sumber: Data perhitungan penelitian 2010

c. Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Pemanfaatan

Partisipasi masyarakat dalam tahap pemanfaatan kegiatan terdapat 5 pertanyaan dengan masing-masing memiliki skor seperti Tabel 9 dan Tabel 10 : Tabel 9 Skor pertanyaan partisipasi dalam tahap pemanfaatan

No. Kategori Skor

1 Selalu Melakukan 5

2 Sering Melakukan 4

3 Kadang-kadang Melakukan 3

4 Jarang Melakukan 2

5 Tidak Pernah Melakukan 1

Sumber: Data kuesioner penelitian tahun 2010

Tabel 10 Kategori tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap pemanfaatan

No Kategori Skor

1 Sangat Tinggi 21≤x<25

2 Tinggi 17≤x<21

3 Sedang 13≤x<17

4 Rendah 9≤x<13

5 Sangat Rendah 5≤x<9


(44)

Tingkat partisipasi masyarakat diketahui dengan menjumlahkan partsipasi masyarakat pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemafaatan yang kemudian di skoring untuk menentukan kategori tingkat partisipasi pada Tabel 11.

Tabel 11 Kategori tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan PHBM

No Kategori Skor

1 Sangat Tinggi 88,2≤x<105

2 Tinggi 71,4≤x<88,2

3 Sedang 54,6≤x<71,4

4 Rendah 37,8≤x<54,6

5 Sangat Rendah 21≤x<37,8

Sumber: Data perhitungan penelitian tahun 2010

d. Motivasi Masyarakat dalam Melakukan Kegiatan PHBM

Motivasi masyarakat ini diketahui dari jawaban masyarakat terhadap tujuan atau alasan mereka melakukan kegiatan PHBM setelah itu jawaban disalin dan dihitung jumlah orang yang memiliki motif yang sama dan dibagi dengan jumlah masyarakat sehingga dapat diketahui rata-rata motif atau alasan masyarakat melakukan kegiatan PHBM dalam bentuk persentase (%).

e. Faktor Internal dan Eksternal

Faktor internal dan faktor eksternal ini merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat dalam membentuk persepsi dan memutuskan untuk berpartisipasi dalam kegiatan PHBM Perum Perhutani yang diukur dengan menggunakan skala likert. Faktor internal meliputi faktor-faktor dari dalam diri manusia (masyarakat) seperti umur, pendidikan, jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga, pendapatan dan pengalaman bertani sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri manusia seperti luas lahan milik.

Beberapa data karakteristik responden sebagai faktor internal dan eksternal yang diperlukan dalam pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 12 mengenai karakteristik yang digunakan dalam pengolahan data.


(45)

Tabel 12 Data dan pengolahan karakteristik responden

No. Variabel Kategori Skor Dasar Pengukuran

Faktor Internal

1 Umur 1. Remaja 16-25 tahun 1 Sebaran contoh

2.Dewasa muda 26-35 tahun 2

3. Dewasa Sedang 36-45 tahun 3

4. Dewasa Tua 46-55 tahun 4

5. Tua > 55 tahun 5

2 Tingkat

Pendidikan 1. Tidak Sekolah 1

Sebaran contoh

2. Sekolah Dasar 2

3. Sekolah Menengah Pertama 3

4. Sekolah Menengah Atas 4

5. Perguruan Tinggi 5

3 Jumlah Keluarga

1. 1≤x<3 orang 1 Sebaran Contoh

2. 3≤x<5 orang 2

3. 5≤x<7 orang 3

4. 7≤x<9 orang 4

5. 9≤x≤12 orang 5

4 Pendapatan 1. x≤ Rp.8.102.000/tahun 1 Sebaran Contoh

2. Rp.8.102.000/tahun <x≤Rp.16.204.000/tahun 2 3.Rp.16.204.000/tahun<x≤Rp.24.306.000/tahun 3 4.Rp.24.306.000/tahun<x≤Rp.32.408.000/tahun 4 5.Rp.32.408.000/tahun<x≤Rp.40.510.000/tahun 5

