Pendesainan dan Pengembangan Bahan Ajar Menggunakan Pendekatan PMRI pada Materi Volume Kubus dan Balok

a) Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan

Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan pembelajaran adalah langkah pertama yang dilakukan untuk menentukan apa yang diinginkan setelah siswa melaksanakan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari serangkaian tujuan pembelajaran yang ditemukan dari analisis kebutuhan, dari kesulitan-kesulitan siswa dalam praktek pembelajaran, dari analisis yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerja dalam bidang, atau beberapa keperluan untuk pembelajaran yang aktual.

b) Melakukan analisis pembelajaran

Setelah mengidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah menentukan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Langkah terakhir dalam proses analisis tujuan pembelajaran adalah menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang disebut sebagai entry behavior (perilaku awal/masukan) yang diperlukan oleh siswa untuk memulai pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan pendaftaran keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mencapai Kompetensi Dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi. Menganalisis pelajaran bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan penunjang yang dipelajari siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.

c) Menganalisis warga belajar dan lingkungannya

Analisis pararel terhadap warga belajar dan konteks dimana mereka belajar, dan konteks apa tempat mereka menggunakan hasil pembelajaran. Keterampilan-keterampilan warga belajar yang ada saat ini, yang lebih disukai, dan sikap-sikap ditentukan berdasarkan karakteristik atau setting pembelajaran dan setting lingkungan tempat keterampilan diterapkan. Langkah ini adalah langkah awal yang penting dalam strategi pembelajaran.

d) Merumuskan tujuan khusus

Menuliskan tujuan kerja (merumuskan indikator kemampuan dasar). Berdasarkan analisis tujuan pembelajaran dan pernyataan tentang perilaku awal, catatlah pernyataan khusus tentang apa yang dapat dilakukan oleh warga belajar setelah mereka menerima pembelajaran. Pernyataan- pernyataan tersebut diperoleh dari analisis pembelajaran. Analisis pembelajaran dimaksudkan untuk mengidentifikasi keterampilan- keterampilan yang dipelajari, kondisi pencapaian tujuan kerja, dan kriteria pencapaian tujuan kerja. Komponen ini bertujuan untuk menguraikan tujuan umum menjadi tujuan yang lebih spesifik pada tiap tahapan pembelajaran.

e) Mengembangkan instrumen penilaian

Berdasarkan tujuan pembelajaran yang tertulis, kembangkan produk evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa melakukan tujuan pembelajaran. Pengembangan kriteria ini berdasarkan tujuan pembelajaran Berdasarkan tujuan pembelajaran yang tertulis, kembangkan produk evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa melakukan tujuan pembelajaran. Pengembangan kriteria ini berdasarkan tujuan pembelajaran

f) Mengembangkan strategi pembelajaran

Pengembangan strategi pembelajaran meliputi: kegiatan prapembelajaran (pre-activity), presentasi isi, partisipasi peserta didik, penilaian, dan tindak lanjut kegiatan. Strategi pembelajaran berdasarkan teori dan hasil penelitian, karakteristik media pembelajaran yang digunakan, bahan pembelajaran, dan karakteristik warga belajar yang menerima pembelajaran. Prinsip-prinsip inilah yang digunakan untuk memilih materi strategi pembelajaran yang interaktif.

g) Mengembangkan materi pembelajaran

Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, produk pengembangan ini meliputi petunjuk untuk warga belajar, materi pembelajaran, dan soal-soal. Pengembangan materi pembelajaran tergantung kepada tipe pembelajaran, materi yang relevan, dan sumber belajar yang ada di sekitar perancang. Di tahap ini dikembangkan dan dipilih materi pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran atau standar kompetensi yang dituju.

h) Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif

Dalam merancang dan mengembangkan evaluasi formatif yang dihasilkan adalah instrumen atau angket penilaian yang digunakan untuk mengumpulkan data. Data-data yang diperoleh tersebut sebagai pertimbangan dalam merevisi pengembangan pembelajaran ataupun produk bahan ajar. Ada tiga tipe evaluasi formatif : uji perorangan (one-to- Dalam merancang dan mengembangkan evaluasi formatif yang dihasilkan adalah instrumen atau angket penilaian yang digunakan untuk mengumpulkan data. Data-data yang diperoleh tersebut sebagai pertimbangan dalam merevisi pengembangan pembelajaran ataupun produk bahan ajar. Ada tiga tipe evaluasi formatif : uji perorangan (one-to-

i) Merevisi pembelajaran/perbaikan pembelajaran

Meninjau kembali analisis pembelajaran untuk menjadi pertimbangan dalam merevisi pembelajaran untuk membuatnya menjadi alat instruksional yang lebih efektif .

j) Mengembangkan evaluasi sumatif

Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis bahan ajar yang dibutuhkan. Hasil bahan ajar selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/diimplementasikan di kelas dengan evaluasi sumatif Di antara kesepuluh tahapan desain pembelajaran tahapan ke-10 (sepuluh) tidak dijalankan. Evaluasi sumatif ini berada diluar sistem pembelajaran model Dick&Carey (2007), sehingga dalam pengembangan ini tidak digunakan.

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya.

Model Dick&Carey (2007) ini terdiri atas sepuluh tahapan. Tahap pendesainan terjadi pada tahap analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan sampai tahap mengembangkan materi pembelajaran. Sedangkan tahap pengembangannya ada pada langkah ke 8 dan 9 yaitu merancang & Model Dick&Carey (2007) ini terdiri atas sepuluh tahapan. Tahap pendesainan terjadi pada tahap analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan sampai tahap mengembangkan materi pembelajaran. Sedangkan tahap pengembangannya ada pada langkah ke 8 dan 9 yaitu merancang &

E. Kriteria Produk

Desain produk dalam penelitian ini dikatakan sebagai prototype. Pada penelitian ini, bahan ajar divalidasi oleh validator berdasarkan ketiga karakteristik (isi, konstruk dan bahasa).

Menurut (Akker dalam Rusiyanti, 2009: 47) suatu bahan ajar dikatakan baik jika memenuhi 3 kriteria yaitu valid, praktis, dan efektif.

1 Aspek valid dikaitkan dengan 2 hal yaitu :

a) Apakah bahan ajar yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat

b) Apakah terdapat konsisten internal

2 Aspek praktis hanya dapat dipenuhi jika :

a) Para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan.

b) Kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan

3 Aspek efektif, Akker memberikan parameter :

a) Ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa bahan ajar tersebut efektif.

b) Bahan ajar tersebut memberikan hasil sesuai yang diharapkan.

Pada penelitian ini :

1. Validasi oleh pakar (dosen matematika, guru matematika, guru bahasa indonesia, dan mahasiswa pascasarjana) validasi meliputi isi, konstruk dan bahasa.

2. Kepraktisan berarti dapat diterapkan oleh guru sesuai dengan yang direncanakan dan mudah digunakan oleh siswa.

3. Efek potensial dilihat dari hasil belajar siswa melalui tes

a) Validasi

Validasi atau kesahihan berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya (Djaali, 2008: 49). Validitas atau kesahihan menunjukan pada kemampuan suatu instrumen (alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur (… a valid measure if it succesfully measure the phenomenon) (Papi, 2007: 1). Suatu tes atau instrumen pengukuran dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Djaali, 2008: 49). Artinya hasil ukuran dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur. Sehingga berdasarkan pengertian itu, dapat artikan bahwa valid itu mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan).

Pada pengembangan bahan ajar menggunakan pendekatan PMRI yang produknya berupa LKS haruslah bersifat valid. Validasi membantu memperjelas produk dengan mengusahakan agar bahasa yang dipakai

sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, petunjuk-petunjuk yang diberikan jelas, susunan kalimat benar dan mudah dipahami, susunan materi pelajaran logis dan terurut, soal yang diberikan sesuai dengan kemampuan siswa. Dalam penelitian ini, bahan ajar yang dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI yang telah dibuat akan divalidasi oleh dosen pendidikan matematika, guru matematika, guru bahasa Indonesia, dan mahasiswa pascasarjana sebagai validator. Saran-saran yang diperoleh dari validator tersebut akan dijadikan sebagai revisi untuk memperbaiki bahan ajar yang dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI yang masih terdapat kekurangan.

Validasi dibagi menjadi validasi isi, validasi konstruk, dan validasi bahasa. Adapun validasi isi menggambarkan sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan) (Sudijono, 1995: 164). Aspek validasi isi bahan ajar disesuaikan berdasarkan pendekatan PMRI, aspeknya meliputi: (1) kejelasan standar kompetensi, adanya tujuan pembelajaran yang operasional, (2) keluasan dan kedalaman materi, (3) ketepatan urutan penyajian subpokok bahasan yang ada pada bahan ajar yang dikembangkan telah terurut dari pokok bahasan yang menjadi prasyarat untuk pokok bahasan selanjutnya,(4) latihan soal-soal sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, (5) isi LKS meliputi kilas balik pelajaran sebelumnya, materi, aktivitas siswa, presentasi, permasalahan, dan latihan siswa, (6) materi dan soal diawali dengan masalah kontekstual sesuai Validasi dibagi menjadi validasi isi, validasi konstruk, dan validasi bahasa. Adapun validasi isi menggambarkan sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan) (Sudijono, 1995: 164). Aspek validasi isi bahan ajar disesuaikan berdasarkan pendekatan PMRI, aspeknya meliputi: (1) kejelasan standar kompetensi, adanya tujuan pembelajaran yang operasional, (2) keluasan dan kedalaman materi, (3) ketepatan urutan penyajian subpokok bahasan yang ada pada bahan ajar yang dikembangkan telah terurut dari pokok bahasan yang menjadi prasyarat untuk pokok bahasan selanjutnya,(4) latihan soal-soal sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, (5) isi LKS meliputi kilas balik pelajaran sebelumnya, materi, aktivitas siswa, presentasi, permasalahan, dan latihan siswa, (6) materi dan soal diawali dengan masalah kontekstual sesuai

Validasi konstruk dari bahan ajar yang dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI menggambarkan ketepatan bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran matematika materi volume kubus dan balok oleh siswa. Aspek validasi konstruk meliputi (1) kejelasan petunjuk belajar, adanya petunjuk penggunaan bahan ajar yang dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI, (2) tampilan LKS disesuaikan dengan konteks dunia nyata, (3) kesesuaian komposisi warna, (4) kejelasan dalam pemilihan huruf (5) alat dan bahan yang digunakan real/nyata (tiga dimensi), (6) adanya umpan balik saat siswa mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya di depan kelas, (7) kontribusi terbesar datang dari siswa sesuai dengan karakteristik PMRI, dan (8) adanya interaktivitas guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan LKS saat proses belajar berlangsung.

