Sebab Rendahnya Minat Baca Peserta Didik
2. Sebab Rendahnya Minat Baca Peserta Didik
Menurut Harris dan Sipay (Mujiati, 2001:24) mengemukakan bahwa minat baca dipengaruhi oleh dua golongan, yaitu golongan faktor personal dan golongan institusional. Faktor personal adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri meliputi: (1) usia, (2) jenis kelamin, (3) intelegensi, (4) kemampuan membaca, (5) sikap, (6) kebutuhan psikologis. Faktor institusional yaitu faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri yang meliputi: (1) tersedianya buku-buku, (2) status sosial ekonomi, (3) pengaruh orang tua, teman sebaya dan guru.
Dawson dan Bamman (Rahman, 1985: 6-8) mengemukakan prinsip-prinsip yang mempengaruhi minat baca sebagai berikut: (1) Seseorang atau siswa dapat menemukan kebutuhan dasarnya lewat bahan-bahan bacaan jika topik, isi, pokok persoalan, tingkat kesulitan, dan cara penyajiannya sesuai dengan kenyataan individunya. Isi dari bahan bacaan yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan individu, merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap minat bacanya; (2) Kegiatan dan kebiasaan membaca dianggap berhasil atau bermanfaat jika siswa memperoleh kepuasan dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, yaitu rasa aman, status, kedudukan tertentu, kepuasan efektif dan kebebasan yang sesuai dengan kenyataan serta tingkat perkembangannya. Jika kegiatan membaca dianggap menguntungkan seseorang, maka membaca merupakan suatu kegiatan yang dianggap sebagai salah satu kebutuhan hidupnya; (3) Tersedianya sarana buku bacaan dalam keluarga merupakan salah satu faktor pendorong terhadap pilihan bahan bacaan dan minat baca. Ragam bacaan yang memadai dan beraneka ragam dalam keluarga akan sangat membantu anak dalam meningkatkan minat baca; (4) Tersedianya sarana perpustakaan sekolah yang relatif lengkap dan sempurna serta kemudahan proses peminjamannya merupakan faktor besar yang mendorong minat baca siswa; (5) Adanya program khusus kurikuler yang memberikan kesempatan siswa untuk membaca secara periodik di perpustakaan sekolah sangat mendorong perkembangan dan peningkatan minat baca siswa.
Faktor penghambat minat baca yaitu: (1) derasnya arus hiburan melalui peralatan pandang dengan, misalnya televisi dan film dalam tarap tertentu merupakan persaingan keras terhadap minat baca masyarakat; (2) kurangnya tindakan hukum yang tegas meskipun sudah ada undang-undang hak cipta terhadap pembajakan buku yang merajalela dengan memberi akibat secara tidak langsung terhadap minat baca; (3) kurangnya penghargaan yang memadai dan andil terhadap kegiatan atau kreativitas yang berkaitan dengan perbukuan, dapat mengurangi minat dalam masalah perbukuan; (4) Lingkungan keluarga, misalnya kurangnya keteladanan orang tua dalam pemanfaatan waktu senggang dapat memberi dampak terhadap minat baca sejak masa kanak-kanak. Sejauh mana orang tua memberi keteladanan dalam hal minat baca.
Selain itu, berbagai sebab rendahnya minat baca peserta didik yaitu (1) gagalnya Program Perpustakaan Sekolah; perpustakaan sekolah secara nasional bisa dikatakan telah gagal menciptakan budaya membaca bagi siswa. Kunjungan siswa dan jumlah peminjaman buku sangat minim. Hal ini dikarenakan beberapa faktor: (a) jumlah buku koleksi perpustakaan tidak cukup untuk memenuhi tuntutan kebutuhan membaca sebagai basis proses pendidikan; (b) rendahnya jumlah koleksi tidak diantisipasi dengan program pengadaan buku secara berkala; (c) peralatan, perlengkapan, dan petugas perpustakaan tidak sesuai kebutuhan; (d) sebagian petugas bukanlah tenaga pustakawan khusus dan minim mendapatkan peningkatan (pendidikan atau pelatihan kepustakaan); (d) sekolah tidak mengalokasikan anggaran khusus yang memadai untuk pengembangan perpustakaan sekolah. Akhirnya keberadaan perpustakaan menjadi tidak bermakna karena kurangnya program kegiatan dan pengembangan; (2) Persoalan Sosial – Politik; kurangnya political will (kebijakan) dari pemerintah baik nasional maupun daerah dalam mengembangkan kesadaran literasi warga; (3) Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya budaya baca-tulis, yaitu: (a) Persoalan rendahnya budaya literasi belum dianggap sebagai masalah yang mendesak (critical problem) sehingga tidak muncul respon cepat yang diperlukan serta cenderung disepelekan; (b) anggapan bahwa tradisi literasi adalah ekslusif untuk kaum elit masyarakat saja, sehingga kelompok masyarakat awam merasa tidak perlu mengem-bangkan tradisi literasi; (c) anggapan keliru bahwa Selain itu, berbagai sebab rendahnya minat baca peserta didik yaitu (1) gagalnya Program Perpustakaan Sekolah; perpustakaan sekolah secara nasional bisa dikatakan telah gagal menciptakan budaya membaca bagi siswa. Kunjungan siswa dan jumlah peminjaman buku sangat minim. Hal ini dikarenakan beberapa faktor: (a) jumlah buku koleksi perpustakaan tidak cukup untuk memenuhi tuntutan kebutuhan membaca sebagai basis proses pendidikan; (b) rendahnya jumlah koleksi tidak diantisipasi dengan program pengadaan buku secara berkala; (c) peralatan, perlengkapan, dan petugas perpustakaan tidak sesuai kebutuhan; (d) sebagian petugas bukanlah tenaga pustakawan khusus dan minim mendapatkan peningkatan (pendidikan atau pelatihan kepustakaan); (d) sekolah tidak mengalokasikan anggaran khusus yang memadai untuk pengembangan perpustakaan sekolah. Akhirnya keberadaan perpustakaan menjadi tidak bermakna karena kurangnya program kegiatan dan pengembangan; (2) Persoalan Sosial – Politik; kurangnya political will (kebijakan) dari pemerintah baik nasional maupun daerah dalam mengembangkan kesadaran literasi warga; (3) Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya budaya baca-tulis, yaitu: (a) Persoalan rendahnya budaya literasi belum dianggap sebagai masalah yang mendesak (critical problem) sehingga tidak muncul respon cepat yang diperlukan serta cenderung disepelekan; (b) anggapan bahwa tradisi literasi adalah ekslusif untuk kaum elit masyarakat saja, sehingga kelompok masyarakat awam merasa tidak perlu mengem-bangkan tradisi literasi; (c) anggapan keliru bahwa