Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Bakteri Dan Virus

4.5 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Bakteri Dan Virus

  4.5.1 Hasil Berdasarkan hasil pengamatan pada Praktikum Pengenalan Penyakit Tumbuhan yang di sebabkan oleh Bakteri dan Virus, telah di peroleh hasil dengan sebagai berikut :

  Ket : · Tampak bercak ungu pada daun yang lama kelamaan menjadi

  kekuningan dan

  orange.

  Gambar29.Daun Bawang Merah (Allium ascolonicum) yang Terserang

  Jamur Alternaria porri.

  Ket:

  1. Berair berwarna merah pada bagian tengah buah pisang

  2. Terdapat belang berwarna coklat, berair dan berbau busuk

  Gambar 30. Buah dan Batang Pisang (Musa paradisiacal) yang Terserang

  Penyakit Darah BDB (Blood Disease Bacterium).

  Ket :

  1. Pada bagian pucuk terlihat layu dan daunnya menguning

  2. Pada bagian dalam batang terlihat lendir berair.

  Gambar 31. Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) yang terserang Layu

  Bakteri yang Disebabkan Oleh Pseudomonas solanacearum.

  I. II.

  Ket :

  Terdapat bercak berwarna coklat pada bagian daun yang tidak beraturan

  Gambar 32 . Tanaman Kacang Tanah ( Arachi hypogeae L )yang Terserang PMoV

  (Peanut motlee Virus).

  Ket :

  Terdapat bercak berwarna coklat pada bagian daun yang terlihat seperti garis putus putus.

  Gambar 33 . Tanaman Kacang Tanah ( Arachis hypogeae L ) yang Terserang PStV (Peanut Stripe Virus).

  Ket :

  1. Ujung daun menguning terdapat bintik- binti kitam pada daun.

  2. Tanaman kerdil dan bulir padi

  hampa.

  Gambar 34 . Tanaman Padi yang Terserang Virus Tungro (Penyakit kerdil Hampa)

  4.2 pembahasan

  Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tanaman pisang pada gambar 36, baik pada buah pisang maupun batang pisang yang terserang penyakit darah yang disebabkan oleh Blood Disease Bacterium (BDB), menunjukkan adanya cairan atau getah kental berwarna coklat kemerahan pada buah pisang yang dibelah, serta menunjukkan adanya bercak berwarna coklat kemerahan, berair dan berbau busuk pada bagian tengah batang pisang.

  Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Blood Disease Bacterium (BDB) pada buah pisang yaitu perkembangan buah menjadi terlambat, dimana pada saat buah hampir masak buah berwarna kuning coklat dan busuk sedangakan Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Blood Disease Bacterium (BDB) pada batang pisang yaitu pada batang pisang terdapat bercak merah dan apabila batang dipotong akan mengeluarkan cairan yang berwarna coklat kemerahan dan berbau kurang sedap (Andika, 2006).

  Berdasarkan dari hasil pengamatan, tanaman tomat yang terserang oleh Pseudomonas solanecearum yaitu pada bagian pucuk terlihat layu dan pada daunnya menguning kemudian pada dalam batang terlihat lendir berair.

  Gejala serangan penyakit layu bakteri pada tomat, dapat dilihat dari menjadi layunya beberapa daun terutama pada bagian pucuk tomat dan menguningnya daun-daun tua (daun-daun sebelah bawah). Dan jika batang, cabang atau tangkai daun tanaman sakit dibelah, maka akan tampak berkas pembuluh berwarna coklat. Empulur sering juga berwarna kecoklatan. Pada stadium penyakit yang lanjut, bila batang dipotong, dari berkas pembuluh akan keluar massa bakteri seperti lendir berwarna putih susu. Adanya massa lendir ini dapat dipakai untuk membedakan penyakit layu bakteri dengan layu fusarium. Oleh karena itu penyakit layu bakteri sering juga disebut penyakit lendir (Semangun, 2006).

  Berdasarkan dari hasil pengamatan, tanaman kacang tanah yang terserang oleh Peanut Mottle VirusPMoV yaitu terdapat bercak-bercak coklat yabg terdapat di antara tulang daun.