Aspek bahasa meliputi (1) bahasa yang digunakan sudah sesuai dengan EYD (2) menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, (3) rumusan kalimat komunikatif, dan (4) rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.

b) Praktis

Menurut Indaryanti (2008), kepraktisan adalah dapat terpakainya bahan ajar oleh siswa yang dinilai dengan melakukan observasi. Dalam Menurut Indaryanti (2008), kepraktisan adalah dapat terpakainya bahan ajar oleh siswa yang dinilai dengan melakukan observasi. Dalam

Menurut Djaali (2008: 16), secara umum pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan objek pengamatan. Sedangkan menurut Sudjana (1996: 84), observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian yang banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Jadi observasi adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengukur tingkah laku siswa pada saat siswa belajar, pada saat berdiskusi, partisipasi siswa, simulasi dan penggunaan alat peraga.

Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Observasi yang dapat menilai atau mengukur hasil belajar adalah tingkah laku para siswa pada waktu guru mengajar. Tingkat keberhasilan bahan ajar yang digunakan dapat diukur dengan pelakukan kegiatan observasi karena melalui kegiatan ini bahan ajar dapat menggambarkan kepraktisan dari instrumen yang dibuat.

c) Efek Potensial

Salah satu pengertian efektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “dapat membawa hasil”. Dalam hal ini, keefektifan dilihat untuk menilai kualitas bahan ajar yang telah Salah satu pengertian efektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “dapat membawa hasil”. Dalam hal ini, keefektifan dilihat untuk menilai kualitas bahan ajar yang telah

Dengan kata lain, efek potensial suatu bahan ajar ini dilihat dari tingkat keberhasilan yang dicapai siswa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar menggunakan pendekatan PMRI. Kriteria efek potensial bahan ajar ini mengacu pada ketuntasan belajar. Pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai 60 atau lebih dalam peningkatan hasil belajar (Putri, 2010: 48).

F. Volume Kubus dan Balok

Salah satu standar kompetensi mata pelajaran matematika pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) adalah memahami sifat-sifat kubus, balok, limas, dan bagian-bagiannya serta menentukan ukurannya. Standar kompetensi ini terangkum dalam materi volume kubus dan balok dengan kompetensi dasar yaitu menghitung luas permukaan dan volume kubus dan balok.

Adapun indikator pencapaian kompetensi dasar pada materi volume kubus dan balok adalah:

a) Menemukan rumus volume kubus dan balok.

b) Menghitung volume kubus dan b alok.

c) Menghitung perubahan volume kubus dan balok jika ukuran rusuknya berubah. Volume kubus dan balok merupakan materi yang akan dikembangkan pada penelitian ini. Adapun alat belajar yang digunakan pada materi volume kubus dan balok adalah isolasi, spidol, gunting, dan penggaris. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kertas karton dan plastik mika. Sedangkan alat peraga yang digunakan pada penelitian ini adalah kubus satuan yang terbuat dari kertas karton, kubus transparan yang terbuat dari plastik mika, balok transparan yang terbuat dari plastik mika, dan susu kemasan kotak (gambar 2)

Gambar 2. Alat peraga yang digunakan dalam penelitian

Sebenarnya alat peraga yang ingin digunakan pada penelitian ini adalah kayu atau gabus. Kayu dipotong kecil-kecil dengan ukuran yang sama, namun karena pertimbangan kerumitan peneliti untuk memotong kayu dengan ukuran yang sama, maka alat peraga kayu tidak digunakan. Ide lain penggunaan alat peraga pada penelitian ini adalah gabus yang dipotong kecil- kecil dengan ukuran yang sama, namun karena pertimbangan kebersihan penggunaan gabus di kelas, maka alat peraga gabus tidak digunakan.

Setelah peneliti memikirkan dengan baik, alat peraga yang cocok digunakan pada penelitian ini, pemilihan alat peraga yang digunakan jatuh kepada kubus satuan. Ide penggunaan alat peraga kubus satuan ini muncul setelah peneliti membaca buku Workshop ala PMRI (Ilma, 2010: 14).

Pemilihan alat peraga kubus transparan dan balok transparan yang terbuat dari plastik mika yang digunakan pada penelitian ini, dikarenakan plastik mika yang dibuat menyerupai bentuk kubus dan balok, dapat terlihat dengan jelas ketika kubus-kubus satuan dimasukkan ke dalam kubus atau balok transparan. Sedangkan susu kemasan kotak dipilih sebagai alat peraga karena konteks susu kemasan kotak sesuai dengan permasalahan yang sering dijumpai siswa pada materi volume kubus dan balok.

G. Hasil Belajar

Belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar (Rogers dalam Dimyati, 2006 : 16). Tiga ranah hasil belajar, antara lain: (a) ranah kognitif (cognitive domain) yang terdiri dari mengenal, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, (b) ranah afektif (affective domain) berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi, dan (c) ranah psikomotoris (psychomotor domain) berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Secara mendasar berkenaan dengan hasil belajar keterampilan (skill) dan kemampuan (abilities) (Arikunto, 2009: 117-122). Sedangkan menurut (Bloom dalam Sudijono, 1995: 49-59), ada tiga tujuan pendidikan yaitu: (a) ranah kognitif, yaitu perilaku- Belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar (Rogers dalam Dimyati, 2006 : 16). Tiga ranah hasil belajar, antara lain: (a) ranah kognitif (cognitive domain) yang terdiri dari mengenal, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, (b) ranah afektif (affective domain) berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi, dan (c) ranah psikomotoris (psychomotor domain) berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Secara mendasar berkenaan dengan hasil belajar keterampilan (skill) dan kemampuan (abilities) (Arikunto, 2009: 117-122). Sedangkan menurut (Bloom dalam Sudijono, 1995: 49-59), ada tiga tujuan pendidikan yaitu: (a) ranah kognitif, yaitu perilaku-

Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti pengajaran tertentu. Ciri-ciri tes hasil belajar yang baik, ada 4 yaitu: (a) valid yaitu tes hasil belajar tersebut telah dapat mengukur atau mengungkapkan hasil- hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik, (b) reliabel yaitu tes tesebut memiliki tingkat kepercayaan, contohnya: suatu perangkat tes pada tahun ini dan tahun depan hasilnya sama atau mendekati, (c) obyektif yaitu materi tes tersebut diambil atau bersumber dari materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan sesuai atau sejalan dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan, dan (d) praktis yaitu tes tersebut dapat terpakai atau digunakan oleh siswa (Sudijono, 1995: 93-97). Keberhasilan belajar dapat diukur dengan sejauh mana hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Dalam proses pembelajaran (pendidikan dan pengajaran), ada tiga aspek pada diri siswa yang perlu dikembangkan. Ketiga aspek ini ialah aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Walaupun tujuan pendidikan itu meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pengukuran kognitif masih diutamakan untuk menentukan keberhasilan belajar seseorang. Sedangkan aspek afektif dan psikomotorik lebih bersikap sebagai pelengkap dalam menentukan derajat keberhasilan siswa (Ahmadi, 2005: 110-111).

Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti hanya mengukur aspek kognitifnya saja. Aspek kognitif ini diukur melalui hasil belajar siswa berupa tes setelah belajar dengan bahan ajar yang dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI.

H. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Beberapa penelitian tentang Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) telah memberikan bukti empiris tentang prospek pengembangan dan implementasi Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di Indonesia. Hasil-hasil penelitian tentang Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) diuraikan sebagai berikut:

Deboy (2009) menyimpulkan penelitiannya tentang pengembangan materi ajar menggunakan pendekatan PMRI pada pokok bahasan kesebangunan di kelas

IX SMP Talang Ubi bahwa siswa lebih tertarik dan mudah memahami materi pelajaran menggunakan buku siswa yang dikembangkan dengan konteks dunia nyata.

Dalam penelitian Nurbaiti (2011), menyimpulkan penelitiannya tentang pengembangan bahan ajar trigonometri kelas X menggunakan pendekatan PMRI di SMA Negeri 3 Palembang menunjukkan sikap positif, terhadap aktivitas pembelajaran matematika serta siswa lebih suka belajar dengan pendekatan PMRI.

Temuan yang hampir sama dikemukakan Syutaridho (2011) menyimpulkan penenelitiannya tentang pengembangan bahan ajar keliling, luas persegi dan persegi panjang dengan pendekatan PMRI menunjukkan bahwa siswa Temuan yang hampir sama dikemukakan Syutaridho (2011) menyimpulkan penenelitiannya tentang pengembangan bahan ajar keliling, luas persegi dan persegi panjang dengan pendekatan PMRI menunjukkan bahwa siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development) . Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji efek potensial produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji efek potensial produk tersebut, agar dapat berfungsi di masyarakat luas, diperlukan penelitian untuk menguji produk tersebut.

Penelitian pengembangan ini yang bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang valid dan praktis pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Palembang. Isi dari pengembangan bahan ajar pada penelitian ini terdiri dari aktivitas siswa, permasalahan, dan latihan soal beserta kolom jawabannya.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 26 Palembang. SMP Negeri 26 Palembang dipilih dengan dua alasan yaitu: (1) siswa sudah dikelompokkan secara heterogen, (2) sekolah tersebut telah memiliki bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibeli pada penerbit tertentu, tetapi isi dari LKS tersebut belum mengacu pada (contextual problem), sehingga penulis Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 26 Palembang. SMP Negeri 26 Palembang dipilih dengan dua alasan yaitu: (1) siswa sudah dikelompokkan secara heterogen, (2) sekolah tersebut telah memiliki bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibeli pada penerbit tertentu, tetapi isi dari LKS tersebut belum mengacu pada (contextual problem), sehingga penulis

C. Prosedur Penelitian

Tahap-tahap yang harus dilakukan dalam penelitian pengembangan ada tiga tahapan, yaitu: tahap pendahuluan, tahap pengembangan, dan tahap evaluasi. Tahap pendahuluan terdiri dari analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan, melakukan analisis pembelajaran, menganalisis warga belajar dan lingkungannya, merumuskan tujuan khusus,

mengembangkan instrumen penilaian, mengembangkan strategi pembelajaran, dan mengembangkan materi pembelajaran.

Tahap pengembangan terdiri dari dua bagian, yaitu merancang dan mengembangkan evaluasi formatif, serta merevisi pembelajaran/memperbaiki pembelajaran, tahapan yang terakhir adalah tahap evaluasi, pada tahap ini dilaksanakan evaluasi sumatif yang biasanya dilakukan di beberapa sekolah.

Dengan memperhatikan langkah-langkah di atas, maka penelitian ini hanya menggunakan dua tahapan, yaitu tahap pendahuluan dan tahap pengembangan. Hal ini dilakukan karena penelitian ini hanya sampai pada uji coba untuk kalangan terbatas yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Palembang.