5 Luas

Lahan Pribadi

1. x≤6.000 m² 1 Sebaran Contoh

2. 6.000 m²<x≤12.000 m² 2

3. 12.000 m²<x≤18.000 m² 3

4. 18.000 m² <x≤24.000 m² 4

5. 24.000 m²<x≤30.000 m² 5

6 Lama Mengelola Lahan Hutan

1. 1≤ x<11tahun 1 Sebaran Contoh

2. 11 tahun≤x<21 tahun 2

3. 21 tahun≤x<31 tahun 3

4. 31 tahun≤x<41 tahun 4

5. 41 tahun≤x<50 tahun 5

Faktor Eksternal 7 Jenis

Pekerjaan

1. Usaha Tani 1 Sebaran Contoh

2. Non Usaha Tani 2

Sumber: Data Penelitian 2010

3.6.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas dilakukan untuk menentukan keabsahan dari pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini. Uji ini menunjukkan skor, nilai dan ukuran yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan cara mengukur korelasi antara variabel dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total. Instrumen valid apabila nilai korelasi (Spearman correlation) adalah positif dan nilai


(46)

probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05 (selang kepercayaan 95%). Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing–masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi product moment.

rxy= ∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

rxy = korelasi antar X dan Y

n = jumlah responden

X = skor masing-masing pertanyaan Y = skor total

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika kuesioner tersebut dapat digunakan berulang-ulang kepada kelompok yang sama dan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas menggunakan metode koefisien

Alpha Cronbach pada software SPSS 17.0 (Sarwono 2006). Jika ri positif dan

nilainya mendekati 1 (mempunyai alpha cronbach lebih dari 0,6) maka pengukuran yang digunakan reliabel (Tabel 13).

Tabel 13 Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach

Alpha Tingkat Reliabilitas

0.00 – 0.20 kurang reliabel

> 0.20 – 0.40 agak reliabel

> 0.40 – 0.60 cukup reliabel

> 0.60 – 0.80 Reliabel

> 0.80 – 1.00 sangat reliabel

Sumber : Sari (2007)

Uyanto (2009) menyatakan bahwa suatu pengukuran mungkin reliabel tapi tidak valid, tetapi suatu pengukuran tidak bisa dikatakan valid bila tidak reliabel. Ini berarti realibilitas (realibility) merupakan syarat perlu tapi tidak cukup (necessary but not sufficicient condition) untuk validitas (validity).

3.6.2 Uji Korelasi dan Analisis Data Hubungan antar Peubah

Metode pengolahan dan analisis yang digunakan adalah pendekatan metode integratif (mixed methods approaches) yaitu metode penelitian yang menggunakan gabungan metode kuantitatif deskriptif dan metode kualitatif. Analisis kuantitatif deskriptif digunakan untuk menganalisis data-data primer yang diperoleh dari wawancara dengan kuesioner kepada responden di desa .


(47)

Lembar kuesioner yang telah terkumpul kemudian diberi kode agar mempermudah dalam kegiatan pengolahan data. Penyajian secara deskriptif digunakan untuk menjelaskan tanggapan yang diberikan berdasarkan nilai persentase jumlah responden. Nilai persentase tersebut diperoleh dengan cara membagi jumlah responden berdasarkan tanggapannya dengan jumlah keseluruhan responden.

Tingkat persepsi dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan PHBM dikelompokkan menjadi lima kategori yakni kategori Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R) dan Sangat Rendah (SR). Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara dan studi literatur diolah secara deskriptif dengan mengacu pada kerangka pemikiran. Analisis deskriptif dituangkan dalam bentuk teks narasi, tabel, grafik, bagan dan gambar.