  Pada Tanaman kacang tanah, Gejala serangan PMoV (Peanut Mottle Virus) dapat dilihat dari belang-belang pada daun yang tidak teratur, berwarna hijau tua dan hijau muda, tulang-tulang daun agak melekuk, dan tepi daun agak menggulung keatas. Infeksi yang terjadi pada waktu tanaman masih muda sering menyebabkan terjadinya gejala belang dengan cincin-cincin klorotis. Olehnya, PMoV sering juga disebut penyakit belang (Semangun 2006).

  Berdasarkan dari hasil pengamatan, tanaman kacang tanah yang terserang olehPeanut Stripe Virus(PStV) yaitu terdapat bercak-bercak coklat pada tulang daun sehingga hampir terlihat sama dengan gejala PMov.

  Gejala serangan Peanut Stripe Virus (PStV) terlihat dari adanya garis-garis putus-putus (diskontinu), dan pada daun terjadi gejala mosaik yang berat, serta terdapat corak tertentu yang bilurnya meluas, sehingga mirip sekali dengan gejala penyakit belang Semangun (2006).

  Pada pengamatan terhadap Tanaman Padi (Oryza sativa) yang terserang virus Tungro yaitu menunjukkan ciri morfologi adanya bercak berwarna coklat kehitaman pada batang, daun dan bulir padi serta ukuran tanaman yang kerdil.

  Daun padi yang terserang virus tungro mula-mula berwarna kuning oranye dimulai dari ujung-ujung, kemudian lama-kelamaan berkembang ke bagian bawah dan tampak bintik-bintik karat berwarna hitam. Bila keadaan ini dibiarkan jumlah anakan padi akan mengalami pengurangan, tanaman menjadi kerdil, malai yang terbentuk lebih pendek dari malai normal selain itu banyak malai yang tidak berisi (hampa) sehingga tidak bisa menghasilkan (Semangun 2004).

  4.6 Penegenalan Nematoda

  4.6.1 Hasil

  Berdasarkan hasil pengamatan pada Praktikum Pengenalan Nematoda pada Tumbuhan telah di peroleh hasil dengan sebagai berikut :

  Keterangan :

  1. Terlihat daun mengkerut dan terdapat bercak-bercak kecoklatan

  2. Terlihat tangkai daun menjadi layu

  3. Terlihat bintil-bintil pada akar.

  Gambar 35. Morfologi Tanaman Seledri (Aphiumgraveolens L.) yang Terserang

  Nematoda Meloidogyne spp.

  Gambar 36. Morfologi Nematoda Jantan Meloidogyne spp. pada Perbesaran 10x

  di bawah mikroskop.

  Gambar 37. Morfologi Nematoda Betina Meloidogyne spp. pada Perbesaran 10x

  di bawah mokroskop.

  4.6.2 Pembahasan

  Dari hasil pengamatan tanaman seledri (Apium graviolens L.) yang terserang nematoda Meloidogyne spp. terlihat pada daunnya menjadi layu dan menguning, tanaman tumbuh tidak normal, dan nampak pada akarnya berbintil-bintil, dan dapat dilihat pada gambar 41.

  Gejala serangannya terlihat pada akar tanaman yang menjadi berbintil-bintil, sehingga berakibat pada sistem transportasi air dan unsur hara terganggu, akibatnya akan berpengaruh keseluruh bagian permukaan tanaman, pertumbuhan menjadi terhambat, daun menguning, dan dalam waktu yang rentan akan mengakibatkan kematian pada tanaman (Tjahjadi, 2008).

  Tanah yang menjadi tempat hidup nematoda mempunyai struktur yang kasar, bukan halus seperti lempeng. Nematoda biasanya menyukai keadaan lembab karena kelembaban juga berpengaruh terhadap dar hidup nematode.

  Kebanyakan nematoda juga hidup di tanah yang mempunyai banyak pori dan didalam pori-pori tersebut terdapat cukup udara. Tanah tersebut juga mempunyai kelembapan yang cukup (Hidayat, 2009).

  Berdasarkan pada pengamatan, perbedaan Nematoda meloidogyne spp. jantan dan betina terletak pada bagian tubuh dan ukuran tubuhnya. Nematoda jantan mempunyai bagian tubuh yang terdiri atas kepala, mata, perut, stylet, dan ekor. Ukuran nematoda jantan juga lebih panjang dari nematoda betina dan dapat dilihat pada gambar 36 .

  Nematoda jantan mempunyai bentuk seperti cacing kecil. Bagian tubuh nematoda jantan terdiri atas kepala, mata, perut, stylet, dan ekor. Ukuran tubuh nematoda jantan memanjang bergerak lambat didalam tanah, nematoda jantan lebih panjang dibandingkan dengan nematoda betina. Panjang nematoda jantan bervariasi maksimum 2 mm, kepalanya tidak berlekuk, panjang styletnya hampir dua kali panjang stylet betina, ekornya pendek dan membulat (Hidayat, 2009).

  Bentuk morfologi nematoda betina berdasarkan hasil pengamatan ini berbeda dengan yang jantan. Nematoda betina mempunyai bagian tubuh yang terdiri atas kepala, mata, perut, dan stylet. Namun tidak mempunyai ekor seperti nematoda jantan. Nematoda betina memiliki bentuk tubuh seperti botol.

  Bentuk morfologi nematoda betina berbeda dengan yang jantan. Nematoda betina mempunyai bentuk yang mirip botol dan mempunyai bagian tubuh yang terdiri atas kepala, mata, perut, stylet, dan tidak mempunyai ekor. Nematoda betina juga mempunyai sifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary) mempunyai leher pendek dan tanpa ekor (Hidayat, 2009).

  Panjangnya lebih dari 0,5 mm dan lebarnya antara 0,3–0,4 mm, stiletnya lemah dan panjangnya 12-15 mm melengkung ke arah dorsal serta mempunyai pangkal knot yang jelas. Dari segi ukuran, nematoda betina mempunyai diameter yang lebih besar dibanding nematoda jantan (Hidayat, 2009).

  Teknik ekstrasi nematoda pada pengamatan ini menggunakan teknik yang sederhana. Akar dari tanaman yag terserang nematoda dibersihkan, kemudian menyediakan talang, keranjang, dan kain kasa, lalu keranjang ditutupi dengan kain kasa dan tissue. Memotong tanaman yang terserang dengan panjang 1 cm lalu memasukkannya ke dalam keranjang. Memasukkan air aquades secukupnya ke dalam talang, kemudian didiamkan selama 1x24 jam. Setelah didiamkan 1x24 jam, kemudian menyaring air rendaman akar dalam wadah. Kemudian menyemprotkan air pada saringan agar nematoda pada saringan jatuh pada cawan petri, lalu diteliti dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali.

  Nematoda bisa diekstrasi dari dalam jaringan tumbuhan dan dari dalam tanah. Untuk mengekstrasi nematoda yang berasal dari dalam jaringan tumbuhan yang berupa akar harus dibersihkan terlebih dahulu dan dipotong-potong menjadibagian-bagian kecil dengan panjang 2-3 cm, dengan menggunakan pencincang listrik selama 15-30 detik akan menghasilkan campuran nematoda, campuran tersebut dituangkan keatas saringan.Saringan tetap dibiarkan dalam air untuk menampung sisa jaringan tumbuhan, nematoda yang bergerak akan menembus lubang saringan dan dapat dikumpulkan dari air yang berada dibawah saringan tersebut. (Hutagalung, 2008)

  Teknik ekstrasi sederhana juga digunakan dalam mengekstrasikan nematoda yang berasal dari tanah. Alat-alat yang disediakan yaitu talang, keranjang, dan Teknik ekstrasi sederhana juga digunakan dalam mengekstrasikan nematoda yang berasal dari tanah. Alat-alat yang disediakan yaitu talang, keranjang, dan

  Pengekstraksian nematoda yang berasal dari tanah dapat dilakukan dengan cara metode baskom. Masukkan 100 gr contoh tanah ke dalam baskom Adan tambahkan air hingga merendamkan contoh tanah. Aduk, kemudian tuang suspensinya ke dalam baskom plastik B. Endapan contoh tanah yang terdapat pada baskom A tuangi kembali dengan air dan tuangi lagi suspense tersebut ke dalam baskom B. Sisa partikel tanah kasar pada baskom A dibuang. Aduk suspense pada baskom B, kemudian tuang ke dalam baskom A melalui saringan 125 mesh. Kemudian saringan diletakkan ke dalam cawan petri, dan tuangkan suspensi dari baskom A.

  Suspensi dalam cawan petri dibiarkan semalam. Dalam keadaan teraduk, pipet suspensi nematode sebanyak 10 ml, kemudian tuang ke dalam cawan penghitung. Pengamatan dapat dilakukan dibawah mikroskop (Hutagalung, 2008).