1. Tahap Pendahuluan

Langkah-langkah pada tahapan ini adalah:

a) Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan

Pada langkah ini, peneliti mengumpulkan informasi tentang kurikulum yang digunakan, kemudian menetapkan standar kompetensi dan Pada langkah ini, peneliti mengumpulkan informasi tentang kurikulum yang digunakan, kemudian menetapkan standar kompetensi dan

b) Melakukan analisis pembelajaran

Setelah menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dikembangkan, peneliti melakukan analisis terhadap keterampilan- keterampilan yang dapat menunjang tercapainya kemampuan dasar tersebut.

c) Menganalisis warga belajar dan lingkungannya

Pada tahap ini, dilakukan survei terhadap siswa yang akan menerima pelajaran, baik usia, kelas, dan aspek yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan bahan ajar. Serta menganalisis keterampilan yang dipelajari oleh siswa dan situasi yang terkait dengan tugas yang dihadapi siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

d) Merumuskan tujuan khusus

Pada langkah ini, peneliti melakukan penjabaran indikator dari tujuan pembelajaran umum.

e) Mengembangkan instrumen penilaian

Penentuan alat penilaian yang akan digunakan untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran.

f) Mengembangkan strategi pembelajaran

Pemilihan kegiatan belajar siswa pada saat menggunakan bahan ajar meliputi: kegiatan prapembelajaran (pre-activity), presentasi isi, partisipasi peserta didik, penilaian, dan tindak lanjut kegiatan Pemilihan kegiatan belajar siswa pada saat menggunakan bahan ajar meliputi: kegiatan prapembelajaran (pre-activity), presentasi isi, partisipasi peserta didik, penilaian, dan tindak lanjut kegiatan

Pada langkah ini ditentukan materi yang akan dikembangakan pada bahan ajar sesuai dengan tujuan khusus dan strategi. Pada tahap ini dihasilkan desain produk yang disebut prototype

2. Tahap Pengembangan

Langkah-langkah dalam tahap pengembangan adalah merancang dan melaksanakan evaluasi formatif dan merevisi bahan ajar berupa LKS yang dilakukan pada setiap tahapan evaluasi formatif.

Tahapan pada evaluasi formatif yaitu: expert review, one-to-one evaluation , small group, dan field test

a) Expert review

Pada langkah ini dilakukan validasi bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI. Validasi ini dilakukan untuk mengetahui ketepatan bahan ajar yang dirancang untuk kelas VIII SMP Negeri 26 Palembang menggunakan pendekatan PMRI. Validitas yang dilakukan adalah validitas isi, validitas konstruk dan validasi bahasa. Validitas isi untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian materi dalam bahan ajar dengan tujuan pembelajaran, sedangkan validitas konstruk untuk mengetahui tentang ketepatan bahan ajar berdasarkan pendekatan PMRI. Sedangkan validasi bahasa untuk mengetahui ketepatan bahasa yang digunakan pada bahan ajar agar sesuai dengan EYD.

Pada tahap ini, perbaikan terhadap bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI dilakukan setelah dosen pendidikan matematika, guru matematika, guru bahasa Indonesia, dan Pada tahap ini, perbaikan terhadap bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI dilakukan setelah dosen pendidikan matematika, guru matematika, guru bahasa Indonesia, dan

Tabel 3. Gambaran validator tentang bahan ajar menggunakan pendekatan PMRI

Jumlah validator 3 orang dosen matematika, 1 orang guru matematika, 1 orang guru bahasa Indonesia, dan 1 orang mahasiswa pascasarjana.

Waktu pelaksanaan

25 Maret 2013

Fokus Kevalidan dan kepraktisan serta efek potensial bahan ajar yang dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI

Prosedur Peneliti memberikan LKS menggunaan pendekatan PMRI yang telah dibuat, kemudian validator mengevaluasi setiap aspek (isi, konstruk, dan bahasa). Saran dari validator kemudian di catat dan dijadikan masukan sebagai bahan untuk merevisi LKS

b) One-to-one evaluation

Pada langkah ini, bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI yang telah disusun diujicobakan pada dua orang siswa dari kelas VIII.1, dari kedua siswa ini diperoleh tanggapan dan komentarnya tentang bahan ajar tersebut. Tanggapan siswa terhadap bahan ajar pada tahap one-to-one evaluation, digunakan untuk memperbaiki bahan ajar yang dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI. Setelah melalui kedua tahapan ini (expert review dan one-to-one evaluation ), LKS sudah dapat dikatakan valid. Tahap Setelah perbaikan dari tahap one-to-one dilanjutkan ke tahap small group.

c) Small group

Hasil dari tanggapan siswa atau validator dari langkah terdahulu diperbaiki dan diujicobakan pada kelompok kecil atau small group. Pada langkah small group, peneliti mengujicobakan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI pada sekelompok siswa. Pada tahap small group bahan ajar diujicobakan kepada 6 orang siswa dari kelas VIII.1 . Siswa-siswa yang diujicobakan bahan ajar tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik siswa yang akan dijadikan sasaran penelitian dalam situasi yang nyata yaitu kelas VIII.2. Dari ujicoba kelompok kecil (small group) diperoleh komentar untuk memperbaiki bahan ajar tersebut. Pada tahap small group ini akan dilihat kepraktisan dari bahan ajar yang dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI. Jika siswa telah dapat menggunakan bahan ajar tersebut, artinya bahan ajar sudah praktis. Selanjutnya, hasil yang diperoleh dari tahap small group kemudian diperbaiki untuk diujicobakan pada tahap field test.

d) Field test

Field test merupakan uji coba lapangan yang situasinya realistik. Pada saat ini dilakukan pembelajaran dengan bahan ajar menggunakan pendekatan PMRI pada kelas yang menjadi objek penelitian yaitu kelas

VIII.2. Pada saat pembelajaran berlangsung dilakukan pencatatan terhadap situasi yang terjadi di lapangan untuk mengetahui efek potensial terhadap hasil belajar siswa. Setelah tahap field test diadakan test mendapatkan hasil belajar siswa setelah belajar dengan bahan ajar menggunakan VIII.2. Pada saat pembelajaran berlangsung dilakukan pencatatan terhadap situasi yang terjadi di lapangan untuk mengetahui efek potensial terhadap hasil belajar siswa. Setelah tahap field test diadakan test mendapatkan hasil belajar siswa setelah belajar dengan bahan ajar menggunakan

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, observasi, angket dan lembar validasi.

1) Tes dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Tes dilakukan setelah siswa melakukan proses pembelajaran menggunakan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI.

2) Observasi dilakukan untuk memperoleh data aktivitas belajar siswa saat menggunakan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Adapun aspek dan indikator yang diamati adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Aspek dan Indikator Materi

Aspek

Indikator

Aktivitas Visual  Mencatat informasi penting yang dibutuhkan Aktivitas mendengarkan

 Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru  Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan teman

 Menyampaikan

Aktivitas Lisan

ide/pendapat

atau menanggapi

pertanyaan siswa lain

 Mengerjakan tugas (soal-soal)  Bekerja menggunakan alat dan media peraga

Aktivitas Gerak

(Modifikasi dari Deboy, 2009: 22)

3) Angket digunakan untuk memperoleh data tetang pendapat pengguna (siswa) terhadap kebermanfaatan pengembangan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI .

4) Lembar validasi digunakan untuk mendapatkan opini atau pendapat dari para pakar tentang kevalidan dan kepraktisan dari pengembangan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekaan PMRI. Berikut aspek dan indikator kevalidan dan kepraktisan materi.

Tabel 5. Aspek dan indikator kevalidan dan kepraktisan bahan ajar

Aspek

Indikator

Isi (content)

1. Kejelassan SK, KD, dan tujuan pembelajaran. 2. Keluasan dan Kedalaman materi.

3. Ketepatan urutan penyajian materi. 4. Latihan soal-soal sesuai dengan tingkat

kemampuan siswa. 5. Isi LKS meliputi kilas balik pelajaran

sebelumnya, materi, presentasi, contoh soal, dan latihan soal.

6. Materi dan soal diawali dengan masalah

kontekstual

sesuai

dengan karakteristik

pendekatan PMRI. 7. Aktivitas siswa menggunakan LKS membuat

siswa mendapatkan penemuan terbimbing melalui matematiasi, membuat model-model siswa sendiri, dan ini merupakan suatu fenomena mendidik sesuai dengan prinsip pendekatan PMRI.

Stuktur dan Navigasi

1. Kejelasan petunjuk belajar.

(construct)

2. Tampilan LKS disesuaikan dengan konteks

dunia nyata. 3. Kesesuaian komposisi warna. 4. Kejelasan dalam pemilihan huruf.

5. Alat dan bahan yang digunakan real/nyata

(tiga dimensi). 6. Adanya

umpan

balik saat siswa

mempresentasikan

hasil pekerjaan kelompoknya di depan kelas. Umpan balik ini baik diberikan oleh guru maupun dari kelompok lain.

7. Kontibusi terbesar dating dari siswa sesuai dengan karakteristik pendekatan PMRI.

8. Adanya interaktivitas antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa denagan LKS saat proses pembelajaran berlansung.

Bahasa

1. Bahasa yang digunakan sudah sesuai dengan

EYD. 2. Menggunakan bahasa yang sederhana dan

mudah dipahami. 3. Rumusan kalimat komunikatif 4. Rumusan

tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.

kalimat

(Modifikasi dari Putri, 2010: 57)

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: tes, observasi, angket, dan lembar validasi.

1 Data Hasil Tes Data kemampuan belajar siswa diperoleh dengan memeriksa lembar jawaban tes dan tugas siswa, kemudian dianalisis untuk melihat pencapaian kemampuan belajar siswa dalam proses pembelajaran dan kreativitas siswa dalam melakukan matematisasi.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data tes, Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data tes,

b) Memeriksa jawaban siswa.

c) Memberikan skor dari hasil jawaban siswa sesuai dengan skor patokan yang telah ditentukan.

Hasil belajar =

d) Skor tes yang diperoleh masing-masing siswa dikategorikan menjadi nilai dalam rentang 0 – 100.

e) Membuat analisis kemampuan belajar siswa yang diperoleh dari nilai latihan pada bahan ajar dan tes akhir Rata-rata nilai akhir yang diperoleh digunakan untuk melihat kategori

hasil belajar siswa seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 6. Kategori penilaian hasil belajar siswa

Sangat Baik

Kurang Baik

0-40

Sangat Kurang

(Modifikasi dari Arikunto, 2002: 245)

2 Data Observasi Observasi dilakukan terhadap siswa pada saat proses pembelajaran matematika menggunakan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok yang dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI, dengan langkah-langkah 2 Data Observasi Observasi dilakukan terhadap siswa pada saat proses pembelajaran matematika menggunakan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok yang dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI, dengan langkah-langkah

b) Menentukan skor total untuk setiap subjek dengan cara:

Aktivitas belajar = 𝑥 100

Dari data analisis tersebut dikategorikan pada penilaian skor aktivitas belajar terhadap subjek akan dikelompokkan dalam kategori sebagai berikut:

Tabel 7. Kategori aktivitas belajar siswa

Sangat Baik

Cukup Baik

Sangat Buruk

(Modifikasi dari Arikunto, 2002: 245)

3 Data Angket Salah satu skala yang sering digunakan adalah skala likert. Dalam skala likert pertanyaan-pertanyaan yang diajukan baik pertanyaan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Langkah –langkah untuk menganalisa data pada penelitian ini adalah:

a) Memberikan skor terhadap setiap jawaban subjek. Setiap alternatif pilihan jawaban diberi skor 1-5. Skor setiap alternatif pilihan jawaban ditetapkan

pada

tabel

sebagai

berikut :

Tabel 8. Alternatif pilihan jawaban angket

Tidak Sangat

Setuju

Setuju Tidak Setuju

Pernyataan 5 4 3 2 1 Positif

Pernyataan 1 2 3 4 5 Negatif

b) Menentukan jumlah skor tertinggi dan jumlah skor terendah.

c) Memberikan skor total untuk setiap subjek dengan cara:

Manfaat bahan ajar =

d) Dari data analisis tersebut dikategorikan pada penilaian angket skor hasil angket terhadap subjek akan dikelompokkan dalam kategori sebagai berikut:

Tabel 9. Kategori kebermanfaatan bahan ajar

Sangat bermanfaaat

61-80

Bermanfaat

41-60 Cukup bermanfaat

21-40

Kurang bermanfaat

0-20

Tidak bermanfaat

(Modifikasi dari Arikunto, 2002: 245)

4 Lembar Validasi Selain menganalisi kolom komentar yang telah diberikan pakar, data hasil analisis dokumen juga di analisis secara deskriftif kualitatif, dengan memberikan skor pada setiap indikatonya.

a) Skor 1 berarti sangat tidak valid.

b) Skor 2 berarti kurang valid.

c) Skor 3 berarti valid

d) Skor 4 berarti sangat valid Skor yang diberikan setiap validator dijumlahkan, dicari rata-ratanya dan dikelompokkan kembali sepeti tabel berikut:

Tabel 10. Kategori bahan ajar yang baik

Sangat valid

Cukup valid

1,61-2,20

Kurang valid

1,00-1,60

Tidak valid

(Modifikasi dari Nasoetion dalam Arifin, 2010: 36)

Bahan ajar dikatakan baik, jika bahan ajar yang dikembangkan terkategori minimal cukup valid. Dan revisi setiap prototype dilakukan dengan melihat kecendrungan komentar dari semua pakar.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pendesainan dan Pengembangan Bahan Ajar

Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, ada sembilan tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan

Tahap awal model ini, standar kompetensinya adalah memahami sifat- sifat kubus, balok, limas, dan bagian-bagiannya serta menentukan ukurannya. Sedangkan kompetensi dasarnya adalah menghitung luas dan volume kubus dan balok.

2. Melakukan analisis pembelajaran

Setelah mengidentifikasi tujuan pembelajaran, maka ditentukan apa tipe belajar yang dibutuhkan siswa. Tipe belajar yang dibutuhkan siswa adalah pembelajaran yang dimulai dari masalah kontekstual (contextual problem), matematika bukan hanya sekedar menghapal rumus, tetapi siswa juga harus tahu cara menemukan rumus tersebut, sehingga pelajaran matematika terasa lebih bermakna.

3. Menganalisis warga belajar dan lingkungannya

Hasil analis terhadap warga belajar dan lingkungannya diperoleh bahwa warga belajar pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII.2 dan lingkungan belajarnya adalah SMP Negeri 26 Palembang. Pada tahap ini,

peneliti mengumpulkan data tentang usia siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 26 Palembang yang berjumlah 40 orang. Dari survei tersebut, diperoleh peneliti mengumpulkan data tentang usia siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 26 Palembang yang berjumlah 40 orang. Dari survei tersebut, diperoleh

kelas VIII.2 SMP Negeri 26 Palembang berusia di bawah 16 tahun

Anak yang berusia antara 12-18 tahun berada pada tahap formal yang bersifat internal. Untuk siswa kelas VIII SMP dengan usia sekitar 12-14 tahun, aspek yang perlu dipertimbangkan adalah aspek perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan tahap informal matematika ke penerapan tahap formal matematika dalam bernalar. Oleh karena itu, pada pengembangan bahan ajar menggunakan pendekatan PMRI ini dalam penyampaian materinya ditampilkan juga aplikasi dalam kehidupan sehari- hari (real word) yang berkenaan dengan materi yang dipelajari (Modifikasi Putri, 2010: 73).

4. Merumuskan tujuan khusus

Berdasarkan analisis pembelajaran dan analisis warga belajar dan lingkungannya, didapatkan rumusan indikator pembelajaran, yaitu menemukan rumus volume kubus dan balok, menghitung volume kubus dan balok, dan menghitung perubahan volume kubus dan balok jika ukuran rusuknya berubah.

5. Mengembangkan instrumen penilaian

Tes yang digunakan adalah tes tertulis berbentuk essai dengan mengacu pada aspek penilaian berdasarkan pendekatan PMRI yang akan dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran.

6. Mengembangkan strategi pembelajaran

Kegiatan belajar siswa yang digunakan dalam pengembangan bahan ajar menggunakan pendekatan PMRI adalah:

a) Kegiatan prapembelajaran (pre-activity) Kegiatan prapembelajaran adalah kegiatan yang dirancang peneliti untuk mengembangkan bahan ajar berdasarkan pendekatan PMRI. Kegiatan prapembelajaran yang dilakukan, seperti mendesain isi bahan ajar yang akan digunakan pada kegiatan pembelajaran. Isi dari bahan ajar yang dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI meliputi : cover yang bertuliskan berdasarkan pendekatan PMRI, menggunakan konteks benda yang berbentuk kubus dan balok, melakukan percobaan menemukan rumus volume kubus dan balok yang sudah didesain menggunakan pendekatan PMRI, permasalahan kontekstual yang sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari, dan latihan-latihan siswa yang dapat menggiring siswa menggunakan berbagai model dalam menyelesaikannya.

b) Presentasi isi Pada aktivitas siswa menemukan rumus volume kubus dan balok, terdapat berbagai pertanyaan yang harus diselesaikan siswa secara berkelompok. Setelah siswa selesai mengerjakan aktivitas-aktivitas tersebut. Pada pertemuan selanjutnya siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan dari kegiatan presentasi tersebut, akan ada pertanyaan dari kelompok lain. Kelompok yang mempresentasikan hasil diskusinya harus menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Kemudian, pertanyaan dan b) Presentasi isi Pada aktivitas siswa menemukan rumus volume kubus dan balok, terdapat berbagai pertanyaan yang harus diselesaikan siswa secara berkelompok. Setelah siswa selesai mengerjakan aktivitas-aktivitas tersebut. Pada pertemuan selanjutnya siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan dari kegiatan presentasi tersebut, akan ada pertanyaan dari kelompok lain. Kelompok yang mempresentasikan hasil diskusinya harus menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Kemudian, pertanyaan dan

c) Partisipasi peserta didik Partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran menggunakan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI sangat diperlukan guna menunjang proses pembelajaran untuk melihat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

d) Penilaian Penilaian dilakukan oleh guru (peneliti) berdasarkan hasil belajar siswa menggunakan bahan ajar berdasarkan pendekatan PMRI. Penilaian hasil belajar siswa dilihat dari skor tes siswa berdasarkan kategori penilaian hasil belajar siswa.

e) Tindak lanjut kegiatan Tindak lanjut kegiatan siswa yang dimaksud disini adalah pemberian umpan balik sesuai dengan usaha yang dilakukan siswa pada proses pembelajaran.

7. Mengembangkan materi pembelajaran

Setelah mengembangkan strategi pengajaran, maka dilanjutkan dengan mengembangkan atau memilih pengajaran (develop and select instructional materials ). Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar menggunakan pendekatan PMRI yang meliputi aktivitas siswa, latihan soal, beserta kolom jawabannya.

Proses pendesainan materi terkait dengan pembuatan prototipe LKS yang terdiri dari 4 kali pertemuan dan kemudian dievaluasi. Masing-masing Proses pendesainan materi terkait dengan pembuatan prototipe LKS yang terdiri dari 4 kali pertemuan dan kemudian dievaluasi. Masing-masing

Dalam mendesainan materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI harus terkait dengan tiga prinsip PMRI dan lima karakteristik PMRI.

Setelah melakukan analisis materi, diperoleh hasil berupa LKS yang sudah terkait dengan indikator pencapaian hasil belajar dan mengacu pada tiga

prinsip dan lima karakteristik PMRI. Hasil analisis tersebut disebut sebagai prototipe pertama. Berikut contoh materi pada prototipe pertama:

Gambar 3. Contoh prototipe pertama LKS

Adapun pada sampul depan diberikan latar belakang kubus transparan besar dan balok transparan besar. Terdapat SK, KD, indikator pembelajaran, dan kalimat berbasis pendekatan PMRI pada LKS. Pada halaman pertama diberikan konteks toko kue BreadTalk dan konteks kotak kue yang berbentuk Adapun pada sampul depan diberikan latar belakang kubus transparan besar dan balok transparan besar. Terdapat SK, KD, indikator pembelajaran, dan kalimat berbasis pendekatan PMRI pada LKS. Pada halaman pertama diberikan konteks toko kue BreadTalk dan konteks kotak kue yang berbentuk

Aktivitas siswa terdapat pada halaman 3-5. Aktivitas 1 yaitu menemukan rumus volume kubus. Alat dan bahan yang digunakan adalah kotak transparan biru berbentuk kubus, kubus satuan, dan isolasi. Dari kegiatan aktivitas 1 ini siswa diharapkan dapat menjawab pertanyaan yang diberikan, sehingga siswa dapat menyimpulkan rumus volume kubus dari diskusi kelompoknya. Pada halaman 6-8 terdapat aktivitas 2 yaitu menemukan rumus volume balok. Alat dan bahan yang digunakan adalah kotak transparan biru berbentuk balok, kubus satuan, dan isolasi. Dari kegiatan aktivitas 2 ini siswa diharapkan dapat menjawab pertanyaan yang diberikan, sehingga siswa dapat menyimpulkan rumus volume balok dari diskusi kelompoknya.

Permasalahan terdapat pada halaman 9-10, diberikan contoh soal materi volume kubus dan balok yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Terdapat tiga latihan pada LKS ini, yaitu latihan 1 yang bertujuan siswa dapat menghitung volume kubus. Latihan 2 yang bertujuan siswa dapat menghitung volume balok, dan latihan 3 yang bertujuan siswa dapat menghitung volume kubus dan balok jika panjang rusuknya berubah.

8. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif

Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif merupakan tahap pengembangan dalam penelitian ini. Langkah-langkah dalam tahap pengembangan adalah penyusunan evaluasi formatif dan perbaikan pembelajaran. Perbaikan pembelajaran dilakukan pada setiap tahapan evaluasi formatif. Ada empat tahapan evaluasi formatif yaitu:

a) Expert review

Pada langkah ini dilakukan validasi bahan ajar materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI yang melibatkan dosen pendidikan matematika, guru matematika, guru bahasa indonesia, mahasiswa pascasarjana. Hasil komentar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 11. Hasil validasi pada tahap Expert Review

Tanggal

Validator

Saran dan Komentar

25 Maret 2013

M. Win Afgani, S.Si, M.Pd  Keluasan dan kedalaman materi, sebaiknya dikaitkan dengan materi sebelumnya.

 Materi

dan soal, sebaiknya disesuaikan dengan konteks yang ada di Palembang.

 Student Exercise diganti dalam bahasa indonesia.

25 Maret 2013

Hartatiana, M.Pd  Tujuan pembelajaran sudah sesuai dengan SK dan KD.  Pada Student Exercise III, soal (b) tidak diketahui pertambahan panjang rusuk, sehingga tidak dapat dihitung

pertambahan volumenya dan tidak bisa

ditentukan perbandingan volume antara lampion.

 Urutan penyajian materi disesuaikan dengan urutan KD.  Sebaiknya ditambahkan soal-soal yang tingkat kesukarannya lebih tinggi (soal yang disajikan baru sampai pada tahap aplikasi).

 Pahami kembali makna kontekstual, artinya kontekstual bukan sekedar

apa yang dialami/dilihat/dilakukan siswa.

 Pada materi volume kubus dan balok

aktivitas

yang disajikan untuk menemukan rumus sudah baik, tetapi untuk materi perubahan volume kubus dan balok, belum ada aktivitas yang ditunjukkan.

 Petunjuk

belajar/petunjuk pengerjaan soal sudah jelas.  Perhatikan penggunaan kata depan.  Pada LKS halaman 1, sebaiknya soal

diperjelas dengan kalimat “apakah setiap sisi kota kue memiliki ukuran yang sama”.

25 Maret 2013

Yuli Fitrianti, M.Pd  Pada LKS halaman 2 ganti gambar orang yang menurunkan kardus karena kegiatannya tidak jelas.

 Contoh soal no. 2 halaman 9, contoh soal soal didahulukan karena contoh soal no. 2 lebih mudah daripada contoh soal no. 1. Jangan ditulis

contoh soal tetapi permasalahan.  Sebaiknya

pertanyaan-pertanyaan aktivitas 1 dibuat hampir sama seperti aktivitas 2, giring siswa menemukan rumus volume kubus dan balok.

 Soal no. 5 halaman 1 rancu perbaiki

kalimatnya.

25 Maret 2013

Marsilis, S.Pd  Penggunaan bahasa pada LKS harus jelas dan mudah dipahami oleh siswa.

 Rumus yang digunakan pada pembahasan harus sesuai dengan

buku yang dipakai di sekolah.

25 Maret 2013

Nora Sumilasari, S.Pd  Cukup jelas, latihan sudah mewakili indikator dan tujuan pembelajaran.  Cari soal yang lebih variatif.  Perjelas pemisahan materi kubus dan

balok.  Isi LKS sudah baik.

 Konteks soal tidak harus benda tetapi bisa masalah dalam kehidupan sehari-hari.

 Matematisasi minim, selebihnya

sudah baik.  Kejelasan petunjuk belajar sudah

baik.  Kesesuaian komposisi warna sudah

baik.  Ukuran

huruf pada materi disamakan, ada yang tidak konsisten.

 Perintah diskusi dimunculkan.

4 April 2013

Suzana, M.Pd  Pada halaman 1, soal no 1 kata “anda” menunjukkan hanya bertanya ke

orang sedangkan kenyataannya LKS ini dikerjakan siswa secara berkelompok.

satu

 Perbaiki kalimat yang ada pada LKS harus sesuai dengan EYD.

Tabel 12. Saran validator terhadap bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan pendekatan PMRI serta keputusan langkah tindakan revisi

Saran Keputusan Revisi

 Materi dan soal, sebaiknya disesuaikan  Materi dan soal sudah disesuaikan dengan dengan konteks yang ada di Palembang.

konteks yang ada di Palembang.  Student Exercise diganti dalam bahasa  Student Exercise sudah diganti dalam Indonesia

bahasa inndonesia yaitu latihan siswa.

 Pada Student Exercise III, soal (b) tidak  Pada Latihan Siswa III, soal sudah diketahui pertambahan panjang rusuk,

diperbaiki sudah diketahui pertambahan sehingga tidak dapat dihitung pertambahan

panjang rusuk lampion sehingga soal dapat volumenya dan tidak bisa ditentukan

diselesaikan.

perbandingan volume antara lampion.  Pada materi volume kubus dan balok

 Pada materi menghitung pertambahan aktivitas yang disajikan untuk menemukan

dan balok, sudah rumus sudah baik, tetapi untuk materi

volume

kubus

ditambahkan kegiatan siswa yaitu membuat perubahan volume kubus dan balok, belum

sketsa bentuk kubus dan balok yang ada aktivitas yang ditunjukkan.

 Pada LKS halaman 1, sebaiknya soal disesuaikan dengan perintah soal.  Kalimat soal sudah diganti “apakah setiap

diperjelas dengan kalimat “apakah setiap sisi kotak kue memiliki ukuran yang sama”. sisi kota kue memiliki ukuran yang sama”.

 Pada LKS halaman 2 ganti gambar orang  Gambar orang yang menurunkan kardus yang

sudah diganti menjadi gambar orang yang kegiatannya tidak jelas.

mengangkut kardus menggunakan troli menuju pasar 16 ilir Palembang.

 Kalimat contoh soal sudah diganti menjadi  Contoh soal no. 2 halaman 9, contoh soal

permasalahan.

soal didahulukan karena contoh soal no. 2

lebih mudah daripada contoh soal no. 1. Jangan

ditulis contoh

soal

tetapi

permasalahan.  Sebaiknya pertanyaan-pertanyaan aktivitas

1 dibuat hampir sama seperti aktivitas 2,  Pertanyaan-pertanyaan pada aktivitas 1 giring siswa menemukan rumus volume

dibuat hampir sama mendekati pertanyaan kubus dan balok.

aktivitas 2

 Soal no. 5 halaman 1 rancu perbaiki kalimatnya.

 Soal no. 5 halaman 1 sudah diperbaiki

kalimatnya.

 Penggunaan bahasa pada LKS harus jelas  Penggunaan kalimat alat dan bahan pada dan mudah dipahami oleh siswa.

LKS sudah diperbaiki, sudah dipisahkan antara alat, bahan, dan alat peraga, sehingga siswa lebih mudah memahami aktivitas menemukan rumus volume kubus dan balok.

 Cari soal yang lebih variatif.  Soal-soal pada LKS sudah ditambahkan.  Konteks soal tidak harus benda tetapi bisa  Konteks soal sudah disesuaikan pada

masalah dalam kehidupan sehari-hari. kehidupan sehari-hari seperti: mengisi bak  Matematisasi minim, selebihnya sudah

mandi yang kosong dengan air sampai baik.

penuh, mengisi air ke dalam akuarium, mengisi kue-kue yang akan dijual ke dalam kardus kue, sampai pada hal yang lebih

kompleks seperti menghitung jumlah melon kubus yang dapat dimuat ke dalam truk

kontainer.  Ukuran huruf sudah disamakan.

 Ukuran huruf pada materi disamakan, ada  Perintah diskusi pada aktivitas 1 dan aktivitas 2 sudah dimunculkan.

yang tidak konsisten.  Perintah diskusi dimunculkan.

 Pada halaman 1, soal no 1 kata “anda”  Kata “anda” pada LKS halaman 1, soal no menunjukkan hanya bertanya ke satu orang

1 dan 2 sudah diganti menjadi kalian. sedangkan

dikerjakan siswa secara berkelompok.  Perbaiki kalimat soal pada aktivitas 1 dan

aktivitas 2.  Kalimat soal pada aktivitas 1 dan aktivitas 2

sudah diperbaiki.

Tabel 13. Beberapa perubahan revisi pada prototipe 1 menjadi prototipe 2 No

Sebelum Revisi Setelah Revisi 1.

3.

4.

8.

9.

10.

Untuk mendapatkan bahan ajar berdasarkan pendekatan PMRI yang valid, maka dilakukan penilaian terhadap bahan ajar yang dikembangkan oleh dosen pendidikan matematika, guru matematika, dan guru bahasa indonesia. Kevalidan bahan ajar tersebut, diukur dengan menggunakan 19 pernyataan, yaitu: (1) kejelasan SK, KD, dan tujuan pembelajaran, (2) keluasan dan kedalaman materi, (3) ketepatan urutan penyajian, (4) latihan soal-soal sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, (5) isi LKS meliputi kilas balik pelajaran sebelumnya, materi, aktivitas siswa, presentasi,

masalah kontekstual sesuai dengan karakteristik PMRI, (7) aktivitas siswa menggunakan LKS membuat siswa mendapatkan penemuan terbimbing melalui matematisasi, membuat model-model siswa sendiri, fenomena mendidik sesuai dengan prinsip PMRI, (8) kejelasan petunjuk belajar, (9) tampilan LKS disesuaikan dengan konteks dunia nyata, (10) kesesuaian komposisi warna, (11) kejelasan dalam pemilihan huruf, (12) alat dan bahan yang digunakan real/nyata (tiga dimensi), (13) adanya umpan balik saat siswa mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya di depan kelas, (14) kontribusi terbesar datang dari siswa sesuai dengan karakteristik PMRI, (15) adanya interaktivitas guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan LKS saat proses belajar berlangsung, (16) bahasa yang digunakan sudah sesuai dengan EYD, (17) menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, (18) rumusan kalimat komunikatif, dan (19) rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian. Berikut tabel rata-rata jumlah skor validator dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 14. Rata-rata jumlah skor validator

No

Nama Validator

Jumlah Skor

Kategori

1 Hartatiana, M.Pd

Valid

2 Marsilis, S.Pd

Valid

3 M.Win Afgani, S.Si, M.Pd

Sangat Valid

4 Nora Sumilasari, S.Pd

Sangat Valid

5 Suzana, M.Pd

Sangat Valid

6 Yuli Fitrianti, M.Pd

Sangat Valid

Berdasarkan rata-rata skor validator diperoleh data bahwa kualitas bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan pendekatan PMRI termasuk kategori sangat valid apabila rata-rata rentang skor antara 3,41-4,00. (Rekap hasil rekapitulasi pakar terlampir pada lampiran 9).

b) One-to-one evaluation

Selanjutnya pada tahap ini, bahan ajar berupa LKS yang sudah diperbaiki diujicobakan kepada dua orang siswa kelas VIII.1 siswa SMP

Negeri 26 Palembang yang bernama Desi Putriana dan Khafisya. Setelah belajar materi volume kubus dan balok menggunakan LKS berdasarkan pendekatan PMRI, kedua siswa tersebut diminta memberikan komentarnya. Komentar pada tahap one-to-one evaluation dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 15. Komentar siswa terhadap bahan ajar menggunakan pendekatan PMRI pada tahap one-to-one evaluation

Tanggal Komentator Komentar

1 April 2013 Desi Putriana  Soal yang ada pada LKS ini lebih mudah dipahami karena soal yang diujikan disertai dengan gambar dan menyangkut kegiatan sehari-hari.

 Saya lebih memahami cara menemukan suatu rumus karena saya mencoba menemukannya

sendiri menggunakan media kotak transparan yang diisi kubus-kubus satuan.

 Soal yang menurut saya agak sulit adalah soal pertambahan volume kubus dan balok karena untuk menyelesaikan soal tersebut dalam bentuk

perbandingan, bilangannya terlalu besar, saya dapat menyelesaikan soal tersebut, tetapi membutuhkan waktu sedikit lama.

1 April 2013 Khafisya  Soal pada LKS berdasarkan pendekatan PMRI lebih mudah dimengerti dari pada LKS biasanya.

 LKS berdasarkan pendekatan PMRI lebih menarik daripada LKS biasanya karena disertai dengan gambar berwarna.

 Soal-soal cerita pada LKS menyangkut

kehidupan sehari-hari .  Soal yang sulit diperbandingan.  Dengan menemukan sendiri rumus volume

balok melalui percobaan yang dilakukan pada LKS, membuat saya lebih ingat dan mengerti rumus volume kubus dan balok.

Gambar 4. Komentar siswa pada tahap one-to-one evaluation

Berdasarkan komentar yang diberikan siswa pada tahap one-to-one evaluation ini, tidak perlu dilakukan revisi pada bahan ajar materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI, karena kesulitan mereka dalam mengerjakan LKS berdasarkan pendekatan PMRI adalah materi soal pertambahan volume kubus dan balok, khususnya dibagian perbandingan. Perbandingan ini penting untuk materi pertambahan volume kubus dan balok, untuk mengetahui seberapa besar perbandingan volume benda pada soal. Maka, berdasarkan saran tersebut, pertanyaan-pertanyaan pada LKS tidak akan diubah dan tetap akan dipertahankan.

Gambar 5. Uji coba bahan ajar menggunakan pendekatan PMRI pada tahap one-to-one evaluation

Setelah bahan ajar materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI direvisi melalui tahapan expert review dan one-to-one evaluation , maka dihasilkan bahan ajar berdasarkan pendekatan PMRI

c) Small Group

Pada tahapan ini, prototype pertama yang dihasilkan dari dua langkah sebelumnya diujicobakan kepada 6 orang siswa kelas VIII.1 SMP

Negeri 26 Palembang yang berada dalam satu kelompok dengan Negeri 26 Palembang yang berada dalam satu kelompok dengan

Tabel 16. Komentar siswa terhadap bahan ajar menggunakan pendekatan PMRI pada tahap small group

Tanggal Komentator Komentar

4 Maret 2013  Adelia Muharyani  LKS berdasarkan pendekatan PMRI  Cici Widianti

berbeda dengan LKS yang biasa kami  Imam CahyoUtomo

karena ada kegiatan  Nia Purnama

gunakan,

menggambar sketsanya.  Melya Azizah

 Saya suka mengerjakan LKS ini karena  Bayu Nirwana

lebih mudah dipahami dari LKS biasanya.

 Menurut saya LKS ini sangat mengasah otak dan meningkatkan interaksi belajar dengan teman-teman.

 Materi

pada

LKS berdasarkan

pendekatan

PMRI lebih mudah dipahami dari LKS biasanya, tetapi ada beberapa soal yang agak sulit.

 Pada latihan siswa 1 halaman 13,

pasangan

Alex Noerdin dalam pemilukada kota Palembang tidak jelas, sebaiknya diperjelas.

Gambar 6. Komentar siswa tahap small group

Gambar 7. Uji coba bahan ajar menggunakan pendekatan PMRI

Selanjutnya, bahan ajar materi volume kubus dan balok berdasarkan pendekatan PMRI diperbaiki kembali setelah mendapat komentar dari siswa pada tahap small group. Hasil perbaikan bahan ajar materi volume kubus dan balok berdasarkan pendekatan PMRI diperoleh sebagai prototype kedua. Rekap hasil one-to-one evaluation dan small group terlampir pada lampiran 10).

d) Field Test

Setelah diperoleh prototype kedua yang telah diujicobakan pada tahap small group dan dinyatakan valid oleh validator dan praktisi, produk inilah yang akan diujicobakan kepada subjek penelitian. Uji coba ini dilakukan pada siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 26 Palembang yang berjumlah 40 orang. Proses pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 17. Proses pelaksanaan pembelajaran pada tahap field test

 Menemukan rumus volume kubus  Menemukan rumus volume balok

18 April 2013  Presentasi masing-masing kelompok materi menemukan rumus

volume kubus

2 Mei 2013  Presentasi masing-masing kelompok materi menemukan rumus

volume balok  Mengaplikasikan volume kubus dan balok dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari 4 Mei 2013

 Latihan Siswa I, Latihan Siswa II, dan Latihan Siswa III 11 Mei 2013

 Tes Akhir

9. Merevisi pembelajaran/perbaikan pembelajaran

Revisi atau perbaikan bahan ajar materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI, dilakukan pada tiga tahapan pengembangan yaitu: uji pakar (expert review), uji perorangan (One-to-one evaluation), dan uji kelompok kecil (Small group).

Pada tahap expert review, validator memberikan komentar terhadap bahan ajar yang dikembangkan pada lembar validasi. Komentar ditulis pada lembar validasi berupa catatan. Selain itu validator juga memberikan skor terhadap bahan ajar yang dikembangkan.

Pada tahap one-to-one evaluation, setelah siswa selesai mengerjakan bahan ajar materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI. Siswa diminta untuk memberikan komentar berupa catatan pada kolom yang telah disediakan.

Berdasarkan komentar pada tahap expert review dan one-to-one evaluation , dilakukan revisi atau perbaikan terhadap bahan ajar yang dikembangkan dan kemudian diujicobakan pada tahap small group. Pada small group , setelah kelompok siswa selesai mengerjakan bahan ajar materi volume kubus dan balok. Kelompok kecil ini juga diminta untuk memberikan komentarnya pada bahan ajar yang dikembangkan. Komentar pada tahap small group ini, akan dipertimbangkan dan diambil sarannya untuk merevisi atau memperbaiki bahan ajar materi volume kubus dan balok, yang kemudian akan diujicobakan pada tahap uji lapangan (field test). Sehingga didapatlah bahan ajar materi volume kubus dan balok yang memenuhi kriteria valid dan praktis.

B. Deskripsi Penggunaan Bahan Ajar Materi Volume Kubus dan Balok Menggunakan Pendekatan PMRI

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 26 Palembang dengan subjek penelitian siswa kelas VIII.2 berjumlah 40 orang. Dengan rincian 18 laki-laki dan

22 perempuan. Proses pengambilan data (field test) pada penelitian ini dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama pada tanggal 11 April 2013, pertemuan kedua tanggal 18 April 2013, pertemuan ketiga tanggal 2 Mei 2013, pertemuan keempat tanggal 4 Mei 2013, dan pertemuan kelima pada tanggal 11 Mei 2013.

Pada pertemuan pertama (11 April 2013, jam pelajaran ke 3-4), jumlah siswa yang hadir sebanyak 40 siswa. Pada pertemuan pertama dilakukan proses pembelajaran yang bertujuan menemukan rumus volume kubus dan menemukan rumus volume balok. Dimulai dengan menginformasikan tujuan pembelajaran dan pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan PMRI, pembagian kelompok, pembagian alat peraga, dan pembagian LKS kepada masing-masing kelompok.

Pada pertemuan pertama ini semua kelompok bekerja-sama untuk menyelesaikan pertanyaan yang ada pada LKS, dimulai kilas balik pelajaran sebelumnya, konteks yang digunakan dalam kilas balik pelajaran sebelumnya adalah konteks kotak kue dan kardus mie instan (gambar 8).

Gambar 8. Konteks kotak kue dan kardus mie instan

Dari kilas balik pelajaran sebelumnya pelajaran dilanjutkan ke aktivitas 1 dan 2. Pada aktivitas 1 dan 2 setiap kelompok diberi tugas untuk menemukan rumus volume kubus dan balok. Alat peraga yang digunakan pada percobaan menemukan volume kubus dan balok adalah kubus satuan, kotak transparan berbentuk kubus dan kotak transparan berbentuk balok (gambar 9).

Gambar 9. Alat peraga yang digunakan pada percobaan menemukan rumus volume kubus dan balok

Dari percobaan yang mereka lakukan siswa diharapkan dapat memasukkan kubus-kubus satuan ke dalam kotak transparan berbentuk kubus (aktivitas 1) dan kotak transparan berbentuk balok (aktivitas 2), lalu menutup kotak transparan itu dengan isolasi. Kegiatan siswa selanjutnya adalah mengamati kotak transparan berbentuk kubus (aktivitas 1) dan kotak transparan berbetuk balok (aktivitas 2) yang diisi kubus-kubus satuan (gambar 10).

Gambar 10. Memasukkan kubus satuan ke dalam kotak transparan

berbentuk kubus dan balok

Terdapat beberapa pertanyaan pada LKS yang harus dijawab oleh masing- masing kelompok yang dapat mengarahkan siswa untuk menemukan rumus volume kubus dan balok. Melalui aktivitas ini muncul kontribusi dari siswa dan terjalin interaktivitas antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan siswa dengan LKS. Interaktivitas ini terjadi pada kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal terjadi ketika siswa menjawab pertanyaan awal LKS, misalnya apa bentuk kotak kue dan apa bentuk kardus mie instan, selain itu di awal pembelajaran peneliti memberikan stimulus kepada siswa dengan menceritakan permasalahan petani semangka kotak yang akan mengirimkan semangkanya ke pasar dengan menggunakan truk kontainer berbentuk balok. Jika, petani itu paham konsep volume kubus dan balok. Maka, petani itu tidak akan kesulitan menghitung jumlah semangka kotak yang dapat dimuat oleh truk kontainer tersebut. Kegiatan inti terjadi ketika siswa melakukan percobaan menemukan kubus dan balok, kemudian mempresentasikannya. Kegiatan akhir terjadi ketika siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan rumus volume kubus dan balok. Dari pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS tersebut terdapat

keterkaitan antar pengetahuan/konsep dengan materi lain. Pengetahuan yang dimaksud dapat berupa keterampilan perkalian dalam mencari rumus volume kubus dan balok serta keterampilan dalam mencari konsep luas persegi (volume kubus) dan keterampilan dalam mencari konsep luas persegi panjang (volume balok). Keterkaitan konsep volume kubus dan balok, juga terjadi di dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengisi bak kamar mandi yang kosong, memasukkan kotak kue ukuran kecil ke kardus kue, mengisi bak air akuarium, dan lain-lain. Melalui aktivitas-aktivitas siswa yang ada pada LKS, siswa dapat melakukan proses matematisasi yaitu matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal. Matematisasi horizontal terjadi ketika siswa berusaha menyelesaikan permasalahan kontekstual, melakukan percobaan menggunakan alat peraga yang diberikan, dan melakukan pendataan dari hasil percobaan tersebut sedangkan matematisasi vertikal terjadi ketika siswa selesai melakukan pendataan hasil percobaan dan menemukan formula atau rumus yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan kontekstual tadi. Dari aktivitas-aktivitas siswa tersebut juga terdapat penggunaan berbagai model yaitu model of dan model for yang digunakan sebagai jembatan dari permasalan real ke abstrak dan menyelasaikan permasalahan real tadi. Model of terjadi ketika siswa melakukan percobaan untuk menemukan kembali rumus volume kubus sedangkan model for terjadi ketika siswa menuliskan hasil dari percobaan itu di LKS, dan ini merupakan suatu fenomena mendidik bagi siswa dalam menemukan rumus volume kubus dan balok. Jadi, dari aktivitas 1 dan aktivitas 2 yang telah dilakukan siswa, telah memunculkan tiga prinsip PMRI dan lima karakteristik PMRI.

Gambar 11. Tahap penyampaian materi dengan menggunakan bahan ajar

berdasarkan pendekatan PMRI pada pertemuan pertama

Gambar 12. Aktivitas siswa pada saat kerja kelompok field test I

Selanjutnya pada pertemuan kedua (tanggal 18 April, jam pelajaran ke 3- 4), jumlah siswa yang hadir 40 siswa. Proses pembelajaran pada pertemuan kedua adalah diskusi mengenai aktivitas 1 yaitu menemukan rumus volume kubus. Pada diskusi ini ada 4 kelompok yang akan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Kelompok yang akan mempresentasikan hasil diskusinya dipilih secara acak oleh guru (peneliti). Bagi 4 kelompok lainnya yang belum mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya, dapat mempresentasikan hasil diskusinya pada pertemuan selanjutnya. Hasil diskusi dan pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain, dicatat pertanyaan dan jawabannya pada kolom yang telah disediakan di LKS.

Gambar 13. Aktivitas siswa pada saat kerja kelompok field test II

Pada pertemuan ketiga (tanggal 2 Mei 2013 jam pelajaran ke 3-4), jumlah siswa yang hadir sebanyak 40 siswa. Proses pembelajaran pada pertemuan ketiga adalah diskusi mengenai aktivitas 2 yaitu menemukan rumus volume balok. Pada diskusi ini ada 4 kelompok yang akan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Hasil diskusi dan pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain, dicatat pertanyaan dan jawabannya pada kolom yang telah disediakan di LKS.

Gambar 14. Aktivitas siswa pada saat kerja kelompok field test III

Pada pertemuan 3 ini, siswa juga diminta untuk melakukan percobaan yaitu mengaplikasikan volume kubus dan balok dalam menyelesaikan Pada pertemuan 3 ini, siswa juga diminta untuk melakukan percobaan yaitu mengaplikasikan volume kubus dan balok dalam menyelesaikan

Gambar 15. Hasil percobaan siswa menyelesaikan permasalahan susu kemasan kotak yang akan dimasukkan ke dalam kotak transparan berbentuk balok

Setelah siswa dapat menyelesaikan permasalahan susu kotak yang akan dimasukkan ke dalam kotak transparan berbentuk balok. Siswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan tadi dengan menghitung secara matematis atau tanpa percobaan.

Dan pada pertemuan keempat (tanggal 4 Mei 2013 jam pelajaran ke 6-7), jumlah siswa yang hadir sebanyak 40 siswa. Pada pertemuan ini masing-masing anggota kelompok menyelesaikan soal latihan yang ada di dalam LKS.

Gambar 16. Uji coba bahan ajar menggunakan pendekatan PMRI pada tahap field test IV

Pada pertemuan lima yaitu pertemuan terakhir (tanggal 11 Mei 2013 jam pelajaran ke 6-7), jumlah siswa yang hadir 40 siswa. Pada tahap ini diadakan tes akhir untuk menilai efek potensial dari bahan ajar materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI. Untuk soal tes, peneliti menyajikan 4 buah soal tes berbentuk essay berstruktur. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengukur tingkat penguasaan materi yang telah diperoleh siswa dengan belajar dengan menggunakan bahan ajar materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI. Pada tahap ini, siswa diberikan waktu 80 menit untuk menyelesaikan soal-soal tes tersebut. Kemudian sisa waktu 10 menit digunakan peneliti untuk meminta siswa mengomentari kegiatan pembelajaran selama 4 kali pertemuan menggunakan bahan ajar (LKS).

Gambar 17. Tahap tes pada pertemuan kelima

Selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi untuk melihat aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini, peneliti dibantu oleh 1 orang rekan peneliti dalam pendidikan matematika sebagai observer.

Gambar 18. Observer mengamati kegiatan siswa dalam proses pembelajaran

Adapun indikator yang diamati yaitu: (1) mencatat informasi penting yang dibutuhkan, (2) mendengarkan atau memperhatikan penjelasan dari guru, (3) Adapun indikator yang diamati yaitu: (1) mencatat informasi penting yang dibutuhkan, (2) mendengarkan atau memperhatikan penjelasan dari guru, (3)

Tabel 18. Hasil observasi selama pembelajaran (aktivitas belajar siswa)

Sangat Aktif 86-91

14 35 Sangat Aktif

80-85

Sangat Aktif

74-79

Aktif 68-73

8 20 Aktif Jumlah

Berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran diperoleh data terdapat 45% siswa tergolong sangat aktif dan 55% siswa tergolong aktif, dengan kata lain aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran menggunakan bahan ajar berupa LKS pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI tergolong aktif dengan skor rata-rata 78,95. Dari hasil observasi ini maka dapat dikatakan bahwa bahan ajar yang dikembangkan pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI telah memiliki efek potensial khususnya pada aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. (Hasil Berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran diperoleh data terdapat 45% siswa tergolong sangat aktif dan 55% siswa tergolong aktif, dengan kata lain aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran menggunakan bahan ajar berupa LKS pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI tergolong aktif dengan skor rata-rata 78,95. Dari hasil observasi ini maka dapat dikatakan bahwa bahan ajar yang dikembangkan pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI telah memiliki efek potensial khususnya pada aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. (Hasil

Tabel 19. Hasil angket tentang kebermanfaatan bahan ajar

Sangat Bermanfaat 95-97

10 25 Sangat Bermanfaat

92-94 4 10 Sangat Bermanfaat

Sangat Bermanfaat 86-88

89-91

0 0 Sangat Bermanfaat

83-85

Sangat Bermanfaat 80-82

Sangat Bermanfaat

Sangat Bermanfaat

Berdasarkan hasil angket yang diberikan setelah proses pembelajaran menggunakan bahan ajar berupa LKS pada materi volume kubus dan balok berdasarkan pendekatan PMRI diperoleh bahwa terdapat 100% siswa merasa bahan ajar yang dikembangkan sangat bermanfaat, hal ini terlihat dari rata-rata skornya 94,19. Dari angket ini, maka dapat dikatakan bahwa bahan ajar yang dikembangkan sudah memiliki efek potensial terhadap proses pembelajaran yaitu dari segi kebermanfaatan yang langsung dirasakan oleh siswa. (Hasil angket terlampir pada lampiran 14 dan rekap hasil angket terlampir pada lampiran 15).

C. Deskripsi dan Analisis Data Hasil Belajar Siswa

1. Hasil belajar siswa pada tahap field test

Pada tahap field test, hasil belajar siswa setelah belajar dengan menggunakan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok berdasarkan pendekatan PMRI dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 20. Analisis hasil belajar siswa tahap field test Skor

95-97 10 25 Sangat Baik

91-94 5 12,5

Sangat Baik

87-90 5 12,5

Baik

Baik 79-82

83-86 15 37,5

0 0 Baik 75-78

0 0 Baik 71-74

Nilai rata-rata yang dihasilkan oleh siswa pada tahap field test adalah 87,32 dengan demikian rata-rata hasil belajar siswa ini sudah termasuk kategori baik.

Berdasarkan anaisis hasil belajar siswa pada tahap field test, diperoleh bahwa 15 orang (37,5%) tergolong sangat baik, 20 orang (50%) tergolong baik, dan 5 orang (12,5%) tergolong cukup. Hal ini menunjukkan bahwa bahan ajar yang telah dikembangkan oleh peneliti sudah mempunyai efek potensial pada tahap field test. (Rekap hasil tahap field test terlampir pada lampiran 16).

2. Hasil belajar siswa pada tahap test

Setelah empat kali pertemuan, pada pertemuan keempat dilakukan tes untuk mendapat data tentang hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran dengan mengunakan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok berdasarkan pendekatan PMRI. Tes ini terdiri dari 5 soal dengan rincian soal mudah, soal sedang, dan soal sulit. Tes ini bertujuan untuk mengetahui efek potensial bahan ajar yang dikembangkan terhadap hasil belajar siswa. Adapun data tentang hasil belajar siswa tersebut disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 21. Analisis hasil belajar siswa tahap test Skor

20 50 Sangat Baik 83-90

Baik

75-82 2 5 Baik

67-74 0 0 Cukup 59-66

Kurang Baik

Berdasarkan analisis hasil belajar siswa pada tahap tes, diperoleh bahwa 50% siswa tergolong sangat baik, 42,5% tergolong baik, dan 7,5% tergolong kurang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok berdasarkan pendekatan PMRI sudah tergolong baik dengan rata-rata 87,6%.

Berdasarkan uraian di atas, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan telah memiliki efek potensial terhadap hasil belajar matematika siswa, khususnya hasil belajar siswa pada Berdasarkan uraian di atas, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan telah memiliki efek potensial terhadap hasil belajar matematika siswa, khususnya hasil belajar siswa pada

D. PEMBAHASAN

Setelah melalui proses pengembangan yang terdiri dari dua tahapan, yaitu: tahap pendahuluan dan tahap pengembangan, untuk kedua prototype dari proses revisi berdasarkan saran validator dan komentar siswa, diperoleh bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI untuk siswa kelas VIII SMP dapat dikategorikan sangat valid. Melalui tahap pengembangan yaitu pada tahap expert review, one-to-one evaluation, small group dan field test dihasilkan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI yang sangat valid berdasarkan hasil penilaian oleh tiga dosen pendidikan matematika, satu guru matematika, satu guru bahasa Indonesia, dan satu mahasiswa pascasarjana. Pada proses validasi tersebut, terjadi banyak revisi pada materi yang ada di dalam bahan ajar berdasarkan pendekatan PMRI. Awalnya pada bahan ajar berupa LKS belum menggunakan bahasa indonesia sesuai dengan EYD. Namun, setelah divalidasi dengan guru bahasa indonesia, bahan ajar sudah dibuat menggunakan bahasa indonesia sesuai EYD. Selain itu awalnya pada LKS terdapat contoh soal, tetapi setelah divalidasi oleh dosen pendidikan matematika contoh soal diganti dengan permasalahan. Soal-soal yang awal kata-katanya masih rancu, tetapi setelah divalidasi oleh guru matematika diperbaiki. Kemudian alat dan bahan yang digunakan pada LKS awalnya belum dipisahkan tetapi setelah divalidasi oleh guru matematika, alat dan bahan, serta alat peraga dipisahkan. Soal-soal pada LKS awalnya matematisasinya masih Setelah melalui proses pengembangan yang terdiri dari dua tahapan, yaitu: tahap pendahuluan dan tahap pengembangan, untuk kedua prototype dari proses revisi berdasarkan saran validator dan komentar siswa, diperoleh bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI untuk siswa kelas VIII SMP dapat dikategorikan sangat valid. Melalui tahap pengembangan yaitu pada tahap expert review, one-to-one evaluation, small group dan field test dihasilkan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI yang sangat valid berdasarkan hasil penilaian oleh tiga dosen pendidikan matematika, satu guru matematika, satu guru bahasa Indonesia, dan satu mahasiswa pascasarjana. Pada proses validasi tersebut, terjadi banyak revisi pada materi yang ada di dalam bahan ajar berdasarkan pendekatan PMRI. Awalnya pada bahan ajar berupa LKS belum menggunakan bahasa indonesia sesuai dengan EYD. Namun, setelah divalidasi dengan guru bahasa indonesia, bahan ajar sudah dibuat menggunakan bahasa indonesia sesuai EYD. Selain itu awalnya pada LKS terdapat contoh soal, tetapi setelah divalidasi oleh dosen pendidikan matematika contoh soal diganti dengan permasalahan. Soal-soal yang awal kata-katanya masih rancu, tetapi setelah divalidasi oleh guru matematika diperbaiki. Kemudian alat dan bahan yang digunakan pada LKS awalnya belum dipisahkan tetapi setelah divalidasi oleh guru matematika, alat dan bahan, serta alat peraga dipisahkan. Soal-soal pada LKS awalnya matematisasinya masih

Dari segi kepraktisan, hasil uji coba one-to-one evaluation dan small group , secara umum diperoleh bahwa bahan ajar yang dikembangkan telah terkategori praktis. Hal ini terlihat dari hasil uji coba one-to-one evaluation dan small group . Siswa tidak mengalami masalah yang berarti dalam pembelajaran menggunakan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok berdasarkan pendekatan PMRI, selain itu hampir semua siswa tertarik dengan pembelajaran menggunakan bahan ajar yang dikembangkan. Berikut komentar siswa yang tertarik menggunakan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok berdasarkan pendekatan PMRI.

Gambar 19. Komentar siswa pada small group yang tertarik dengan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok berdasarkan pendekatan PMRI

Hasil observasi selama proses proses pembelajaran menunjukkan bahwa secara umum siswa sudah tergolong aktif, meskipun ada satu indikator yang masih belum optimal yaitu menyampaikan ide/pendapat atau menanggapi pertanyaan siswa lain. Hal ini disebabkan karena siswa tidak terbiasa dengan jika pembelajaran matematika harus didiskusikan terlebih dahulu. Selain faktor dari Hasil observasi selama proses proses pembelajaran menunjukkan bahwa secara umum siswa sudah tergolong aktif, meskipun ada satu indikator yang masih belum optimal yaitu menyampaikan ide/pendapat atau menanggapi pertanyaan siswa lain. Hal ini disebabkan karena siswa tidak terbiasa dengan jika pembelajaran matematika harus didiskusikan terlebih dahulu. Selain faktor dari

Hasil tes setelah pembelajaran menggunakan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok berdasarkan pendekatan PMRI sudah tergolong baik. Hal ini terlihat dari jawaban siswa dalam melakukan matematisasi dan menggunakan model-model siswa sendiri yang bervariasi untuk menyelesaikan soal nomor 2.

Gambar 20. Soal tes nomor 2

Nama siswa : Reli Marisa Menyelesaikan soal nomor 2 dengan cara mencari volume kotak wafer dan volume wafer. Kemudian hasil dari volume kotak wafer dibagi dengan volume wafer, sehingga didapatkan jawabannya.

Gambar 21. Jawaban nomor 2 dari Reli Marisa

Nama siswa : Adinda Aisyah Menyelesaikan soal nomor 2 dengan cara membandingkan V 1 dan V 2 . Setelah mendapatkan volume keduanya, hasilnya kedua volume itu dibagi sehingga mendapatkan jawabannya.

Gambar 22. Jawaban nomor 2 dari Adinda Aisyah

Nama siswa : M. Adji Samudra Menyelesaikan soal nomor 2 dengan cara melihat kelipatan dari volume kotak wafer dan volume wafer. Kemudian hasil dari kelipatan volume tersebut dikalikan, sehingga mendapatkan jawabannya.

Gambar 23. Jawaban nomor 2 dari M. Adji Samudra

Berdasarkan nilai rata-rata tes dan jawaban-jawaban siswa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan telah memberikan efek potensial terhadap hasil belajar siswa pada materi volume kubus dan balok.

Meskipun demikian masih ada juga siswa yang melakukan kesalahan di dalam menyelesaikan soal tes volume kubus dan balok. Berikut kesalahan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal tes untuk soal nomor 2.

Nama siswa : Rosida Oktriani Sebenarnya siswa ini sudah mengerti konsep volume, tetapi kesalahan yang dilakukan siswa tersebut dalam mengerjakan soal tes nomor 2 adalah kesalahan dalam perhitungan pembagian hasil volume kotak wafer dan volume wafer. Seharusnya hasil dari pembagian volume kotak wafer dan volume wafer adalah 36 potongan wafer bukan 38 potong wafer.

Gambar 24. Jawaban nomor 2 dari Rodsida Oktriani

Berdasarkan hasil uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI telah tergolong valid dan praktis, serta telah memiliki efek potensial jika digunakan dalam proses pembelajaran, baik terhadap aktivitas siswa maupun hasil belajar siswa.

The Top of the Ice Berg

Karena pada kubus, 𝑝, ℓ, 𝑡 sama, maka dilambangkan dengan 𝑠. Jadi, 𝑉 𝑘𝑢𝑏𝑢𝑠

formal notation

(taraf formal)

Pendataan ukuran kubus Ukuran

Satuan

Panjang

3 kubus satuan

Lebar

3 kubus satuan

building stones

Tinggi

3 kubus satuan

(batu pijakan)

model material

(membuat

struktur Melakukan percobaan menemukan volume kubus

material word

orientation

(konteks rill)

Menyelesaikan permasalahan kue yang akan dimasukkan ke kotak kue

Gambar 25. Gunung es (ice berg) materi volume kubus

The Top of the Ice Berg

formal notation

Jadi,

(taraf formal)

Pendataan ukuran balok Ukuran

Satuan

building stones

Panjang

7 kubus satuan

(batu pijakan)

Lebar

2 kubus satuan

Tinggi

2 kubus satuan

model material (membuat struktur

Melakukan percobaan menemukan volume balok

material word

orientation (konteks rill)

Menyelesaikan permasalahan melon yang akan dimasukkan kedalam truk

Gambar 26. Gunung es (ice berg) materi volume balok

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bahan ajar yang dikembangkan pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) sudah memenuhi kriteria valid dan praktis. Hal ini terlihat dari penilaian validator, dimana rata-rata skor hasil penilaian validator adalah 3,46 yang berarti dari skor rata-rata yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil validator tersebut menunjukkan kriteria sangat valid. Sedangkan berdasarkan hasil one-to-one evaluation dan small group dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) telah tergolong praktis, hal ini terlihat dari hasil ujicoba dan komentar siswa, pada umumnya siswa dapat menggunakan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dalam proses pembelajaran matematika.

2. Selain itu dari hasil uji lapangan (field test), diperoleh bahwa secara umum bahan ajar yang dikembangkan telah memiliki efek potensial terhadap hasil belajar siswa, hal ini terlihat dari rata-rata hasil observasi yang diperoleh yaitu 78,95 atau dengan kata lain ada 45% tergolong sangat aktif dan 55% siswa tergolong aktif. Selain itu berdasarkan hasil belajar siswa 2. Selain itu dari hasil uji lapangan (field test), diperoleh bahwa secara umum bahan ajar yang dikembangkan telah memiliki efek potensial terhadap hasil belajar siswa, hal ini terlihat dari rata-rata hasil observasi yang diperoleh yaitu 78,95 atau dengan kata lain ada 45% tergolong sangat aktif dan 55% siswa tergolong aktif. Selain itu berdasarkan hasil belajar siswa

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan pada:

1. Siswa, disarankan dapat menggunakan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) sebagai sumber belajar .

2. Guru, hendaknya dapat memanfaatkan bahan ajar yang dihasilkan dalam penelitian ini sebagai sumber belajar alternatif dalam proses pembelajaran karena bahan ajar sudah disesuaikan masalah konstektual (contextual problem) .

3. Sekolah, hendaknya memfasilitasi guru-guru untuk dapat mengembangkan bahan ajar pada mata pelajaran lain sehingga dapat meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran matematika di SMP Negeri 26 Palembang.

4. Peneliti selanjutnya, agar dapat mengembangkan bahan ajar menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada materi lain.