Pengolahan data meliputi pengeditan, pengkodean, penilaian, memasukkan data, pengujian data, serta menganalisis data dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan SPSS 17.0 for Windows. Data yang didapatkan dilakukan pengeditan untuk mengecek kelengkapan pengisian kuesioner, setelah itu dilakukan pemberian kode di buku kode untuk mempermudah pengolahan data, sistem penilaian dibuat konsisten yaitu semakin tinggi skor semakin tinggi kategorinya. Setelah dijumlahkan dan selanjutnya akan dikategorikan dengan menggunakan teknik penilaian secara normatif yang dikategorikan berdasarkan interval kelas:

N= Max - Min ∑k Keterangan : N = batas selang

Max = nilai maksimum yang diperoleh dari jumlah skor Min = nilai minimum yang diperoleh dari skor

∑k = jumlah kategori

Data-data hasil penelitian di lapangan mendapatkan perlakuan yang berbeda antara data yang didapatkan dari pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Data yang didapatkan dari pendekatan kualitatif akan diolah melalui tiga jalur analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Data kuantitatif hasil penyebaran kuesioner di lapangan terlebih


(48)

dahulu dilakukan pengeditan, selanjutnya dilakukan pemindahan dari daftar pertanyaan ke lembar tabulasi yang sudah disiapkan.

Untuk analisis kuantitatif digunakan uji hipotesa dengan uji Chi-Kuadrat dan uji korelasi peringkat Spearman (Sarwono, 2006). Uji korelasi ini bersifat Non-parametrik sehingga menggunakan uji Chi-Kuadrat untuk mengetahui hubungan antar variabel berskala nominal (jenis pekerjaan) dengan persepsi dan partisipasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

²

Dimana x2 = nilai Chi-Kuadrat k = banyaknya kategori/ sel

oi = frekuensi observasi untuk kategori ke-i

ei = frekuensi ekspektasi untuk kategori k

Uji Rank Spearman dilakukan untuk mengetahui nilai koefisien korelasi sehingga dapat mengukur kekuatan (keeratan) suatu hubungan antar variabel. Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel tergantung yang berskala ordinal (Non-parametrik) dengan rumus uji Spearman :

RS = 1- ∑N

Keterangan:

Rs : Koefisien Rank Spearman di : Selisih peringkat X dan Y N : Jumlah Sampel

Hasil uji korelasi dapat benilai positif (+) atau negatif (-). Jika korelasi menghasilkan angka positif maka hubungan kedua variabel bersifat searah. Searah maksudnya mempunyai makna jika variabel bebas besar maka variabel tergantung juga besar. Jika korelasi bernilai negatif maka hubungan kedua variabel bersifat tidak searah. Tidak searah maksudnya jika variabel bebas besar maka variabel tergantungnya menjadi kecil. Angka korelasi bernilai 0 s/d 1, dengan ketentuan jika angka mendekati 1 maka hubungan kedua variabel semakin kuat dan jika angka korelasi mendekati 0 maka hubungan kedua variabel semakin lemah.

Selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan apakah asumsi dapat diterima atau ditolak. Hal ini ditentukan dengan melihat P value.


(49)

2. Jika P value (Sig 2-tailed) ≥ 0,05 mka terima Ho dan tolak H1 pada α = 5% Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah

Ho = Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel yang diuji. H1 = Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel yang diuji.

Data yang setelah diolah uji validitas, reliabilitas dan uji korelasi maka diperlukan pengambilan kesimpulan mengenai keeratan hubungan antar variabel dengan mengacu terhadap pedoman Sarwono (2006) (Tabel 14) :

Tabel 14 Tingkat keeratan hubungan antar variabel

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,25 Sangat Lemah

>0,25 - 0,40 Cukup

>0,5 - 0,75 Kuat

>0,75 - 1 Sangat Kuat

Sumber : Sarwono (2006)

3. 7 Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya kesalahpahaman terhadap variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini, variabel-variabel penelitian didefinisikan sebagai berikut:

1. Individu adalah responden terpilih dalam penelitian.

2. Karakteristik individu adalah ciri-ciri dan kondisi sosial responden pada daerah penelitian yang dimiliki oleh pria maupun wanita dibagi menjadi : a. Umur yaitu usia yang diukur dengan menghitung selisih antara tahun

responden dilahirkan hingga tahun pada saat dilakukan penelitian dan berdasarkan usia produktif. Umur responden digolongkan menjadi 5 kelompok yaitu 16 tahun-25 tahun, 26 tahun-35 tahun, 36 tahun-45 tahun, 46 tahun-55 tahun dan >55 tahun.

b. Tingkat Pendidikan yaitu jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden. Jenjang pendidikan digolongkan menjadi 5 kelompok yang terdiri dari Tidak sekolah, sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) dan perguruan tinggi (PT).

c. Jumlah Anggota Keluarga yaitu jumlah individu dalam keluarga responden yang mash ditanggung oleh responden. Jumlah anggota keluarga dalam penelitian berkisar antara 1 sampai dengan 12 dengan


(50)

dibagi menjadi 5 kelompok terdiri dari 1≤ x < 3 orang, 3≤ x < 5 orang, 5≤ x < 7 orang dan 9≤ x ≤ 12 orang.

d. Luas Lahan Milik yaitu luas lahan yang dimiliki oleh responden . luas lahan dikelompokkan menjadi 5 kelompok terdiri dari x ≤ 6000 m², 6000 < x ≤ 12000 m², 12000 < x ≤ 18000 m², 18000 < x ≤ 24000 m², dan 24000 < x ≤ 30000 m².

e. Pendapatan Responden yaitu total pendapatan yang diterima oleh responden selama satu tahun dari mata pencaharian non hutan. Pendapatan dikelompokkan menjadi 5 kelompok terdiri dari x≤ Rp.8.102.000/tahun, Rp. 8.102.000/tahun <x≤ Rp. 16.204.000/tahun, Rp. 16.204.000/tahun <x≤ Rp. 24.306.000/tahun, Rp. 24.306.000/tahun<x≤ Rp. 32.408.000/tahun, dan Rp. 32.408.000/tahun<x≤ Rp. 40.510.000/tahun.

f. Pengalaman Bertani yaitu waktu yang ditempuh oleh responden dalam melakukan kegiatan bertani dari pertama kali hingga saat ini. Pengalaman bertani dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu 1≤x<11 tahun, 11≤x<21 tahun,, 21≤x<31 tahun, 31≤x<41 tahun, dan 41≤x≤50 tahun.

g. Jenis Pekerjaan yaitu pekerjaan responden yang menjadi sumber mata pencaharian dikelompokkan menjadi 2 jenis pekerjaan jenis pekerjaan usaha tani dan pekerjaan non usaha tani.

3. Persepsi adalah penilaian responden terhadap pengertian, manfaat, peranan dan tingkat kepuasan terhadap program PHBM. Indikator yang diukur adalah:

a. Tingkat pemahaman masyarakat terhadap pengertian PHBM

b. Tingkat pemahaman masyarakat terhadap manfaat ekologi, ekonomi dan sosial dari pelaksanaan PHBM serta tingkat kepuasan masyarakat setelah diadakan PHBM

4. Motivasi adalah dorongan atau kehendak yang menyebabkan timbulnya semacam kekuatan pada individu atau kelompok dalam masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan PHBM. Indikator yang


(1)

Lampiran 17 Sketsa pembagian lahan garapan di lahan Hutan Pangkuan Desa (HPD) Desa Sukajembar


(2)

Lampiran 18 Sketsa pembagian lahan garapan di lahan Hutan Pangkuan Desa (HPD) Desa Sukamekar 

 


(3)

Lampiran 19 Sketsa pembagian lahan garapan di lahan Hutan Pangkuan Desa (HPD) Desa Sukaratu


(4)

Lampiran 22 Peta Lokasi Penelitian Desa Sukajembar, Kecamatan Sukanegara Selatan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

 


(5)

Lampiran 23 Peta Lokasi Penelitian Desa Sukamekar, Kecamatan Sukanegara Utara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat


(6)

Lampiran 24 Peta Lokasi Penelitian Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat